• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Berpikir dalam Memecahkan Masalah Logika Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Berpikir dalam Memecahkan Masalah Logika Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © 2017, Numerical: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Proses Berpikir dalam Memecahkan Masalah Logika Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent

dan Field Dependent

Ardi Dwi Susandi1, Santi Widyawati2

1Univesitas Nahdlatul Ulama Cirebon; ardidwisusandi@yahoo.co.id

2Istitut Agama Islam Ma’arif NU (IAIMNU) Metro Lampung;

santiwidyawati24@gmail.com

Submitted :07-05-2017, Revised:18-05-2017, Accepted: 25-05-2017

Abstract

The process of thinking is the steps that a person uses in receiving, processing, concluding, and reusing the information obtained to resolve the issues related to solve the problem of the memory. While cognitive style is an activity that became a characteristic of learners in the functioning of mental activities in the field of cognitive (thinking, remembering, processing information, organizing, solving problems, and making decisions) which is consistent. Cognitive style has a major role when utilized in an effort to improve the effectiveness of the learning process. Cognitive styles are divided into two, namely, Field Independent (FI) and Field Dependent (FD). This research is descriptive qualitative which describes the process of thinking of students in solving mathematical problems on material combinations and permutations. The data collection method in this study using GEFT tests to determine cognitive styles of students, test description of material combinations and permutations to obtain the thinking process of students, and interviews. Based on cognitive style, students are grouped into 2 groups: FI and FD, and then subsequently selected two students from two groups of students from the FI and FD to give test of thinking ability and then interviews. Data analysis technique used Miles and Huberman, data reduction, display, and conclusion drawing / verification. Based on the analysis we concluded that students who have the cognitive styles FI tend to have a conceptual thought process. Likewise, students who have the cognitive style FD, these students are also likely to have a conceptual thought process. The process of conceptual thinking is the thought process which solves problems by using the concept that has been owned by the results of studies.

(2)

Keywords: Cognitive Style.Thinking Processes,

Abstrak

Proses berpikir merupakan proses yang digunakan seseorang dalam menerima, memproses, menyimpulkan, dan menggunakan kembali informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah yang terkait untuk memecahkan masalah ingatan. Sedangkan gaya kognitif merupakan kegiatan yang menjadi ciri khas peserta didik dalam berfungsinya aktivitas mental di bidang kognitif (berpikir, mengingat, mengolah informasi, mengatur, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan) yang konsisten. Gaya kognitif memiliki peran utama yang dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. Gaya kognitif terbagi menjadi dua, yaitu Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang menggambarkan proses berfikir siswa dalam memecahkan masalah matematika pada kombinasi dan permutasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes GEFT untuk mengetahui gaya kognitif siswa pada materi kombinasi dan permutasi untuk mengetahui proses berpikir siswa, dan wawancara. Berdasarkan gaya kognitif, siswa dikelompokkan menjadi 2 kelompok: FI dan FD, dan kemudian dipilih dua siswa dari dua kelompok siswa dari FI dan FD untuk memberikan tes kemampuan berpikir dan kemudian wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Miles dan Huberman, reduksi data, tampilan, dan kesimpulan gambar/ verifikasi. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif FI cenderung memiliki proses berpikir konseptual. Demikian juga, siswa yang memiliki gaya kognitif FD, siswa ini juga cenderung memiliki proses pemikiran konseptual. Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang memecahkan masalah dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sekolah sebagai suatu pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong kearah pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran (Oemar Hamalik, 2014). Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1 ayat (1) dikemukakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Zainal Arifin:2009,39)

Dunia pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran, karena pembelajaran merupakan proses membuat seseorang yang belum tahu menjadi tahu akan suatu permasalahan. Pembelajaran itu sendiri juga sudah sangat ditekankan oleh Allah dalam firmannya dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Berdasarkan beberapa ayat tersebut Allah memberikan pengajaran bagi manusia untuk mengetahui apa yang tidak diketahui sebelumnya.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang

