• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kompleksnya persoalan akibat globalisasi yang terjadi di masyarakat, menjadikan hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi semua permasalahan dalam kehidupan. Globalisasi adalah suatu masa yang memberikan peluang dan sekaligus tantangan yang menyulitkan. Generasi muda sebagai kader pembangunan bangsa, seyogyanya mereka mampu mempersiapkan diri bagi kehidupan di masa depan, terutama dalam menyikapi tantangan dari era globalisasi tersebut. Kesuksesan dalam merebut peluang dan menghindari kendala semuanya berpulang kepada kemampuan individu dalam mengelola peluang dan tantangan tersebut. Dalam menyikapi tantangan globalisasi yang terjadi saat ini individu membutuhkan perencanaan karir yang matang. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya adalah dengan upaya yang telah dilakukan dalam dunia pendidikan yaitu dengan melalui layanan Bimbingan dan Konseling, khususnya Bimbingan Karir di sekolah-sekolah; yang bertujuan untuk mem- bantu siswa melalui intervensi kurikuler dalam merencanakan karir, mengembangkan keterampilan, memahami diri dan lingkungan, serta pembuatan keputusan pilihan karir yang sesuai dengan pribadinya.

Perencanaan karir yang dilakukan oleh setiap orang pada tingkat jenjang pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, yang menjadi penentu suatu karir dan melibatkan perencanaan karir yang matang, sehingga memperoleh kepuasan dan kesuksesan di masa yang akan datang. Donald E. Super (dalam Munandir, 1996:93) menyatakan keterkaitan perencanaan dan pemilhan karir pada jenjang pendidikan tertentu

(2)

mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan lanjutan. Senada dengan itu, Sutoyo Imam Utoyo (1997:24) menggambarkan bahwa perencanaan karir dimulai sejak duduk dibangku SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), maupun SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), yaitu didalam memilih jurusan; baik jurusan IPA, IPS, dan Bahasa, maupun sekolah kejuruan yang sesuai dengan pilihan karir nantinya.

Jenjang pendidikan yang dilalui seseorang merupakan salah satu perencanaan yang matang didalam pengambilan keputusan karirnya nanti. Individu perlu melakukan pemilihan dan perencanaan karir yang matang agar tidak terjadi kegagalan dalam menentukan pilihan karir. Elizabeth B. Hurlock (1991:247) menyatakan bahwa kegagalan dalam menentukan pilihan karir mengakibatkan kerugian dalam hal waktu dan usaha. Coan (dalam Indreswari, 1990:21) menyatakan pula bahwa kesalahanan dalam menentukan karir menjadi sumber konflik dan krisis emosi yang serius karena penentuan karir biasanya menjadi dasar self-image seseorang dan perubahan didalam tujuan karir akan disertai oleh perubahan orientasi dalam berbagai segi kehidupan seseorang.

Pengambilan keputusan karir menurut Tiedeman dan O’Hara (dalam Mohammad Thayeb Manrihu, 1992:102) menyatakan bahwa identitas karir individu terbentuk oleh pengambilan keputusan yang menjadi sasaran pemahaman dan kehendak individu. Pengambilan keputusan karir yang tepat merupakan upaya untuk membantu individu dalam menyadari semua faktor yang melekat pada pengambilan keputusan sehingga mereka akan mampu membuat pilihan-pilihan yang didasarkan pada pengetahuan tentang diri dan informasi lingkungan yang sesuai. Faktor-faktor pengambilan keputusan karir menurut Lambert, dkk. (dalam Mohammad Thayeb Manrihu, 1992:154), yaitu: (1) Faktor

(3)

Internal ( kemampuan akademis, bakat, dan minat yang ada pada diri individu), (2) Faktor Eksternal (keluarga, jenis kelamin, sekolah, tersedianya informasi pekerjaan, karakter pribadi, dan pengaruh sosio-kultural).

