• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 EVALUASI Editing dan Mixing Editing Schedule SCENE VIDEO SCREENSHOT EFFECT AUDIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 EVALUASI Editing dan Mixing Editing Schedule SCENE VIDEO SCREENSHOT EFFECT AUDIO"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

71 EVALUASI

5.1. Editing dan Mixing

5.1.1. Editing Schedule

SCENE VIDEO SCREENSHOT EFFECT AUDIO

Opening Opening Film THE TALK Font : Gotham Black Software : Adobe After Effects & Adobe Ilustrator Backsound : Mind play – THE TALK Ost. By Michael Rumondor 1 Nadya bercerita tentang keluarga khususnya untuk ayah dan anak

dengan pemumpamaan Blackscreen Software : Adobe Premiere Backsound : Track 1 – THE TALK Ost. By Peter Rumondor Voice Over Sound FX : - 2 Kesibukan Psikolog Dwi Aryani (Stockshot) Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Blue Software : Adobe Premiere Backsound : Track 1 – THE TALK Ost. By Peter Rumondor Sound FX : Click Mouse & Keyboard

(2)

3 Dwi Aryani mewancarai pasiennya, Nadya + Stockshot + Recording dari Handycam Record Screen Software : Adobe After Effects Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Blue Software : Adobe Premiere Backsound : Mindplay THE TALK Ost. By Michael Rumondor Sound FX : - 4 Flashback Galeri Seni Pendalaman cerita dari Nadya

saat di pameran lukisan Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Yellow & Dark Software : Adobe Premiere Voice Over Backsound : Track 8 – The Fragrance of Dark Coffer By Theme Music of Godot Sound FX : - 5 Keterbukaan Nadya tentang pengalaman lainnya + Recording dari Handycam + Stockshot Record Screen Software : Adobe After Effects Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Blue Software : Adobe Premiere Backsound : Mindplay – THE TALK Ost. By Michael Rumondor Sound FX : -

(3)

6 Flashback Rumah Nadya Kejahatan ayahnya Nadya, Romy. Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Red & Dark Software : Adobe Premiere Backsound : Keluarga Bahagia – THE TALK Ost. By Michael Rumondor & Voice Over Nadya Sound FX : Tamparan & Garpu jatuh 7 Terukapnya keinginan Nadya + Perlihatkan Keanehan dari gaya bicara seorang psikolog yang sebenarnya + (Stockshot) + Recording dari Handycam Record Screen Software : Adobe After Effects Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Blue Software : Adobe Premiere Backsound : Mindplay – THE TALK Ost. By Michael Rumondor Track 1 – THE TALK Ost. By Peter Rumondor Sound FX : - 8 Dwi Aryani sedang merapihkan berkas kerjanya (Stockshot) Cinemascope 16:9 Grading Basic Color : Blue Software : Adobe Premiere Backsound : Track 1 - THE TALK Peter Rumondor Sound FX : -

(4)

Closing Closing Film THE TALK (Credit Title) Blurscreen THE TALK Font : Gotham Black Software : Adobe Premiere Backsound : Track 1 – THE TALK Ost. By Peter Rumondor Sound FX : -

Tabel 5.1. Editing Schedule.

5.1.2. Editing Non-linear

Program ini tidak disiarakan secara live atau taping dan pengambilan gambar juga secara acak dilakukan saat produksi berlangsung. Maka pembuatan program drama series THE TALK penulis menggunakan proses editing non-linier. Editing non-linier adalah proses editing yang menggunakan media digital seperti komputer. Proses ini tidak langsung seperti linear, karena data hasil rekaman audio dan video yang ada di Memory SD Card harus di transfer terlebih dulu ke hardisk komputer.

Proses editing non-linear biasanya menggunakan software yang mendukung prosesnya. Proses penyusunan gambar yang dilakukan secara tidak berurutan (random/acak), penyusunan gambar bisa di mulai dari pertengahan scene, kemudian awal dari scene tersebut dan seterusnya hingga semua scene tersebut tergabung. Dalam proses editing film ada 3 tahapan yang harus dilakukan yaitu editing offline, editing online, dan mixing.

5.1.2.1. Editing Offline

Dalam tahap ini, penulis melakukan transfer data terlebih dahulu. Biasanya proses transfer ini bisa di sebut sebagai capture. Setelah tahap capture selesai baru bisa melakukan tahap editing offline. Pemilihan gambar dari berbagai hasil shot tiap kamera produksi dan pemilihan gambar di pilih berdasarkan kebutuhan konten dan berdasarkan script atau storyboard. Dari beberapa stockshot untuk insert dan transisi konten utama di diskusikan dengan camera person dan produser. Dilakukan proses penyeleksian pada gambar yang kurang baik untuk kualitasnya dari segi pengambilan gambar

(5)

maupun pencahayaan. Beberapa gambar yang tidak perlu ditampilkan juga diseleksi.