(4)

mampu mengembangkan kreativitas peserta didik

terutama dalam

mengembangkan kreativitas berpikir seseorang. Hal ini

dikarenakan dalam

mempelajari matematika, peserta didik dituntut untuk dapat mengembangkan pola berpikir kritis, sistematis, rasional, dan obyektif (Rina Agustina dan Nurul Farida: 2015). Dengan memiliki kemampuan berpikir, maka mahasiswa akan lebih baik dalam memahami dan menguasai konsep-konsep matematika yang dipelajarinya. Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan peneliti pada mahasiswa semester IV program studi matematika Institut Agama Islam Ma’arif Nu (IAIM NU) Metro lampung, terdapat mahasiswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika khususnya pada pokok bahasan logika matematika materi kombinasi dan permutasi. Dalam

memecahkan masalah tersebut, ditemukan bahwa ada mahasiswa yang menunjukkan kemampuan yang sangat baik, ada mahasiswa yang menunjukan biasa saja, dan bahkan ada mahasiswa yang menunjukan mengalami kesulitan. Sehingga diperlukan strategi atau model pembelajaran yang sesuai dengan mahasiswa agar mampu memahami materi dan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dosen. Untuk mengetahui proses berpikir mahasiswa banyak ditinjau dari banyak dimensi karena sebagai manusia, mahasiswa adalah makhluk yang unik, dimana antara mahasiswa satu dengan yang lain berbeda dalam banyak dimensi. Tayler menyatkan bahwa pada dasarnya setiap individu berbeda satu dengan yang lain, dimensi-dimensi perbedaan individu antara lain adalah intelegensi, kemampuan berpikir logis, kreativitas, gaya kognitif, kepribadian, nilai,

(5)

sikap dan minat (Wowo Sunaryo Kuswana: 2011,20). Fakta ini menunjukan bahwa terdapat faktor kognitif yang berbeda antara peserta didik tersebut, yang mempengaruhi kemampuan dalam pemecahan suatu masalah dalam matematika.

Dalam belajar

matematika dan menyelesaikan soal matematika, mahasiswa melakukan proses berpikir. Sehingga mahasiswa dapat sampai pada jawaban. Dalam pembelajaran matematika proses berpikir ini kurang mendapat perhatian dosen. Terkadang dosen hanya memperhatikan hasil akhir penyelesaian mahasiswa tanpa memperhatikan bagaimana sebenarnya mahasiswa itu dapat sampai pada jawaban itu. Jika jawaban mahasiswa berbeda dengan kunci biasanya dosen langsung menyalahkan jawaban tersebut tanpa menelusuri alasan mahasiswa

mengapa jawabannya

demikian. Padahal menurut

Yulaelawati salah satu peran pendidik dalam pembelajaran matematika adalah membantu peserta didik mengungkapkan bagaimana proses yang berjalan dalam pikirannya ketika

memecahkan masalah

(Sudarman:2011).

Steiner dan Fresenborg mengatakan bahwa tugas pokok pengajaran matematika di sekolah adalah menjelaskan proses berfikir siswa dalam mempelajari matematika dengan tujuan memperbaiki pengajaran matematika di sekolah (Zuhri D: 1998). Oleh sebab itu, dengan mengetahui proses berfikir mahasiswa merupakan hal terpenting

dalam pembelajaran

matematika terutama dalam memecahkan masalah. Dengan mengetahui proses berfikir mahasiswa, maka dosen dapat

merancang model

pembelajaran yang efisien dan memudahkan mahasiswa dalam memahami konsep yang dipelajari.

(6)

Gaya kognitif sebagai bagian dari dimensi perbedaan individu mengacu pada karakteristik seseorang dalam menanggapi, memproses, menyimpan, berpikir, dan menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungan. Dalam penelitian ini, Peneliti memilih fokus pada tipe gaya kognitif

Field Independent (FI)-Field

Dependent (FD) Perbedaan mendasar dari kedua gaya kognitif tersebut yaitu dalam hal bagaimana melihat suatu permasalahan. Berdasarkan beberapa penelitian di bidang psikologi, ditemukan bahwa individu dengan gaya kognitif FI cenderung lebih analitis dalam melihat suatu masalah dibandingkan individu dengan gaya kognitif FD. Dengan demikian, mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI tidak dipengaruhi lingkungan dan mampu mengatasi kesan, unsur, latar belakang yang menganggu. Sedangkan

mahasiswa FD tidak dapat membebaskan diri dari unsur-unsur latar belakang yang mengganggu atau lebih dipengaruhi lingkungan. Karakteristik dasar dari kedua gaya kognitif tersebut sangat cocok untuk diterapkan dalam penelitian yang melibatkan proses berpikir dalam

pemecahan masalah

matematika.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Proses Berpikir dalam Memecahkan Masalah Logika Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif

