• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyajian suling dalam tembang sunda cianjuran yang dibawakan penyaji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyajian suling dalam tembang sunda cianjuran yang dibawakan penyaji"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyajian

Kapengpeongan ku Sora1 Suling2 merupakan judul Tugas Akhir (TA) penyajian suling dalam tembang sunda cianjuran yang dibawakan penyaji pada Resital Mahasiswa Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung gelombang I tahun 2014. Sinonim kata kapengpeongan sama dengan kagegeloan atau dalam bahasa Indonesia sepadan dengan istilah ‘tergial-gila’. Hubungan kasual atau sebab-akibat yang terkandung pada kalimat judul Kapengpeongan ku Sora Suling menunjukan kapengpeongan sebagai ‘akibat’ dan ku sora suling sebagai ‘faktor yang menjadi pemicunya’.

Kapengpeongan atau istilah lainnya kagegeloan sama sekali tidak bermaksud negatif, misal penyaji menjadi gila dalam arti sebenarnya,3 Kapengpeongan ku sora suling merupakan majas hiperbola yang sengaja

1 Sora adalah bunyi yang dihasilkan oleh tabuhan instrumen atau suara manusia

(Lili Suparli, 2008:153)

2 Suling adalah alat musik tradisional Sunda dari bahan bambu tamiang yang

dimainkan dengan cara ditiup. Dilihat dari fungsinya suling memberikan hiasan lagu berupa merean, muntutan, marengan, ngajojoan dan gelenyu.

3 Jika benar dampak yang dihasilkan, sudah dari dulu suling dikategorikan sebagai alat

music berbahaya atau dilarang seperti petasan dan narkoba dengan peluncuran Peraturan Daerah (Perda) yang melarang beredarnya alat music ini.

(2)

2 dijadikan sebagai judul oleh penyaji untuk menggambarkan betapa besarnya ketertarikan penyaji pada instrumen tradisi masyarakat Sunda yang terbuat dari bambu tamiang ini. Seolah-olah kapengpeongan yang mendera penyaji selama berdialektika dengan suling, secara logika sulit diterima oleh akal karena intensitas bercengkrama dengan instrumen ini melebihi kegiatan yang lain.

Hal itu berdampak positif bagi penyaji untuk terpacu dan fokus berkomitmen mempelajari suling sebagai kompetensi atau Pilihan Keahlian (PK) ketika menjalani kuliah Praktek Instumen pada Jurusan Karawitan STSI Bandung. Pemilihan kompetensi ini apabila dikaji ulang membuat penyaji terheran-heran, karena background pendidikan Sekolah Menengah yang dienyam penyaji bukan Sekolah Menengah Seni, akan tetapi SMK Prakarya Internasional yang berkutat pada bidang teknologi terapan terutama praktik di bidang otomotif, mesin produksi, listrik, informatika dan elektronika, jauh dari praktik berkesenian seperti praktik memainkan suling.4 Hal ini yang membuat mata hati penyaji terbuka, bahwa momen untuk memutuskan kuliah pada Jurusan Karawitan STSI

4 Rekan kuliah penyaji di STSI yang kebanyakan lulusan Sekolah Menengah

Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung. Faktor folling in love (jatuh cinta) pada pandangan pertama mendengarkan suling, mendorong penyaji untuk bisa memainkannya dan memutuskan untuk mempelajarinya secara formalpada instritusi pendidikan seni.

(3)

3 Bandung, adalah indikasi bentuk kapengpeongan penyaji ku sora suling sehingga tertarik mempelajarinya (di STSI Bandung) daripada berkutat mendalami kompetensi teknik terapan otomotif, mesin produksi, listrik, informatika dan elektronika.

Berdasarkan latar belakang kapengpeongan ku sora suling ini penyaji mencoba mengaktualisasikan kompetensi yang didapatkan selama perkuliahan ke dalam pertunjukan Resital TA mahasiswa Karawitan untuk dinilai secara akademik. Materi yang disajikan dipilih secermat mungkin untuk merangkum materi permainan suling yang menjadi favorit penyaji (kapengpeongan), sehingga menjadi maksimal untuk dipertunjukkan, di samping latar belakang historis kenangan penyaji ketika mempelajarinya dengan tekun.

1.2 Tujuan Penyajian

Pelaksanaan TA pada dasarnya bukan akhir pencapaian sebuah target yakni gelar akademik Strata Satu (S1), tetapi menjadi awal implementasi praktik pengalaman ilmu sebelum terjun di masyarakat, di samping tujuan lain antara lain:

1. Turut berpartisipasi melestarikan kesenian tradisional khususnya kesenian tembang sunda cianjuran.

(4)

4 2. Menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan terhadap

waditra suling dalam tembang sunda cianjuran.

3. Mengukur kemampuan hasil pembelajaran selama kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.

4. Mengkemas penyajian tembang sunda cianjuran menjadi kemasan atau sajian pertunjukan berdasarkan konsep gagasan akademis.

1.3 Sumber Penyajian

Data mengenai praktik garap suling dalam tembang sunda cianjuran jumlahnya sudah cukup banyak, baik yang berbentuk audio, audio visual maupun tulisan. Hal tersebut menjadikan suatu referensi dan sumber garap bagi penyaji untuk menyusun konsep sajian yang berbeda dengan mahasiswa yang pernah menyajikan TA suling dalam tembang sunda cianjuran. Adapun sumber penyajian ini dibagi ke dalam dua kelompok sumber yakni:

1.3.1 Sumber Primer

- Yoyon Darsono adalah dosen di STSI Bandung yang memberi pelajaran tentang suling kepada penyaji dalam bentuk praktek maupun teori.

(5)

5 - Aan Risnandi adalah mahasiswa STSI angkatan 2009 sekaligus sebagai kakak kelas penyaji yang mengajarkan tentang teknik tiupan suling.

1.3.2 Sumber Sekunder

1. Bentang Cianjuran, L.S Lokantara Budaya, SSA Record, Bandung, Tahun 2001. Sebagai studi pembelajaran lagu Jemplang pamirig dan Kasuat-suat.

2. Jalan Satapak, Kacapi Suling vol. 4, Produksi Gentra Pasundan, Tahun 2010. Sebagai studi pembelajaran motif-motif gelenyu yang diambil sebagai bahan dasar untuk membuat sebauh landangan.

3. Tangis Anjani, Tembang Sunda Cianjuran, PANAMA PRODUCTION, tahun 2007. Sebagai studi pembelajaran lagu Layar Putri, Jipang Lontang pada laras pelog serta lagu Tangis Anjani (Ceurik Rahwana) dan Kulu-kulu Bem pada laras Madenda.

4. Koleksi file lagu-lagu Tembang Sunda Cianjuran yang didapat dari senior ataupun teman seangkatan penyaji. Koleksi file ini dijadikan sebagai bahan studi komparatif untuk mater-materi suling yang disajikan.

(6)

6

BAB II

MATERI PENYAJIAN

2.1 Suling dalam Tembang Sunda Cianjuran

Tembang sunda cianjuran dalam penyajiannya diiringi oleh beberapa waditra, yakni kacapi indung, suling atau rebab, ditambah kacapi rincik. Untuk lagu-lagu bermetrum bebas pada laras pelog degung, sorog dan mandalungan diiringi waditra kacapi indung dan suling, sedangkan lagu panambih yang bermetrum tetap diiringi kacapi indung, kacapi rincik dan suling. Pada laras salendro, lagu-lagu bermetrum bebas diiringi dengan kacapi indung dan rebab, sedangkan lagu panambih diiringi kacapi indung, kacapi rincik dan rebab.

