• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI METODE WATERPROOFING UNTUK PEMANFAATAN CRUSHED BRICK SPECIMEN (CBS) SEBAGAI AGREGAT DAUR ULANG UNTUK BETON MUTU RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI METODE WATERPROOFING UNTUK PEMANFAATAN CRUSHED BRICK SPECIMEN (CBS) SEBAGAI AGREGAT DAUR ULANG UNTUK BETON MUTU RENDAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI METODE WATERPROOFING UNTUK

PEMANFAATAN CRUSHED BRICK SPECIMEN (CBS)

SEBAGAI AGREGAT DAUR ULANG UNTUK BETON MUTU RENDAH

Antoni1, Handoko Sugiharto2 dan Andre Herlambang3 1

Program Magister Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya Email: antoni@petra.ac.id

2

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya Email: hands@petra.ac.id

3

PT Shanty Wiraperkasa, Jl. Brigjen Katamso 265/A Surabaya

ABSTRAK

Crushed Brick Specimens (CBS) adalah limbah bangunan yang dihasilkan ketika bangunan dihancurkan atau dibongkar dalam suatu konstruksi yang berupa material pasangan bata dan spesi mortar yang masih melekat. CBS biasanya digunakan sebagai material urugkan atau dibuang padahal berpotensi digunakan sebagai agregat daur ulang pada konstruksi yang baru yang membutuhkan beton kuat tekan rendah. Permasalahan CBS adalah daya serap air yang tinggi sehingga apabila digunakan sebagai campuran beton cenderung untuk menyerap air dan menjadikan campuran beton memiliki kelecakan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

waterproofing treatment dengan menggunakan beberapa metode dan material penutup permukaan agar agregat CBS ini mempunyai absorbsi yang rendah terhadap air. Material digunakan berbahan dasar acrylic, elastomer acrylic polymer (EAP) dan silane. Pengujian kelecakan dan kuat tekan beton dengan agregat CBS yang telah diberi treatment juga dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga material waterproofing mengurangi penyerapan air CBS dengan efektivitas yang berbeda. Metode pelapisan atau perendaman juga mempengaruhi hasil absorbsi tersebut. Kelecakan beton menjadi lebih baik untuk campuran yang menggunakan CBS dengan waterproofing treatment dan dari pengujian kuat tekan beton, didapatkan adanya pengaruh bahan dasar waterproofing terhadap kekuatan beton.

Kata kunci: agregat daur ulang, pasangan bata, spesi mortar, waterproofing, beton mutu rendah

1. PENDAHULUAN

Dalam kegiatan konstruksi, C&D (Construction and Demolition) mendapat perhatian yang cukup besar khususnya untuk biaya penghancurannya (demolition cost). Pelaksanaan pembongkaran bangunan memerlukan waktu dan mobilisasi yang tidak sedikit. Hal ini mengacu pada besarnya jumlah volume material yang perlu dihancurkan dan seringkali tidak sebanding dengan pemanfaatan material itu sendiri selanjutnya. Hasil dari pembongkaran bangunan sebagian besar terdiri dari pecahan beton (Crushed Concrete) dan Crushed Brick Specimen (CBS) atau yang disebut dengan pecahan dari dinding pasangan bata. Selain memerlukan biaya untuk pembongkaran, material sisa ini juga memerlukan biaya lagi untuk pembuangan.

Pada penelitian ini, akan diupayakan agar CBS ini dapat digunakan kembali sebagai material beton dengan kuat tekan rendah untuk material rabat maupun pengisi. Permasalahannya adalah CBS mempunyai absorpsi terhadap air yang cukup besar, yaitu antara 15 – 20%, sehingga CBS membutuhkan perlakuan tambahan (treatment) untuk mengurangi sifat absorpsinya. Apabila CBS ini langsung digunakan sebagai bahan pembuat beton, akan terjadi penyerapan air yang berlebihan dan mengakibatkan nilai slump yang sangat rendah dan mempersulit pelaksanaan pengecoran.

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan treatment yang mengacu pada penggunaan bahan yang berbeda. Bahan yang digunakan antara lain Acrylic, Elastomer Acrylic Polymer (EAP) dan Silane. Pemilihan bahan treatment yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan (a) mudah didapatkan, (b) tahan terhadap perubahan suhu udara / cuaca, (c) tahan terhadap timbulnya senyawa organik dari luar dan (d) adanya perlindungan / proteksi terhadap absorpsi air.

