• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA

No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

TRIWULAN I TAHUN 2007

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan penurunan sebesar minus 0,16 persen dibandingkan nilai triwulan IV tahun 2006 (q to q).

Dari sisi lapangan usaha, penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya sektor listrik, gas, dan air bersih (turun 2,90 persen), sektor industri pengolahan (turun 2,61 persen), sektor pertambangan dan penggalian (turun 1,97 persen), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (turun 0,14 persen). Sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertanian, sebesar 4,06 persen.

Sementara PDRB triwulan I tahun 2007 dibandingkan dengan PDRB triwulan I tahun 2006 (y on y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,87 persen. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komuniasi yakni 14,29 persen. Kemudian disusul oleh sektor bangunan sebesar 7,22 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,70 persen.

Berdasarkan struktur PDRB menurut Lapangan Usaha, pada triwulan I tahun 2007, tiga sektor utama yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebesar 65,50 persen terhadap perekonomian DKI Jakarta (dengan kontribusi masing-masing sebesar 29,15 persen, 20,45 persen, dan 15,90 persen).

Besaran PDRB DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2007 mencapai Rp 134,09 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 80,26 triliun.

Sementara dari sisi penggunaan, pada triwulan I tahun 2007 sebagian besar PDRB Provinsi DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, sebesar 56,05 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 37,73 persen, dan ekspor neto sebesar 13,46 persen.

I. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2007

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2006 (q to q) menunjukkan laju pertumbuhan negatif. Penurunan ini antara lain terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

(2)

Penurunan terendah dialami oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang mencapai minus 2,90 persen, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar minus 2,61 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar minus 1,97 persen, dan sektor pengangkutan komunikasi sebesar minus 0,14 persen.

Di lain sisi, sektor pertanian mampu menunjukkan kinerja cukup baik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai tambah sebesar 4,06 persen. Sektor lainnya yang tumbuh positif pada triwulan I adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yakni sebesar 0,83 persen, sektor jasa-jasa sebesar 0,78 persen, sektor bangunan sebesar 0,24 persen, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 0,12 persen.

Kajian lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektor-sektor ekonomi dengan nilai nominal besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi meskipun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya.

Pada triwulan I tahun 2007, pertumbuhan negatif yang dialami oleh PDRB DKI Jakarta pada triwulan I 2007, terutama didorong oleh penurunan yang terjadi di sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara itu, meskipun sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, namun peranannya tidak cukup besar untuk dapat mendorong pertumbuhan DKI Jakarta ke level positif. Begitu pula dengan sektor pertanian, meskipun mampu tumbuh 4,06 persen namun peranannya sangat kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan I.

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha (persen)

No Lapangan Usaha Triw IV 2006 terhadap

Triw III 2006*) Triw I 2007 terhadap Triw IV 2006**) Triw I 2007 terhadap triw I 2006**) Sumber Pertumbuhan q to q Triw I 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian -6,30 4,06 0,52 0,00

2 Pertambangan dan Penggalian 0,93 -1,97 -0,56 -0,01

3 Industri Pengolahan 0,74 -2,61 4,14 -0,42

4 Listrik, gas & air bersih -0,62 -2,90 3,28 -0,03

5 Bangunan 2,98 0,24 7,22 0,03

6 Perdagangan, hotel & restoran 0,96 0,83 6,70 0,15

7 Pengangkutan dan komunikasi 4,18 -0,14 14,29 -0,01

8 Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 0,71 0,12 3,80 0,03

9 Jasa-jasa 0,94 0,78 5,57 0,10

PDRB DKI Jakarta 1,30 -0,16 5,87 -0,16

PDRB Tanpa Migas 1,31 -0,15 5,89

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

(3)

PDRB triwulan I tahun 2007 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB DKI Jakarta triwulan I tahun 2007 jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2006 (y on y) secara total tumbuh 5,87 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 14,29 persen, kemudian diikuti oleh sektor bangunan sebesar 7,22 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,70 persen, sektor jasa-jasa sebesar 5,57 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4,14 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 3,80 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 3,28 persen, dan sektor pertanian tumbuh sebesar 0,52 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian tumbuh minus 0,56 persen.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan PDRB

Triwulan IV Tahun 2006 dan Triwulan I Tahun 2007

-6,5 -1,5 3,5 8,5 13,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

Triw IV 2006 thd Triw III 2006*) Triw I 2007 thd Triw IV 2006**) Triw I 2007 thd 3riw I 2006**)

Keterangan:

1 Pertanian 6 Perdagangan, Hotel Dan Restoran

2 Pertambangan Dan Penggalian 7 Pengangkutan Dan Komunikasi

3 Industri Pengolahan 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan

4 Listrik Gas Dan Air Bersih 9 Jasa-jasa

5 Bangunan

II. Nilai PDRB Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

Triwulan IV tahun 2006 dan Triwulan I Tahun 2007

PDRB DKI Jakarta mencerminkan kemampuan produksi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Jakarta tanpa memperhitungkan dari mana asal faktor produksi yang digunakan dalam proses produksinya. Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi kemudian diperhitungkan menurut harga tahun dasar untuk dapat melihat pertumbuhan produksi secara riil. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh harga pada besaran yang tercipta.