Untuk memudahkan penyusunan gambar, penulis membagi shot gambar yang kemudian dimasukan ke beberapa folder berdasarkan urutan scene yang telah disusun dalam script atau storyboard. Kemudian, folder-folder yang sudah di buat dimasukkan (import) kedalam aplikasi perancangan gambar yang digunakan, yaitu Adobe Premier Pro CS6.

Penggunaan software editing ini dikarenakan Adobe Premiere adalah salah satu software yang populer dan banyak digunakan secara luas dalam dunia pengeditan video. Penulis juga menggunakan Adobe After Effect untuk membuat hal yang mejadi pendukung dalam drama serial ini. Image-image tertentu dan efek-efek khusus yang juga dapat disiapkan dengan menggunakan Adobe After Effect.

Menurut Keith Underdahl sebelum melakukan editing, seorang editor bersama tim harus mengetahui standar video dan aspek layar pengaturan rasio yang ingin digunakan. Karena dalam kerja Premiere penganturan tersebut tidak dapat di atur kembali sehingga sangat perlu diperhatikan sebelum melakukan proses editing. Ada 3 standar pengaturan untuk hasil video yang dikeluarkan :

1. NTSC : National Television Standards Committee sering digunakan untuk negara Amerika bagian Utara, Japan dan Philippines.

2. PAL : Phase Alternating Line. Sering digunakan di benua Eropa bagian Barat, Australia, Asia bagian selatan, dan amerika selatan.

3. SECAM : Sequential Couler Avec Memoire. Masuk kedalam katagori yang sering digunakan oleh negara France, Russia, Eropa Utara, Asia Tengah dan benua Afrika.

Kemudian ada beberapa perbedaan untuk aspek rasio pada gambar yang dikeluarkan. Contohnya pada screen movie theater atau bioskop rasio gambar 16:9 (widescreen) yang biasanya akan terlihat seperti kotak persegi panjang karena atas bawah dihitamkan. Berbeda dengan TV rasio gambar 4:3 yang gambarnyanya terlihat kota menyesuaikan dengan layarnya (Underdahl, 2005).

(6)

Penulis bersama rekan menyetujui untuk menggunakan PAL dari hasil video yang dikeluarkan nanti. Karena PAL menjadi salah satu pengaturan yang sudah menjadi standar video yang digunakan di Asia Selatan. Pada bagian ini juga penulis selaku editor memakai sequence HDTV 720p dengan timebase 25.00 fps dengan video setting frame size 1280 x 720 dan audio settings sample rate 46000 samples/second.

Editor juga membuat beberapa sequence berdasarkan kebutuhan scene, yaitu sequence opening film, credit title, scene 1, scene 2, scene 3, scene 4 flashback galeri seni, scene 5, scene 6 flashback rumah nadya, scene 7, dan terakhir scene 8. Pembuatan opening film dilakukan terlebih dahulu secara terpisah dengan proses editing materi shootinging sebelum nantinya digabungkan. Hal ini dilakukan penulis agar saat penyuntingan materi shootinging bisa berjalan dengan lebih fokus. Selain itu, baru melakukan pengelompokan setiap scene untuk memudahkan editor dalam meng-edit berdasarkan urutan script.

Gambar 5.1 Tahap editing offline dilakukan pembagian sequence berdasarkan scene. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Dari RICE Fondren Library dalam Digital Media Center menjelaskan Adobe Premiere, (2011) Untuk melakukan editing secara cepat dan tepat, maka harus mengerti beberapa dasar dari working windows yang ada di dalam Premiere tersebut. Hal tersebut adalah 3 jendela umum yang selalu

(7)

muncul waktu melakukan editing, yaitu : Project Monitor, Source Monitor dan Timeline.

1. Project Monitor : tempat dimana segala file yang sudah di ambil dari berbagai sumber yang menyangkut untuk film tersebut. Dalam bagan ini kita bisa membuat Bin, seperti bagian lain dalam folder yang di buat khusus untuk melakukan pengaturan beberapa media dan diberikan perbedaan untuk lebih memudahkan dalam pemilihan dari shot setiap kamera.

2. Source Monior : merupakan tempat untuk melihat video mana yang nantinya akan diturunkan terlebih dulu ke timeline dan di edit.

3. Timeline : tempat kita untuk melakukan proses editing, segala hal yang dilakukan dari mulai memotong menggabungkan memisahkan dan membangun cerita dari setiap shot.

Pemotongan dan penyusunan gambar dari beberapa shot kemudian dilakukan secara hati-hati demi menghindari kesalahan kecil yang tidak sengaja seperti ada bocor pada gambar setelahnya. Begitu juga dengan saat ingin memasukan suara dialog kedalam gambar perlu di perhatikan dengan baik saat memisahkan suara saat dialog dan tidak. Kemudian dilakukan penyesuaian antar gambar dan suara yang didapatkan secara terpisah dari gambar yang menggunakan alat Zoom H4N.

