• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA SURAKARTA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA

SURAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:

INTAN OKTAVIA F.100100191

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan Oleh: INTAN OKTAVIA

F 100 100 191

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA

SURAKARTA

Intan Oktavia Partini

Oktafintan@yahoo.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Aparat kepolisian sebagai abdi negara harus menjunjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Tidak demikian dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Beberapa kasus kriminal yang pernah dilakukan oleh oknum polisi seperti kasus pelecehan seksual dan bunuh diri, oknum anggota polisi bunuh diri menggunakan senjata yang dimilikinya. Fenomena tersebut merupakan lembaran hitam kepolisian yang bertolak belakang dengan tugas yang dipikul. Tantangan dan tekanan yang dihadapi seorang polisi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dapat memicu timbulnya stres. Dukungan rekan kerja sangat efektif dalam menangani berbagai macam masalah stres yang dialami polisi dalam pekerjaannya seperti kelekatan antar kelompok, kepercayaan antar pribadi dan rasa senang dengan atasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota polisi di Polresta Surakarta sebanyak 120 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket dengan alat ukur skala yaitu skala dukungan sosial rekan kerja dan skala stres kerja. Metode analisis data menggunakan teknik analisis product moment.

Tingkat dukungan sosial rekan kerja pada subjek tergolong sedang, dan tingkat stres kerja polisi di Polresta Surakarta tergolong sedang. Peranan atau sumbangan efektif (SE) variabel dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi sebesar 10,3%.

Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi dipolresta surakarta. Semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja maka semakin rendah stres kerja dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial rekan kerja maka semakin tinggi stres kerja anggota polisi. Dengan adanya dukungan sosial dapat membantu individu dalam menghadapi dan menanggulangi suatu penyebab terjadinya stres kerja

(6)

1 PENGANTAR

Polisi adalah suatu perantara umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Aparat kepolisian se-bagai abdi negara harus menjunjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam sumpah dan janji anggota Polri. Hal tersebut tertuang dalam pembukaan kode etik profesi anggota Polri.

Menurut undang-undang kepolisian No. 2 Th.2002 pasal 2. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian Republik Indonesia juga mempunyai fungsi kamtibnas yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam pasal 1 ayat 5 undang-undang kepolisian No.2 Th.2002, Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya tenteraman, yang mengandung ke-mampuan membina serta mengem-bangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (http://m.hukumonline.com/).

Tidak demikian dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Selama tahun 2013 terdapat beberapa kasus kriminal yang dilakukan oleh oknum polisi di antaranya adalah beberapa kasus pelecehan seksualdan bunuh diri, tercatat beberapa oknum anggota polisi bunuh diri meng-gunakan senjata yang dimilikinya. Kasus lain, yang menyita perhatian masyarakat adalah keterlibatan anggota polisi dalam peredaran perdagangan narkotika dan kejadian polisi menembak anggota polisi lainnya belakangan ini marak terjadi. Hal tersebut di karenakan bawahan yang tersinggung dengan teguran dari atasan saat bertugas. Disamping itu terdapat pula sesama angota polisi yang terlibat baku tembak karena

(7)

2 salah paham. Kebanyakan oknum anggota polri yang melakukan tindakan ini adalah mereka yang rata-rata berpangkat dan bergaji rendah. Tekanan kerja yang tinggi mempengaruhi aparat kepolisian di level bawah dan menengah rentan mengalami stres (http://daerah.sindonews .com).

Fenomena tersebut meru-pakan lembaran hitam kepolisian yang bertolak belakang dengan tugas yang dipikul. Kondisi stres yang berlarut-larut pada polisi kerap menimbulkan dua hal. Pertama, pengambilan keputusan buruk pada individu, dibuktikan dengan adanya fenomena bunuh diripada anggota polisi meningkat. Kedua, individu menjadi mudah marah dan ter-singgung sehingga tidak mampu untuk berpikir jernih, termasuk kepada rekannya atau atasannya.

Hasil survei mengungkap informasi mengenai faktor stresor yang dialami oleh polisi. Beban kerja merupakan penyebab stres terbesar pada anggota polisi dengan prosentase 26,08%, kedua adalah konflik dengan rekan kerja dan atasan dengan prosentase 20,65%,

penyebab stres kerja yang ketiga yaitu shift kerja dengan prosentase 18,47%, kemudian gaya kepe-mimpinan dengan prosentase 16,30%.

