• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANAK SEJAK PRANIKAH (Studi Tinjauan Hadis) Fu ad Arif Noor 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN ANAK SEJAK PRANIKAH (Studi Tinjauan Hadis) Fu ad Arif Noor 1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDIDIKAN ANAK SEJAK PRANIKAH (Studi Tinjauan Hadis)

Fu’ad Arif Noor1)

1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini, STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta

Email: fuadarifn@stpi-bim.ac.id

ABSTRACT

This research reveals its importance of holding tight selection in choosing a life partner from the family environment and healthy and good. In choosing a wife, Islam teaches Muslim men to pay attention to two things: first, lineage candidate's wife, and secondly, the environment in which he lived and the extent of this environmental impact on personality. A true benchmark in choosing a wife is a woman's level of faith and loyalty to his religion. As mothers and fathers play a very important role in child development, physical, and mental and mental. Therefore, in choosing a husband, Islam also teaches to pay attention to the descent and the environment in which he lived. The prospective husband should also have properties that commendable because it will become role models of their children and bring down all the qualities and character to them. In addition, the wife will also be affected by some of its properties through daily interaction with her. Therefore, the Prophet Muhammad. encourages women to choose husbands were worth it. Criteria for choosing a mate, both for men and women are "good" for married: that Good moral (Salih/Sholihah), Married With Virgin/Girl, Married Women Independence, Beautiful His face, Fertile Peranakan, Wealth, Come of good descent, not of the immediate family.

Keywords: Education; Children; Premarital.

ABSTRAK

Kajian ini menekankan perlunya melakukan seleksi ketat terhadap usaha memilih pasangan hidup yang berasal dari keluarga maupun lingkungan yang sehat dan baik. Dalam mencari istri atau memilih pasangan, Islam mengarahkan kepada kaum lelaki muslim untuk mempertimbangkan dua hal: pertama, dhurriyyah atau silsilah keturunan calon istri, serta yang kedua lingkungan hidup tempat ia tinggal dan seberapa jauh lingkungannya berpengaruh pada kepribadiannya. Tolok ukur atau patokan yang benar dalam mencari atau memilih istri yaitu tingkat keimanan maupun keloyalan wanita bakal istri terhadap agamanya. Sebagaimana ibu dan ayah berperan sangatlah penting serta penentu dalam perkembangan anak, fisik, maupun mental serta kejiwaannya. Karenanya dalam mencari atau memilih calon suami, Islam juga mengajarkan untuk memahami sisi keturunan serta lingkungan tempat ia tinggal. Si bakal suami tersebut juga memiliki berbagai sifat yang terpuji, sebab ia kelak akan menjadi teladan anak-anaknya dan menurunkan semua watak dan sifatnya kepada mereka. Disamping itu, istri juga akan terpengaruh oleh sebagian sifat mupun tabiatnya melalui pergaulan sehari-hari dengannya. Rasulullah SAW. menganjurkan para perempuan atau wanita untuk memilih bakal atau calon suami yang sekufu atau sepadan. Kriteria pasangan seseorang dalam memilih atau mencari jodoh, baik itu bagi lelaki bakal suami maupun perempuan calon istri yaitu yang “terpuji” untuk dinikahi: maksudnya baik akhlaknya (sholih/sholihah), menikah dengan perawan/jejaka, menikahi wanita merdeka, cantik parasnya, subur peranakannya, berharta memiliki kekayaan, baik dhurriyyahnya yang dari keturunan sholih, serta berasal tidak dari keluarga dekat.

(2)

2 PENDAHULUAN

Islam memberikan perhatian penuh terhadap tumbuh kembangnya anak sekaligus juga kesehatan jasmani serta rohaninya jauh sang anak sebelum dilahirkan. Islam membimbing para orang tua untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang terkait dengan keselamatan serta kesehatan anaknya, sehingga anak senantiasa lahir dan tumbuh berkembang dengan baik serta sehat wal afiat.

Persiapan tersebut yaitu pertama, Islam mengenalkan pentingnya menjalankan seleksi ketat dalam hal pemilihan atau mencari jodoh. Selanjutnya saat janin atau bakal anak telah berada memasuki posisi di dalam rahim atau kandungan ibunya, yang menjadikan suatu masa yang sangat mempengaruhi dan menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhannya di suatu masa mendatang, Islam juga mengajarkan bahkan menuntun bagaimana masa ini harus dilewati dengan cinta kasih nan bahagia.

Pernikahan yaitu menjadi peristiwa yang diidamkan oleh manusia normal pada umumnya. Nikah merupakan sunnah nabi yang selalu dianjurkan. Pernikahan itu kejadian yang suci serta sakral pelaksanannya. Idealnya hanya dialami dan dilakukan hanya sekali seumur selama hidup, diperuntukkan khususnya perempuan yang pada umumnya kebanyakan tidak mau di madu. Karena menikah itu menjadi sunnah Nabi SAW., banyak terdapat dalam hadist yang menganjurkan untuk menikah sampai di mana pada proses yang paling pribadipun Nabi sudah mencontohkannya.