Gambar 5.2. Suara yang sedang di edit menggunakan Adobe Audition. (SUMBER : Dok. Pribadi)

(8)

Demi mendapatkan kualitas suara yang bagus pengaturan suara dilakukan di tempat ini. Adobe audition salah satu bagian dari program adobe yang bertujuan untuk melakukan pengaturan terhadap suara atau editing sound secara lebih detail dari mulai memotong, menyambungkan, memisahkan, dan memberikannya efek. Dialog yang ada pada adegan setiap scene pasti memiliki keluaran suara yang tidak di inginkan atau adanya noise yang terdengar asing dan membuat dialog tersebut tidak memberikan fokus kepada penonton untuk mendengarkannya.

Ada 3 cara yang sering dilakukan editor untuk mengatur suara yang bekerja dengan sesuai dengan efek yang diberikan kedalamnya dan hal tersebut adalah :

1. The Effect Rack tersedia dengan baik untuk menyisipkan 16 efek di tempat tersebut dan dapat memilih untuk langsung digunakan atau tidak. Memberikan keluasan bagi pemakainnya, Karena bisa dengan mudah di muat, di hapus, di buang dan bisa menitip efek tertentu.

2. The Effect Menu tempat di mana mencari beberapa efek tertentu yang ingin digunakan secara langsung ke pada suara yang di tujukan. Dengan menggunakan menu ini maka editor dapat dengan mudah langsung mendapatkan perbedaan efek yang di muat ke dalam suara dan tidak perlu untuk menyisipkannya terlebih dahulu.

3. The Favorites Menu tempat untuk menyimpan efek data tertentu yang nantinya akan digunakan kembali. Memudahkan proses editing suara yang memiliki noise serupa dengan sebelumnya yang dapat dengan mudah bisa langsung di proses.

Pengaturan suara tersebut selalu dilakukan hanya di setiap adegan yang memiliki dialog interaktif pada drama serial ini. Scene Pertama yang tidak memiliki gambar atau sengaja penulis dan rekan memilih untuk di jadikan black screen yang berisikan dubbing suara nadya bercerita tentang kisah ayah dan anak dalam film tertentu. dilakukan pemisahan antara noise dan memberikan effect kepada suara untuk suara tersebut terdengar seperti dalam ruang yang kosong, yang menggambarkan seperi suara hati.

(9)

Kemudian scene ketiga yang bertempatan di ruang kerja praktek psikolog, memiliki dialog interaktif yang begitu panjang dan memiliki noise paling banyak dari scene lainnya. Jika secara teliti di dengarkan maka akan terdengar sangat berbeda dari scene lainnya dan dari semua scene, scene ini yang paling buruk dari kualitas suara rekaman aslinya.

Karena mengurangi noise sama dengan mengecilkan suara maka pada adegan ini hanya dilakukan pengaturan suara pada hal-hal tertentu misal hanya memotong bagian suara yang di luar dialog dan mengangkat suara yang kecil menjadi lebih besar keluar dengan sama aslinya. Scene flash back gallery seni dan rumah nadya memiliki kesamaan dalam noise yang tidak begitu parah dan sama-sama di angakat suara kecil yang di rekam menjadi lebih besar atau di jadikan seperti ukuran normalnya.

Gambar 5.3. Sinkronisasi antara suara dengan video. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Dalam proses editing offline, editor tidak sulit untuk melakukan pemotongan gambar yang ada dan menggabungkannya menjadi sebuah film. materi shootinging yang begitu banyak dipisahkan dan disesuaikan dengan cerita. Dilakukan pemilihan gambar yang sesuai untuk adegan misterius seorang psikolog dalam pekerjaan. Dari durasi yang begitu panjang kemudian di potong di beberapa bagian yang nantinya akan di masukan dengan angle lainnya. Misal dari 6 menit di potong menjadi 4 bagian berarti 1 bagian menjadi 2 menit atau kurang lebih 1 menit.

(10)

Editing untuk materi scene pertama hanya menggunakan layar hitam yang di sisipkan voice over dari nadya. Tidak ada lagi yang perlu di pusingkan untuk adegan yang seperti ini, hanya fokuskan saja menit dan detik berapa selanjutnya voice over itu masuk kedalam laya hitam. Kemudian menghitung jeda waktu yang tidak begitu lama untuk segera masuk ke scene selanjutnya.

Materi scene ke 2 di mulai dengan Dwi seorang psikolog yang sedang sibuk mencari hal-hal tertentu untuk pekerjaannya. Melakukan pembagian gambar terlebih dulu, lalu memasukan sound fx saat adegan klik mouse dan keyboard untuk mendukung pergerakan menjadi terlihat natural.