Suling merupakan instrumen tradisi masyarakat Sunda yang terbuat dari bambu (awi tamiang). Jika diklasifikasikan berdasarkan pengklasifikasian Sach dan Horn Bostel, maka suling dikategorikan sebagai instrumen aerophone, dimana sumber bunyi dihasilkan berasal dari udara yang ditiupkan pemain ke dalam instrumen bersangkutan. Di bawah ini penyaji memaparkan struktur organologi suling beserta fungsi tiap bagiannya.

(7)

7 Gambar 2.1. Bagian-bagian Suling

2

1

3

4

(8)

8 Keterangan :

Nomor 1 = Liang bajing atau hatong, tempat terjadinya pertemuan udara dalam lubang sehingga menimbulkan bunyi;

Nomor 2 = Pangaweuhan, berfungsi sebagai tempat getaran bunyi;

Nomor 3 = Simeut meuting/suliwer/sumber, berfungsi mempertajam bunyi yang dihasilkan;

Nomor 4 = Lubang gaang/lubang nada/penengkepan, merupakan tempat nengkep (menempelkan jari-jari tangan dengan

posisi yang disesuaikan pada konvensi penjarian nada- nada pada suling agar menghasilkan bunyi dengan nada yang diharapkan);

Nomor 5 = Kamalir, berfungsi untuk mengalirkan udara dari liang bajing.

2.1.1 Fungsi dan Kedudukan

Pada umumnya fungsi dan kedudukan suling dalam tembang sunda cianjuran digunakan sebagai: Landangan5, Mirig6 dan gendingan7.

Penjelasannya secara terperinci dijelaskan sebagai berikut: a. Landangan

Dalam hal ini fungsi suling dapat dimainkan secara mandiri atau individual tanpa diiringi alat musik lain. Dengan kata lain landangan dilakukan secara mandiri hanya oleh pemain suling. Hal ini bertujuan untuk menunjukan skill dar pemain suling itu sendiri, terutama dalam memberikan aksentuasi suasana dari melodi suling.

5 Landangan bunyi suling sendiri, atau gendingan yang dilaksanakan oleh salah satu

waditra tertentu (Atik Soepandi, 1995:120) 6

Mirig adalah mengiringi (Atik Soepandi, 1995:133)

(9)

9 b. Mirig

Mirig atau dalam bahasa Indonesia sama dengan istilah mengiringi, merupakan fungsi suling yang membawakan melodi untuk mengiringi vokal (sekar) sekaligus gending pada penyajian tembang sunda cianjuran. Ketika menjalankan fungsi mirig maka peranan suling dalam tembang sunda cianjuran diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Merean, berasal dari kata mere (Indonesia: memberi) akhiran-an sehingga jika digabung menjadi istilah merean yang mengandung arti memberi awalan. Merean dilakukan untuk memberikan nada dasar sebelum awal kalimat lagu yang dibawakan penembang, sering disebut pemberi surupan awal, khususnya kepada penembang sebelum memulai melantunkan frase lagu.

2) Muntutan berasal dari kata buntut (ekor) yang berarti belakang/akhir. Dalam hal ini, muntutan dilakukan pada akhir kalimat lagu yang dibawakan penembang.

3) Marengan berasal dari kata bareng (bersama-sama). Sejalan dengan itu, marengan dalam peranan suling dapat diartikan sebagai permainan melodi yang menemani melodi penembang. Keduanya memainkan kontur melodi yang relatif sama.

(10)

10 4) Ngajojoan adalah memilih bagian tertentu melodi lagu yang dianggap perlu atau penting, dilakukan pada frase melodi tertentu.

5) Gelenyu (Interlude) adalah intrumentalia sebagai jembatan antara bait lagu yang banyak digunakan pada lagu panambih.

c. Gendingan (Instrumentalia)

Gendingan (Instrumentalia) merupakan perpaduan dari semua intrumen yang ada pada sajian tembang sunda cianjuran yaitu kacapi indung, kacapi rincik dan suling. Pada bagian ini, suling memiliki keleluasaan berimprovisasi memainkan melodi lagu. Biasanya gendingan digunakan pada gending bubuka (pembukaan) dan penutup.

2.1.2 Teknik Garap

Ada beberapa teknik permainan suling dalam Tembang Sunda Cianjuran, diantaranya:

a. Teknik Tengkepan

Teknik tengkepan adalah penjarian tangan yang menutup dan membuka liang gaang dalam rangka menghasilkan bunyi nada sesuai dengan keinginan pemain suling. Tengkepan dalam suling lubang enam

(11)

11 yang digunakan penyaji pada TA, menghasilkan 10 nada yang digambarkan dalam ilustrasi di bawah ini:

(12)

12 Gambar 2.2. Suling lubang 6 Teknik Tengkepan menghasilkan nada 1 (da),

5+ (leu), 2 (mi), 2+ (meu), 3 (na), 3- (ni)

Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk

1(da)

5+(leu) 2(mi) 2+(meu) 3(na) 3-(ni)

Ket=

Dp : Bk :

Lubang terbuka/tidak ditutup menggunakan jari tengah Lubang ditutup setengah menggunakan jari tangan Lubang ditutup penuh dengan menggunakan jari tangan Suling tampak dari depan

(13)

13 Gambar 2.3. Suling Lubang 6 menghasilkan nada 4 (ti), 4+ (teu), 5 (la) dan

5+ (leu)

Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk

4(ti)

4+(teu)

5(la)

5+(leu)

Ket=

Dp : Bk :

Lubang terbuka/tidak ditutup menggunakan jari tengah Lubang ditutup setengah menggunakan jari tangan Lubang ditutup penuh dengan menggunakan jari tangan Suling tampak dari depan

(14)

14 Ke sepuluh nada pada suling lubang enam yang digambarkan pada ilustrasi penjarian di atas, dapat menghasilkan tiga laras yang menjadi konvensi dalam penyajian tembang sunda cianjuran, yakni laras degung, madenda dan salendro. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan ilustrasi penjarian suling pada ketiga laras tersebut:

Gambar 2.4. penjarian tangan pada suling untuk nada-nada pada laras Degung

Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk

1(da)

2(mi)

3(na)

4(ti)

5(la)

1(da)

Ket=

Lubang terbuka/tidak ditutup menggunakan jari tengah Lubang ditutup setengah menggunakan jari tangan Lubang ditutup penuh dengan menggunakan jari tangan

(15)

15 Gambar 2.5. penjarian tangan pada suling untuk nada-nada pada laras

madenda

Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk

1(da)

2(mi)

3(na)

4(ti)

5(la)

1(da)

Ket=

Lubang terbuka/tidak ditutup menggunakan jari tengah Lubang ditutup setengah menggunakan jari tangan Lubang ditutup penuh dengan menggunakan jari tangan Suling tampak dari depan

(16)

16 Gambar 2.6. penjarian tangan pada suling untuk nada-nada pada laras

salendro

b. Teknik Tiupan

Teknik tiupan merupakan cara pemain suling menghembuskan udara ke dalam instrumen dalam rangka menghasilkan getaran bunyi

Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk Dp Bk

1(da)

2(mi)

3(na)

4(ti)

5(la)

1(da)

Ket=

Lubang terbuka/tidak ditutup menggunakan jari tengah Lubang ditutup setengah menggunakan jari tangan Lubang ditutup penuh dengan menggunakan jari tangan Suling tampak dari depan

(17)

17 yang diinginkan. Secara sederhana, cara meniup suling terbagi ke dalam tiga macam intensitas hembusan udara, yaitu:

1) Tiupan lembut untuk menghasilkan nada-nada pada oktaf rendah 2) Tiupan sedang untuk menghasilkan nada-nada oktaf sedang; dan 3) Tiupan keras untuk menghasilkan nada-nada pada oktaf tinggi.