Menikah yang menjadi dambaan serta idaman bagi setiap individu sekali dalam seumur hidup, agar terwujudnya keluarga yang sakinah, kemudian mawaddah serta

rahmah menjadi tujuan dari menikah itu sendiri yang tentunya mempunyai beragam

faktor yang mendukungnya. Untuk mewujudkannya itu tentu melalui proses seleksi kepada pilihan atau pasangan bakal calon yang akan dipilah pilih untuk dijadikan pendamping hidup dalam mengarungi bahtera keluarga sejahtera. Dalam awal tahapan seleksi tentunya perlu kejelian, kecermatan serta memakai kriteria yang benar agar memperoleh pasangan yang terbaik dan sesuai. Tentunya perlu memperhatikan prosesi pinangan sebagaimana yang disyari’atkan dalam agama Islam. Ajaran-ajaran Islam yang berkenaan dengan ini pemakalah akan menguraikan pendidikan anak sejak pranikah tersebut yang terdiri dari memilih jodoh (istri atau suami), dan Pinangan.

(3)

3 METODE PENELITIAN

Kajian dalam penelitian ini menggunakan metode literatur atau dikelanl dengan kajian pustaka dengan dipertajam melalui kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini. Teknik data penelitian yang dapat diperoleh penulis dalam melakukan pengumpulan data dari kajian hadis dan berbagai sumber pustaka baik dari buku, jurnal, hasil seminar maupun hasil diskusi dengan para ahli yang sesuai pada bidang dan tema penelitian ini. Setelah data yang terkumpul, kemudian penulis menganalisanya melalui teknik interpretasi data serta penulis menguraikan penjelasan yang memperkuat ditinjau dari teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dihadapi untuk memperjelas kajian, sehingga lebih sempurna pembahasan dalam kajian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Baik riset ilmiah maupun realitas membuktikan bahwa genetik atau unsur keturunan dan lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian maupun perkembangan jasmani anak.1 Keturunan manusia berupa anak pelanjut cita-cita banyak mewarisi karakter dan sifat yang dimiliki ibu, ayah, serta kakeknya, baik dari tingkat kecerdasan, tingkah laku atau perilaku, kerendahdirian, kemudian kedermawanan, serta berbagai hal lainnya. Karena orang tua itu menjadikan salah satu faktor perpindahan sifat-sifat tersebut kepada anak atau, paling tidak, mereka dapat menciptakan semacam potensi pada diri anak untuk melekat tersemat berbagai sifat demikian itu.2

Selain sifat tersebut itu, ada juga dari adat istiadat sekaligus kebiasaan dapat juga berpengaruh pada diri anak. Oleh karenanya Islam memperhatikan pentingnya mengadakan seleksi yang ketat dalam memilah dan memilih pasangan hidup dari lingkungan dan keluarga yang sehat dan baik serta sholih.

1. Memilih Istri

Dalam mencari dan memilih istri, Islam menganjurkan kepada para kaum lelaki muslim senantiasa mengutamakan dua hal: pertama, silsilah keturunan bakal calon istri, yang kedua lingkungan tempat tinggalnya ia hidup serta seberapa jauh lingkungan tersebut mampu mempengaruhi terhadap kepribadiannya.

1 Fakhir Aqil, ‘Ilm Al-Nafs Al-Tarbawi: Hal. 45-57.

2 Ahmad Hafidh Alkaf, Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam (Republik Islam Iran: Qom Yayasan Imam Ali Ra., 2002) diakses pada 10 Desember 2019. http://www.alimamali.com/html/ins/book/tarbiat/05.htm

(4)

4 Rasulullah SAW. bersabda,

ِ ا

ِ خ

ِ ت

ِ را

ِ و

ِ لِا

ِ ن

ِ ط

ِ ف

ِ ك

ِِِ ف

ِ

ا

ِ ن

ِِ لا

ِ خ

ِ لا

ِِ أ

ِ ح

ِ د

ِ

ِ ضلا

ِ ج

ِ يِ ع

ِ ي

.

Artinya: Pilihlah bakal calon istrimu karena sesungguhnya saudaranya

istri itu akan menurunkan sifat serta karakternya pada anak-anak kalian.3

Sabda Nabi di dalam hadis lain menyatakan:

ِ ت

ِ يَ

ِ و

ِ لِا

ِ ن

ِ ط

ِ ف

ِ ك

ِِ ف

ِ ا

ِ ن

ِِ ا

ِ عل

ِ ر

ِ ق

ِِ د

ِ س

ِ سا

Artinya: Memilihlah kamu semua dengan benar terhadap wanita yang

akan mengandung bakal anakmu sebab unsur keturunan itu sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.4

Rasulullah SAW. menganjurkan agar memilih dan mencari istri dari keluarga yang mempunyai berbagai sifat terpuji karena keluarganya yang baik tentu akan membentuk watak atau karakter yang baik pula pada diri wanita tersebut. Bila meninjau pada lembaran sejarah kehidupan beliau akan ditemukan bahwa Rasulullah SAW. juga sangat memperhatikan hal itu, beliau menikahi Khadijah R.A., seorang perempuan mulia yang akan datang melahirkan putra putri yang menjadi imam panutan bagi wanita muslimah dunia, yaitu Fatimatuz Zahra R.A. Sunnah perilaku Nabi tersebut diikuti oleh ahlul bait R.A. keluarga suci beliau, dengan selalu memilih calon istri dari kalangan keluarga yang terbaik dan terhormat.

Selain memilih bakal atau calon istri yang dimulai dari golongan keluarga yang terbaik dan mulia, Islam juga menganjurkan untuk memilih istri dari lingkungan keluarga atau masyarakat yang bersih sebab lingkungan sosial yang baik akan mendapatkan pengaruh yang baik juga terhadap wanita tersebut. Sebaliknya, Islam melarang para lelaki untuk memilih dan mencari istri dari kalangan yang kurang terpuji. Dalam hadis menyebutkan bahwa Rasulullah SAW. melarang untuk meminang wanita yang cantik namun hidup di lingkungan masyarakat yang sesat atau tidak baik, sebagaimana sabda beliau:

ِ

اِ يَ

ِ كِ

ِ و

ِ خ

ِ ض

ِ ءاِ

ِ لا

ِ م

ِ ن

ِِ.