Field Independent dan Field

Dependent Mahasiswa

Semester IV Program Studi Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Ma’arif NU (IAIM NU) Metro Lampung Tahun 2016 ”.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berusaha memaparkan data yang berasal dari subjek

(7)

penelitian secara jelas. Penelitian ini dilaksanakan di IAIM NU Metro Lampung. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IVA Prodi Pendidikan Matematika yang terdiri dari dua mahasiswa untuk masing-masing tipe gaya kognitif FI dan FD. Penentuan subjek

dilakukan dengan

menggunakan tes gaya kognitif GEFT. Dari hasil tes tersebut, dipilih mahasiswa yang memiliki kecenderungan terkuat terhadap masing-masing tipe gaya kognitif.

Pengambilan subjek

menggunakan teknik purposive

sampling dengan kriteria

sebagai berikut: (1) dapat menkomunikasikan ide dengan baik secara tertulis atau lisan; (2) memiliki kemampuan pada masing-masing tipe gaya kognitif. Pemilihan subjek sesuai dengan kriteria diperoleh dari informasi dosen pengampu mata kuliah matematika diskrit di semester tersebut.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen tes yang digunakan adalah Tes Group Embedded Figure Test (GEFT). Instrumen GEFT terdiri dari 25 soal yang terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama terdiri dari 7 soal, bagian kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 soal. Bagian pertama merupakan tahap latihan, bagian kedua dan ketiga merupakan tahap ujian dan penilaian. Total waktu yang diberikan untuk mengerjakan seluruh soal adalah 12 menit. Untuk bagian pertama, mahasiswa memiliki waktu 2 menit, sedangkan untuk bagian kedua dan ketiga waktu masing-masing 5 menit. Ketentuan penilaian dari GEFT adalah untuk setiap nomor yang dijawab benar diberi skor 1 dan jawaban salah skor 0. Jika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan sesuai waktu yang ditentukan, maka soal

(8)

tersebut dianggap salah dan diberi skor 0. Dengan demikian rentang skor yang diperoleh antara 0 sampai 18. Pedoman penskoran menurut Kepner dan Neimark adalah jika mahasiswa yang memperoleh skor ≤9 memiliki gaya kognitif FD sedangkan skor >9 memiliki gaya kognitif FI. Instrumen GEFT merupakan instrumen baku yang digunakan untuk mengukur gaya kognitif, oleh karena itu peneliti tidak melakukan validasi dan uji coba instrumen GEFT. Selain itu, instrumen GEFT sudah pernah diujicobakan oleh Ismanu dan Cahyowati.

Tes uraian digunakan dalam penelitian ini karena untuk mempermudah peneliti mengetahui kesulitan mahasiswa terhadap materi kombinasi dan permutasi melelui respon jawaban dalam menjawab tes. Penilaian dari hasil tes ini berdasarkan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal. Tes uraian ini terdiri dari 2 butir soal yang

dikerjakan mahasiswa selama 30 menit materi kombinasi dan permutasi. Penyusunan butir-butir soal ini mengacu pada kesulitan belajar yang dialami mahasiswa pada materi kombinasi dan permutasi. Sebelum tes digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen penelitian berupa tes tertulis ini divalidasi dengan validasi ahli (dosen ahli) agar instrumennya valid dan data yang diperoleh sesuai dengan harapan. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan: (1) kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator, (2) kesesuaian soal dengan kriteria tingkat proses berpikir, (3) ketepatan penggunaan kata/bahasa, (4) soal tidak menimbulkan penafsiran ganda, (5) kejelasan yang diketahui dan ditanyakan.

Selanjutnya teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan mencatat pokok-pokok pertanyaan yang akan

(9)

memaksimalkan hasil

wawancara peneliti

menggunakan alat perekam berupa video, tujuannya untuk mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat informasi pada saat wawancara berlangsung. Selain tes dan wawancara, instrumen

selanjutnya adalah

dokumentasi. Dokumentasi adalah alat bantu yang

digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan dan transkrip wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data tersebut sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, display, dan

conclusion

drawing/verification.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti:

A.Subjek yang memiliki gaya kognitif Field Independent cenderung memiliki proses berfikir konseptual.