Pilihan karir yang dibuat disesuaikan dengan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan yang menunjang kebutuhan hidupnya yang berupa kebutuhan seorang remaja termasuk pada usia SMA. Menurut Donald E. Super (dalam Munandir, 1996:93) bahwa tugas perkembangan karir terdiri atas tahapan, yaitu: preferensi pekerjaan (14-18 tahun), spesifikasi pekerjaan (18-21 tahun), implementasi preferensi (21-25 tahun), stabilitasi didalam suatu pekerjaan (25-35 tahun), dan konsolidasi status serta kemajuan (masa akhir usia 30-an dan 40-an).

Berdasarkan pengamatan sementara muncul berbagai keresahan yang berkenaan dengan perencanaan karir. Hal ini karena diri remaja sendiri mengalami kebingungan, ketidakpastian, dan ketidakmampuan mereka dalam mempersiapkan kehidupan dimasa depan, terlihat dalam kecenderungan berspekulasi, baik dalam memasuki pendidikan lanjutan maupun dunia kerja, serta ketidaksiapan memasuki pendidikan lanjutan dan dunia kerja. Keadaan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya keluhan dari masyarakat, baik lembaga pendidikan lanjutan maupun dunia kerja terhadap kualitas lulusan yang dinilai rendah sebagai akibat kecenderungan berspekulasi untuk asal masuk.

Sekalipun kemampuan yang dimiliki kurang memadai, pada akhirnya dengan tuntutan akan tenaga terampil yang meningkat sejalan dengan kompleksnya dunia kerja, menyebabkan masyarakat menerapkan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon, baik untuk dunia kerja itu sendiri maupun untuk lembaga pendidikan lanjutan sebagai persiapan tenaga kerja di masyarakat. Sistem seleksi yang ketat ini menjadi salah satu

(4)

faktor penunjang terhadap timbulnya masalah menumpuknya tenaga kerja golongan muda yang menganggur, disamping faktor penunjang lainnya.

Ketidaksiapan para lulusan SMA memasuki dunia kerja dan banyaknya jumlah pengangguran pada kelompok usia muda, keluhan remaja terhadap masa depannya, mutu lulusan SMA yang relatif rendah, serta kecenderungan memasuki perguruan tinggi sekalipun kemampuannya kurang memadai, diperkirakan salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya kemampuan individu dalam perencanaan karirnya sehingga keputusan karirnya pun menjadi kurang jelas.

Menghadapi tuntutan dan kebutuhan yang semakin kompleks, maka individu dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan untuk merencanakan kehidupan yang lebih bak, serta memperoleh kelestariannya ditengah perkembangan IPTEK. Disatu pihak perkembangan IPTEK memberikan kemudahan bagi individu dalam menata kehidupannya, tetapi dipihak lain perkembangan tersebut sekaligus menjadi tantangan tersendiri, khususnya dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan dalam merencanakan kehidupan di masa yang akan datang.

Upaya mewujudkan manusia yang kreatif dan mandiri dalam menghadapi tantangan kehidupan, menuntut dunia pendidikan yang secara konseptual merupakan upaya membantu individu untuk mengembangkan dirinya, harus memperhatikan hakekat insani secara integral dalam setiap layanannya. Dengan demikian individu pada akhirnya memiliki kompetensi-kompetensi dalam menjawab tantangan kehiupan; baik kompetensi pribadi, profesional, kemasyarakatan, dan religius.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan

(5)

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Kemudian, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2006, yang mengembangkan kurikulum pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, serta seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

Berdasarkan prinsip-prinsip kurikulum, dalam pelaksanaan pendidikan mulai diberlakukan materi kurikulum pengembangan diri. Pengembangan diri betujuan mem- berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru bidang studi, dan tenaga kependidikan lain yang dapat dilakuka secara kolaboratif dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Kerangka pemikiran di atas mengandung implikasi bahwa sekolah adalah sebagai setting pendidikan yang mempersiapkan karir siswa, merupakan wahana untuk mengembangkan potensi siswa sehingga terwujud manusia yang berkualitas; yang berarti menjadi individu yang mandiri, kreatif, serta produktif yang dilandasi oleh keimanan dan

(6)

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, upaya pendidikan di SMA dituntut untuk menyelenggarakan layanan yang tidak hanya merujuk pada pendekatan instruksional semata yang dominan dilakukan oleh para guru, melainkan mementingkan juga pendekatan pribadi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Sesuai dengan profil manusia Indonesia yang hendak dihasilkan, guru harus memandang pendidikan bukan hanya proses intelektualisasi saja (hanya mengembangkan aspek kognitif), tetapi juga harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa. Hal ini jelas tidak bisa hanya dilakukan oleh guru bidang studi, namun harus dilakukan dan melibatkan guru bimbingan dan konseling.

