• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI DI KELAS IV SDN 3 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Noviyanti Ahmad Jurusan / Prodi : PGSD/ S1 PGSD ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI DI KELAS IV SDN 3 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Noviyanti Ahmad Jurusan / Prodi : PGSD/ S1 PGSD ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI DI KELAS IV SDN 3 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

Oleh: Noviyanti Ahmad Jurusan / Prodi : PGSD/ S1 PGSD

ABSTRAK

Noviyanti Ahmad. 2013. Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi di Kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Rusmin Husain M.Pd dan pembimbing II Dra. Dajani Suleman M.Hum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa menulis karangan narasi di kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo? Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa menulis karangan narasi di kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo.

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis data secara kualitatif. Siswa yang mampu sebanyak 17 orang atau 73,91%, siswa yang kurang mampu 2 orang atau 8,69% dan yang tidak mampu 4 orang 17,39%

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 23 siswa yang memiliki kemampuan menulis karangan narasi di kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo ada 18 siswa, yang kurang mampu 1 siswa dan yang tidak mampu ada 4 siswa.

Kata kunci: menulis, karangan narasi

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan peserta didik diperhadapkan dengan berbagai disiplin ilmu mulai dari disiplin ilmu tentang agama, moral, perhitungan, alam dan disiplin ilmu tentang bahasa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia peserta didik diharapkan mampu menguasai bahasa baik dari segi ucapan (lisan) maupun dari segi tulisan. Dari segi tulisan, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan ide/gagasannya dalam bentuk tertulis.

(2)

(Pateda, 2004:76) berpendapat bahwa menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan. Selanjutnya menurut Tarigan (2008:22) Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna – makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan – kesatuan bahasa.

Kemampuan menulis memerlukan latihan yang lama dan intensif. Novi dkk (2006: 191) mengatakan bahwa kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar mengajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. Jadi kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat kelas semakin meningkat dan berkembang kemahirannya dalam menulis. Kematian dalam menuli diperoleh dari menulis sebuah karangan. Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan, ide, gagasan, dan perasaan, yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Dalam menulis, siswa memikirkan terlebih dahulu yang akan ditulisnya sehingga ide dan gagasan dapat dituliskan secara baik. Hadis (dalam Resmini, 2007:116) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar berpikir dapat dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Salah satu materi yang yang diajarkan kepada siswa SD yakni menulis karangan narasi.

Narasi dapat disebut juga dengan istilah karangan yang menyajikan hubungan peristiwa dengan memperhitungkan unsur waktu yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya. Narasi sebagai bentuk wacana dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat pula menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat dijumpai unsur argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Untuk mendapatkan ilustrasi dari bentuk narasi yang memiliki unsur-unsur tersebut dapat kita jumpai dalam sebuah karya contoh roman atau novel.

(3)

Menurut Keraf (2007: 136) menyebutkan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu

Berdasarkan hasil pemantauan pada siswa kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo, dapat dikatakan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis karangan narasi masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena siswa kelas IV merupakan siswa yang baru mengalami masa transisi dari kelas rendah ke kelas tinggi pada jenjang pendidikan SD.

Dalam kenyataannya, siswa mengalami kesulitan untuk menulis atau menyusum kalimat dengan struktur yang baik dan benar. Kesulitan dalam menyusun kalimat menyebabkan siswa terhambat dalam menulis terutama menulis karangan. Untuk menulis karangan sangat membutuhkan latihan yang kontinyu.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan

Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu, Robin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor (Robbin, 2007:57) yaitu:

1. Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah.

2. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa

(4)

Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) (DePorter dan Mike, 2004: 179). Menurut Tarigan (2008: 3), menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Lebih lanjut Tarigan (2008: 22) mengatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Menurut Akhaidah (dalam Mulyati, 2007:53) mengemukakan beberapa pengertian menulis, yaitu: (1) menulis merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) menulis adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap (dalam tulisan tidak terdapat intonasi ekspersi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan), (4) menulis merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca yang dibatasi oleh jarak dan waktu. Menurut Suparno (2008:29) menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan manusia khususnya siswa.

Menurut Nurgiyantoro (2001: 296), kegiatan menulis merupakan bentuk atau wujud kemampuan atau keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur ahli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal tersebut disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Lebih

(5)

lanjut menurut Nurgiyantoro (2010: 423) bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi lainnya. Kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Senada dengan pendapat tersebut, Akhadiah (2004: 2) berpendapat bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Manfaat Menulis

Menulis merupakan kegiatan aktif yang produktif dan juga merupakan alat komunikasi tidak langsung. Dengan menulis maka seseorang akan menghasilkan suatu karya berupa tulisan sebagai wujud dari ide yang sudah dikembangkan. Menulis dapat memudahkan untuk merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan, 2008: 22-23).