Hubungan sosial seperti kelekatan antar kelompok, keper-cayaan antar pribadi dan rasa senang dengan atasan, berhubungan dengan penurunan dari stres pekerjaan dan kesehatan yang lebih baik. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi (Argyris, Cooper, dalam Ashar, 2001)

Dukungan sosial bisa datang dari dalam organisasi polisi atau dari sumber eksternal seperti teman dan keluarga. Bagaimanapun juga ada bermacam-macam pandangan ten-tang pentingnya peran dukungan sosial bagi stres polisi. Sebagai contoh, Kirkcaldy dkk (dalam Anderson, 2002) menemukan bahwa petugas polisi terbukti cenderung lebih mengandalkan dukungan sosial dalam pemecahan masalah mereka. Sementara secara intuitif orang berfikir bahwa meningkatkan dukungan sosial sangat penting

(8)

3 dalam menurunkan stres. Coyne dan Downey (dalam Anderson, 2002) mengatakan bahwa hal itu bukan permasalahannya, peran dukungan sosial dalam mengurangi hal-hal penyebab stres ditentukan oleh kondisi stres dimana seseorang bekerja. Brown dan Grover (dalam Anderson, 2002) mengatakan bahwa peran dukungan sosial berbeda-beda, tergantung tinggi atau rendahnya tingkat stres yang dialami dan jenis kelamin.

Bagi petugas polisi tidak ada orang lain, selain rekan kerja yang siap membantu dalam memahami tekanan yang dialami dari pekerjaan. Dukungan rekan kerja sangat efektif dalam menangani berbagai macam masalah stres yang dialami polisi dalam pekerjaannya. Faktor utama yang penting bagi petugas kepolisian untuk mengurangi stres kerja adalah ketergantungan kepada kelompok pendukung atau rekan kerja yang dapat diandalkan. Dengan harapan rekan kerja mampu memberikan nasihat dan jalan keluar. Seorang polisi juga harus tetap berhati–hati akan kemungkinan yang mengancam kesalamatan diri mereka sendiri

sehingga mereka juga harus tetap mengontrol emosi mereka sekalipun pada kondisi di bawah tekanan (Waters, 2007).

Menurut Winuubst, dkk (dalam Darmasaputra, 2013) dukungan sosial lebih cenderung dianggap sebagai kognisi individual yang berawal dari segi gejala lingkungan yang obyektif dan dukungan sosial merupakan persepsi perseorangan terhadap dukungan potensial atau sebagai perceived helpfulness and

supportivenes. Dukungan sosial

me-nurut Corsini (dalam Darmasaputra, 2013) adalah keuntungan yang didapat individu melalui hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai hubungan dekat dengan orang lain seperti keluarga atau teman akan meningkatkan kemam-puannya dalam dalam mengelola masalah-masalah yang dihadapi setiap hari. Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam me-laksanakan suatu pekerjaan tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan yaitu

(9)

4 “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi?”. Sehingga dari permasalahan tersebut penulis ingin memahami lebih lanjut melalui penelitian mengenai “Hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi”.

METODE

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota polisi di Polresta Surakarta sebanyak 120 responden. Metode pengumpulan data meng-gunakan angket dengan alat ukur skala yaitu skala dukungan sosial rekan kerja dan skala stres kerja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling. Metode analisis data menggunakan teknik analisis product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial rekan kerja denfan stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta, dengan nilai

korelasi (r) sebesar -0,322; p = 0,000 (p <0,01). Artinya bahwa semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja maka semakin rendah stres kerja dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial rekan kerja maka semakin tinggi stres kerja anggota polisi. Terbuktinya hipotesis yang diajukan sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Cohen dan Wills (Wibowo, 2004), bahwa fungsi dari dukungan sosial yaitu untuk mem-bantu individu dalam menghadapi dan menanggulangi suatu penyebab terjadinya stres kerja. Selainitu Collins (2007) jugamenjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu strategi penting dalam menghadapi tuntutan stres. Salah satunya yaitu mencari dukungan untuk alasan instrumental, yaitu berupa mencari saran praktis, bantuan atau informasi yang merupakan bagian dari masalah dan mencari dukungan untuk alasan emosional, seperti mendapatkan dukungan moral, simpati atau pemahaman yang merupakan bagian dari emosi yang fokus dalam mengatasi stres. Oleh karena itu, hal seperti ini menunjukkan bahwa

(10)

