• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

2.1.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas adalah hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas tenaga kerja selalu dikaitkan dengan efektifitas efisiensi yang berkaitan dengan tenaga kerja diartikan sebagai ukuran keberhasilan tenaga kerja yang menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam dalam memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan akan memperoleh hasil yang besar (Sutrisno, 2010).

Dalam suatu perusahaan produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang dari ditampilkan oleh daya aktivitas, sebagai ukuran yaitu seberapa baik kita menggunakan sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991).

Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi, harus diakui dan diterima manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya. Karena itu memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah

(2)

satu tuntutan dalam keseluruhan upaya peningkatan produktivitas kerja (Siagian, 2003).

Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam orang.

Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu : (a) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (b) aspek efisiensi tenaga kerja dan (c) aspek kondisi lingkungan pekerjaan, ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana. Produktivitas harus menjadi bagian yang tak boleh dilupakan dalam penyusunan strategi, bisnis, yang mencakup bidang produksi, pemasaran, keuangan dan bidang lainnya (Sutrisno, 2010).

2.1.2 Pengukuran Produktivitas

Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para tenaga kerja yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.

Produktivitas Kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkat seberapa besar elemen produksi (Input) telah digunakan. Persamaan sederhana ini disebut formula dasar bagi pengukuran produktivitas (Ravianto, 1991).

Produktivitas =

Masukan Keluaran

(3)

Jumlah Keluaran dapat berupa jumlah produksi yang dihasilkan oleh seseorang secara utuh, satuannya adalah unit barang. Sedangkan masukannya berupa jumlah jam per orang merupakan waktu produktif dari seorang tenaga kerja untuk menghasilkan keluaran tersebut. Waktu produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari (Arsad, 1998).

Dengan mengetahui keluaran dan waktu produktif, maka produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

Produktivitas = ) ( ) Pr ( Kerja Jam T oduksi Unit V

= …. Barang / orang/ hari

Untuk jenis produk yang berbeda-beda dimana tenaga diharuskan mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk (unit barang) yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk (unit barang) yang seharusnya diperoleh selama 1 jam kerja, seperti rumus berikut:

Produktivitas Tenaga Kerja =

) ( arg ) ( barang unit et t Jumlah barang unit hasil Jumlah x 100%

Secara umum peningkatan dapat dilihat dalam tiga bentuk :

1. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama 2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang

3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif kecil.

(4)

Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator, sebagai berikut :

1. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas kemampuan seorang tenaga kerja sangat bergantung pada ketrampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai.

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

3. Semangat kerja

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.

4. Pengembangan Diri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi.

(5)

5. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dan yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang tenaga kerja.

6. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi tenaga kerja.

2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Produktivitas

Setiap perusahaan selalu berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain, seperti tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi, dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan prestasi (Ravianto, 1991) Menurut Simanjuntak (1998) ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja pekerja yaitu :

1. Pelatihan

Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi pekerja dengan ketrampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja.

Peningkatan produktivitas bukan pada permutakhiran peralatan akan tetapi pada pengembangan pekerja yang paling utama. Dari hasil penelitian beliau

(6)

menyebutkan 75% peningkatan produktivitas justru dihasilkan oleh perbaikan pelatihan dan pengetahuan kerja, kesehatan dan alokasi tugas.

Menurut Baechle (2007), latihan beban dapat menjaga kekuatan dan ketahanan otot saraf dan densitas tulang (menghindarkan rapuh tulang). Penelitian terakhir menyatakan latihan beban memberi sumbangan besar terhadap kehidupan yang berkualitas, apapun usia maupun kelamin orang itu dan dapat meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi.

2. Mental dan kemampuan fisik pekerja.

Keadaan mental dan fisik pekerja merupakan hal yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja pekerja.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan.

Hubungan atasan dan bawahan akan memengaruhikegiatan yang dilakukan sehari-hari. Sikap yang saling jalin menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas pekerja dalam bekerja.

Produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat dicapai apabila terdapat keseimbangan antara beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja. Beban kerja yang dimaksud adalah beban fisik, mental maupun sosial. Kapasitas kerja sangat tergantung kepada usia, ketrampilan, keserasian dan keadaan gizi. Lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah lingkungan kerja yang mempunyai faktor kimia, faktor fisika, faktor biologis, dan faktor psikologis (Suma’mur, 2009).