Perencanaan karir dan pengambilan keputusan pilihan karir saat ini menjadi variabel yang penting dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya bimbingan karir. Hal ini karena merupakan suatu proses bukan sebagai suatu “peristiwa”. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum 1984 SMA mengemukakan beberapa prinsip dalam pelaksanaan Bimbingan Karir di sekolah, diantaranya : (a) pelaksanaan Bimbingan Karir di sekolah harus didasarkan kepada hasil penelusuran yang cermat terhadap kemampuan dan minat siswa serta pola dan jenis karir dalam masyarakat, (b) pemilihan dan penentuan jenis bidang karir didasarkan kepada keputusan siswa sendiri melalui proses penelusuran kemampuan dan minat serta pengenalan karir dalam masyarakat, baik karir yang telah berkembang maupun yang mungkin dapat dikembangkan dalam masyarakat, (c) pelaksanaan Bimbingan Karir harus merupakan suatu proses yang berjalan terus mengikuti pelaksanaan program pendidikan sekolah dan seyogyanya juga setelah tamat dari sekolah. Dengan demikian perencanaan karir dapat menentukan individu dalam proses pengarahan dirinya untuk memilih dan mengambil

(7)

keputusan karir sebagai perwujudan diri. Dengan kata lain, kemampuan individu untuk memilih dan memutuskan, salah satunya tergantung dari bagaimana individu memiliki rencana karirnya demi menyongsong masa depan yang lebih baik serta kebermaknaan hidupnya.

Siswa SMA telah memiliki pemahaman mengenai potensi diri dalam memilih karir yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, seperti yang diungkapkan oleh Parson (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1994:112) bahwa dua aspek penting dalam memilih karir adalah informasi mengenai suatu pekerjaan dan informasi mengenai diri individu sendiri. Tiedeman dan O‘Hara (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1994:89) mengemukakan bahwa informasi mengenai suatu pekerjaan dan informasi diri individu sendiri termasuk pada aspek antisipasi dan aspek implementasi. Aspek antisipasi memiliki beberapa tahapan yang terdiri dari: eksplorasi, kristalisasi, pilihan, dan klasifikasi. Sedangkan aspek implementasi terdiri dari: induksi, reformasi, dan integrasi. Aspek antisipasi yang dilalui individu berada pada jenjang pendidikan SLTA, sedangkan aspek implementasi yang dilalui individu berada pada jenjang perguruan tinggi. Aspek antisipasi ini dialami oleh siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang karena mereka berada pada jenjang pendidikan SLTA, selain itu dilihat dari tugas perkembangan karirnya berada pada tahapan

preferensi pekerjaan (14-18 tahun). Siswa SMA sudah dapat melakukan penelaahan diri

serta melakukan penjelajahan dalam karir atau jabatan; mereka mulai mempertimbangkan berbagai aspek kebutuhan, minat, kapasitas, nilai, serta kesempatan secara menyeluruh (Dillard, 1985:19-20). Selain itu hasil penelitian terdahulu mengatakan bahwa siswa SMA hendaknya sudah dapat memilih karir dengan pendirian yang relatif tetap. Peneliti tertarik untuk meneliti perencanaan karir dan pengambilan keputusan pilihan karir siswa

(8)