Akhadiah (2004: 1-2) juga menyebutkan bahwa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan kegiatan menulis, yaitu:

1. Mengenali kemampuan dan potensi diri, 2. Mengembangkan beberapa gagasan, 3. Memperluas wawasan,

4. Dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar, 5. Dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif, 6. Lebih mudah memecahkan permasalahan,

7. Mendorong diri belajar secara aktif, dan

8. Membiasakan diri berpikir serta berbahasa secara tertib. Menurut Danial (2010:4) ada beberapa manfaat menulis yaitu:

1. Dengan menulis, kita bisa menuangkan gagasan, ide, atau nilai dengan lebih leluasa dan terkontrol. Leluasa karena kita bisa menjadi menggali gagasan kita lengkap dengan data dan kutipan pendukung.

2. Dengan tulisan, sebuah gagasan kita menjadi lebih luas. Tentu saja, yang dimaksud tulisan dalam hal ini adalah tulisan yang disebarluaskan, baik

(6)

melalui media cetak, buku, atau selebaran dan internet bukan tulisan yang disimpan rapat – rapat di laci.

3. Gagasan yang kita dan tersebar terdokumentasi cukup lama. Beberapa lembaga yang mendokumentasikan tulisan – tulisan kita yang termuat dikoran, majalah, jurnal, atau internet. Jika kita menulis buku, beberapa perpustakaan yang mengoleksinya. Dengan terdokumentasi tulisan tersebut, maka gagasan kita melintas zamannya dan akan menjumpai generasi – generasi sesudah kita.

Ciri-ciri Tulisan Yang Baik

Menurut Mc. Mahan & Day (melalui Tarigan, 2008: 7) tulisan yang baik adalah (1) jujur-tidak memalsukan ide, (2) jelas-tidak membinggungkan pembaca, (3) singkat-tidak memboroskan waktu para pembaca, (4) keanekaragaman panjang kalimat yang beraneka ragam dan berkarya dengan penuh kegembiraan. Diutarakan pula oleh Adelstein & Pival (melalui Tarigan, 2008: 6-7) bahwa tulisan yang baik apabila mampu mencerminkan kemampuan dalam hal (1)mempergunakan nada yang serasi, (2) menyusun bahan, (3) menulis dengan jelas, (4) menulis secara meyakinkan, (5) mengkritik naskah tulisan pertamanya dan mampu memperbaiki, dan (6) mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah.

Pengertian Karangan Narasi

Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan, ide, gagasan, dan perasaan, yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Dalam menulis, siswa akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ditulisnya sehingga ide dan gagasan dapat dituliskan secara baik. Hadis (dalam Resmini, 2007:116) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar berpikir dapat dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Menurut Keraf (2007: 136) menyebutkan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Selanjutnya menurut Keraf (2007:136) narasi

(7)

merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Karakteristik Karangan Narasi

Menurut Keraf (2007: 145) berdasarkan struktur komponen yang membentuknya, narasi terdiri dari perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.

1) Perbuatan, yaitu tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.

2) Penokohan, yaitu penampilan tokoh-tokoh dalam tulisan narasi. 3) Latar, meliputi latar tempat, waktu, dan suasana. Latar diperlukan dalam

narasi untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai peristiwa yang terjadi. Latar waktu yang menyampaikan peristiwa secara kronologis merupakan salah satu unsur dasar dalam narasi.

4) Sudut pandang, yaitu pertalian antara seseorang yang mengisahkan narasi itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah itu. Orang yang membawakan pengisahan itu dapat bertindak sebagai pengamat atau peserta terhadap seluruh tindak-tanduk yang dikisahkan. Unsur Pembentuk Karangan Narasi

Sebagaimana yang disampaikan oleh Keraf (2007:145-148), narasi merupakan cerita yang memiliki alur atau plot. Narasi dapat berisi fakta atau rekaan. Jadi, baik karangan narasi yang berupa fakta atau fiksi yang mengandung alur termasuk dalam karangan narasi. Sementara itu, sebuah alur mengandung rangkaian peristiwa yang dapat membentuk suatu konflik dan klimaks yang dialami oleh para tokohnya pada suatu tempat dan waktu tertentu yang kadang dalam penyelesaiannya memicu berkembangnya masalah baru. Untuk itu, perlu pembatasan rangkaian tindakan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang diikat oleh waktu. Sehingga rangkaian peristiwa itu dapat memberikan makna bagi rangkaian peristiwa itu.

(8)

Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Tahap-tahap proses penulisan yang lengkap adalah sebagai berikut: 1) Persiapan. Mengelompokkan dan membangun gagasan berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman.