Agar CBS dapat berfungsi dengan baik sebagai agregat kasar dalam beton, maka perlu dilakukan analisa terhadap kendala / masalah utama pada CBS yaitu (a) absorpsinya terhadap air, (b) metode waterproofing yang efektif, (c)

(2)

perilaku kelecakan pada beton segar akibat bahan yang digunakan, serta (d) Kerekatan bahan waterproofing treatment pada beton yang akan mempengaruhi kekuatan beton.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Sifat fisik dan karateristik bahan waterproofing

Penelitian ini menggunakan 3 bahan waterproofing treatment yang berbeda menurut cara kerja dan sifat fisiknya. Menurut keterangan data teknis pada masing – masing bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Acrylic: (a) bahan ini mempunyai sifat larut dalam air (water based), (b) meresap dengan ketebalan tertentu tergantung banyaknya bahan ini yang digunakan pada permukaan bidang, (c) setelah mengering membentuk lapisan film yang relatif tipis pada permukaan bidang, dan (d) sesuai dengan fungsinya sebagai pelapis waterproofing pada batu alam (kondisi relatif terlindung) maka sifat elastisnya relatif kecil.

Elastomer Acrylic Polymer (E.A.P): (a) bahan ini mempunyai sifat larut dalam air (water based), (b) hanya melekat pada permukaan bidang, (c) setelah mengering membentuk lapisan film yang relatif tebal pada permukaan bidang dan (d) sesuai dengan fungsinya sebagai pelapis waterproofing pada konstruksi atap (kondisi tidak terlindung) maka mempunyai sifat elastis yang cukup baik.

Silane: (a) mempunyai sifat tidak larut dalam air (solven based), (b) tidak melekat / melapisi pada permukaan bidang tapi meresap ke dalam setiap substrat bidang yang berongga dan air tidak dapat menempel pada permukaan bidang (menolak air), (c) tidak membentuk lapisan tipis dan tidak tampak secara visual, dan (d) sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung anti air tanpa membentuk lapisan film pada permukaan bidang (water repellent) maka bahan ini tidak punya sifat elastis.

Metode treatment yang digunakan adalah dengan melakukan pelapisan yaitu 1 lapisan, 2 lapisan, serta merendam material dalam cairan waterproofing selama 1 jam dan kemudian material dikeringkan.

Material CBS

Pengambilan CBS dilakukan pada daerah Surabaya yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : - CBS didapatkan dari pembongkaran tipe perumahan.

- CBS didapatkan dalam kondisi di lingkungan terbuka (tidak terlindung). - CBS diambil secara random / acak.

Setelah CBS didapatkan dilakukan penghancuran agar didapat aggregate dengan ukuran maksimum 25 mm, setelah itu material CBS disortir untuk memisahkan bagian agregat batu bata dan agregat spesi. Hal ini dilakukan agar sifat masing-masing material dapat dibandingkan setelah dilakukan waterproofing treatment. Material CBS yang sudah disortir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi Asli CBS (Non Treatment). Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

- Kadar Penyerapan Air (water absorption), Dilakukan percobaan dalam waktu yang berbeda yaitu 30”, 60”, 90”, 120”, 180” dan 24 jam. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data sebagai variable perbandingan pengaruh absorpsinya terhadap workability dan setting time awal pengerasan beton segar.

- Kelecakan Beton Segar (slump test), dilakukan pada beton segar, untuk melihat pengaruh waterproofing treatment terhadap sifat beton segar.

(3)

- Uji Kuat Tekan (Compressive Test), dilakukan dengan menggunakan spesimen kubus 150 mm pada umur 28 hari setelah pengecoran dengan curing dalam air. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat efek pelapisan terhadap rekatan antara agregate CBS dengan mortar.

3. HASIL DAN ANALISA

Penyerapan air untuk material CBS dalam kondisi alami ditunjukkan pada Gambar 2. Terlihat bahwa secara umum CBS batu bata, memiliki nilai penyerapan yang lebih tinggi daripada CBS spesi. Penyerapan sebesar 12.83% dan 15,80% dalam 30 menit untuk CBS Spesi dan CBS batu bata ini akan sangat menyulitkan apabila CBS yang ada langsung dipakai sebagai agregat kasar dalam campuran beton.