SMAN 1 Lemahabang karena mereka dihadapkan pada situasi memilih sekolah non-kejuruan, artinya menurut tuntutan kurikulum SMA mereka dipersiapkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, walaupun akhirnya sebagian besar dari mereka masuk dunia kerja. Selain itu, mereka pun dihadapkan pada situasi harus memilih jurusan IPA, IPS, atau Bahasa; sehingga itu menjadi tidak asal saja memilih dalam menentukan pilihan karirnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Lemahabang Karawang dideskripsikan bahwa layanan serta program bimbingan dan konseling, termasuk didalamnya bimbingan karir belum banyak menyentuh aspek mempersiapkan siswa dalam membuat dan menentukan sendiri rencana karirnya, sehingga para siswa dapat dengan tepat mengambil keputusan pilihan karirnya. Hal ini akan sangat terkait dengan materi paket 5: ‘Merencanakan Masa Depan’, yang cenderung disampaikannya setelah siswa duduk dikelas XII, padahal hal ini harus sudah disampaikan di kelas X yang akan segera merencanakan dan menentukan pilihan pengambilan jurusan IPA atau IPS apabila naik ke kelas XI. Bagaimana pun ini adalah langkah awal mereka dalam merencanakan karirnya di SMA. Jika dilihat secara sepintas kenyataan itu secara langsung tidak berdampak pada proses layanan, khususnya layanan bimbingan karir, akan tetapi berdampak kurang baik terhadap siswa, baik secara individu maupun kelompok sebab siswa kurang mendapat arah karir, terutama pada aspek membuat rencana dan keputusan pilihan karirnya. Program bimbingan karir yang seharusnya dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling menginspirasi peneliti untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membuat program bimbingan karir yang tepat dalam upaya membantu siswa dalam merencanakan dan mengambil keputusan karirnya.

(9)

Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Profil Perencanaan Dan Pengambilan Keputusan Karir Siswa” (Studi ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir di SMA Negeri 1 Lemahabang Karawang).

B. Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini berkaitan dengan perencanaan karir dan pengambilan keputusan pilihan karir oleh siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang. Secara konseptual, kemampuan individu dalam merencanakan karir atau mempersiapkan masa depannya dapat membantu diri individu itu sendiri dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengambil keputusan yang tepat mengenai karir yang sesuai dengan segala aspek yang berhubungan dengan pribadinya. Perencanaan karir oleh siswa akan dapat menunjang atau menghambat kepada pengambilan keputusan pilihan karir tergantung dari ada atau tidak adanya rencana, baik atau buruknya rencana karir itu. Dengan kata lain, adanya rencana karir yang baik akan memberikan kontribusi yang baik terhadap pengambilan keputusan pilihan karir oleh siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang.

Sasaran penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Lemahabang, dimana mereka sebagai individu merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dengan lingkunganya, sehingga apapun yang dilakukan individu tidak terlepas dari keadaan dirinya dan lingkungannya, termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan pilihan karirnya. Selain itu, secara konseptual siswa SMA berada pada tahapan preferensi pekerjaan dan aspek antisipasi, sehingga sudah dapat merencanakan karir yang akan ditekuninya sekaligus mengambil keputusan pilihan karirnya.

(10)

Betapapun kompleksnya permasalahan yang dihadapi, suatu sistem seharusnya mampu menunjukkan jalan pemecahan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai. Untuk itu perlu adanya suatu perencanaan yang mengaitkan beberapa komponen tertentu untuk pencapaian suatu tujuan tertentu pula. Tujuan perencanaan karir adalah kematangan karir seseorang, terutama dalam pengambilan keputusan pilihan karir. Perencanaan karir mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi: (a) peranan hidup; misalnya selaku pekerja, selaku anggota keluarga, dan anggota masyarakat, (b) lingkup kehidupan; misalnya dalam keluarga, lembaga masyarakat, sekolah, dan pekerjaan; (c) peristiwa kehidupan; misalnya memasuki dunia kerja, perkawinan, pindah tugas, dan sebagainya (Gysbers, 1983:35).

Dari uraian di atas, fokus masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagai- manakah Profil Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMAN 1 Lemah abang Karawang”.

Berdasarkan temuan penelitian, akhirnya dikembangkan sebuah program bimbing an karir terkait perencanaan dan pengambilan keputusan karir dalam menunjang layanan bimbingan konseling untuk siswa di SMAN 1 Lemahabang Karawang, sehingga program yang digunakan dalam kegiatan bimbingan dilaksanakan secara terpadu dalam proses bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas. Program ini disusun dengan mengacu pada analisis konseptual mengenai perencanaan dan pengambilan keputusan karir serta temuan lapangan mengenai profil perencanaan dan pengambilan keputusan karir serta kondisi objektif layanan bimbingan karir di sekolah.