..

ِ اِ.

ِ لِ م

ِ رِ أِ ة

ِِ ا

ِ ل

ِ س

ِ ن

ِ ءا

ِ

ِ ف

ِِ م

ِ نِ ب

ِ ت

ِ

ِ سلا

ِ وِ ء

.ِِ

Artinya: Hati-hatilah terhadap perempuan cantik yang mereka hidup di

kalangan atau lingkungan masyarakat yang buruk.5

3 Al-Kafi 5: Hal. 332.

4 Faidh Kasyani, Al-Mahajjah Al-Baidhla 3: Hal. 93. 5 Makarim Al-Akhlaq: Hal. 304.

(5)

5

Imam Ja’far Shadiq melarang kaum lelaki muslim meminang wanita yang pezina. Beliau berkata,

ِِ

ِ ن

ِ زل

ِ ب

ِِ

ِ ة

ِ لِ ن

ِ تِ ع

ِ س

ِ ل

ِِِ ا

ِ أِ ة

ِ مِ ر

ِ لا ِا

ِ و

ِ ج

ِ و

ِ ت

ِ تِ

ِ ل

(Jangan sekali-kali kalian itu menikahi perempuan yang terang-terangan telah berbuat zina).6

Imam Muhammad Baqir juga mempertegas dalam hal melarang lelaki yang beriman untuk menikahi wanita yang gila, dikarenakan khawatir nantinya anak yang akan lahir mewarisi kegilaan dari ibunya. Tatkala dirinya ditanya perihal perkawinan dengan perempuan yang gila, beliaupun menjawab:

ِ ل

ِ وِ,ِ

ِ ل

ِ ك

ِ ن

ِِ

اِ ن

ِ

ِ كِ ن

ِ ت

ِِ ع

ِ نِ د

ِ هِِ أ

ِ مِ ة

ِِِ م

ِ ج

ِ نِ وِ

نِ ة

ِِ ف

ِ ل

ِ بِِ أ

ِ س

ِِ بِ أ

ِ ن

ِِ ي

ِ ط

ِ أِ ه

ِ وِا

ِ لِ ي

ِ ط

ِ ل

ِ ب

ِِ و

ِ ل

ِ ها

ِ.

Artinya: Jangan! Namun bila ada seseorang yang mempunyai budak wanita

gila, ia bisa menggaulinya dan jangan sampai ia memperoleh anak darinya.7

Terdapat dalam riwayat, menerangkan bahwa Imam Ali RA. bin Abi Thalib

karramallahu wajhah: mengingatkan lelaki muslim untuk tidak mengawini gadis

dungu, karena khawatir anak yang akan ia lahirkan kelak mewarisi kedunguannya. Disamping itu, perempuan yang dungu tidak akan bisa mendidik anak dengan sempurna, baik serta benar. Beliau berkata,

ِِ

ِ عا

ِ ي

ِ ض

ِِ

ِ ها

ِ ل

ِ وِ و

ِ ءِِ

ِ ل

ِ بِا

ِ بِ ت

ِ ص

ِ

ِ نِ

ِ ا

ِِِ ف

ِ ءا

ِ مِ ق

ِ ح

ِِِ لا

ِ ج

ِ وِ ي

ِ ز

ِ وِ ت

ِ كِِ

ِ

اِ يَ

(Jangan sekali-kali kalian mengawini gadis dungu, karena bergaul dengannya

bisa seperti itu menjadikan bencana malapetaka bagi seseorang beserta anak yang dilahirkan kelak tidak berguna).8

Berbagai riwayat yang menyatakan bahwa sebagai tolok ukur yang tepat dalam mencari atau memilih istri, yaitu dari tingkat keimanan, keloyalan atau ketaqwaan perempuan terhadap agamanya. Rasulullah SAW dalam suatu hadisnya sangat menganjurkan masalah ini. Suatu ketika ada seseorang datang ingin berjumpa Rasulullah SAW meminta petunjuk dari beliau tentang perkawinan, beliau menjawab:

ِ عِ ل

ِ ي

ِ ك

ِِ ب

ِ ذ

ِ تا

ِ

ِ لا

ِ ي

ِ ن

ِِ ت

ِ رِ ب

ِ ت

ِِ ي

ِ د

ِ كا

Artinya: Pilihlah perempuan yang taat pada agama, niscaya kalian akan

bahagia.9

6 Ibid., Hal. 305

7 Wasail Al-Syi’ah 20:85, hadis ke-1 bab ke-34. 8 Al-Kafi 5:Hal. 354, hadis ke-1.

(6)

6

Imam Ja’far Shadiq RA. mengutamakan masalah agama di atas segala harta serta kecantikan perempuan, beliau mengatakan:

ِ

اِ ذ

ِ تِا

ِ زِ و

ِ ج

ِ

ِ رلا

ِ ج

ِ ل

ِِ ا

ِ لِ رِ أ

ِ ةِِ ل

ِ ج

ِ مِ لا

ه

ِ أِا

ِ وِ

ِ لِ م

ِ لا ه

ِ وِا

ِ ك

ِِ

ا

ِ ل

ِ ذِ

ِ

ل

ِِِ و

ِِ

اِ ذ

ِ تِا

ِ ز

ِ و

ِ ج

ِ لِا

ِ يِ ن

ِ رِا

ِ زِ ق

ِ هِ

ِ الل

ِِ لا

ِ ج

ِ م

ِ لا

ِِ و

ِ لاِ م

ِ لا

.