Selain teknik tiupan di atas, di kalangan seniman suling berkembang penamaan teknik tiupan yang berlangsung secara turun-temurun, diantaranya:

Tabel 2.1. Teknik tiupan yang menjadi konvensi di kalangan pemain suling dalam tembang sunda cianjuran

No Teknik

Tiupan

Deskripsi

1 Gebos Teknik tiupan yang dilakukan dengan cara mengatur nafas melalui dada untuk menghasilkan tiupan yang bulatadan ageum (bergema). Biasanya tiupan ini sering digunakan untuk tiupan nada-nada rendah.

2 Pegeg Teknik tiupan yang dilakukan dengan cara mengatur hembusan udara sedikit-demi sedikit. Tiupan ini dilakukan untuk tiupan nada tinggi agar tidak menghasilkan suara yang melengking tapi tetap bulat karena hembusan udara yang sedikit ditahan.

3 Randegan Teknik ini dilakukan dengan menggunakan lidah dalam mengatur tiupan, tidak statis bisa lambat bisa juga dilakukan dengan cepat.

4 Cacagan Teknik tiupan ini menggunakan lidah yang dilakukan secara ritmis stakato. Ritmis yang dihasilkan dari tiupan ini seperti pisau yang sedang memotong sesuatu seperti daging yang dalam istilah

(18)

18 bahasa Sunda disebut nyacag. Teknik ini juga biasa disebut totot.

5 Ambingan Teknik tiupan dengan memainkan nada dalam waktu yang lama atau panjang.

c. Teknik Ornamentasi

Teknik ornamentasi disebut sebagai reureueus atau hiasan yang memperindah melodi yang dihasilkan suling. Jenis reureueus pada permaianan melodi suling diinventaris dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2. Teknik ornamentasi yang menjadi konvensi di kalangan pemain suling dalam tembang sunda cianjuran

No Reureueus Deskripsi Simbol

1 Wiwiw Wiwiw adalah ornamen yang dipakai pada nada 2 (Mi) dan nada 5 (La) dengan cara menggerakan telunjuk baik yang kiri maupun yang kanan pada akhir lagu.

2 Keleter I Keleter I adalah ornamen yang dipakai pada nada 2 (Mi) dan 5 (La) dengan cara menggerakan telunjuk kiri maupun yang kanan pada akhir lagu, gerakannya lebih cepat dari wiwiw.

3 Keleter II Keleter II adalah ornamen yang dipakai pada nada 1 (Da) dan nada 2 (Mi) dengan cara menggerakan telunjuk kiri dan

(19)

19 tengah dimana jari manis tangan

kiri selalu tertutup (sedangkan untuk keleter 2 apada nada 2 (Mi), jari manis tangan kiri dan telunjuk kanan selalu tertutup.

4 Puruluk Puruluk adalah ornamen yang dipakai pada nada 3 (Na) caranya dengan menggerakkan jari tengah tangan kanan (gerakan dimulai dengan pelan dan kesananya cepat).

5 Ketrok Ketrok adalah ornamen untuk mempertegas nada.

6 Jepret/Betrik Jepret/Betrik adalah ornamen yang dipakai pada nada tinggi 5 (La) dengan gerakan yang sangan cepat.

7 Jengkat Jengkat adalah perpindahan suatu nada ke nada lain.

8 Petit Petit adalah nada tinggi biasa dipakai pada nada 1 (Da) dan 2 (Mi).

9 Lelol Lelol adalah gerakan jari atau teknik jari dalam membawakan suatu permainan suling, sehingga menghasilkan sebuah alunan nada yang indah dan enak didengar.

10 Leot Leot adalah teknik ornamentasi yang menghasilkan dua buah nada yang bersambung dimana

teknik penjariannya

menggunakan jari telunjuk dan jari manis, tetapi teknik ini pun dapan digunakan pula menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dengan pertimbangan nada-nada yang akan dimainkan,

(20)

20 posisi lubangnya melewati

lubang lainnya.

2.1.3 Struktur Penyajian

Struktur penyajian TA Kapengpeongan ku Sora Suling di mulai dari lagu-lagu pada laras pelog degung , lagu-lagu pada laras sorog dan diakhiri penyajian lagu-lagu pada laras mandalungan. Adapun rincian repertoar lagu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Laras Pelog/Degung

a. Bubuka (pembukaan), disajikan instrumental oleh kacapi inding, kacapi rincik, kacapi kenit dan suling.

b. Wanda papantunan, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang, kacapi indung dan suling.

c. Wanda jejemplangan, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang, kacapi indung dan suling.

d. Wanda dedegungan, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang, kacapi indung dan suling.

e. Panambih, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang, kacapi indung, rincik, kenit dan suling.

f. Landangan, permainan solois penyaji memainkan suling sebelum masuk pada materi selanjutnya. Pada bagian landangan

(21)

21 penyaji menghadirkan dua orang penari yang memvisualisasikan tafsir dan suasana dari lagu yang disajikan. Setelah landangan selesai kedua penari tersebut juga meninggalkan panggung.

2. Laras Sorog/Madenda

a. Wanda rarancagan, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang,kacapi indung dan suling.

b. Wanda panambih, disajikan berbentuk sekar gending oleh penembang, kacapi indung, rincik, kenit dan suling, menambahkan tiga orang penari yang memberikan tafsir garap terhadap lagu melalui medium gerak.

3. Laras Mandalungan

a. Bubuka (pembukaan), disajikan instrumental oleh kacapi inding, kacapi rincik, kacapi kenit dan suling.

b. Landangan, permainan solois penyaji memainkan suling sebelum masuk pada materi selanjutnya.

c. Wanda panambih, disajikan instrumental oleh kacapi inding, kacapi rincik, kacapi kenit dan suling.

(22)

22

2.2 Konsep Penyajian

Konsep penyajian terdiri atas konsep garap, desain pentas dan desain kostum. Ketiga aspek tersebut merupakan buah pikiran penyaji yang merespon tuntutan untuk menampilkan ujian TA dengan konsep berbeda dari peserta ujian lain.

2.2.1 Konsep Garap

Penyajian di awali gending bubuka pada lagu Jipang Lontang. Setelah itu wanda papantunan, wanda jejemplangan, wanda dedegungan dan panambih, yang disambung dengan landangan dibarengi dengan menghadirkan visualisasinya yaitu 2 orang penari dan setelah landangan selesai penari pun keluar panggung dilanjutkan dengan wanda rarancagan. Setelah itu wanda panambih sekaligus para penari masuk lagi sebagai visualisasi maksud dari lagu yang akan dibawakan. Setelah lagu selesai maka penari keluar dari panggung yang disambung dengan bubuka pada laras mandalungan, landangan dan diakhiri dengan wanda panambih.