1) Soal no 1 bagian (a) a) FI14

Dalam mengerjakan soal tes no 1 bagian (a), subjek dengan gaya kognitif Field

Indpendent (FI14) memiliki

proses berpikir konseptual. Karena disini subjek dapat mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal

(K1.1), mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2) Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun

(10)

tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

b) FI7

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (a), subjek dengan gaya kognitif Field

Indpendent (FI7) memiliki

proses berpikir konseptual. Karena disini subjek dapat mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal

(K1.1), mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2) Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

2) Soal no 1 bagian (b) a) FI14

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (b), subjek dengan gaya kognitif Field

Indpendent (FI14) memiliki

proses berpikir konseptual. Hal ini dapat terlihat ketika subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K1.1). Subjek juga mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2)

Subjek cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

b) FI7

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (b), subjek dengan gaya kognitif Field

Indpendent (FI7) memiliki

(11)

Karena disini subjek dapat mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal

(K1.1), mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2) Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

3) Soal no 2 a) FI14

Dalam menyelesaikan soal no 2 subjek dengan gaya kognitif Field Indpendent (FI14) memiliki proses berpikir komputasional. Hal ini dapat terlihat ketika subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K1.1). Subjek juga mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa

yang ditanya dalam soal (K1.2). Namun, cenderung lepas dari konsep permutasi yang sudah dipelajari (K3.3) dan juga tidak mampu mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K3.4). Sehingga subjek memiliki proses berpikir komputasional.

b) FI7

Dalam menyelesaikan soal no 2 subjek dengan gaya kognitif Field Indpendent (FI7) memiliki proses berpikir komputasional. Hal ini dapat terlihat ketika subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K1.1). Subjek juga mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2). Namun, cenderung lepas dari konsep permutasi yang sudah dipelajari (K3.3) dan juga tidak mampu mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K3.4). Sehingga subjek

(12)

memiliki proses berpikir komputasional.

B. Subjek yang memiliki gaya kognitif Field Dependent cenderung memiliki proses berfikir konseptual.

1) Soal no 1 bagian (a) a) FD19

Dalam mengerjakan soal tes no 1 bagian (a), subjek dengan gaya kognitif Field

Dedpendent (FD19) memiliki

proses berpikir konseptual. Karena disini subjek dapat mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal

(K1.1), mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2) Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

b) FD2

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (a), subjek dengan gaya kognitif Field

Indpendent (FD2) memiliki

proses berpikir konseptual. Karena disini subjek dapat mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal

(K1.1), mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2) Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

(kombinasi dan permutasi) yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (K2.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual. 2) Soal no 1 bagian (b)

a) FD19

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (b), subjek dengan gaya kognitif Field

Dependent (FD19) memiliki

(13)

Hal ini dapat terlihat ketika subjek tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K3.1).

Namun, subjek

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2). Selain itu, Subjek cenderung lepas dari konsep permutasi yang sudah dipelajari (K3.3) dan juga tidak mampu mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K3.4). Sehingga subjek memiliki proses berpikir komputasional.

b) FD2

Dalam menyelesaikan soal no 1 bagian (b) subjek dengan gaya kognitif Field

Dependent (FD2) memiliki

proses berpikir komputasional. Hal ini dapat terlihat ketika subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K1.1). Subjek juga mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang

ditanya dalam soal (K1.2). Namun, cenderung lepas dari konsep permutasi yang sudah dipelajari (K3.3) dan juga tidak mampu mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K3.4). Sehingga subjek memiliki proses berpikir komputasional.

3) Soal no 2 a) FD19

Dalam menyelesaikan soal no 2, subjek dengan gaya kognitif Field Dependent (FD19) memiliki proses berpikir konseptual. Karena disini subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K1.1). Namun, subjek tidak

sepenuhnya mampu

mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K2.2).

Subjek cenderung

menggunakan konsep

permutasi yang sudah dipelajari (K1.3) dan subjek mampu menentukan langkah-langkah

(14)

yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K1.4). sehingga subjek memiliki proses berpikir konseptual.

b) FD2

Dalam mengerjakan soal tes no 2, subjek dengan gaya kognitif Field Dependent (FD2) memiliki proses berpikir semikonseptual. Karena disini subjek tidak sepenuhnya mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal (K2.1). Namun, subjek mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal (K1.2). Subjek juga cenderung

menggunakan konsep

permutasi yang sudah dipelajari meskipun tidak lengkap (K2.3) dan subjek juga tidak

sepenuhnya mampu

mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal (K2.4). Sehingga subjek memiliki proses berpikir semikonseptual.