Artinya: Bila seseorang hendak menikahi perempuan karena kecantikan

atau bahkan karena hartanya, ia akan memperoleh apa yang ia cari tersebut. Akan tetapi bilamana seseorang mengawininya karena agama yang dianutnya, pastilah Allah akan memberinya kecantikan serta harta.10

Perempuan yang bermula dari kalangan atau keturunan baik dan sekaligus ia dibesarkan dalam masyarakat maupun lingkungan keluarga beriman dan bertaqwa kelak akan menjadi gadis yang taat beragama. Gadis seperti inilah yang mampu mendidik putra putrinya yang sesuai dengan perihal yang diajarkan oleh Islam. Hal tersebut menjadikan program pendidikan bagi anaknya yang ditanamkan oleh kedua belah pihak, baik suami dan istri serta keluarganya, kelak akan sama, tiada perbedaan yang berarti. Perempuan seperti inilah yang akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk melaksnakan program pendidikan yang tepat dengan nilai-nilai Islami dan menganggapnya sebagai kewajiban yang harus dilaluinya. Mental ini pulalah yang akan mampu mencegahnya dalam melaksanakan berbagai hal yang dapat merintangi kelancaran program pendidikan bagi anak dan mampu mencegahnya dari dampak negatif pada diri anak.

2. Memilih Suami

Seperti halnya ibu, seorang ayah pun menorehkan peran yang tidak sedikit dalam perkembangan bagi anak, fisik, mental maupun kejiwaannya. Karenanya dalam memilih bakal calon suami, Islam menganjurkan agar memperhatikan sisi keturunan serta lingkungan tempat calon suami berada. Si bakal suami itu, hendaknya memiliki berbagai sifat yang terpuji, sebab suami kelak yang akan menjadi panutan bagi anak-anaknya dan menurunkan semua sifat dan wataknya kepada anak-anak mereka. Selain itu, istri juga akan dipengaruhi oleh sebagian sifat-sifat suaminya melalui interaksi pergaulan hidup dalam keseharian dengannya. Oleh karenanya Rasulullah SAW. menganjurkan bagi para wanita agar memilih bakal suami yang sesuai atau sepadan. Suami atau lelaki yang sepadan menurut Rasulullah SAW. adalah sebagai berikut:

(7)

7

ِ اِ ل

ِ ك

ِ فِ ؤ

ِِ أ

ِ ن

ِِ ي

ِ ك

ِ و

ِ ن

ِِ ع

ِ فِ يِ ف

ِ وِا

ِ عِ ن

ِ د

ِ هِِِ

ي

ِ س

ِ را

ِ.

Artinya: Lelaki sepadan yaitu, lelaki yang dapat menjaga dirinya atau

kehormatan serta sedikit berkecukupan.11

Imam Ja’far Shadiq mengingatkan kepada kaum perempuan agar dalam memilih suami yang jiwanya sehat tidak terganggu, beliau berkata:

ِ و ج و ز ت

ِ و ج و ز تِ لِ وِ ك كَّ شلاِ فِا

ِ ه ني دِ لَ عِا ه ر ه ق يِ وِا ج و زِ ب د أِ ن مِ ذ خ أ تِ ة أ ر م لاِ ن

ا فِ هُ

.

ِ

Artinya: Nikahilah wanita yang peragu, akan tetapi jangan kalian berikan

gadis kalian pada lelaki yang peragu, sebab istri akan selalu belajar dan belajar dari perangai serta kebiasaan suaminya sekaligus mengikutinya dalam beragama.12

Islam memilih ketaatan pada agama menjadi penilaian berharga lagi penting dalam memilih suami, Rasulullah SAW. Bersabda:

ِهوج وزفِهنيدِوِهقلخِنوضرتِنمِكءاجِاذ ا

Artinya: Bila lelaki yang kalian sayangi itu berperangai dan beragama

datang meminang, terimalah pinangannya itu!13

Menurut Islam, seorang wanita muslimah tidak diperbolehkan untuk menikahi lelaki nonmuslim. Hikmah dari hukum ini adalah demi menjaga keselamatan anak-anak dan keluarga dari berbagai tindakan yang tidak dikehendaki, termasuk yang menyangkut kepercayaan (agama) dan tingkah laku, karena istri serta anaknya akan sangat berpengaruh oleh keyakinan dan perilaku si ayah.

Islam juga melarang menikahkan perempuan atau wanita dari anggota keluarga dimana seorang lelakinya yang tidak patuh beragama serta berperangai tidak Islami untuk menjaga wanita tersebut sekaligus putra putrinya kelak dari banyak sekte atau penyimpangan terhadap agama. Imam Ja’far Shadiq mengatakan:

ةبوتلاِمانمِاوفرعتِن أِ ل اِنزلبِنلعت سلاِلجرلاِاوج وزتِلوِنزلبِةنلعت سلاِة أرلاِاوج وتتِل

Artinya: Jangan kalian mengawini wanita yang telah terang-terangan

berzina dan janganlah kamu kawinkan wanitamu dengan lelaki yang pezina kecuali jika kamu yakin bahwa mereka sungguh-sungguh telah bertaubat.14

11 Ibid., Hal. 347, hadis ke-1. 12 Ibid.,: Hal. 348, hadis ke-1. 13 Ibid.,:Hal. 347, hadis ke-2. 14 Makarim Al-Akhlaq: Hal. 305.