Konsep adanya penari yang memberi visual melalui medium gerak ini terinspirasi dari tayangan Televisi Swasta Nasional yang menayangkan tembang sunda cianjuran pada acara Bukan Empat Mata yang dipandu host Tukul Arwana. Tembang sunda cianjuran ditayangkan dengan penari yang

(23)

23 memberikan interpretasi garap melalui medium gerak mengeksplorasi ruang sesuai dengan kaidah estetik tari Sunda dan irama lagu. Seniman yang menjadi Bintang Tamu adalah Ida Widawati (penembang), Asep Nugraha (kacapi indung), Asep Wahyudin (suling) dan Gilang Sachyana yang menjadi penari (putra Barman Sachyana). Hal ini menjadi menarik bagi penyaji, karena penonton awam yang menyaksikan tayangan tersebut menikmati dan memahami maksud dari gerak tarian dan teks lagu sesuai dengan interpretasinya masing-masing.8

Selain itu di atas panggung dihias dengan suasana alam pedesaan. Direpresentasikan dengan background sawah, kerbau dan saung yang secara visual mewakili konsep desa di wilayah priangan, disertai pengenaan pakaian kebaya bagi perempuan dan pangsi bagi laki-laki.

8 Penyaji melakukan wawancara dengan rekan dan orang tua penyaji, mengenai

tayangan tembang sunda cianjuran pada acara Bukan Empat Mata tersebut. Rata-rata mereka memberikan penilaian dan interpretasi yang sama, bahwa antara gerak dan lagu terdapat keterkaitan yang menjadi satu kesatuan utuh.

(24)

24

2.2.2 Desain Pentas

Gambar 2.7 Desain Pentas Penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling

Keterangan gambar :

1. Penyaji / Instrumen Suling

2. Pendukung / Instrumen Kacapi Indung 3. Pendukung / Juru Mamaos (Vokal) 4. Pendukung / Instrumen Kacapi Rincik I

5. Pendukung / Instrumen Kacapi Rincik II (Kenit) 6. Pendukung / Penari 1 3 6 6 TAMPAK DEPAN Sawah/balong 1

(25)

25

2.2.3 Desain Kostum

Suatu penyajian karya seni akan lebih menarik, jika pada saat pementasan diatur sedemikian rupa baik pada segi tata waditra dan kostum, karena apa yang akan dipakai penyaji dan para pendukung, setidaknya memiliki daya tarik tertentu apalagi jika dilihat dari segi estetika pertunjukan secara keseluruhan dari karya tersebut.

Kostum yang akan dikenakan pada penyajian tembang sunda cianjuran yaitu baju pangsi, calana komprang dan memakai iket sunda di kepala bagi laki-laki/pendukung/penari laki-laki. Kebaya dan samping bagi wanita yang berperan sebagai juru mamaos dan penari wanita. Namun ada perbedaan antara pendukung dan penyaji yaitu terletak pada warna ikat kepala, agar secara visual memudahkan tim penguji serta penonton mengetahui siapa yang sedang di uji dalam penyajian tersebut.

2.3 Materi Penyajian

Materi repertoar lagu yang disajikan dalam TA Kapengpeongan ku Sora Suling, disusun berdasarkan urutan penggunaan laras, dimulai dari pelog degung, sorog dan mandalungan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini:

(26)

26 Tabel 2.3.

Repertoar lagu penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling pada laras Pelog Degung

LARAS PELOG DEGUNG

No Wanda Judul Lagu

1 Panambih Bubuka Jipang Lontang

2 Papantunan Layar Putri

3 Jejemplangan Jemplang Pamirig

4 Dedegungan Rumangsang Degung

5 Panambih Kasuat-suat

6 Landangan Tidak ada judul (improvisasi penyaji membawakan melodi suling)

Tabel 2.4.

Repertoar lagu penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling pada laras Sorog

LARAS SOROG

No Wanda Judul Lagu

1 Rarancagan Ceurik Rahwana (Tangis Anjani)

2 Panambih Kulu-kulu Bem

Tabel 2.5.

Repertoar lagu penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling pada laras Mandalungan

LARAS MANDALUNGAN

No Wanda Judul Lagu

1 Panambih Bubuka Sinyur

2 Landangan

Tidak ada judul (improvisasi penyaji membawakan melodi suling menuju nada

goongan pada lagu panambih )

(27)

27

2.4 Proses Penyajian

Proses penyajian terdiri atas pencarian (explorasi), pembentukan (komposisi) dan penyajian (presentasi), dengan uraian sebagai berikut:

2.4.1 Pencarian ( Explorasi )

Belajar merupakan salah satu cara manusia untuk dapat mengetahui segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Proses belajar merupakan proses pencarian (explorasi ) suatu hal yang ingin kita ketahui dan masih belum kita ketahui. Begitu pula dengan yang dialami penyaji saat ini, selama mempelajari suling dalam tembang sunda cianjuran, penyaji secara bertahap mulai mempelajari tentang pembelajaran instrumen suling yang berupa teknik tiupan, teknik penjarian, teknik instrumentasi dan tata cara memainkannya dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Pada awalnya penyaji merasa tidak mampu untuk belajar suling, namun dengan tekad dan kemauan yang kuat akhirnya penyaji secara bertahap mulai bisa memainkannya.

Di samping itu, penyaji merasa penasaran dengan adanya perbedaan gaya setiap pemain suling dalam memainkan instrumen tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, setelah penyaji mencoba berlatih dan bertanya kepada dosen, teman, dan seniman Tembang Sunda

(28)

28 Cianjuran. Barulah penyaji mengetahui tentang perbedaan para pemain suling dalam Tembang Sunda Cianjuran, pada dasarnya perbedaan itu memiliki struktur gending yang sama, hanya saja dari aspek pembawaan para seniman yang berbeda-beda.

2.4.2 Pembentukan ( Komposisi )

Rangkaian pembentukan sebuah komposisi digarap menjadi sebuah tulisan (Tag Plan) yang kemudian diterapkan dalam bentuk pertunjukan. Rangkaian tersebut bermaksud menampilkan kemampuan (skill) penyaji dalam memainkan suling dalam tembang sunda cianjuran, yang akan dipertunjukan pada acara Ujian Tugas Akhir (TA) Resital Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.

Sejalan dengan itu, penyaji menyusun perencanaan matang untuk mencari sebuah bentuk konkret pada materi sajian yang ditampilkan, yang dalam perjalanannya harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut diantaranya; pencarian materi yang ditampilkan, perpaduan antara materi lagu dengan teknik beserta pola tabuhan yang dimiliki, proses latihan, ujian kolokium, persiapan latihan untuk Tugas Akhir (TA) dan pelaksanaan Ujian Akhir (TA).