2) Draft- kasar. Mengembangkan gagasan yang berpusat pada isi. 3) Berbagi. Meminta orang lain membaca tulisan dan memberikan

umpan balik. Dalam tahap ini pembaca menguatarakan pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya saat membaca tulisan itu.

4) Perbaikan (revisi). Memperbaiki tulisan setelah mendapatkan umpan balik.

5) Penyuntingan (editing). Memperbaiki kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca.

6) Penulisan kembali. Menulis kembali tulisan berdasarkan perubahan-perubahan dari penyuntingan.

7) Evaluasi. Memeriksa kembali apakah tulisan sudah selesai.

(dikutip dari the California Writing Project via Deporter & Hernacki, 2004: 194-198)

Menurut Hasnun (2006: 2), beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menulis karangan adalah sebagai berikut.

1. Menentukan tema dan judul. 2. Mengumpulkan bahan. 3. Menyeleksi bahan. 4. Membuat kerangka.

5. Mengembangkan kerangka karangan.

Berdasarkan urain di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis adalah sebagai berikut:

1. Menentukan topik dan judul.

Topik adalah bahan pembicaraan atau pokok pembicaraan dalam karangan.

(9)

3. Membuat kerangka tulisan.

Kerangka karangan merupakan rencana kerja penulis dalam mengembangkan tulisannya yang bertujuan menuntun penulis mengembangkan gagasannya.

4. Mengembangkan kerangka tulisan.

5. Menulis kembali berdasarkan kerangka tulisan Penilaian Menulis Karangan Narasi

Menulis merupakan suatu bentuk kompetensi berbahasa paling akhir yang dikuasai siswa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan keterampilan bahasa yang lebih sulit dibanding dengan ketiga keterampilan bahasa yang lain. Hal itu disebabkan kompetensi menulis menghendaki penguasaan unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menulis diperlukan alat untuk mengukur yang dianggap dapat mencerminkan kemampuan siswa dalam menulis.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 422-423), kemampuan menulis dapat dinilai dengan jalan tes. Pada umumnya aktivitas orang dalam menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktivitas bahasa itu sendiri, melainkan karena ada suatu hal yang ingin dikomunikasikan lewat bahasa. Tugas menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan sarana bahasa tulis secara tepat.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa menulis karangan narasi di kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tibawa Tahun Pelajaran 2012/2013. SDN 3 Tibawa didirikan Tahun 1980. Dengan jumlah guru 8 terdiri dari 1 kepala

(10)

sekolah, 3 PNS serta GTT 4 orang dan jumlah keseluruhan siswa 188, dengan kriteria ketuntasan minimal di SDN 3 Tibawa 70.

Subjek penelitian ini di kelas IV, dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: (a) Objek tersebut memberikan keterangan terhadap masalah yang diperlukan, (b) Dengan melihat hasil ulangan pada menulis karangan narasi yang belum baik, maka masalah ini perlu mendapat perhatian khusus, (c) Dengan mewawancarai beberapa siswa yang tidak menyenangi suasana pembelajaran menulis karangan narasi di kelasnya, (4) Dari segi waktu, biaya dan tenaga cukup menunjang bagi penulis. jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, tujuannya adalah untuk menggambarkan kondisi yang ada pada situasi tertentu saat penelitian di lakukan dan tidak melakukan uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal. Kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status sebagai peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan pengumpulan data diketahui oleh kepala sekolah, guru, dan anak-anak SDN 3 Tibawa Kabuapaten Gorontalo yang menjadi informan peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data pelaksanaan penelitian yakni:

a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tertulis melalui buku-buku relevansi yang ada berupa pengertian dan teori yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sehubungan dengan penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dengan teknik sebagai berikut (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi data.

(11)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data uji kredibilitas data melalui triangulasi. Yaitu pengecekan keabsahan data dengan menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut (1) Tahap sebelum ke lapangan, (2) Tahap pekerjaan lapangan, (3) Tahap analisis data, (4) Tahap penulisan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada hari kamis tanggal 02 Mei 2013 pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data dimulai dengan melakukan observasi. Observasi dilakukan menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Temuan Umum

Secara umum, peneliti menemukan gambaran bahwa kemampuan siswa menulis karangan narasi di kelas IV SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo, sudah sebagian besar siswa yang memahami bagaimana cara menulis karangan narasi tersebut, karena cara yang digunakan guru untuk membelajarkan materi pada siswa disesuaikan dengan tingkat kemampuan setiap siswa itu sendiri. Meskipun masih ada beberapa siswa yang sulit memahami materi menulis karangan narasi, terutama mnengenai isi gagasan, struktur tata bahasa, ejaan dan tanda baca. Dengan ini guru membimbing siswa-siswi ini dengan memberikan teks bacaan yang lebih mudah dan membimbing mereka secara mandiri dan motivasi belajar yang kuat. Sehingga siswa-siswi tersebut bisa seperti teman-temannya yang lain. Dalam menulis karangan narasi, diperlukan konsentrasi yang baik karena mereka harus memahami setiap ide yang akan mereka tuangkan dalam karangan narasi tersebut.