Kemudian baru proses editor yang menghasilkan film dengan cut to cut secara cepat untuk memberikan kesan tertekan pada penonton dan di sesuaikan terhadap lagu yang ada dengan adegan tersebut. Dipisahkannya gambar yang sudah tergabung untuk saat nuansa musik pelan dan musik kencang.

Materi scene ke 3, 5, dan 7 memiliki video hasil rekaman dari handycam yang kemudian digabungkan dengan rekeman lain. Dalam proses editing kali ini dilakukan kesengajaan untuk penggabungan shotnya dengan hasil handycam. Terlihat jelas untuk perpindahan pada gambar dalam film ini kasar. Tetapi di balik hal tersebut telah menggambarkan keadaan seperti suatu ruangan atau objek yang sedang di rekam dengan menggunakan handycam. selain itu dalam cerita ini memang seorang psikolog selalu melakukan rekaman untuk dokumenternya sendiri dan hal tersebut, penulis bersama rekan digunakan untuk menjadi kekuatan pada cerita perpindahan gambar.

Membuat tamplate recorder untuk gambar dari handycam agar telihat sebenarnya. kemudian menyusun bagian-bagian tertentu bersama arahan dari produser misalnya stockshot detail di tempatkan di tempat yang sesuai dengan adegan yang sekiranya saat ditambahkan maka cerita pada perpindahaan gambar akan terlihat lebih nyata. Kesulitan pada adegan ini adalah saat tamplate dan proses cutting yang tidak begitu rapih, jika

(11)

diperhatikan baik-baik akan terlihat hitam pada layar atau telat perpindahan gambar sebelumnya dalam hitungan kedipan mata.

Untuk flashback scene galeri seni proses editing sangat dimudahkan karna hanya memilih dari mana yang baik dan buruk untuk langsung di tempatkan pada timeline. Pengambilan shot secara one take ok dengan melakukan following pada character yang menggunakan satu kamera. Kesulitannya ada pada penyesuaian suara dengan gambar, karena ada beberapa suara yang terlalu kecil saat melakukan dialog. Maka pada akhirnya editor mengambil suara yang mirip dari sebelumnya dan di sinkronisasikan dengan gambar.

Materi scene flashback rumah nadya, mencerita kejadian dari kejahatan sang ayah terhadap anaknya. Menyatukan 2 kamera pada pengambilan gambar yang berbeda dan stockshot di beberapa tempat untuk pendukung kedalaman cerita. proses editingya dilakukan secara hati-hati, setiap cut to cut ke posisi lainnya di usahakan untuk terlihat natural saat kelanjutan dari gerakan tokoh dalam film tersebut.

Kemudian memproses scene ke 8 yang sedang menceritakan psikolog dwi aryani yang melanjutkan pekerjaan setelah berhasil wawancara dengan nadya. Terlihat banyak adegan dan perbedaan pengambilan gambarnya pada scene ini. Tetapi jika betul-betul di perhatikan sebenarnya hanya ada 1 pergerakan kamera dari awal adegan hingga akhir dan pengambilan stockshot juga hanya beberapa, tidak begitu banyak. Dibagian ini editor harus pintar-pintar memotong adegan dan mengabungkannya dengan stockshot untuk memperlihatkan pada adegan ini memiliki banyaknya gambar.

5.1.2.2. Editing Online

Proses editing online adalah proses kelanjutan dari editing offline. jika waktu sebelumnya penulis hanya melakukan pemotongan, penyatuan, pemisahaan dan penggabungan gambar, sekarang adalah waktunya untuk variasi penyuntingan gambar. Memberikan efek-efek tertentu pada gambar untuk terlihat lebih menarik. Salah satu contohnya adalah gambar dengan

(12)

pengambilan still di editing kemudian dapat digerakan menjadi zoom in atau zoom out. Selain itu juga dilakukan pengaturan kualitas warna pada gambar agar telihat lebih menarik.

Melakukan penyeimbangan cahaya yang berbeda pada setiap gambar yang di miliki untuk terlihat lebih continuitiy antara satu gambar dengan gambar yang lainnya. Proses yang terjadi pada bagian ini adalah tahap grading, dilakukan dengan penggunaan efek fast color correction, three ways color correction, serta pengaturan brightness, contrass dan luma correction untuk setiap gambar.

Gambar 5.4. Perbedaan penggunaan efek atau tidak. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Pemeberian warna serta cahaya pada gambar di setiap scene akan berbeda-beda yang menyesuaikan pesan cerita. Warna dan pencahayaan selalu disesuaikan dengan keadaan cerita, tidak lain untuk memberikan kesan gambar yang lebih mendalam di setiap plot-plot cerita. Sebuah film menggunakan perubahan pada warna juga untuk mendukung perubahan dari karakter pada cerita yang ingin di sampaikan di film tersebut. Setiap warna memiliki arti yang dapat mendeskripsikan emosi dan psikologi tertentunya sesuai dengan konten yang ada. Dari warna juga dapat menyentuh emosi saat merespon film tersebut (Bellantoni, 2005).