(29)

29 Pada proses pengemasan ulang dan pembentukan, kualitas kemampuan yang dimiliki penyaji harus ditingkatkan ketika menjalani proses latihan bersama nantinya. Pada fase ini, penyaji mendapatkan masukan materi-materi baru yang belum didapatkan sebelumnya, sehingga membentuk kemampuan (skill) yang semakin baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.4.3 Penyajian (Presentasi )

Pada presentasi merupakan puncak dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil latihan dan proses bimbingan dicurahkan dengan maksimal pada tahap ini, karena performance di atas panggung sebagai individu yang melaksanakan TA dan individu sebagai bagian dari team seniman tembang sunda cianjuran dinilai oleh penguji secara akademis. Penyaji yang menyajikan suling dalam tembang sunda cianjuran harus menunjukan kerja sama yang apik dengan para personil pendukung (pamirig dan penari).

(30)

30

BAB III

DESKRIPSI PENYAJIAN

Materi lagu dimulai dari: (1) laras pelog degung, yakni Bubuka Jipang Lontang, Layar Putri, Jemplang Pamirig, Rumangsang Degung dan Kasuat-Suat; (2) laras sorog/madenda yakni Tangis Anjani/Ceurik Rahwana dan Kulu-Kulu Bem) dan (3) terakhir laras mandalungan dengan materi Bubuka sinyur, Landangan dan Ngumbar Asih. Adapun deskripsi sajian secara terperinci dibahas sebagai berikut:

3.1 Laras Pelog/Degung

Penyajian lagu-lagu pada laras pelog degung terdiri atas: Bubuka Jipang Lontang, Layar Putri, Jemplang Pamirig, Rumangsang Degung dan Kasuat-Suat.

3.1.1 Bubuka Jipang Lontang

Lagu Jipang Lontang merupakan gending yang sering dibawakan pada awal penyajian tembang sunda cianjuran, disajikan secara instrumentalia. Laras pada Jipang Lontang adalah laras pelog degung. Gendingan ini sampai sekarang belum diketahui penciptanya atau No Name (NN), namun yang pasti diadopsi dari gamelan degung yang ditransfer ke dalam sajian kacapi indung, rincik dan suling.

(31)

31 Berkaitan dengan hal tersebut, kacapi indung berperan sebagai pembawa melodi yang biasa dimainkan oleh bonang yang direpresentasikan melalui petikan tangan kanan dan pola tabuhan jenglong, goong, dan kendang yang dipresentasikan melalui petikan tangan kiri; kacapi rincik menggantikan pola tabuhan yang biasa dimainkan oleh saron; sedangkan suling memainkan peranan sebagai pembawa melodi lagu.

Khusus untuk permainan suling, biasanya antara pemain suling yang satu dengan yang lain tidak sama percis tergantung pada selera masing-masing. Mereka berpatokan pada kenongan dan goongan saja. Oleh karena itu, di bawah penyaji menotasikan salah satu melodi suling pada gending Jipang Lontang pada suling yang dibawakan penyaji pada TA Kapengpeongan Ku Sora Suling.

(32)

32

3.1.1.1 Notasi Suling Pada Bubuka Jipang Lontang

JIPANG LONTANG

Surupan : 1=Tugu Gaya : Endang Sukandar Laras : Pelog Degung

Pangkat 5 4 5 0 0 0 2 . 2 1 2 3 4 5 5 0 0 0 2 1 1 2 1 2 3 4 5 5 4 3 0 3 3 0 3 3 0 3 3 0 2 1 5 5 1 2 1 2 3 0 4 3 4 4 . 4 4 3- 3 4 3 0 5 0 4 0 1 2 1 1 2 2 . 2 3 0 2 . . 2 1 1 2 2 . 2 1 2 2 15 4 3 5 4 1 5 4 3 5 1 2 2 1 5 1 2 2 1 5 5 . 3 5 1 2 2 . . . 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 3 5 4 1 5 4 3 4 5 1 2 3

(33)

33 0 2 1 5+ 1 2 1 2 3 5 5 4 3- 3 4 3 0 1 5 4 5 4 5 5 . 4 3- 3 4 3 0 1 5 4 5 4 5 5 . 4 3- 3 4 3 0 5 . 5 4 3 5 4 15 4 3 5 1 2 2 2 . 0 1 5 . . 1 2 1 3 . 4 5 5

3.1.1.2 Jalannya Sajian Suling Lagu Jipang Lontang

Sajian gending Jipang Lontang dibawakan sebanyak dua kali pengulangan, dimulai dari tabuhan pangkat yang dibawakan kacapi indung. Suling membawakan nada goong bersamaan dengan bunyi nada goong dari kacapi indung. Setelah itu, suling membawakan melodi seperti pada notasi di atas sebanyak dua kali pengulangan.

3.1.2 Layar Putri

Layar Putri merupakan lagu yang dikelompokkan ke dalam wanda papantunan. Lagu yang babonnya diambil dari cerita pantun ini berisi tentang kesedihan Purbasari yang dibuang di tengah hutan, menerawang memikirkan nasib dirinya yang dihianati sang kakak bernama Purbararang.

(34)

34

3.1.2.1 Notasi Suling Pada Lagu Layar Putri

LAYAR PUTRI

Surupan : 1=Tugu Sekar Irama Merdika

Laras : Pelog NN

Narangtang Papantunan (dibawakan kacapi indung)

Merean : 3- 2 2 2 2... 2 1 2... 2 3 4 5 5 Gus -ti neda pitu duh geuning Gelenyu (intro lagu Layar Putri)

0 0 4 3 2 . . . 3 0 0 4 3 2 . . 3 4 5 0 1 5 4 3 2 . . . 3 0 1 5 4 3 2 . . 3 4 5 0 1 5 4 1 2 1 . . . 2 3 0 2 1 2 1 2 1 . . 2 3 4 5 0 2 1 2 1 2 1 . . 2 3 4 3

(35)

35

0 2 1 2 1 3 . 5 1 2 1 5

Suling mengiringi penembang Merean 2 2 2

2 1 3- 2 3- 2 1 2 1 2 2 Ibarat abdi teh ngalun

2 2 1 2 3- 2 3- 2 2 1 1 2 2 Dina cai c a a h t a r ik

2 1 2 2 1 5 1 2 1 2 2 1 5 5 Duka dimana nyangsangna

3- 2 3- 2 1 2 3 3 2 3 4 5 5 5 Dibuntang-banting ku cai ngambangkeun

5 5 4 3 2 2 1 5 5 1 2 2 3 darajat a w a k

3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 4 5 5 Sugan bisa h a n j at d e u i

(36)

36

3.1.2.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Layar Putri

Penyajian lagu Layar Putri dimulai melodi tabuhan narangtang dari kacapi indung, dilanjutkan tabuhan merean yang dibawakan kacapi indung dan suling. Penembang pun melantunkan lagu Daweung yang teksnya adalah: Gusti neda pituduh (Ya Allah berilah aku petunjuk). Setelah itu, suling menyajikan melodi gelenyu dari lagu Layar Putri (notasi di atas), yang dilanjutkan dengan melodi iringan lagu Layar Putri.

3.1.3 Jemplang Pamirig

Jemplang Pamirig adalah lagu yang dikelompokkan ke dalam wanda jejemplangan. Sumber repertoar lagu ini masih dari cerita pantun, dikategorikan ke dalam pantun barang (karena ada melodi dominan yang jatuh pada nada barang atau 1 (da)). Jemplang Pamirig yang disajikan pada penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling, sengaja dipilih dengan teks syair dari kelanjutan cerita Purbasari yang dibuang ke tengah hutan (kelanjutan dari lagu Layar Putri).