(4)

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 adalah sebesar Rp 134,09 triliun, sedangkan pada triwulan IV tahun 2006 sebesar Rp 131,39 triliun, atau terjadi peningkatan sebesar Rp 2,70 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB triwulan I tahun 2007 mencapai Rp 80,26 triliun dan triwulan IV tahun 2006 adalah Rp 80,38 triliun.

Tabel 2.

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

N0 Lapangan Usaha

Berlaku Konstan 2000

Triw IV 2006*) Triw I 2007**) Triw IV 2006*) Triw I 2007**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian 123,33 133,75 69,71 72,54

2 Pertambangan Dan Penggalian 616,20 616,49 235,65 231,00

3 Industri Pengolahan 21.101,26 21.325,33 13.821,12 13.460,83

4 Listrik Gas Dan Air Bersih 1.369,81 1.356,87 531,08 515,67

5 Bangunan 14.832,74 15.030,41 8.095,20 8.114,63

6 Perdagangan, Hotel Dan

Restoran 26.509,74 27.419,30 17.358,85 17.502,25

7 Pengangkutan Dan Komunikasi 11.545,68 11.716,88 7.109,93 7.100,37

8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa

Perusahaan 38.477,97 39.085,47 23.966,18 23.994,43

9 Jasa-jasa 16.812,90 17.376,04 9.193,63 9.264,98

Produk Domestik Regional Bruto 131.389,64 134.090,55 80.381,36 80.256,01

Produk Domestik Regional Bruto Tanpa

Migas 130.773,44 133.474,06 80.145,71 80.025,01

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Selama triwulan I tahun 2007, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp. 39,08 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 27,42 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 21,32 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 23,99 triliun untuk sektor keuangan, persewaan, da jasa perusahaan, Rp 17,50 triliun untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan Rp 13,46 triliun untuk sektor industri pengolahan.

III. Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Tahun 2005, 2006 dan

Triwulan I Tahun 2006-2007

Selama tahun 2005 dan 2006 perekonomian DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2005 ketiganya memberi kontribusi sebesar 67,07 persen sedangkan pada tahun 2006 kontribusi ketiganya turun menjadi 65,94 persen. Secara umum, peranan ketiganya berkisar antara 30-31 persen untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, 20 persen untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sekitar 15,9 persen untuk sektor industri pengolahan. Di lain sisi, penurunan kontribusi tersebut merupakan konsekuensi dari meningkatnya nilai tambah sektor bangunan dan sektor

(5)

pengangkutan komunikasi. Bila pada tahun 2005 sektor bangunan memberi kontribusi 10,45 persen maka pada tahun 2006 kontribusinya menjadi 11,20 persen, atau meningkat sekitar 0,75 basis poin. Sedangkan untuk sektor pengangkutan komunikasi, kontribusinya bertambah dari 8,13 persen menjadi 8,59 persen, atau meningkat 0,46 basis poin.

Tabel 3.

Struktur Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005,2006, dan Triwulan I Tahun 2006 dan 2007 (Persen)

No Lapangan Usaha 2005 2006*) Triwulan I

2006 *) 2007 **)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian 0,10 0,10 0,10 0,10

2 Pertambangan & Penggalian 0,45 0,48 0,50 0,46

3 Industri Pengolahan 15,88 15,95 15,80 15,90

4 Listrik, gas & air bersih 1,10 1,06 1,06 1,03

5 Bangunan 10,45 11,20 11,22 11,21

6 Perdagangan, hotel & restoran 20,09 20,14 20,10 20,45

7 Pengangkutan dan komunikasi 8,13 8,59 8,38 8,74

8 Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 31,09 29,85 30,40 29,15

9 Jasa-jasa 12,70 12,64 12,43 12,96

PDRB DKI Jakarta 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Sementara itu, pada triwulan I tahun 2007 struktur perekonomian DKI Jakarta masih menunjukkan pola yang sama dengan tahun 2005 dan 2006. Perekonomian masih didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar 29,15 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan hotel restoran dengan kontribusi 20,45 persen dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi 15,90 persen. Sektor lain yang menunjukkan kontribusi diatas 10 persen adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi 12,96 persen dan sektor bangunan dengan kontribusi 11,21 persen.

IV. PDRB menurut Penggunaan Triwulan I Tahun 2007

Dari sisi penggunaan atau permintaan, PDRB DKI Jakarta dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik, dan ekspor neto (ekspor-impor). Tinjauan struktur PDRB menurut penggunaan menunjukkan alokasi penggunaan PDRB yang tercipta di suatu daerah pada satu kurun waktu tertentu.