Berdasarkan uraian diatas terdapat proses berpikir konseptual, semikonseptual dan komputasional. Hal ini berdasarkan perdapat zuhri, zuhri membagi proses berpikir menjadi 3 yaitu proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini, proses berpikir semikonseptual proses berpikir yang cenderung menyelesaikan suatu soal dengan menggunakan konsep tetapi mungkin karena pemahamannya terhadap konsep tersebut belum sepenuhnya lengkap maka penyelesaiannya dicampur dengan cara penyelesaian yang menggunakan intuisi dan proses berpikir komputasional. Proses berfikir konseptual cenderung mengerjakan sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini memiliki kesamaan dengan proses berfikir konvergen. Menurut Eka Fitria Ningsih

(15)

(2016) siswa dengan berfikir konvergen cenderung focus pada satu cara yang dipahami saja. Menurut Lailatul

Mubarokah (2013)

Komputasional adalah proses berpikir yang pada umumnya menyelesaikan suatu soal tidak menggunakan konsep tetapi lebih mengandalkan intuisi, akibatnya siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah. Subjek yang memiliki gaya kognitif

Field Indpendent cenderung

mempunyai proses berpikir konseptual begitupula dengan subjek yang memiliki gaya kogitif Field Dependent cenderung memiliki proses berpikir konseptual.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penyajian data, temuan penelitian, dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Berdasarkan hasil penelitian,

proses berpikir mahasiswa semester IVA Program Studi

Pendidikan Matematika IAIM NU Metro Lampung yang bergaya kognitif Field

Independent cederung

memiliki proses berpikir konseptual. Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini.

2) Berdasarkan hasil penelitian, proses berpikir mahasiswa semester IVA Program Studi Pendidikan Matematika IAIM NU Metro Lampung yang bergaya kognitif Field

Dependent cederung

memiliki proses berpikir konseptual. Proses berpikir konseptual adalah proses berpikir yang selalu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajarannya selama ini.

(16)

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan:

1) Bagi mahasiswa

Dalam belajar hendaknya mahasiswa memiliki

motivasi untuk

meningkatkan pemahaman dengan cara lebih aktif dan sering bertanya ketika ada hal yang belum dimengerti kepada dosen atau berdiskusi dengan teman. Selain itu, dalam menyelesaikan masalah, mahasiswa hendaknya agar lebih teliti kembali agar tidak terjadi

kesalahan-kesalahan dalam

menyelesaikan soal yang diberikan.

2) Bagi Dosen

Ketika proses pembelajaran

hendaknya dosen

memahami seperti apa proses berpikir setiap mahasiswa serta mampu memahami perkembangan pemahaman mahasiswanya. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran dosen sudah menggunakan metode atau

startegi yang sesuai dengan karakteristik mahasiswanya dan tujuan belajar mengajar mampu tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan 3) Bagi Kampus

Hendaknya kampus

senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di kampus dengan memberikan tambahan wacana kepada seluruh dosen mengenai karakteristik mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan perkembangan intelektual mahasiswa, karena ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

4) Bagi peneliti lain

Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya lebih memperketat pengawasan kepada mahasiswa saat mengerjakan soal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam mengetahui proses berpikir mahasiswa. Selain itu, hendaknya selalu melakukan wawancara

(17)

kepada mahasiswa setelah mahasiswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh peneliti. Hal ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengetahui penyebab kesalahan

mahasiswa dalam

menyelesaikan soal. Kemudian, hendaknya selalu menggunakan validator untuk memvalidasi intrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran

mahasiswa untuk

menyelesaikan soal.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Cahyowati,dkk, Field Dependen-Field

Independen dalam

Kaitanya dengan Hasil

Belajar Matematika

Kelas III, SMA Negeri di

Kotamadya Malang,

IKIP Malang: Tesis Tidak Diterbitkan, 1990. Departemen Agama RI,

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mekar, 2004 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Eka Fitria Ningsih, Proses

Berfikir Mahasiswa

dalam Pemecahan

Masalah Aplikasi

Integral Ditinjau dari

Kecemasan Belajar

Matematika (Math

Anxiety). Jurnal Iqra’ vol. 1, No. 2, 2016, Hal. 191-216.http://journal.iaimnu metrolampung.ac.id/inde x.php/ji/article/view/73

Hamzah B.Uno, Orientasi Baru

Dalam Psikologi

Pembelajara, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.