(37)

37

3.1.3.1 Notasi Suling Pada Lagu Jemplang Pamirig

JEMPLANG PAMIRIG

Laras : Pelog/Degung Sekar Irama Merdeka

Ciptaan : NN Jejemplangan

Merean 4 3 2

3 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 Nyukcruk pa r u ng meulah bantar birit leuwi

3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3- 3 4 4 3 2 3 4 5 5 Peupeuntasan birit leuwi da peupeuntasan

Gelenyu 0 5 4 5 4 3 . 4 5 3 4 5 1 0 1 5 4 5 4 3 . 4 5 3 4 5 1 0 2 1 2 1 3 4 0 4 4 3 3 0 2 1 2 1 3 4 4 04 3 2 3 4 5 0 1 5 1 5 4 4 4 3 3 0 2 1 2 1 3 4 4 04 3 2 3 4 5

(38)

38 Lagu

Merean 2 2 2 2

3- 2 2 2 2 1 1 2 2 Kitu ge Gusti manawi sareng manah

1 1 1 5 5 4 4 2 2 Duh kaleresan welas a s i h

2 1 2 1 5

duh ka a b d i t e h

5 4 4 2 3 3 3 3 3 4 5 3- 3 4 5 3- 3

n u sakieu kasangsara manawi aya landongna

4 4 4 4 4 3 2 Jisim a b d i

3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3- 3 Jisim abdi muji s y u k u r

4 4 3- 3 4 4 3 2 2 2 2 1 2 2 3 L a m u n ku Gusti dimanah

3 4 4 4 3 2 3 4 5 5 Lamun ku Gus t i di m a n ah

(39)

39

3.1.3.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Jemplang Pamirig

Sajian dimulai tabuhan narangtang yang dibawakan oleh pemain kacapi indung kemudian dilanjutkan merean oleh pemain kacapi indung dan suling yang memberikan nada awal bagi penembang untuk melantunkan lagu nyukcruk parung. Setelah selesai, sajian memasuki introduction (gelenyu) untuk lagu Jemplang Pamirig dan dilanjutkan iringan lagu Jemplang Pamirig seperti notasi di atas.

3.1.4 Rumangsang Degung

Rumangsang Degung adalah sajian lagu yang dikelompokkan ke dalam wanda dedegungan. Wilayah jangkauan oktafnya lebih luas mencapai nada tinggi (petit), musikalitas gamelan degung klasik yang memainkan melodi yang menjelajah dari oktaf rendah hingga tinggi. Syair lagu Rumangsang Degung pada penyajian TA menceritakan kebangkitan seseorang untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik dan kuat. Tema yang paradoks dengan lagu-lagu yang telah disajikan sebelumnya.

(40)

40

3.1.4.1 Notasi Suling Pada Lagu Rumangsang Degung

RUMANGSANG DEGUNG

Laras : Pelog Degung Sekar Irama Merdeka

Ciptaan : NN Dedegungan Gelenyu 0 2 1 0 3 2 0 2 1 0 3 2 03 2 1 2 03 2 1 5 0 5 5 5 5 0 5 5 3 4 5 1 2 3 3 21 0 21 0 3 21 0 0 21 0 3 4 5 0 2 2 2 5 1 0 2 1 2 3 4 5 Lagu Merean 5 5 5 5 1 3 5112 2 Mun keukeuh bae angkeuna

2 1 1 2 2 2 3 4 5 4 3 2 2 Teu beunang dilarah lirih bade nyiar deui akal

4 3 4 3 2 3 4 5 5 1 5 4 3 2 3 4 5 5 Milari landong nu ma t i h i... h nyungsi

(41)

41 5 1 3 5 2

paraji s a k ti

2 1 1 2 2 2 3 4 5 3 2 2

Ngelun dukun ti galunggung

2 1 2 3 5 5 Ki ajar gunawisesa nu mashur

5 5 4 3 2 3 4 5 5

ciduhna m a t i h

5 1 3 5 2 2 1 2 2 3 4 3 2 2 3 4 5 4 3 2 2

Rek d i j u r u n g s i n a pada marabunan

3.1.4.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Rumangsang Degung

Sajian dimulai dengan gelenyu dedegungan dengan melodi suling seperti pada notasi gelenyu di atas. Selesai gelenyu, suling memainkan melodi mengiringi penembang yang membawakan lagu Rumangsang Degung. Di sini suling mamainkan peranan: merean, marengan, muntutan dan ngajojoan.

(42)

42

3.1.5 Kasuat-Suat

Kasuat-Suat adalah lagu panambih ciptaan Mang Engkos, bermetrum tetap (tandak), menceritakan peristiwa perpisahan yang diyakini sebagai kehendak Maha Pencipta. Melodi suling pada lagu panambih ini dibawakan dengan muatan melankolis sesuai dengan karakter lagu dan tema pada teks lagu.

3.1.5.1 Notasi Suling Pada Lagu Kasuat-Suat

KASUAT-SUAT

Surupan : 2=Tugu Ciptaan : M. Engkos

Laras : Pelog Degung Panambih

Pangkat : 2 . 3- 2...

Gelenyu

0 0 0 3- 2 1 . 5 1 5 2 1 2 1 2 Lagu

. 0 0 5 5 5 5 . 4 3 2 3 4 5 5 Na jan ma -sih so- no bo- goh

0 0 3-2 0 2 2 . . 0 0

(43)

43 0 0 2 5+ 1 2 1 . 0 2 1 5 5 1 2 2 U r a n g pa t u r a y Gelenyu . 0 0 3- 2 2 1 . 0 51 2 1 1 2 1 2 Lagu . 0 5 5 5 5 . 0 0 0

Sanajan di- ha lang- ha lang

. 0 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 3- 4 5 4 4 3-2 0 Sa na jan ... di - pi - ka -em - bung

0 0 2 5+ 1 2 1 . 0 2 1 5 5 1 2 2 Papasten datang Gelenyu 5 4 3 4 5 3 4 5 1 5 4 5 4 5 1 5 4 3 4 5 1 5 4 3 5+1 0 2 Lagu . 0 0 0 0 0 0 5 4 5 4 5

(44)

44 5 1 0 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 3- 4 5 4 4 3-2 0

Teu beunang di pa ran ca han

0 0 2 5+ 1 2 1 . 0 5 1 2 1 1 2 1 2 Pa pas ten... da - tang

. 0 0 1 5 . 0 0 0 0

Ieu ieu teh hiji

0 0 0 0 4 3 2 1 2 1 5+ 1 2 3 . 4 5 5 Per - tan - da

. 0 0 0 0 0 0 0

Yen urang hen - teu kawasa

0 0 0 5 4 5 1 5 1 5 21 2 1 2 Dunungan Alloh Ka wa - sa

3.1.5.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Kasuat-Suat

Penyajian suling pada lagu Kasuat-Suat diawali nada goong sebanyak dua ketukan dilanjutkan iringan melodi suling yang mengiringi penembang membawakan lagu. Kontur melodi yang dibawakan suling

(45)

45 mirip dengan kontur melodi lagu penembang. Namun melodinya terkesan melilit melodi vokal dengan mengaplikasikan peranannya dalam merean, marengan, ngajojoan dan muntutan. Di samping itu pada beberapa bagian di tengah-tengah lagu, suling memainkan melodi tanpa vokal, yakni pada bagian gelenyu (alok). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada notasi di bagian atas.