(8)

8

Imam Ja’far Shadiq pun melarang menikahkan wanita anggota keluarga dengan seorang lelaki peminum Khomer atau arak yang memabukkan. beliau berkata:

ِنم

اهحمرِعطقِدقفِرخمِبراشِنمِهتيمركِج وز

Artinya: Barangsiapa yang mengawinkan atau menikahkan anak gadisnya

atau saudara yang perempuan dengan lelaki pemabuk atau peminum arak, berarti dia telah memotong tali persaudaraan dengannya.15

Seseorang yang berperilaku menyimpang dalam perbuatannya akan memberikan efek negatif terhadap tingkah laku anak-anaknya, sebab semua tindak-tanduk perilakunya akan terekam terhadap memori maupun ingatan mereka serta akan dipraktekkan bahkan dicontoh dalam perilaku mereka pula. Disamping itu, orang tersebut tidak akan pernah mempedulikan terhadap pendidikan anak-anak mereka. Dia juga akan menjadikan banyak masalah dengan istrinya dan hal tersebut pun akan menciptakan ketidakharmonisan dan kebahagiaan dalam mahligai keluarga. Bila perilaku menyimpang tersebut berlaku, maka rumah tangga yang semestinya menjadi kediaman atau tempat tinggal yang aman dan tenteram bagi perkembangan dan pendidikan anak-anak berbalik akan berubah menjadi hunian yang seram, menakutkan dan menegangkan.

Riwayat hidup Rasulullah SAW. dan Ahlul Bait memperlihatkan contoh teladan dalam memilih pasangan untuk putra putrid an cucu-cucu beliau. Rasulullah SAW. tidak memberikan putri beliau yang bernama Siti Fatimah kepada sahabat-sahabat besarnya. Setiap kali datang lamaran dari beberapa sahabat beliau, jawaban beliau yaitu, bahwa beliau menunggu ketentuan dari Allah SWT. Semata.16 Kemudian beliau mengawinkan putri kesayangannya itu dengan Ali Karramallahu Wajhah putra Abi Thalib RA. sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. kepadanya.17

Diriwayatkan bahwa Dzalfa’, yaitu seorang gadis muslimah yang mashur ternama, sebab kecantikan dan kebangsawanannya, sampai dipuji oleh Rasulullah

SAW. Disebabkan karena mau menikah dengan Juwaibir, yaitu lelaki muslim yang

15 Wasail Al-Syi’ah 20: Hal. 79, Al-Kafi 5: Hal. 347, hadis ke-1. 16 Majma’ Al-Zawaid 9: Hal. 206.

(9)

9

miskin namun tidak tampan lagi, namun taat, patuh beragama dan beriman dengan kokoh.18

3. Hadist Strategi Memilih Jodoh

Keluarga sebagai bentuk kecil dari miniatur masyarakat, yang di dalam keluarga tersebut bisa belajar agar menjadi masyarakat yang baik. Keluarga yang di dalmnya mampu belajar menjadi pemimpin yang adil sekaligus bijaksana, belajar menjadi guru, menjadi pemimpin, menjadi tauladan, dan sebagainya. Ajaran Islam menuntunnya suatu keluarga harus didahului oleh suatu ikatan yang dikenal dengan pernikahan melalui Ijab Qobul. Pernikahan merupakan upacara sakral yang suci dihadiri dua keluarga besar dari calon mempelai/pengantin (keluarga calan istri dan keluarga calon suami). Ada penyerahan (srah-srahan) dari pihak keluarga mempelai putri (Ijab) dan ada pula penerimaan dari keluarga mempelai putra yang disebut dengan Qobul.19 Peristiwa hidmat yang dipersaksikan oleh pegawai KUA sebagai pencatat nikah, sekaligus bersejarah ini sudah diatur di dalam agama Islam.

Tidak sedikit ayat suci Al-Quran yang menguraikan tentang pernikahan dan berbagai hal seputar pernikahan. Begitu pula banyak dari hadist Nabi yang membahas perihal seputar pernikahan dan bergam hal yang terkait seputar pernikahan. Tetapi sebelum mengarah kepada permasalahan pernikahan biasanya dua orang (sepasang kekasih) saling ta’arufan (perkenalan) terlebih dahulu. Penjajagan ini dilakukan untuk saling mengenal lebih dekat terhadap masing-masing kelurga mereka.

Islam sendiri mengajarkan perihal kriteria untuk mencari atau memilih jodoh, baik itu untuk lelaki calon suami maupun perempuan calon istri. Namun kebanyakan hadist menguraikan perihal bergabai kriteria wanita yang baik untuk di nikahi. Hadist yang berkenaan seputar permasalahan tersebut yaitu hadist yang populer diriwatkan oleh perawi hadis yang masyhur yaitu Imam Bukhori:

ِ أِ ن عِ هي ب أِ ن عٍِدي ع سِ بِ أِ ن بِ دي ع سِ نِ ث د حِ لا قِ للَّاِ د ي ب عِ ن عِ يَ يَِا ن ث د حِ د د س مِا ن ث د ح

ِ

ضِ رِ ة ر ي ر هِ بِ

ِ ه ن عِ للَّا

18 Al-Kafi 5: Hal. 342, hadis ke-1.

19 Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1996), Hal. 2.