(18)

Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika, Malang: Tidak diterbitkan, 2005.

I Made Candiasa. Pengaruh

Startegi Pembelajaran

Dan Gaya Kognitif

Terhadap Kemampuan

Memprogram Komputer. Ismanu, Hubungan antara Gaya kognitif dan Hasil

Belajar Matematika

Siswa Kelas V SD

Kecamatan Abepura dan Sekitarnya di Daerah

tingkat II Kabupaten

Jayapura, IKIP Malang: Tesis Tidak Diterbitkan, 1988.

Kepner,MD dan Neimark,ED. Test-retest Reliability and Differensial Pattern of Score Change on the

Group Embedded

Figured Test. Journal of

Personality and Social Psychology. vol 46. No 6, Lailatul Mubarokah, Proses

Berfikir Siswa dalam

Menyelesaikan Soal

Cerita Ditinjau

Berdasarkan

Kemampuan Matematika, Sidoarjo: Jurnal Tidak Diterbitkan, 2013

Nasution, Berbagai

Pendekatan Dalam

Proses Belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Oemar Hamalik, Kurikulum

dan Pembelajaran,

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Rina Agustina dan Nurul Farida, Proses Berpikir

Siswa SMA dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari

Tipe Kepribadian

Phlegmatis, UMM: ISSN 2442-5419 Vol.4 No. 1, 2015.

(19)

Ruseffendi, Pengantar kepada

Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam

Mengajar Matematika

untuk Mengembangkan

CBSA, Bandung: Tarsito, 1991. Rusman, Model-model Pemebelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Sudarman, Proses Berpikir

Siswa Quitter Pada

Sekolah Menengah Pertama Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika, Universitas Tudalako: tidak diterbitkan, 2011.

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Supami, Proses Berfikir Siswa

SLTP dalam

Menyelesaikan Soal-soal Operasi Hitung Pecahan

Bentuk Aljabar,

Surabaya: Pasca Sarjana Unesa, 2000

Wowo Sunaryo Kuswana,

Taksonomi berpikir,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Yansen Marpaung, Proses

Berfikir Siswa dalam

Pembentukan Konsep

Algoritma Matematis

Pidato Dies Natatlis

XXXI, Yogyakarta: Ikip Sanata Darma, 1986. Zainal Arifin, Evaluasi

Pembelajara, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Zuhri D, Proses Berfikir Siswa

Kelas II SMPN16

Pekanbaru dalam

Menyelesaikan Soal –

soal Perbandingan

(20)

Nilai, Pascasarjana MIPA, 2009.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptif, ditekankan pada kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien rawat jalan di poli umum,

21 responden menyatakan sangat setuju, 46 responden menyatakan setuju, 20 responden menyatakan tidak tahu dan 9 responden menyatakan tidak setuju,

Keterangan : abc ) Huruf yang berbeda pada tabel menunjukkan rata-rata pada perlakuan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 2, rata-rata nilai konversi kemurnian DNA White Spot Syndrom

Ikterus patologi jika ditemukan adanya kuning pada hari kedua setelah lahir, atau ditemukan pada hari ke 14 atau juga ditemukan pada bayi kurang bulan, feses berwarna pucat serta

6HODLQ LWX GDUL KDVLO ZDZDQFDUD \DQJ WHODK SHQHOLWL ODNXNDQ NHSDGD JXUX SHQJDPSX PDWD SHODMDUDQ %DKDVD ,QGRQHVLD SDGD WDQJJDO 2NWREHU GLNHWDKXL WHUGDSDW EHEHUDSD SHUPDVDODKDQ

Alih fungsi lahan pertanian merupakan suatu bentuk konsekuensi dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Majalengka, meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Media Perintis, hal.. bermanfaat tau tidak mendukung proses pembelajarannya seperti kumpul-kumpul di warung, bermain game di gerai game hingga siswa lupa waktu untuk belajar. Karena

Konten utama dari buku komik ini adalah penyajian informasi mengenai perkembangan komik daring dengan genre drama di Indonesia dengan cara mengulas satu per satu