(11)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah adanya rumusan program bimbingan karir siswa dalam menunjang layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Tujuan lain agar rumusan program dapat dibuat adalah dengan mengetahui : a. Gambaran umum profil perencanaan karir siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang. b. Gambaran umum profil pengambilan keputusan karir oleh siswa SMAN 1 Lemah

abang Karawang.

c. Deskripsi bimbingan karir di SMAN 1 Lemahabang Karawang.

d. Pengembangan program hipotetik bimbingan karir di SMAN 1 Lemahabang. e. Hasil uji validasi program bimbingan karir.

f. Hasil uji coba program bimbingan karir siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara teoritis

1) Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah teori karir dan konsep karir yang berkenaan dengan perencanaan karir dan teori pengambil an keputusan karir.

2) Mengembangkan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan program layanan bimbingan karir.

3) Memberikan sumbangan pemikiran untuk layanan bimbingan karir yang optimal bagi siswa, khususnya siswa sekolah menengah atas.

(12)

b. Secara praktis

1) Ditemukannya gambaran dilapangan mengenai perencanaan karir siswa dan pengambilan keputusan karirnya sebagai dasar bagi guru bimbingan dan konseling menyusun program layanan bimbingan karir dan upaya pemecahan masalah karir siswa di sekolah.

2) Mengembangkan program bimbingan karir sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memberikan bantuan serta memecahkan masalah karir mereka sehingga sumber daya dapat berkembang secara optimal.

3) Sebagai masukan bagi pimpinan sekolah untuk melakukan pembinaan terhadap guru bimbingan dan konseling serta menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua siswa.

D. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar beberapa asumsi. Asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Sebagai lembaga pendidikan, SMA memberikan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor kepada para siswa; baik untuk melanjutkan studi maupun masuk dunia kerja.

2. Siswa SMA sudah dapat merasakan pentingnya perencanaan karir bagi kehidupan masa depannya serta dapat merespon dari setiap stimulus yang ada disekitar kehidupannya.

3. Pengambilan keputusan mengenai karir akan realistik dan tepat apabila individu dapat menemukan informasi yang tepat serta memiliki perencanaan yang baik (Popon S., 1985:47).

(13)

4. Pemilihan pekerjaan, jabatan atau karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya (Hoppock dalam Dewa Ketut Sukardi, 1984:69).

5. Seseorang yang memiliki pilihan yang memadai dan mantap, menunjukkan perbedaan-perbedaan dan organisasi pengetahuan pekerjaan atau jabatan yang lebih besar daripada orang-orang yang memiliki pilihan yang kurang memadai atau kurang mantap (Dewa Ketut Sukardi, 1984:83).

6. Menurut Donald E. Super ( Munandir, 1996 ), bimbingan karir sebagai suatu proses membantu individu untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran dirinya serta perannya dalam dunia kerja.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan peneletian survey. Menurut M. Iqbal Hasan (2002:22) metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini secara aktual dan cermat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran secara aktual dan cermat mengenai perencanaan dan pengambilan keputusan karir oleh siswa di SMAN 1 Lemahabang Karawang. Didasarkan atas deskripsi tersebut, kemudian dirumuskan kerangka pengembangan program bimbingan karir yang dipertimbangkan layak untuk diterapkan di sekolah bersangkutan.

Lebih lanjut M. Iqbal Hasan (2002:13) menyatakan tentang penelitian survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Pada awalnya penelitian ini

(14)

dilaksanakan dari pengamatan gejala-gejala yang ada di lapangan mengenai keraguan siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang dalam mengambil keputusan karirnya, terutama dalam kaitannya dengan pengambilan jurusan di SMA kelas XI dan setelah lulus SMA.