Temuan Khusus

Adapun temuan khusus yng ditemukan oleh peneliti dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN 3 Tibawa, ternyata sebagian besar dari 23 siswa sudah dapat memahami materi menulis karangan narasi, namun masih ada beberapa siswa masih kurang memahami bagaimana cara untuk mengerjakannya adapun faktor yang menyebabkan siswa masih sulit dalam

(12)

menulis karangan narasi yaitu (1) Isi gagasan, (2) Struktur kalimat, (3) Ejaan dan tanda baca.

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SDN 3 Tibawa, tepatnya pada siswa kelas IV, peneliti menemukan temuan umum dan khusus bahwa kemampuan siswa menulis karangan narasi, bahwa sebagian besar siswa dikelas IV sudah memahami bagaimana cara untuk menentukan isi gagasan yang dikemukakan, struktur tata bahasa serta ejaan dan tanda baca. Meskipun masih ada beberapa siswa yang masih kurang memahami materi tersebut. Karena sebagian besar siswa sudah memahami materi ini, maka beberapa siswa yang lambat dalam memahami materi ini, guru lebih khusus memperhatikan mereka (dibimbing secara mandiri), tanpa mengurangi sedikit perhatian pada siswa yang lain atau juaga dilakukan dengan memanfaatkan siswa yang sudah mampu untuk membantu (tutor sebaya).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa menulis karangan narasi, bahwa sebagian besar siswa dikelas IV sudah memahami bagaimana cara untuk menentukan isi gagasan, struktur kalimat serta penggunaan ejaan dan tanda baca. Meskipun masih ada beberapa siswa yang masih kurang memahami materi tersebut. Karena sebagian besar siswa sudah memahami materi ini, maka beberapa siswa yang lambat dalam memahami materi ini, guru lebih khusus memperhatikan mereka (dibimbing secara mandiri), tanpa mengurangi sedikit perhatian pada siswa yang lain atau juaga dilakukan dengan memanfaatkan siswa yang sudah mampu untuk membantu (tutor sebaya).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dari 23 siswa terdapat 17 siswa yang memiliki kemampuan menulis karangan narasi, 2 siswa kurang mampu menulis karangan narasi dan 4 siswa yang tidak mampu menulis karangan narasi.

(13)

Saran

Sebagai guru hendaknya menyadari bahwa menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa harus memerlukan metode dan strategi yang tepat, agar tujuan pembelajaran tercapai. Dengan adanya kemampuan pada setiap siswa yang berbeda, maka dalam proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan pendekatan secara individual

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 2004. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, 2003. Pengertian Menulis. http://wordpress.com/2012 diakses 14 Maret 2013)

Danial, Mohammad. 2010. Menjadi Penulis Mulai dari Sekarang. Semarang: Sindur Press

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis, sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Hasnun, H. Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: C.V. Andi Offset

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia.

Mulyati, Yeti.2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

---. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa, Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

(14)

Pateda, Mansoer. 2004. Linguistik. Gorontalo: Viladan.

Resmini, Novi. 2006. Membaca dan Menulis DI SD. Bandung: UPI PRESS Robin, 2007. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi. Online

tersedia http//www.blogspot.com/ meningkatkan-kemampuan-menulis- karangan-narasi.html (14 Maret 2013)

Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Yusdi Milman, 2010. Pengertian Kemampuan. blogspot.com/pengertian-

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Saudara sebagai dokter muda tentang syok hipovolemik, pada penelitian ini saya akan memberikan beberapa pertanyaan

Semua Belanja Honorarium Kegiatan (Pengawas, Korektor, Panitia) PPh Pasal 21 NPWP Madrasah 5%.. Semua Belanja Barang lebih dari sama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis diantara subsektor perdagangan besar barang produksi, subsektor

Setelah itu proses pembuatan permainan ini dilanjutkan dengan menelaah buku-buku dan Internet mengenai pembuatan aplikasi permainan dengan menggunakan JavaScript dan HTML,

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk Instrumen

Dalam penyusunan LKS, materi yang diberikan pada setiap kali pertemuan kegiatan belajar mengajar (KBM), disediakan tiga jenis tugas, yaitu pemahaman konsep, latihan

Perkembangan game yang selalu cepat, mendorong minat para penggemar game untuk lebih memahami game itu sendiri, baik saat dimainkan ataupun dalam proses pembuatannya. Game ini

Untuk memperjelas penulisan ilmiah ini, penulis sertakan landasan teori perancangan sistem dan beberapa teori yang digunakan sebagai alat Bantu untuk merancang sistem sehingga