(13)

Pada program drama series THE TALK untuk episode kali ini menggunakan 3 warna yaitu warna biru, kuning, dan merah. Untuk scene 2, 3, 5, 7 dan 8 di ruangan kerja praktek psikolog, warna yang menjadi dasar scene tersebut adalah warna biru. Penulis sengaja memberikan warna ini karena dapat mendeskripsikan banyak ketenangan atau dapat menjadi sampul kesedihan. Keuntungan dari warna biru ini dapat membuat seseorang mulai merasakan pasif dan introspeksi (Bellantoni, 2005).

Kemudian flashback scene di galeri seni yang terlihat ramai dan ceria namun memiliki banyak tanda di luar pandangan umum penonton. Untuk scene ini menggunakan warna yang juga menjadi dasar scene tersebut adalah warna kuning. Warna cerah bercahaya terlihat sama seperti warna merah yang cenderung memberikan pandangan secara lapang. Warna kuning yang juga digunakan untuk sebuah tanda perhatian secara visual agresif. Memberikan peringatan kepada siapa yang akan datang dan dapat membangun perhatian besar pada tanda-tanda tertentu (Bellantoni, 2005).

Untuk flashback scene di rumah nadya, editor menggunakan warna merah sebagai pendalaman cerita bahwa gambar ini memiliki tanda emosi kemarahan. Deskripsi pada warna merah dapat memberikan empati langsung terhadap penonton secara tidak sengaja. Warna merah juga bisa membuat sesuatunya terlihat bergerak dengan cepat dan cahaya yang dikeluarkan dari warna ini bisa membuat detukan jatukan sedikit meningkat (Bellantoni, 2005).

Selain memberikan warna pada gambar, editor juga melakukan pemilihan beberapa transisi untuk konten tertentu. Tidak banyak transisi yang digunakan, hanya transisi dissolve yang diguanakan untuk pergantian konten untuk memberikan perbedaan dari perpindahan cerita. Transisi ini di unduh secara gratis karena sudah menjadi bawan efek dari Adobe Premiere CS 6 sendiri. Materi yang sesuai dengan efek transisi ini yaitu 2 scene dalam cerita ini.

Pertama pada saat flashback scene galeri seni berpindah lagi ke kelanjutan scene wawancara antara Dwi Aryani dengan Nadya menggunakan Dip to White. Kedua saat melanjutkan adegan flashback

(14)

scene di rumah nadya, saat terakhir melukis dan muncul lagi detail gambar kanfas yang telah di goreskan dengan darah yang menggunakan Dip to Black yang perlahan-lahan gambar muncul kembali.

Gambar 5.5. Pemberian efek transisi pada video. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Jika dihubungkan dengan jenis-jenis transisi pada editing yang sudah jelaskan sebelumnya. Maka terlihat pada bab ini, ada salah satu jenis transisi yang tidak digunakan oleh editor dan jenis transisi tersebut adalah wipe. Karena film ini adalah cerita drama yang serius tidak ada unsur komedi maka jenis transisi wipe tidak di perlukan.

Proses yang terjadi untuk episode kali ini adalah editor selalu menggunakan jenis transisi cut di setiap scene untuk shot ke shot selanjutnya. Kemudian untuk setiap penghabisan scene atau plot di mana cerita tersebut berpindah dengan cerita dan waktu yang berbeda, sehingga editor menggunakan dissolve atau fade pada bagian tersebut seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya.

Di dalam proses editing online, penulis sebelumnya telah melakukan pembuatan bumper untuk opening serta antar commercial break. Grafis pada bumper di buat dengan menggunakan software Adobe After Effect CS 6. Adobe After Effects adalah apalikasi yang menyediakan beberapa alat dan efek yang dapat mensimulasikan gerakan pada gambar menggunakan layer dari beberapa gambar yang telah di import kedalam Project Window.

(15)

Berbagai efek yang diberikan dalam aplikasi ini, seperti bayangan, pancaran sinar, flare dan lain-lainnya yang dapat mengubah tampilan pada layer. After Effect adalah aplikasi yang baik karena cara penggunaannya yang begitu flexible di setiap pekerjaannya. Saat ingin mengubah, menghapus atau menambahkan, harus melakukannya secara bertahap.