(7)

Berdasarkan teori produktivitas bahwa produktivitas tenaga kerja lansia dipengaruhi oleh :

a. Masa Kerja

Masa kerja seseorang dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama bekerja maka pengetahuan seseorang juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut seseorang dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dilakukannya (Depkes RI, 1996).

b. Motivasi Kerja

Menurut Sutrisno (2010), Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi untuk bekerja sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para tenaga kerja maka tujuan yang telah diterapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para pekerja maka hal ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Timbulnya motivasi dikarenakan seseorang merasakan suatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai maka akan merasa puas. Tingkah laku yang memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali sehingga menjadi kuat.

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang dipengaruhi oleh faktor intern dan extern.

(8)

1. Faktor Intern

a. Keinginan untuk dapat hidup.

Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi. Untuk mempertahankan hidup orang mau melakukan apa saja.

b. Keinginan untuk dapat memiliki.

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati orang lain.

d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan.

Keinginan untuk memperoleh pengakuan meliputi hal-hal adanya penghargaan terhadap prestasi, adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak dan pimpinan yang adil dan bijaksana.

2. Faktor Extern.

a. Kondisi lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi tersendiri bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik.

(9)

b. Kompensasi yang memadai.

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para pekerja bekerja dengan baik.

c. Adanya jaminan pekerjaan.

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya kalau yang bersangkutan merasa akan bekerja sampai tua cukup dalam satu perusahaan saja.

d. Peraturan yang fleksibel.

Bagi perusahaan besar biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja. Peraturan yang bersifat melindungi dapat memberikan motivasi para pekerja untuk bekerja lebih baik.

c. Status Gizi

Menurut Almatsier (2002) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi baik dan tidak baik. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan kemampuan kerja dan kesehatan pada tingkat setinggi mungkin. Sedangkan status gizi tidak baik adalah bila status gizi kurang atau status gizi lebih.

d. Status Kesehatan

Status Kesehatan adalah status kesehatan lansia saat ini dan riwayat penyakit masa lalu. Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan

(10)

produksi tenaga kerja selaku sumber daya manusia, kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan primer (Suma’mur, 2009).

e. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosial, psikologi dan lingkungan. Untuk bekerja produktif pekerjaan harus dilakukan dengan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka terjadi gangguan pada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja (Suma’mur, 2009).

Menurut Sutrisno (2009), lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan produktivitas.

f. Sarana

Sarana adalah ketersediaan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan. Sarana dapat membantu dalam produktivitas kerja (Ravianto, 1991).

Menurut Siagian (2003), salah satu faktor yang menunjang tercapainya produktivitas yang tinggi adalah tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan.

(11)

2.2 Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Maryam, 2008).

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia. 1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun 2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa.

5. Lansia tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

(12)

2.2.2 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karekter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri, dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

(13)

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius.

Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian kuat), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan sosial.

2.2.3. Karakteristik Lansia

Menurut Maryam (2008) yang mengutip pendapat Budi Anna Keliat lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit dari kebutuhan psikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.2.4. Angkatan Kerja

Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja.

(14)

Menurut BPS (2010), usia kerja di Indonesia adalah 15 tahun keatas dan dibagi 2 kelompok yaitu :

1. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, misalnya pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan.

2. Bukan angkatan kerja, adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (Kegiatan yang tidak aktif secara ekonomis).

2.3 Proses Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan dibagi dalam tiga bagian terdiri dari steverdoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga kesebaliknya), corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya), receivieing/delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya). Kesiapan sumber daya operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam.