3.1.6 Landangan

Landangan adalah penyajian suling secara solois yang khusus disajikan penyaji sebagai jembatan yang menghubungkan peristiwa transposisi laras menjadi kemasan sajian musikalitas yang indah, dari pelog degung ke sorog atau madenda. Konsep garap landangan sebagai jembatan pergantian laras bisa dikatakan jarang yang melakukannya. Tercatat Rudini sebagai mahasiswa Jurusan Karawitan pernah melakukannya, akan tetapi ia menyajikan garap kacapi indung. Di sini penyaji mencoba membuat tafsir garap landangan melalui aplikasi permainan suling. Adapun notasi dan jalannya sajian, dijelaskan sebagai berikut:

(46)

46

3.1.6.1 Notasi Suling Lagu Landangan

LANDANGAN

Surupan : 1 = T Arransemen: Gilang Permana Laras : Pelog Degung

3- 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3- 2 1 2... . ... 3- 2 1 2... 2 1 1 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 2 3 4 5 5 3- 2 2 2 2 2 2 2 1 3- 2 1 2... 3- 2 1 2... 3- 2 1 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 2 2 ...1...2....1... 3

(47)

47 4+ 5 3... 4+ 5 3 4+ 5 3 5 4+ 1 5 4+ 3...5+ 1 2 1 1 2 2 2 2 Laras : Madenda Surupan : 4 = T 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 1 5 3- 3- 3- 2 ... 1 3 2 4 3 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4

3.1.6.2 Jalannya Sajian Suling Pada Landangan

Garap musikal penyajian suling memainkan melodi pada bagian landangan seperti pada notasi di atas. Awalnya penyaji menggunakan suling tembang ukuran panjang 60 cm (surupan 60) 1 = T (Tugu), memainkan melodi hingga pada bagian frase melodi terakhir, mengganti suling tembang dengan surupan 4 = Tugu.

3.2 Laras Sorog atau Madenda

Penyajian lagu-lagu pada laras sorog terdiri atas: Ceurik Rahwana (Tangis Anjani) dan Kulu-Kulu Bem. Deskripsi penyajian suling yang diaplikasikan pada kedua lagu tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Ceurik Rahwana (Tangis Anjani)

Ceurik Rahwana adalah repertoar lagu yang diadopsi dari pertunjukan wayang golek Sunda, yakni adegan Rahwana meratapi nasib

(48)

48 menangisi kekeliruannya menyia-nyiakan kesetiaan dan cinta suci istrinya sendiri, Dewi Anjani. Tangisan Rahwana pada pertunjukkan wayang golek ditampilkan Ki Dalang dengan lantunan lagu khas dari tokoh Rahwana telah menyebar di kalangan para dalang wayang golek dari dulu. Lagu tersebut rupanya diadopsi oleh seniman tembang sunda cianjuran menjadi lagu yang diklasifikasikan ke dalam kelompok lagu rarancagan. Penyaji pun bertanya kenapa lagu ini tidak dikategorikan sebagai wanda kakawen.

3.2.1.1 Notasi Suling Pada Lagu Ceurik Rahwana

TANGIS ANJANI (CEURIK RAHWANA)

Laras : Madenda Surupan : 4=Tugu

Ciptaan : NN Panambih

Merean 5 4 4

4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 Duh engkang panutan kalbu sembaheun lahir jeung batin

1 5 4 4 3 2 2 3 4 4

E n g k a n g lahir jeung batin 2 2 2 2 2 2

(49)

49 3 2 1 2 3 2 1 2 3 5 4 5 4 4 3 3 4 4

Tara-tara tisasari aduh engkang tisasari

5 4 3 3 3 3 3 3 4 5 1 5 4 3 45 2 1 1 Nyauran ragrag ci s o c a

2 1 5 5... 3- 2 1 5 4 5 1 2 2 Abdi mah saredih teu i n g Merean 5 4 4

4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 Duh engkang panutan kalbu teu kiat abdi wawanti

1 5 4 4 3 2 2 3 4 4

E n g k a n g abdi wawanti 2 2 2 2 2 2

asa tongkang bumi alam

3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 5 3- 3- 3- 2 3 4 3 3 4 4 Kantun sumerah nya diri aduh engkang sumerah diri Tara-tara tisasari aduh engkang tisasari

5 4 3 3 3 3 3 3 4 5 1 5 4 3 45 2 1 1 Kadinya mu ba wi se sa

(50)

50 2 1 5 5... 3- 2 1 5 4 5 1 2 2

Takdir timiba ka di ri

3.2.1.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Ceurik Rahwana

Sajian lagu Ceurik Rahwana merupakan kelanjutan dari Landangan, di mana pada akhirnya suling memainkan melodi seperti pada notasi di atas, mengiringi penembang yang membawakan lagu Ceurik Rahwana. Di sini suling memainkan peranan: merean, marengan, muntutan dan ngajojoan.

3.2.2 Kulu-Kulu Bem

Kulu-Kulu Bem merupakan lagu yang diadopsi tembang sunda cianjuran dari genre kesenian kiliningan menjadi bagian dari lagu panambih. Otomatis karena mengalami reinterpretasi garap, diolah kembali, disesuaikan iringannya dengan instrumen yang lazim dalam penyajian tembang sunda cianjuran, maka suling menggantikan peranan rebab pada kiliningan. Hal itu diimplementasikan penyaji dalam penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling, dengan uraian notasi dan jalannya penyajian sebagai berikut:

(51)

51

3.2.2.1 Notasi Suling Pada Lagu Kulu-Kulu Bem KULU-KULU BEM Laras : Madenda Surupan : 4=Tugu Pangkat 2 Gelenyu 0 0 02 3- . . . 3 2 43 54 35 43 0 03- 22 2 2 0 1 5 0 4 3 5 1 2 2 . 2 1 5 . . . . 5 4 3 5 0

Puguh oge ayeuna mah gamparan ka diri abdi

5+5 0 0 3-2 12 3-2 15 45 35 12 5 5

Duh nganggap teh lumayan pisan abong kena seueur deui aduh

. . . 21 55 . . 54 3 5

Nu punjul langkung ti abdi nu puguh matak kaduhung

. 5 3-3- 0 3- 21 . 5 12 3-2 2

Aduh...nu puguh matak kaduhung

0 0 3- 22 0 22 0 2 2 03- 2 1 5 1 2 3-3-

(52)

52 3- 2 0 3- 21 1 . 3-2 15 45 35 2

Dunungan buktina geuning be...re...wit

Gelenyu

0 22 0 22 0 22 02 15 21 32 15 21 32 43 15 43

51 54 35 12 3-3 45 3-2 15 . 5 12 3-3 44 32 2

Lagu

4 3 . . . 33 0 33 0 33 3-3- 3 . Najan awet mun rajet mah matak bae geuring diri

45 5 . . . 15 43 51 54 35 22 1515

Lah tobat... abdi teu...kiat

0 0 3- 22 0 22 0 22 0 22 12 . .

Nandangan bae kapeurih kasedih teu euih euih

0 0 22 1 2 . . 3- 21 5 12 2

Ngumpul ngakan dung kabi n g u n g

0 0 0 02 15 5 5 43 5 3- 3 3

Gandrung...