0 15.80 17.39 18.01 18.89 19.41 20.61 0 12.83 13.64 14.83 15.60 16.23 17.46 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit A b so rp ti o n - % Batu Bata Spesi

Gambar 2. Water absorption untuk material CBS dalam keadaan alami.

Gambar 3 menunjukkan kadar penyerapan air CBS yang telah diberi treatment waterproofing, dengan 3 metode yang berbeda, terlihat bahwa kadar penyerapan air menjadi berbeda pula. Pada kedua tipe CBS yaitu bata dan spesi, terlihat adanya kecenderungan yang sama. Pelapisan dengan acrylic hingga dua kali ternyata memiliki keefektifan yang lebih baik untuk mencegah masuknya air kedalam CBS. Hasil untuk treatment dengan EAP dan silane dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5, secara berurutan.Pada treament dengan EAP, hasil yang ditunjukkan mirip dengan treatment acrylic. Hal ini menunjukkan bahwa sistem treatment dengan pelapisan, akan didapatkan hasil yang sama tergantung pada metode pelapisannya saja.

0 9.54 14.22 15.12 15.74 16.26 17.62 0 5.92 9.28 10.08 10.78 11.60 12.42 0 7.99 12.00 12.38 12.73 12.84 13.13 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam 0 12.92 15.05 15.63 16.28 16.65 17.55 0 6.75 10.29 10.90 11.27 11.72 12.13 0 7.39 11.14 11.48 11.91 12.20 13.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam a) CBS Bata (b) CBS Spesi

Gambar 3. Water absorption setelah treatment Acrylic.

0 12.37 14.40 14.80 15.21 15.70 16.29 0 6.34 9.23 10.30 11.26 12.45 14.07 0 8.68 12.67 13.49 13.93 14.29 15.01 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam 0 12.24 14.65 15.29 15.72 16.16 16.93 0 6.93 9.98 10.87 11.42 11.76 13.22 0 8.80 11.78 12.30 12.63 12.83 13.58 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam a) CBS Bata (b) CBS Spesi

(4)

Penyerapan air setelah treament silane menunjukkan hasil yang berbeda dengan kedua metode sebelumnya. Gambar 5 menunjukkan bahwa untuk setelah waterproofing dengan silane, sistem perendaman lebih efektif karena silane

tidak melapisi permukaan melainkan dengan merembes kedalam celah pori-pori CBS. Dengan cara rendaman, ada waktu untuk cairan silane untuk mencapai bagian dalam CBS dan akan menyebabkan bagian ini bersifat

hidrophobic dan tidak menyerap air.

0 4.27 4.98 5.49 5.85 6.00 6.34 0 1.06 1.23 1.48 1.65 1.78 2.04 0 0.30 0.91 1.30 1.56 1.72 2.02 0 1 2 3 4 5 6 7 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam 0 5.30 6.03 6.42 6.65 6.85 7.12 0 4.17 4.80 5.15 5.40 5.55 5.81 0 0.64 0.90 1.18 1.31 1.45 1.70 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % 1 Lapisan 2 Lapisan 1 Jam

(a) CBS Bata (b) CBS Spesi

Gambar 5. Water absorption setelah treatmentSilane

Masing-masing metode perawatan yang menghasilkan penyerapan air terendah kemudian ditunjukkan pada Gambar 6, untuk membandingkan keefektifitas metode yang digunakan terhadap penyerapa air yang terjadi. Ketiga metode

waterproofing yang digunakan terlihat mempunyai pengaruh pengurangan pada penyerapan air. Penggunaan pelapisan acrylic dan EAP mampu mengurangi penyerapan air hingga 40% sementara penggunaan silane dapat mengurangi penyerapan air hingga 90%. Hal ini menunjukkan bahwa metode waterproofing yang terbaik untuk mengurangi penyerapan air adalah dengan menggunakan silane. Akan tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah apakah ada efek negatif dari material ini setelah CBS dicor menjadi beton.