Gambar 5.6. Dalam tahap editing bumper. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Cara kerja dari After Effect ini mudah bisa menyesuaikan keinginan pekerjanya, memiliki beberapa window program yang dapat menjadi aplikasi window tersebut. Terdiri dari 9 kotak bagian yang menjadi cara kerja dari aplikasi ini dan sudah tersusun diantaranya adalah :

1. application window 2. Tools panel 3. Project panel 4. Composition panel 5. Timeline panel 6. Time graph

7. Grouped panels (Info and Audio) 8. Priview panel

(16)

Bumper yang digunakan adalah beberapa gambar cermin yang di tumpukan menjadi satu sampai terlihat menjadi seperti tembok. Editor menginginkan audience membayangkan hal yang mencekam yang akan terjadi nantinya. Maka kesan yang terlihat pada tembok sengaja di warnai biru yang seakan berada pada tempat yang bersuhu sangat dingin dan tekstur tembok tidak sempurna, seperti sedikit sayatan dan tusukan kecil ada di beberapa tempat. kemudian di berikan cahaya sepeti penarangan lampu senter saat gelap yang di tembakan ke tembok. Beberapa detik kemudian muncul lagi cahaya lain seperti pantulan proyektor.

Mulai dari pencahayaan itu kemudian muncul satu-satu gambar yang di perlihatkan sesuai dengan nama pemainnya. Sampai dimana hampir dari akhir bumper di timbulkan kembali beberapa gambar sebelumnya dan gambar baru lainnya yang perlahan-lahan menjadi menumpuk. Setiap gambar yang muncul pada tembok tersebut sengaja di goyangkan seakan proyektor yang menyorot tadi sedang rusak.

Maksud dari editor adalah menggambarkan gambar-gambar tersebut seperti memori yang buruk telah menumpuk dan susah untuk di hilangkan begitu saja. Maka di akhir layer terlihat gambar-gambar tadi menjadi mendekat cepat dan memenuhi layar kaca yang kemudian hilang bersama lampu yang redup menjadi gelap.

Kemudian sepanjang film tersebut memang beberapa kali sering terjadi lampu yang redup yang kemudian menyala kembali. Tujuannya tentu untuk memberikan kesan cerita yang seram pada audience. Untuk tulisan editor sengaja memunculkannya seakan memori yang telah lama hilang timbul kembali dalam bayang-bayang. Format pada penulisan mencari yang sederhana dan formatnya terlihat dapat menjadi penegasan dalam pembacaannya.

(17)

Gambar 5.7. Bumper In dan Bumper Opening. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Musik yang digunakan pada bumper adalah iringin musik piano, dengan terompet dengan midi programming bertempo slow yang terkesan menyeramkan. Pembuatan musik sendiri dilakukan dengan program FL Studio 11. Musik dari bumper di buat untuk mendukung film kepada pemirsa bahwa program THE TALK adalah program drama series yang misterius, sedih dan sedikit menyeramkan untuk disaksikan.

Dalam tamplate bumper sengaja cenderung menggunakan warna biru, putih dan kehitaman. Karena dengan warna biru maka akan mencerminkan ketenangan, juga kesan sedih. Kemudian warna natural putih yang menjadi cahaya dalam kegelapan dan sebagai warna yang terkesan bersih dan penuh dengan kebaikan yang dimilikinya. Warna hitam adalah warna yang kelam, gelap dan mencerminkan kematian.

Tamplate di buat dengan menggunakan title pada Adobe Premiere secara langsung kemudian menggunakan font gotham black yang sudah ada dari bawaan sendiri dari windows. Peletakan tamplate digunakan untuk memberikan informasi berupa nama dan judul film.

Selanjutnya untuk closing, ditambahkan credit title yang berisi rangkaian kru yang bertugas serta segala pihak yang telah membantu dalam berjalannnya program ini. credit title dibuat dengan menggunakan rolling title dalam Adobe Premiere. Berwarna hitam transparan dengan tulisan putih. Font yang digunakan adalah gotham black.

(18)

Gambar 5.8 Credit Title THE TALK. (SUMBER : Dok. Pribadi)

5.1.2.3. Mixing

Setelah selesai menajalankan proses editing online, maka proses selanjutnya adalah proses penyuntingan yang dinamakan tahap mixing. Melakukan penyelarasan audio dengan video dan memberikan background music pada gambar tertentu yang telah di susun dalam proses editing offline dan online. Lagu yang tersebut telah di buat dan disesuaikan dengan gambar yang ada sehingga nantinya dalam proses mixing hanya tinggal mengatur besar kecil keluarnya suara yang disesuaikan antar dialog dengan voice over dan background music atau sound fx yang ada. Pemilihan background music adalah slow beat agar pemirsa dapat merasakan suasana sedih dan begitu kelamnya dari konten yang disajikan dalam program THE TALK.

Pemilihan background music untuk scene 2 yaitu berjudul Track 1 dari salah satu soundtrack film THE TALK (Peter Rumondor). Pada scene ini susana program di awali dengan lembut pada lagu awal. Kemudian saat dwi aryani mulai membuka salah satu filenya lagu tersebut mulai menjadi tegang dan perlahan sunyi sampai akhir adegan tersebut. Kemudian scene 3, 5, dan 7 yang berjudul Mindplay juga salah satu soundtrack film THE TALK (Michael Rumondor).