3- 3 . . 5 4+4+ 0 4+4+ 0 3- 3 43 2 2

Lah... da bongan kacida teuing alah

. . . . 0 0 2 . 3- .

(53)

53 2 1- . . . . 3- 22 22 21 5 1 2 2

kur... gamparan jangji

. . . . 0 2 . . Na li ka 0 0 2 4+ 21 34 54 3 150 435 150 435 1 5 Nembean tepang 0 3- . . . 3 4 4 3 2 Lah... a lah 0 0 05 4+ 0 4+4+ 150 435 150 435 . 12 2

Cenah moal nyolowedor geuning buktina ayeuna gamparan midua manah

0 0 3- 22 0 22 0 22 03- 21 5 3-2 3-2

Sing emut sumpah kapungkur bilih awon balukarna

3-3- 21 0 21 55 . 3-2 15 45 3 5 01 02 2

Geuning bilih awon ba lu kar na

3.2.2.2 Jalannya Sajian Suling Pada Lagu Kulu-Kulu Bem

Penyajian suling pada lagu Kulu-Kulu Bem diawali nada goong yang disesuaikan dengan nada goong pada tabuhan pangkat yang dibawakan pemain kacapi indung. Setelah itu melodi suling mengiringi penembang membawakan lagu. Kontur melodi yang dibawakan suling mirip dengan

(54)

54 kontur melodi lagu penembang. Namun melodinya terkesan melilit melodi vokal dengan mengaplikasikan peranannya dalam merean, marengan, ngajojoan dan muntutan. Di samping itu pada beberapa bagian di tengah-tengah lagu, suling memainkan melodi tanpa vokal, yakni pada bagian gelenyu (alok). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada notasi pada bagian atas.

3.3 Laras Mandalungan

Laras mandalungan dalam tembang sunda cianjuran bisa dikatakan masih belum lama, yakni tahun 1960 oleh Mang Bakang Abu Bakar. Penyajian lagu-lagu pada laras mandalungan terdiri atas: Bubuka Sinyur, Landangan dan Ngumbar Asih. Deskripsi penyajian suling yang diaplikasikan pada ketiga sajian lagu tersebut adalah sebagai berikut:

3.3.1 Bubuka Sinyur

Gending bubuka pada posisi Sinyur diadopsi dari gamelan. Tidak diketahui siapa penciptanya, akan tetapi seniman tembang sunda cianjuran telah menerapkannya sebagai sajian gending bubuka. Adapun notasi penyajian suling pada bubuka sinyur dan deskripsi jalannya sajian adalah sebagai berikut:

(55)

55

3.3.1.1 Notasi Suling Pada Bubuka Sinyur SINYUR

Surupan : 3=Tugu Gaya : Endang Sukandar

Laras : Mandalungan Pangkat 5 5 4 4 0 0 0 01 04 05 . . 1 05 4 0 0 0 2 1 1 0 1 1 15 43 0 5+1 1 0 4 3 3 . 5 4 1 5 4 3 4 5 1 5 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 . 4 3 21 0 2 3 21 0 0 3 4 5 3 5 4 1 5 4 3 4 5 1 5 4 3 5+1 0 1 0 5 4 4 . 4 4 . 5 4 3 5 4 1 5 4 3 . 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 1 4 1 4 5 . 1 54 03 .5 04 01 05 04 03 05 04 01 05 02 01 03 02 04 03 05 04 01 54 35+ 11

(56)

56 4 3 3 3 3 0 3 3 2 1 5+ . 1 2 1 5+ 1 2 1 2 3 5 4 3- 3 3 0 4 3 2 3 2 1 5 4 3 5 4 1 5 4 3 22 1 21 2 5+1 1 5 4 4 4 4 5 4 3 5 4 1 5 4 3 5 1 1 1 5 4 5 4 4 4 4 2 1 5+ 1 2 1 34 54 3 4 4

3.3.1.2 Jalannya Sajian Suling Pada Bubuka Sinyur

Sajian gending Sinyur dibawakan sebanyak dua kali pengulangan, dimulai dari tabuhan pangkat yang dibawakan kacapi indung. Suling membawakan nada goong bersamaan dengan bunyi nada goong dari kacapi indung. Setelah itu, suling membawakan melodi seperti pada notasi di atas.

3.3.2 Landangan II

Landangan II merupakan jembatan untuk masuk pada lagu panambih Ngumbar Asih. Di sini penyaji mencoba menyusun melodi yang terdiri atas beberapa frase melodi.

(57)

57

3.3.2.1 Notasi Melodi Suling Pada Landangan II LANDANGAN II

Laras : Mandalungan Arransemen : Gilang Permana Surupan : 3=Tugu 4 ...4 3 5 2.. 13- 4 5 3- 2 5+ 1 5+ 1 2 1 1 2 1 2 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 5 5 3- 2 2 2 2 2 2 3- 4 5 3- 2 5+ 1 2 2 2 2 1 2 1 5+ 1 2 1 5 1 5 2 1 2 1 2 2 2 2 1 .. 5 4 1 2 3 4 3 2 2 2 2 1 5+ 1 5 1 2 1 2 2 1

3.3.2.2 Jalannya Sajian Suling Pada Landangan II

Landangan II yang dibawakan penyaji seperti pada notasi di atas. Untuk kemudian dilanjutkan pada panambih Ngumbar Asih.

3.3.3 Ngumbar Asih

Ngumbar Asih adalah lagu panambih pada laras mandalungan, merupakan kelanjutan dari melodis landangan yang dibawakan penyaji sebelumnya. Adapun notasi sajian suling dan jalannya sajian pada lagu tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

(58)

58

3.3.3.1 Notasi Suling Pada Lagu Ngumbar Asih

Gambar

ilustrasi penjarian suling pada ketiga laras tersebut:
Tabel  2.1.  Teknik  tiupan  yang  menjadi  konvensi  di  kalangan  pemain suling dalam tembang sunda cianjuran
Tabel 2.2. Teknik ornamentasi yang menjadi konvensi di kalangan  pemain suling dalam tembang sunda cianjuran
Gambar 2.7 Desain Pentas Penyajian TA Kapengpeongan Ku Sora Suling

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan kata one dalam bahasa Indonesia memang lebih sering diartikan menjadi kata satu, padahal bila dilihat lebih lanjut lagi kata one bisa memiliki arti

Penerapan teori morfologi generatif ke dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan calon kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab dan diharapkan akan disahkan

Kata arisan sendiri apabila merujuk kamus umum bahasa Indonesia memiliki arti aktivitas melakukan pengumpulan uang atau barang dengan nilai sama oleh orang- orang

Abbas Buntet Cirebon untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tentara sekutu dalam peristiwa Resolusi Jihad.. Kata “Kiai” dalam bahasa Jawa memiliki arti

Istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kata serapan dari bahasa asing adalah gairaigo, namun tidak termasuk kata serapan yang berasal dari

Jadi kata santri adalah orang yang sedang belajar pada seseorang (guru). Maka istilah santri sama dengan istilah murid. Kajian teoretis di atas mengandung permasalahan

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris ”communication” berasal dari kata Latin ”communicatio”, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini

Sebagai contoh kata octaaf berasal dari bahasa Belanda kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi oktaf, kata politic berasal dari bahasa Inggris