Penggunaan PDRB DKI Jakarta masih didominasi untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto dengan perbedaan proporsi yang cukup signifikan. Selama triwulan I tahun 2007, sebesar 56,05 persen (Rp 75,16 triliun) PDRB DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Nilai ini lebih tinggi dari proporsi pada triwulan IV tahun 2006 yang sebesar 55,52 persen (sebesar Rp 72,95 triliun).

(6)

Tabel 4.

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasa Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

No Komponen Penggunaan Berlaku Konstan 2000

Triw IV 2006*) Triw I 2007**) Triw IV 2006*) Triw I 2007**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Konsumsi RT 72.950,63 75.156,13 40.857,52 42.000,70 2 Konsumsi Pemerintah 7.681,17 7.797,93 3.836,83 3.889,84 3 PMTB 50.383,30 50.598,71 27.063,05 26.951,11 4 Perubahan Stok -11.770,56 -17.516,78 -6.516,33 -13.042,13 5 Ekspor Neto 12.145,09 18.054,56 15.140,29 20.456,49 PDRB 131.389,64 134.090,55 80.381,36 80.256,01

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Proporsi pembentukan modal tetap bruto pada triwulan IV tahun 2006 adalah sebesesar 38,35 persen (Rp 50,38 triliun) dan pada triwulan I tahun 2007 terjadi sedikit penurunan proporsi menjadi 37,73 persen (Rp 50,60 triliun).

Sedangkan komponen PDRB menurut penggunaan lainnya adalah ekspor neto yang mempunyai peranan sebesar 13,46 persen (Rp 18,05 triliun) terhadap PDRB DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007.

Sementara itu, konsumsi pemerintah memiliki proporsi relatif stabil pada kisaran 5,8 persen. Namun bila dilihat secara nominal terjadi peningkatan nilai konsumsi dari Rp 7,68 triliun pada triwulan IV 2006 dan meningkat menjadi Rp 7,80 triliun pada triwulan I tahun 2007.

Tabel 5.

Distribusi Persentase PDRB Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

No Komponen Penggunaan Triw IV 2006*) Triw I 2007**)

(1) (2) (3) (4) 1 Konsumsi RT 55,52 56,05 2 Konsumsi Pemerintah 5,85 5,82 3 PMTB 38,35 37,73 4 Perubahan Stok -8,96 -13,06 5 Ekspor Neto 8,24 13,47 PDRB 100,00 100,00

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

(7)

Tinjauan terhadap laju pertumbuhan triwulan I tahun 2007 terhadap triwulan IV tahun 2007 (q to q) menunjukkan pertumbuhan positif di seluruh komponen kecuali pada komponen pembentukan modal tetap bruto.

Pada periode tersebut, ekspor mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 9,39 persen, diikuti oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat 2,79 persen, dan konsumsi pemerintah yang meningkat 1,38 persen. Sementara itu, impor hanya meningkat 0,81 persen.

Tabel 6.

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

No Komponen Penggunaan Triw IV 2006 terhadap

Triw III 2006*) Triw I 2007 terhadap Triw IV 2006**) Triw I 2007 terhadap Triw I 2006**) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Konsumsi RT 1,66 2,79 7,26 2 Konsumsi Pemerintah 1,57 1,38 8,60 3 PMTB 1,97 -0,41 5,26 4 Ekspor -10,81 9,39 3,25 5 Minus Impor -17,24 0,81 10,36

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya seluruh komponen menunjukkan pertumbuhan diatas 5 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen impor, yakni sebesar 10,36 persen, kemudian disusul oleh komponen konsumsi pemerintah sebesar 8,60 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 7,26 persen, ekspor sebesar 3,25 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 5,26 persen.

Gambar 2.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan Triwulan IV 2006 dan Triwulan I 2007

-17 -12 -7 -2 3 8 Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Sektor Pertumbuhan (%)

(8)

BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA

Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Dody Rudyanto, MM.

Kepala Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik Telepon : 021-3822690

Fax : 021-3840084

e-mail : bps3100@jakarta.wasantara.net.id

Homepage: http://www.bps.jakarta.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Kemasan kompetensi yang digunakan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok

Pemahaman tentang materi sumber energi mudah didapatkan melalui media scrapbook, karena materi sumber energi merupakan konsep materi yang terlalu luas, terlalu

Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas menjelaskan bahwa, untuk menganalisis tingkat kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah maka ditinjau dari

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kode Etik Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Di Lingkungan Dinas Penanaman Modal

Dengan mengunakan electromagnet HC yang di hasilkan mulai meningkat pada titik rpm 2500, di sebabkan gas buang lain yang berbahaya antara lain catalytic

Puji Syukur kehadirat Allah Swt. karena berkat karunia dan ijin-Nyalah Tim penyusun Jurnal Teknik Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang dapat menyelesaikan

Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi

Dalam penyusunan Renja tahun 2017 ini berpedoman pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pelayanan Perizinan dan Kantor