0 15.80 17.39 18.01 18.89 19.41 20.61 0 5.92 9.28 10.08 10.78 11.60 12.42 0 6.34 9.23 10.30 11.26 12.45 14.07 0 1.06 1.23 1.48 1.65 1.78 2.04 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % Non Treatment Acrylic - 2 Lap E.A.P - 2 Lap Silicon - 2 Lap 0 12.83 13.64 14.83 15.60 16.23 17.46 0 6.75 10.29 10.90 11.27 11.72 12.13 0 6.93 9.98 10.87 11.42 11.76 13.22 0 0.64 0.90 1.18 1.31 1.45 1.70 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 30 60 90 120 180 1440 Time - Menit Ab s o rp ti o n - % Non Treatment Acrylic - 2 Lap E.A.P - 2 Lap Silicon - 1 jam

(a) CBS Bata (b) CBS Spesi

Gambar 6. Hasil water absorption terendah pada CBS untuk masing-masing material waterproofing Pada pembuatan beton digunakan faktor air semen sebesar 0,5 dengan rincian proporsi mix design tercantum dalam Tabel 1. Perbedaan berat pada kerikil CBS yang digunakan karena berat jenis yang berbeda antara Bata dan Spesi. Campuran dibuat dengan molen beton dan tidak diberikan additive tambahan.

Tabel 1. Mix design untuk pembuatan beton

CBS Air (kg//m3) Semen (kg//m3) Pasir (kg//m3) Kerikil CBS (kg//m3) Bata 175 350 699 827 Spesi 175 350 699 862

Nilai slump beton segar beton CBS ditunjukkan pada Gambar 7. Terlihat untuk beton yang dibuat dengan agregat CBS tanpa waterproofing treatment terjadi slump yang sangat rendah untuk CBS Bata maupun Spesi. Ketiga treatment yang digunakan membuat beton masih mempunyai kelecakan yang cukup dengan slump yang mencapai 100 mm pada treatmentAcrylic dan bahkan mencapai slump 185 mm pada treatmentSilane. Slump yang tinggi pada treatment Silane ini menunjukkan bahwa kebutuhkan air dapat dikurangi untuk mendapatkan beton yang sama kuatnya.

(5)

0 80 45 160 20 105 65 185 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Non Treatment

Acrylic E.A.P Silicon

Tipe Treatment Sl u m p - m m Batu Bata Spesi

Gambar 7. Nilai Slump beton segar dengan agregat CBS

Hasil kuat tekan pada umur beton 28 hari ditunjukkan pada Gambar 8. Secara umum nilai kuat tekan CBS spesi lebih tinggi dari nilai CBS bata, hal ini dikarenakan agregat CBS bata lebih lemah. Beton CBS bata mempunyai kehancuran pada bagian agregatnya sedangkan beton CBS spesi memiliki bidang kehancuran dibagian ITZ antara agregat dan mortar, seperti yang terlihat pada Gambar 9. Nilai kuat tekan yang terbaik ternyata dimiliki oleh CBS dengan treatment Acrylic. Kuat tekan beton dapat mencapai 125 kg/cm2 untuk CSB spesi yang telah ditreament dengan Acrylic. Nilai slump yang tinggi pada CBS dengan treatment Silane ternyata tidak membuat kekuatan yang tinggi pada betonnya. Hal ini kemungkinan karena dengan treatment Silane ini menyebabkan air tidak mau menempel pada permukaan CBS dan akibatnya mortar juga tidak menempel pada bagian permukaan agregat dan menyebabkan bagian ITZ yang sangat lemah.

74 112 97 76 91 125 103 92 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 Non Treatment

Acrylic E.A.P Silicon

Tipe Treatment K u a t T e kan kg /c m 2 Batu Bata Spesi

Gambar 8. Hasil uji kuat tekan beton pada umur 28 hari

(a) CBS Bata (b) CBS Spesi

(6)

Korelasi antara penyerapan air pada CBS dan kuat tekan beton yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 10. Metode waterproofing yang terbaik belum tentu dapat meyebabkan beton memiliki mutu yang lebih baik. Bagian pertemuan antara agregat CBS dan mortar dapat berubah dengan adanya perlakukan waterproofing yang berbeda. Material Silane walaupun dapat mengurangi penyerapan air dengan sangat efektif ternyata tidak dapat menghasilkan beton yang baik. Metode waterproofing yang paling cocok adalah dengan menggunakan pelapisan dengan material

Acrylic. 17.46, 91 12.13, 125 13.22, 103 2.72, 92 80 90 100 110 120 130 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Absorpsi air - % K u at T e kan - kg /c m 2 Non - Treatment Acrylic E.A.P Silicon

Gambar 10. Korelasi absorpsi air dengan nilai kuat tekan pada CBS spesi

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Absorpsi terhadap air pada material CBS dapat dikurangi dengan waterproofing treatment.