(10)

10

ا م لٍِع ب ر لِِ ة أ ر م لاِ ح ك ن تِ لا قِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ ب نلاِ ن ع

ِ ر ف ظا فِا ني ل وِا ه لا جَ وِا بِ س ح ل وِا ه ل

ِِ

ِِ ني لاِتا ذ ب

20

ِ كا د يِ ت ب ر ت

Artinya: “Di kisahkan oleh Musadad, dikisahkan Yahya dari ‘Ubaidillah

berkata bercerita kepadaku Sa’id Ibn Abi Sa’id dari ayahnya, dari Abi Hurairah RA. Dari Nabi bersabda: Dinikahi perempuan itu karena empat perkara. Pertama karena hartanya, kedua karena nasab ataustatus kedudukannya, ketiga karena kemolekkannya dan terakhir keempat karena agamanya. Maka carilah perempuan yang beragama (islam), Niscaya beruntunglah kamu”.21

a. Syarah Hadist

كديِتبرت

(beruntunglah engkau) secara tidak langsung menjadikan doa dan sekaligus menjadi dorongan untuk bisa kaya, Tetapi jangan sekali-kali melupakan agamanya. Sedangkan dalam kata

ِِا ني ل وِا ه لا جَ وِا بِ س ح ل وِا ه لا م ل

akan lebih dijelaskan dalam pembahasan perihal muhasabah hadist tersebut.

b. Analisis Hadis

Pemilihan jodoh yang baik merupakan langkah awal untuk menjalin mahligai membangun rumah tangga yang diridoi Alloh SWT. Dalam hal mencari dan memilih calon pendamping perlu teliti dan memakai kriteria yang tepat, agar memperoleh pasangan yang baik dan cocok. Namun hal ini memang tidah mudah.

Pasangan hidup yang nantinya akan menjadi jodoh baginya tentu merupakan kehendak Allah SWT. dan bahkan sudah sebagai taqdir-Nya. Tetapi sebagai insan hamba yang baik, tidak bisa diam berpangku tangan saja menunggu jodoh itu datang sendiri. Dalam memilih dan mencarinya pasangan yang sesuai dengan aturan syar’i. Para insan muslim muslimah pencari jodoh sayogyanya selain rasa cinta kasih sayang biasanya tidak luput dari 4 unsur pokok pertimbangan yang telah disebutkan diatas. (yaitu motif dikarenakan hartanya, nasabnya, kecantikannya, maupun agamanya).

Keempat unsur pertimbangan kriteria di atas, tidak berarti seluruhnya harus ada terpenuhi, karena sejatinya di dunia ini semua manusia tidak ada yang sempurna, tetapi dari keempat unsur kriteria tersebut sebagai hal pokok yang sangat menentukan keutuhan rumah tangga pada akhirnya kelak. Bahkan dari

20 Software Maktabah Tsamilah 21 Ibid., Software Maktabah Tsamilah

(11)

11

keempat unsur yang menjadi pertimbangan memilih, di atas merupakan unsur yang sangat ideal.

c. Kualitas Hadis

Dilihat kualitas hadis di atas termasuk hadist masyhur yang ada di kalangan masyarakat pada umumnya. Terlebih dalam kitab shohih yang enam (Kutubus

Tsittah) sendiri terdapat sekitar 8 kali disebutkan atau terulang dengan rincian

dalam kitab Shohih Bukhori menyebutkan sekali, dalam Shohih Muslim terulang dua kali, disebutkan dalam shohih Abu Dawud terdapat 1 kali, terdapat sekali juga dalam shohih Turmudzi, berikutnya dalam Sunan Nasai terulang sebanyak dua kali dan dalam shohih Ibnu Majah ada 1 kali. Begitu pula dari masing-masing

kutubus sittah tersebut tidak terdapat perbedaan pada Sanad Hadis. Namun dalam

segi maknanya secara keseluruhan sama. Memperhatikan dari hadis tersebut bila dilihat perawinya sampai runtutan Sanad hadis tersebut, maka dapat disimpulkan hadis tersebut merupakan hadis shohih. Ini didukung pula dengan tidak ada seorang perowi pun yang memberikan keterangan atau yang menyebutkan bahwa hadist tersebut hadis Dhoif, sehingga hadis di atas pun memenuhi berbagai syarat untuk dikategorikan ke dalam hadis shohih.

d. Asbabul Wurud

Hadist di atas secara mikro asbabul wurudnya belum ada uraian dari berbagai sumber yang ada secara pasti menjelaskan perihal hadist tersebut. Tetapi dalam segi makro asbabul wurudnya memerintahkan agar lebih memperhatikan dan berhati-hati dalam memelih serta mencari pasangan hidup yang tepat dengan syari’at.

e. Munasabah Hadist

Dalam keterkaitan hadist di atas bisa dihubungkan dengan beberapa hadist tentang memilih jodoh atau pasangan. Pertama kalinya akan terkait dengan bagaimana memilih calon istri yang tepat serta sesuai dalam hal:

1) Baik Akhlaknya (sholihah).