(19)

Pada scene 4 yang menceritakan flashback cerita Nadya saat berada di galeri seni, utuk mengisi background music pada scene ini penulis bersama rekan sepakat menempatkan lagu orang lain untuk menjadi pendukung cerita di dalamnya. Track 8 oleh The Fragrance of Dark Coffee dari theme music of godot. Pada scene 6 yang menceritakan flashback Nadya saat berada di rumahnya dan diperlakukan dengan kejam oleh ayahnya sendiri.

Dalam scene ini terdapat 2 background music yang menjadi pendukung cerita, pertama menggunakan soundtrack THE TALK berjudul Keluarga Bahagia (Michael Rumondor), kedua menggunakan lagu Senja dari White Shoes and The Couples Company

Gambar 5.9 Tahap Mixing. (SUMBER : Dok. Pribadi)

Setelah menyelesaikan semua tahap dan proses editing kemudian setiap sequence digabungkan agar menjadi 1 film utuh dalam 1 sequence dan di export ke dalam format windows media dengan preset HD 720p 25.

5.2. Kesimpulan

Setiap film yang di buat pasti memiliki pesan untuk setiap audiencenya dan apakah pesan itu benar-benar tersampaikan atau tidak. Maka dari itu dalam prosesnya memiliki tahap yang begitu panjang hingga sampai kepada hasil terbentuknya film tersebut. terlihat bahwa pembentukan itu pada tugas karya akhir ini, dimana penulis bersama rekan sebelum memulai proses pembentukan

(20)

karya ini melakukan riset terlebih dahulu dan mencari orang-orang tertentu yang paham mengenai konten dalam film ini.

Riset sangat dibutuhkan dalam pembentukan cerita dalam film ini, untuk dapat di kemas secara sempurna dan pesan dalam film tersampaikan dengan baik. Mempelajari dan macari sebanyak-banyaknya informasi yang sesuai dengan konten yang di inginkan. Terbentuknya sebuah ide juga di stimulus oleh beberapa ide-ide lainnya, yang berarti penulis bersama rekan telah mendapatkan film yang memiliki kesamaan dengan cerita yang ingin dibuatnya. Kemudian beberapa teori umum dan khusus yang ada dalam tugas karya akhir ini memberikan seberapa kuatnya teori-teori tersebut berpengaruh pada konten dan hasil terbentuknya film ini.

Kemudian untuk editor dalam pembentukan film ini bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari proses pembentukan semua hasil gambaran yang di ambil saat proses produksi dilakukan. Dalam setiap proses pembentukan editing memiliki banyak arti untuk gambar-gambarnya yang akan dibentuknya. Tidak semua transisi yang digunakan untuk perpindahan dari shot ke shot selanjutnya dan itu hanya membutuhkan beberapa saja sesuai dengan konten yang di inginkan dalam film tersebut.

Editor berhak memilih dan mempunyai argument juga untuk memilih mana gambar yang baik di pakai dan tidak di pakai dalam pembentukan filmnya. Meminta arahan dari seorang produser, sutradara dan camera person untuk membantu proses editing agar menjadi lebih cepat dan sempurna. Jadwal yang sudah ditentukan sebagaiknya waktu diperugunakan dengan semaksimal mungkin. Tidak ada kata lain untuk editor untuk bisa bersantai-santai jika dapat menyelesaikan sebelum jadwal yang telah di tentukannya. Karena setiap film yang sudah di buatnya secara utuh, masih bisa terus di lakukan revisi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi untuk film tersebut.

Penentuan pada warna dan lagu menentukan baik dan buruknya film sesuai kontennya. Dasar warna yang di berikan memiliki pengaruh yang besar tanpa di sadari oleh orang pada umumnya. Kelebihan editor yang mengerti akan warna yang dapat memberikan kesan lebih mendalam untuk sebuah film selain camera person yang juga bisa memberikan kesan saat pengambilan gambar dilakukan.

(21)

Begitu juga dengan penentuan lagu editor juga berhak di ikut sertakan saat pembentukannya. Maka dari itu editor juga harus benar-benar memahami sudut-sudut mana yang sepertinya cocok untuk diberikan latar belakang suara yang akan menjadi kesan yang sempurna saat audience memperhatikan tiap-tiap shotnya.

Tiba dimana saatnya proses mixing dilakukan disaat itulah seorang editor harus benar-benar mencermati antar setiap suara yang masuk dengan gambar yang ada. Editor menempatkan diri sebagai audience dan cermati setiap adegan apakah sesuai dengan keinginan yang akan di dapat jika benar-benar audience yang memperhatikan film tersebut, akan perhatian itu seutuhnya di dapatkan atau tidak.