Dalam melakukan pekerjaan bongkar muat, para pekerja dikontrak untuk menyelesaikan pekerjaan dalam batasan waktu tertentu, sehingga pekerjaan harus dilakukan selama 24 jam sehari. Sebagian besar pekerjaan dilakukan di alam terbuka. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang

(15)

mengandalkan fisik pekerja dan alat mekanik. Tenaga kerja mengangkat barang dari palka kapal ke jala-jala barang, kemudian jala-jala barang diangkut dengan kren ke truk. Setelah di truk tenaga kerja mengeluarkan barang dari jala-jala barang dan menyusunnya di truk. Pada setiap pelaksanaan bongkar muat barang dengan kapasitas kira-kira 3000 ton. Pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dikerjakan dengan satu tim yang terdiri dari 12 orang. Proses angkat dan angkut barang 1 jam sebanyak 25 ton untuk satu tim yang berarti bahwa setiap pekerja menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2,1 ton perjam. TKBM membutuhkan waktu kira-kira 4 hari untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal tersebut disesuaikan dengan kesepakatan antara pihak koperasi dengan perusahaan bongkar muat sebagai pengguna jasa. Intensitas kapal yang berlabuh untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dalam satu hari kira-kira 4 kapal. Maka dapat dipastikan pekerjaan bongkar muat dilakukan setiap hari.

Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954. 2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1969.

3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.

(16)

4. INPRES No. 4 tahun 1985 tentang kebijakan pelaksanaan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL 305/Phb.85 dan KM No.13, 1989 5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 (Gunawan, 2010).

2.4 Landasan Teori

Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas sangat peka terhadap daya saing, tingkat inflasi, dan standard kehidupan masyarakat, ada kecenderungan produktivitas akan menjadi pusat perhatian oleh banyak kalangan.

Menurut Sutrisno (2010), mengutip pendapat Singodimejo bahawa ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi yaitu : (a) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (b) aspek efisiensi tenaga kerja dan (c) aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana.

Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, maka produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia. Oleh karena itu

(17)

produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan (Ravianto, 1991).

Menurut Apander dalam Ilyas (1999) produktivitas dipengaruhi oleh : 1. Faktor Lingkungan : ekonomi, sosial budaya, legalitas dan politik

2. Faktor Tenaga Kerja : Motivasi, tujuan, kemampuan moral, persetujuan organisasi

3. Faktor Organisasi : Stuktur organisasi, teknologi dan iklim kerja

4. Aktivitas Manajerial : Komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, motivasi yang diberikan, penyusun tujuan, penentuan dan penggunaan sumber daya.

Menurut Sutrisno (2010) yang memengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua golongan yaitu :

1. Faktor yang ada pada diri sendiri : yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.

2. Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.

Menurut Simanjuntak (2009) yang mengutip pendapat Sagir faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan dan latihan

(18)

c. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga dalam lingkungan hidup tenaga kerja (modern atau tradisional, statis atau dinamis, kuat tidaknya ikatan kekeluargaan, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lain-lain. d. Lingkungan pekerjaan atau iklim kerja

e. Kesehatan, nilai gizi, makanan, sanitasi, tersedianya air bersih.

2.5 Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka peneliti menggambarkan kerangka konsep seperti berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Internal : • Masa kerja • Motivasi • Status Gizi • Status Kesehatan Produktivitas Lansia Faktor Eksternal : • Lingkungan Kerja • Sarana

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Internal : •  Masa kerja •  Motivasi  •  Status Gizi •  Status Kesehatan  Produktivitas  Lansia Faktor Eksternal : •  Lingkungan Kerja •  Sarana

Referensi

Dokumen terkait

Mountain resort yaitu Hotel resort yang berada di pegunungan dengan2. nuansa tatanan lereng gunung, terdapat di sebuah kota

INSTRUCTIONS FOR STANDARD DEVELOPERS: Standard Developers shall * consider the applicability of active engagement* and co-management at the national and sub-national

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo) a6. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

5.2 Gambaran Perilaku Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penajaga Sekolah di Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai

(montmorilonit) yang kejadiannya berasal dari abu gunung api (vulcanic ash) akan membeku dalam berbagai kondisi hidrotermal, sehingga bentonit suatu lokasi dengan

PEMOHON INFORMASI PUBLIK adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang­ -Undang inia. KOMISI

Lampiran 38 Perbandingan data rata-rata bulanan karbon organik terlarut (mg/l) hasil simulasi (  ) dan karbon organik partikulat hasil observasi lapangan () di stasiun 1 -

Dari pelajaran sejarah di sekolah, selain kita bisa mengetahui identitas bangsa atau manusia Indonesia dimasa alau, diharapkan akan bisa dipetik nilai-nilai positif yang