ِ دي ز يِ ن بِ للَّاِ د ب عِا ن ث د حِ نِا د م ه لاٍِ يَ م نِ ن بِ للَّاِ د ب عِ ن بِ د م ح مِ نِ ث د ح

ِِ ة و ي حِا ن ث د حِ

ِ عِ ن بِ للَّا د ب عِ ن عِ ث د يَِ لِ ب ح لاِ ن حم رلاِ د ب عِ ب أِ ع سَِ ه ن أِ ٍكي شُِ ن بِ لي ب ح شُِ نِ بَ خ أ

ِِ ناوٍر

(12)

12

“Dunia itu menjadi perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik, yaitu wanita Sholehah” (al-Hadist Riwayat Muslim).22 “... tidak ada kemanfaatan bagi mukmin laki-laki setelah bertaqwa terhadap Allah ‘Aza

wa Jalla melainkan istri sholihah...” (H.R. at-Turmudzi).23 “Empat perkara

yang apabila dimiliki oleh seseorang, berarti seseorang itu benar-benar mendapatkan kebahagian dunia maupun akhirat, yaitu berupa hati yang selalu bersyukur, dalam lisannya selalu berdzikir, dalam tubuh jiwanya yang senantiasa bersabar menghadapi berbagai musibah, serta mempunyai Istri yang tak pernah menghianati suaminya, baik untuk dirinya maupun harta dari suaminya.” (H.R. At-Turmudzi, serta Ibn Hibban).24

2) Menikahi perempuan yang perawan

3746

-ِ لَ ص-ِ للَّا-ِ لو س ر-ِ ل-ِ-ِ لا ق-ٍِر با ج-ِ ن ع-ِو ر ع-ِ ن بَ خ أ-ِ نا ي ف س-ِا ن ث د ح-ِ ة ب ي ت ق-ِا ن ث د ح

ِ يَِ ت ح ك نِ ل هِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّا

ِِ

ِِ لا قِا ب ي ثِ ل بِ لِ ت ل قِا ب ي ثِ م أِا ر ك ب أِا ذا مِ لا قِ م ع نِ ت ل قِ ر با ج

ِِ لِِ ن كِ ٍتا ن بِ ع س تِ ك ر ت وٍِد حُأِ م و يِ ل ت قِ بِ أِ ن

اِ للَّاِ لو س رِ يَِ ت ل قِ ك ب ع ل تِ ة ي را جِ ل ه ف

ِ ع س ت

ِ ع جَ أِ ن أِ ت ه ر ك فِ ٍتا و خ أ

ِِ لا قِ ن يْ ل عِ مو ق ت وِ ن ه ط ش م تِ ة أ ر ماِ ن ك ل وِ ن ه ل ث مِ ءا ق ر خِ ة ي را جِ ن يْ ل اِ

ِ ت ب ص أ

“Qutaibah menceritakan kepada kami, kemudian Sufyan pun menceritakan kepada kami, memberitahukan kepada kami ‘Amru dari Jabir menceritakan, bahwa Rasululloh saw bertanya: “Wahai Jabir, Apakah kamu baru saja menikah? Saya pun menjawab: Ya, wahai Rasulalloh. Rosulloh bertanya lagi: Perawan ataukah janda?, Saya pun menjawab: janda ya Rosulullah, Beliau bersabda: Alangkah baiknya bila kamu menikahi gadis atau perawan, kamu bisa bermain-main bersamanya?, Aku menjawab: Mereka, untukku menjadi saudara. Jadi aku khawatir akan bercampur antara aku dengan mereka. (HR. Bukhori).25

Inti kesimpulan dari hadits di atas yaitu perihal memilih jodoh hendaknya mencari yang masih gadis atau perawan karena mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya yaitu: tutur katanya lebih manis, keturunannya lebih banyak, terhadap suaminya kemungkinan berbuat makar lebih kecil, bila ada sedikit pemberian dari suaminya lebih bisa menerima, serta ketika diajak bercanda lebih mesra.26

22 Shohih Bukhori.

23 Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1996), Hal. 25.

24 Ibid. Hlm 25 25 Maktabas Tsamilah.

(13)

13 3) Menikahi Perempuan yang Merdeka

1852 -

ِِ ن عٍِ يْ ل سِ ن بِ يَ ث كِا ن ث د حٍِرا و سِ ن بِ م ل سِا ن ث د حٍِرا عِ ن بِ ما ش هِا ن ث د ح

ِ ن بِ س ن أِ ت ع سَِ لا قٍِم حا ز مِ ن بِ كا ح ضلا

ِ لو ق يِ ٍ لا م

ِ أِ دا ر أِ ن مِ لو ق يِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ للَّاِ لو س رِ ت ع سَ

ِا ر ها طِ للَّاِى ق ل يِ ن

ِ ر ئا ر ح لاِ ج و ت ي ل فِا ر ه ط م

“Hisyam bin ‘Ammar menceritakan kepada kami, memberitahukan Sallam bin Sawwar kepada kami, memberitakan kepada kami Katsir bin Sulaim dari Adh-Dhahak bin Muzahim berkata: aku dengar Anas ibnu Malik berkata: aku mendengar bahwa Nabi Saw bersabda: “barang siapa yang menghendaki berjumpa kepada Allah berada dalam kesucian lagi disucikan, maka Nikahlah dengan permpuan yang merdeka. (HR. Ibnu Majah).27

4) Cantik Parasnya

1847-

ِ ما ش هِا ن ث د ح

ِِ ة ك تا ع لاِ بِ أِ ن بِ نا م ث عِا ن ث د حٍِ لا خِ ن بِ ة ق د صِا ن ث د حٍِرا عِ ن بِ

ِ ن كِ ه ن أِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ ب نلاِ ن عة ما مُأِ بِ أِ ن عِ سِا ق لاِ ن عِ دي ز يِ ن بِ لِ عِ ن ع