Data yang diperoleh mengunakan kuesioner tertutup sebagai alat ukurnya. Menurut Selo Soemardjan dan Koentjaraningrat (dalam Koentjaraningrat, 1997 : 173) kuesioner adalah suatu rangkaian pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden (orang-orang yang menjawab). Sedangkan yang dimaksud kuesioner tertutup menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 129) adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup karena menggunakan pilihan jawaban Ya dan Tidak, sehingga di- ketahui secara tepat mengenai karakteristik pengambilan keputusan oleh siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang dan kondisi objektif mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selama ini. Dalam teknik pengumpulan data terdiri dari persiapan pengumpulan data dan proses pelaksanaan pengumpulan data.

a. Persiapan Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, ditempuh dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Menetapkan alat pengumpul data.

2) Menghubungi Kepala SMAN 1 Lemahabang Karawang untuk meminta izin mengadakan penyebaran alat pengumpul data.

3) Menetapkan siswa yang termasuk kedalam anggota sampel penelitian. 4) Menetapkan jadwal waktu pengumpulan data.

(15)

b. Proses Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan terhadap siswa kelas X, XI, dan XII SMAN 1 Lemahabang Karawang tahun ajaran 2009/2010.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :

1) Mengecek alat pengumpul data yang akan diberikan kepada siswa, yaitu angket perencanaan karir siswa dan angket pengambilan keputusan pilihan karir siswa. 2) Mengecek siswa yang akan menjadi sampel penelitian.

3) Membagikan alat pengumpul data kepada siswa yang dijadikan sampel. 4) Menjelaskan cara mengerjakan alat pengumpul data.

5) Mengumpulkan alat pengumpul data yang telah dikerjakan oleh siswa.

6) Menghitung kembali hasil pekerjaan siswa sambil mengecek kelengkapan identitas siswa pada lembar jawaban sesuai dengan daftar sampel.

7) Memilih hasil pekerjaan siswa yang dapat diolah dan yang tidak dapat diolah sebab jawaban responden yang tidak lengkap.

c. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan berupa jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Untuk jenis data kualitatif, analisis data dilakukan pada setiap item pertanyaan yang sudah dirumuskan dan dilakukan selama dan segera setelah memperoleh data. Adapun untuk jenis data kuantitatif, analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah rata-rata, selisih rata-rata, simpangan baku, dan persentase.

(16)

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Lemahabang Karawang yang sekaligus seluruhnya menjadi anggota populasi. Adapun sampel diambil dari beberapa siswa pada setiap tingkatan dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Sedangkan obyek penelitiannya adalah lingkup Bimbingan Karir di SMA dengan komponen perencanaan dan pengambilan keputusan karir oleh siswa di SMAN 1 Lemahabang Karawang.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Karawang, yaitu pada SMA Negeri 1 Lemahabang yang dipilih berdasarkan tujuan, efektifitas, dan efisiensi penelitian. Untuk informasi lebih lengkap mengenai populasi dan sampel dijelaskan pada bab 3.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penulisan ini menunjukkan adanya kenaikan laba yang akan diterima oleh perusahaan jika menerima pesanan khusus tersebut dengan perhitungan biaya metode

Tesis yang berjudul “KONSEP PENDIDIKAN MENURUT SYEIH AL - ZARNUJI DALAM KITAB TA’LIM AL - MUTA’ALIM” Ditulis oleh Akhmad khoiri, NPM:1522010033, telah diajukan

Penjualan di bawah tangan atas obyek hak tanggungan berdasarkan surat kuasa menjual dalam praktek perbankan yang dibuat pada saat atau bersamaan waktunya dengan

Selain itu, pintu bus kuning, yang memiliki sistem otomatisasi pintu yang diatur oleh supir bus serta risiko yang ditimbulkan dari cara pintu menutup yang dapat memungkinkan

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variable-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat

Berdasarkan uraian diatas memberikan ide untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk membuat suatu sistem pakar berbasis web yang akan memenuhi informasi bagi user

Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, tetapi dalam pelaksanaannya berada di luar jam pembelajaran di kelas,

Waktu penyiraman tanaman dapat bekerja sesuai dengan waktu pada RTC namun waktu tersebut akan menerima inputan dari sensor soil moisture untuk pengecekan kadar air tanah,