5.2.1. Evaluasi Produksi

Program drama series THE TALK bukanlah program yang sempurna dari tahapan produksi sampai pada hasilnya. Banyak hal kekurangan dan banyak hal juga yang harus di perbaiki dari mulai pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi. Banyak hal yang harus di pikirkan dan direncanakan secara detail, di mulai dari pra produksi, tim memiliki beberapa tantangan yang harus di hadapi yaitu seperti survey tempat shooting, survey tempat penyewaan alat shooting, budgeting, casting talent, reading, dan transportation. Banyak hal sebelum terbentuknya perencanaan biaya produksi yang di mana itu adalah hal penting untuk dapat berjalannya seluruh proses produksi tersebut.

Tim produksi juga menemui beberapa kendala saat proses produksi tersebut berlangsung salah satunya adalah menajemen waktu yang kurang baik. Tanggung jawab dari seorang produser untuk mengawasi hal tersebut agar dapat mengkoordinir anggota tim produksi pada saat proses produksi berlangsung. Masalah waktu harus benar-benar di atur dengan baik, jika bagian produksi telat untuk mengeksekusi maka tim pasca produksi yang akan menjadi beban dari tanggung jawab pembuatan film. karena setiap pengerjaan yang dilakukan secara terburu-buru tidak sepenuhnya akan berjalan dengan baik.

(22)

Dengan begitu maka tekanan dari waktu yang singkat peranan editor dituntut bisa cepat dan tepat dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Pintar untuk memotong, memisahkan, menyatukan dan dapat membangun rasa emosi dari banyaknya gambar untuk menarik sebuah perhatian dari penontonnya. Saat ingin melakukan tahap editing sebagai peran editor sebelumnya memang harus benar-benar mengerti dahulu sepenuhnya tentang proses editing itu sendiri.

Seperti yang sudah di bahas pada bab sebelumnya, bahwa ada beberapa teori yang dapat membantu editor untuk mengurangi resiko dalam editing, untuk dapat menghindari kesalahan yang sekecil-kecilnya sebelum di render dan menjadi film seutuhnya. Begitu juga dengan pengertian warna dan suara dalam film yang dapat berpengaruh besar terhadap perhatian audience. Maka dari itu editor perlu pintar-pintar memberikan lagu yang tepat serta pengaturan suara dan warna yang baik sesuai dengan konten dari film tersebut.

5.3. Saran

Dari pengalaman tim produksi drama series THE TALK selama memproduksi tugas karya akhir ini, tim produksi kurang maksimal dan perlu banyak belajar lagi dalam dunia broadcasting dan perfilman di indonesia. Penulis menyarankan untuk kedepannya bagi mahasiswa/i yang ingin membuat tugas karya akhir diharapkan banyak-banyaklah belajar berorganisasi yang baik agar mengerti caranya dan bisa saling berhubungan satu sama lain, saling memahami dan mengerti kepada sesama anggota tim produksi, kemudian pihak lain yang membantu dalam menyelesaikan tugas karya akhir ini.

Begitu juga untuk masyarakat, penulis dan tim berharap agar lebih detail dan kerja keras lagi dalam pembuatan drama series agar bisa menjadi tontonan yang berkualitas, mendidik, dan menarik bagi masyarakat indonesia. Karena pembuatan sebuah film tidak semudah sepeti yang dibayangkan. Sampai dimana penonton dapat memahami pesan dan mendapatkan perhatian yang sesuai keinginan dari film tersebut.

Gambar

Tabel 5.1. Editing Schedule.
Gambar 5.1 Tahap editing offline dilakukan pembagian sequence  berdasarkan scene. (SUMBER : Dok
Gambar 5.2. Suara yang sedang di edit menggunakan Adobe Audition.
Gambar 5.3. Sinkronisasi antara suara dengan video.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perbandingan HSR sebelum dan sesudah proyek swap dan modernisasi yang diolah dengan report generator drive test pada software TEMS Investigation 11.0 pada cluster D5

Pada penelitian ini populasinya adalah semua orang tua yang mempunyai anak usia di RA Darussalam Dusun Semanding Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang.. Dari 50

Kegiatan perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi ikan di Zona Pemanfaatan meliputi: (a) perlindungan proses-proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari

Pada umumnya masyarakat mengetahui khasiat obat tradisional berdasarkan kepercayaan yang mengakar kuat dalam masyarakat kita secara turun temurun, seperti halnya pada

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang contoh peninggalan yang bukan hanya benda bersejarah saja tetapi juga pemikiran atau nilai-nilai yang bisa mempengaruhi

Data yang diperoleh dengan dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi hasil penelitian tentang deskripsi kurikulum berkorelasi (correlated curriculum) juga tentang hal-hal yang

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2013), berasumsi bahwa baiknya kesembuhan luka perineum ibu dan baiknya personal hygiene ibu itu dikarenakan ibu

Selain itu, perusahaan juga bisa dapat mempertimbangkan untuk menggunakan gamifikasi sebagai salah satu cara untuk mendorong work engagement karyawanya,