5 dukungan sosial rekan kerja memang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak instansi yang bersangkutan karena dengan adanya dukungan sosial rekan kerja tersebut dapat membuat anggota polisi merasakan dorongan dan perhatian yang diberikan oleh lingkungan tempat mereka bekerja, sehingga dapat menekan timbulnya stres kerja. Bila dukungan sosial dari rekan kerja yang diterima anggota polisi tinggi maka stres kerja yang terjadi akan rendah, begitu juga sebaliknya jika dukungan sosial dari rekan kerja rendah maka stres kerjanya akan tinggi.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Manuba (2005), yang menyatakankan bahwa stres yang berkaitan dengan pekerjaan, salah satunya disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial dari menajemen dan rekan kerja, sehingga dalam hal ini dukungan sosial dalam kenyataannya meme-gang peran penting dalam interkasi seseorang dengan orang lain untuk mengurangi terjadinya stres kerja dilingkungan pekerjaan. Ganster, Fusilier, dan Mayes (1986)

menjelaskan bahwa dukungan sosial rekan kerja berhubungan secara langsung dengan integrasi seseorang pada lingkungan sosial di tempat kerjanya. Rekan kerja yang mendukung akan menciptakan situasi tolong menolong, bersahabat dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang menye-nangkan serta menimbulkan kepu-asan dalam bekerja. Sehingga dengan adanya dukungan sosial rekan kerja akan meminimalisir atau mengurangi terjadinya stres kerja (Hadipranata, 1999).

Berdasarkan uraian diatas maka hasilnya dapat dicocokan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Polresta Surakarta. Yakni diketahui variabel dukungan sosial rekan kerja mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 45,266 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 47,5 yang berarti dukungan sosial rekan kerja pada subjek tergolong sedang. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa subjek penelitian pada dasarnya memilki sikap yang terbentuk dari aspek dukungan sosial seperti yang dikemukakan oleh Hause (Smet, 1994) yaitu aspek

(11)

6 emosional yang melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya, selanjutnya aspek Instrumental yang meliputi penye-diaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain, aspek informatif yang berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah pribadi seperti pemberian nasihat, dan pengarahan yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan, dan aspek penilaian yang terdiri dari dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial dan afirmasi atau persetujuan.

Variabel stres kerja diketahui memiliki rerata empirik (RE) sebesar 68,225 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 70 yang berarti stres kerja subjek tergolong sedang. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa stres kerja yang sedang dikrenakan subjek mengalami suatu keadaan atau kondisi ketegangan baik fisik maupun psikologis, yang mempe-ngaruhi emosi, intelektual, dan

interpersonal individu dalam pekerjaannya (Lenny dkk, 2006).

Berdasarkan kategorisasi skala dukungan sosial rekan kerja diketahui bahwa terdapat 0,83% (1 orang) tergolong sangat tinggi, 3,33% (4 orang) tergolong tinggi, 40,83% (49 orang) tergolong sedang, 33,33% (40 orang) tergolong rendah dan 21,67% (26 orang) tergolong sangat rendah. Jumlah dan prosen-tase terbanyak menempati kategori sedang dukungan sosilal rekan kerjanya.

Hal ini dapat diartikan rekan kerja yang mendukung menciptakan situasi tolong menolong, bersahabat dan bekerja sama yang akan mencip-takan lingkungan kerja yang menye-nangkan serta menimbulkan kepu-asan dalam bekerja (Hadipranata, 1999).

Dapat Dilihat Pada Grafik Dibawah ini 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 21,67

33.3 40,83

(12)

7 Berdasarkan kategorisasi skala stres kerja diketahui bahwa terdapat 0,83% (1 orang) tergolong sangat tinggi, 15% (18 orang) tergolong tinggi, 63,33%(76 orang) tergolong sedang, 18,33% (22 orang) tergolong rendah dan 2,5% (3 orang) tergolong sangat rendah. Jumlah prosentase terbanyak menempati kategori sedang setres kerjanya. Subjek dalam kategori ini dapat di artikan bahwa stres kerja tentunya merupakan perilaku negatif, namun sebagian subjek ternyata mampu mengalola atau mengatasi stres kerja tersebut sehingga setres kerja yang dialami berada pada kategorisasi sedang. Dapat Dilihat Pada Grafik Dibawah Ini

Sumbangan efektif (SE) variabel dukungan sosial rekan kerja terhadap stres kerja sebesar 10,3 % ditunjukkan oleh koefisien deter-minan (r²) sebesar 0,103. Berarti masih terdapat 89,7 % faktor-faktor

lain yang mempengaruhi stres kerja diluar variabel dukungan sosial rekan kerja tersebut misalnya, gaya kepemimpinan transformasional dan beban kerja.

Hasil penelitian ini menun-jukkan bahwa dukungan sosial rekan kerja dengan segala aspek yang terkandung didalamnya memang memberikan kontribusi terhadap stres kerja meskipun stres kerja tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut. Dalam hal ini, dukungan sosial rekan kerja memilki kontribusi yang positif terhadap stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta, sehingga semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja maka semakin rendah stres kerjanya, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial rekan kerja maka semakin tinggi stres kerjanya. Sehingga hal ini mencerminkan bahwa memilki dukungan sosial rekan kerja menjadi salah satu cara untuk dapat mengatasi atau meminimalisir terjadinya stres kerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dukungan sosial rekan kerja dapat digunakan sebagai prediktor stres

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 2,50 18,33 63,33 15,00 0,83

(13)

8 kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta.