- Metode treatment yang paling efektif untuk mencegah absorpsi terhadap air pada CBS dengan melakukan pelapisan sebanyak dua lapis untuk material Acrylic dan EAP dan dengan melakukan perendaman pada material

Silane.

- Bahan waterproofing treatment yang paling effektif pada CBS dengan menggunakan Acrylic.

- Kekuatan beton dengan treatment pada CBS lebih ditentukan oleh sifat kerekatan bahan treatment terhadap beton daripada kelecakan beton segar (slump test).

- Dari bidang hancur yang terjadi maka agregat batu bata yang ditambahkan bahan treatment masih mempunyai kerekatan terhadap beton yang lebih baik daripada agregat spesi akan tetapi kuat tekan dengan CBS spesi lebih tinggi daripada CBS bata.

DAFTAR PUSTAKA

Ayano, T. and Sakata, K. (2004). “Durability of recycled concrete”. Proceeding of Internasional Seminar on Durability and Lifecycle Evaluation of Concrete Structures. Okayama : Okayama University.

Badan Standardisasi Nasional. (2002). “Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan agregat ringan”.

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. (1990). “Tata cara pembuatan beton ringan dengan agregat ringan”. Jakarta. Herrington, P. (2006). “Assessing the environmental effect of new and recycled materials in road contruction”.

Waterloo Quay : Land Transport New Zealand.

Nelson, and Shing C.N. (2004). “High-strength structural concrete with recycled aggregates”. Queensland : Southern Queensland University.

The Florida Center For Solid And Hazardous Waste Management. (2000). C&D debris recycling study : Final report. Florida.

Tsujino M. et al. (2007). Application of Conventionally Recycled Coarse Aggregate to Concrete Structure by Surface Modification Treatment”. Journal of Advanced Concrete Technology,vol. 5 no. 1. Japan.

Gambar

Gambar 1. Kondisi Asli CBS (Non Treatment).  Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
Gambar 3 menunjukkan kadar penyerapan air CBS yang telah diberi treatment waterproofing, dengan 3 metode  yang berbeda, terlihat bahwa kadar penyerapan air menjadi berbeda pula
Gambar 6. Hasil water absorption terendah pada CBS untuk masing-masing material waterproofing   Pada pembuatan beton digunakan faktor air semen sebesar 0,5 dengan rincian proporsi mix design tercantum dalam  Tabel 1
Gambar 9. Benda uji CBS yang telah di uji kuat tekan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kadar asam lemak bebas pada minyak jarak sebagai bahan baku dalam penelitian ini adalah 0,08%, sehingga proses konversi biodiesel dapat langsung dilakukan dengan tahap

Dengan cara padat, pada suhu 1.100  C hanya sedikit BTO yang terbentuk sedangkan dengan metode molten salt pada suhu sintesis 950  C BTO sudah total terbentuk. Jadi dapat

Hasil penelitian tentang mekanisme koordinasi menunjukkan, komunikasi dalam upaya penemuan suspek TB, 4 Puskesmas (44,4%) cukup baik, 7 Puskesmas (77,7%) supervisinya kurang baik,

Lingkup Gerak sendi (LGS) Pemeriksaan lingkup gerak sendi gerak sendi adalah suatu cara pengukuran yang bisa dilakukan suatu sendi. Sedangkan tujuan dari pada pengukuran LGS

Alhamdulillah, itulah kata yang tepat terlontar karena dengan segenap perhatian dan usaha yang maksimal akhirnya penulisan skripsi yang berjudul ”Hubungan antara

Dari amatan yang dilakukan di sekolah tersebut, Peneliti memperoleh gambaran bahwa lesson study mampu membangun suasana kekeluargaan dalam kolaborasi, baik pada

Pengertian sehat menurut WHO atau organisasi kesehatan dunia adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3 ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk berupa peraturan-peraturan, dan petunjuk