Dalam sebuah penelitian ten-tunya terdapat kelemahan, adapun kelemahan dalam penelitian ini instrumen untuk mengumpulkan data yaitu skala, dimana keterbatasan dari peneliti menjadi kurang mendalam mengungkap variabel–variabel yang diukur. Penelitian hanya melihat dari 1 varibel sehingga kurang kompre-hensif. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang berkaitan dengan stres kerja, dalam pengambilan data sebaiknya menggunakan teknik yang lebih tepat mengingat subjek penelitian sering berbenturan dengan fungsi dan tugasnya. Selain itu diharapkan memperhatikan dan menambahkan variabel lebih banyak dengan model-model yang lebih memperlihatkan realita sesungguhanya agar mampu memperkirakan atau mendekati kebenaran variabel apa yang menyebankan stes keraja di Polresta Surakarta.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara du-kungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi si Polresta Surakarta.

2. Tingkat dukungan sosial rekan kerja pada subjek tergolong sedang. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 45,266 sedangkan rerata hipotetik sebesar 47,5.

3. Tingkat stres kerja polisi di Polresta Surakartater golong sedang.

4. Peranan atau sumbangan efektif (SE) variabel dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi sebesar 10,3%. Hal ini berarti masih terdapat 89,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi stres kerja diluar variabel dukungan sosial rekan kerja.

Saran

Bagi Peneliti selanjutnya semoga dari penelitian ini dapat bermanfaat, masukan dan sebagai pengayaan atau sumbangan teori bagi peneliti selanjutnya, serta kekurangan yang terdapat pada

(14)

9 penelitian ini dapat dijadikan pelajaran sehingga dapat diopti-malkan pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Gregory S;Litzenberger, Robin;Plecas, Darryl. 2002. Psychal Evidence Of Police Officer Stress. Vol 25. No. 2. Hal 406-407.

Collins, Stewart. 2007. Statutory Social Workers: Stres, Job Satisfaction, Coping, Sosial Support and Individual Differencees. British Journal of Social Work. 38. Pg 1173-1193. Darmasaputra Alan, Satiningsih.

2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Kerja Dengan Kinerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Jombang. Vol. 01. No. 02. Hal 1-2. Ganster, D. R., Fusilier, M. R., &

Mayes, B. T. 1986. Role of social support in the experient of stress at work. Journal of Applied Psychology, 69 (2), 102-110.

Hadipranata, F. A. 1999. Mikeo bukan MBO. Buletin Psikologi, Tahun IV, No. 1, Agustus 1996, 1-5. Lenny, Irma dan Bahar, Abu dan

Elfida, Diana. 2006. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Pekanbaru. Jurnal Psikologi. Vol. 2 No. 1 . Hal 11-18.

Manuaba, A. 2005. Ergonomi Dalam

Industri. Denpasar :

Universitas Udayana. Mundar Sunyoto Ashar. 2001.

Psikologi Industri Dan

Organisasi. Jakarta:

Universitas indonesia. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.

Jakarta: Grasindo Gramedia.

Waters A.Judith, William Ussery. 2007. Police Stress: History, Contributing Factors, Symtoms, And Interventions. An international journal of police strategies and

management.Vol. 30.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelas Maret Surakarta. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan tata krama pada siswa kelas IV SD Kanisisus Delanggu dengan

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap merek handphone dengan minat membeli.. Rancangan dari penelitian ini yaitu menggunakan

Sesuai dengan visi dan misi sanggar seni Metta Budaya, sanggar ini tidak hanya mengajarkan materi tari tradisi gaya Surakarta saja, tetapi juga mengajarkan seni

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalti-Free Right )

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) peran PMO pada pasien TB paru di di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar adalah berperan, (2) keberhasilan pengobatan TB

” Pengaruh Variasi Fraksi Volume Komposit Serbuk Kayu Dan Resin Katalis Dengan Variasi Perbandingan 75%:25%, 65%:35% dan 55%:45% Terhadap Peningkatan Kekuatan Tarik Dan Bending

SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI HUMAS DI KALANGAN KARYAWAN PT GARUDA INDONESIA (Persero) Tbk. Kendala Pelaksanaan Kuliah Kerja

Variabel- variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu karakteristik sosial-ekonomi keluarga balita gizi kurang dan gizi buruk, pola pengasuhan, kondisi lingkungan,