ِِا مِ لو ق ي

ِ بِ ن م ؤ م لاِ دا ف ت سا

ِا يْ ل

اِ ر ظ نِ ن

ا وِ ه ت عا ط أِا ه ر م أِ ن

اٍِة ح لا صٍِة ج و زِ ن مِ لَِا يَ خِ للَّاِى و ق تِ د ع

ِ لَا م وِا ه س ف نِ فِ ه ت ح ص نِا ن عِ با غِ ن

ا وِ ه ت ر ب أِا يْ ل عِ م س ق أِ ن

ا وِ ه ت سَ

”Bagi seorang yang beriman tidak ada keberuntungan setelah bertaqwa kepada Allah SAW. kecuali baginya memiliki seorang istri sholih. Bilamana disuruh, dia selalu taat kepadanya, dan bila di pandangnya menyenangkan, dan bila ia berjanji pasti menepatinya, dan bila dia ditinggal pergi bisa menjaga diri dan harta kekayaan suaminya.” (Hadits diriwayatkan dari Ibnu Majah).28

5) Subur Peranakannya

ِ ن بِ لَّ ت س م لاِ ن أ ب ن أِ لا قِ نو را هِ ن بِ دي ز يِا ن ث د حِ لا قٍِ لا خِ ن بِ ن حم رلاِ د ب عِ ن بَ خ أ

ِ مِ ن عِ نا ذا زِ ن بِ رو ص ن مِ ن عٍدي ع س

ِ لو س رِ ل

اِ ل ج رِ ءا لجا قٍِرا س يِ ن بِ ل ق ع م ن عِ ة ر قِ ن بِ ة ي وا ع

ِ لَ صِ للَّا

ِِ لِ تِ لِا نَّ أِ ل

اِ ٍب ص ن م وِ ٍب س حِ تا ذِ ة أ ر ماِ ت ب ص أِ نِ

اِ لا ق فِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ

ِ لاِاو ج و ز تِ لا ق فِ ها ن فِ ة ث لا ثلاِ ه تَ أِ ثُِ ها ن فِ ة ي نا ثلاِ ه تَ أِ ثُِ ها ن فِا ج و ز ت أ ف أ

ِو د و لاِ دو ل و

ِِ نِ

ا فِ د

ِ ك بِ ر ث كَّ م

“Rasulalloh Muhammad SAW. Bersabda: nikahkanlah kaum laki-laki sekalian kepada perempuan yang mempunya banyak anak (peranakannya), sebab sesungguhnya saya berbangga akan banyaknya

27 Dalam Az-Zawa-id: isnadnya dho’if, lantaran dzo’ifnya Ibnu Katsir bin Salim, Sallam yaitu bin Sulaiman bin Suwwar, oleh Ibnu ‘Adiy dikatakan bahwa dia mempunyai banyak Hadist Mungkar. Dan Al-‘Aqiliy berkata: Hadistnya banyak yang mungkar.

(14)

14

kalian semua (umatku yang banyak jumlahnya). (HR. Imam Ibnu Majah, dan An-Nasai, serta Abu Dawud).29

6) Kekayaan

3173 -

ِِ ن باِ ن عٍِد قا وِ ن بِ ي س حِ ن عِ لَ ي م تِو ب أِا ن ث د حِ لا قِ يْ ها ر ب

اِ ن بِ بو ق ع يِ ن بَ خ أ

ِِلا قِ هي ب أِ ن عِ ة د ي ر ب

.

ِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ للَّاِ لو س رِ لا ق

ِِ

ِي لَّاِا ي ن لاِ ل ه أِ با س ح أِ ن

اِ لَّ س و

ِ لا م لاِ ه ي ل

اِ نو ب ه ذ ي

“Diberitakan kepada kami Ya’kub ibn Ibrahim, Dia berkata: diberitakan kepada kami bahwa Abu Tumailah dari Husain ibn Waaqid dari ibn Buraidah dari bapakku berkata: bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda:”Bahwasannya diantara kemuliaan dunia yang paling

engkau senangi itu berupa harta.”(Hadits diriwayatakan dari Imam

Nasai).30

7) Berasal dari keturunan yang baik

Menjadi faktor tambahan yang perlu dimiliki juga oleh seseorang yang hendak menikah, yaitu mengetahui garis keturunan dari calon masing-masing, artinya dimanapun ia berada dan hidup, ditempat seperti apa dan bersama siapa, keberadaannya di rumah, atau di lingkungan yang seperti apa pula. Hali ini bisa digunakan sebagai tolok ukur kedepannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Seperti halnya, seorang perempuan yang dibesarkan atau dididik dalam lingkungan yang jelek, dibesarkan dengan harta maupun kebiasaan yang haram dan jelek serta diasuh di dalam keluarga yang tidak ingin disibukkan oleh kemunkaran dalam berbagai hal yang haram. Perempuan tersebut kemudian terdidik dalam suasana keburukan akhlak dan moral, walaupun penampilan wajahnya cantik nan menarik.31

8) Bukan dari keluarga terdekat (Saudara)

Faktor lain yang dipilih dari seorang perempuuan sebagai calon istri, yaitu bahwa dia berasal dari keluarga lain atau perempuan asing yang terhormat. Aturan memilih dari keluarga jauh tersebut mengandung beberapa manfaat di antaranya:

a) Syahwat atau keinginan terhadap perempuan tersebut menjadi semakin besar

29 Abdul Ghalib Ahmad Isa, Op. cit., Hal. 40. 30 Maktabast Tsamilah.

(15)

15

b) Turut membangun kekokohan jalinan sosial kekeluargaan semakin luas. c) Apabila dengan terpaksa terjadi percerai karena suatu sebab dan lain hal,

tidak akan muncul keretakan yang terlalu parah antara kedua keluarga besar tersebut.

d) Anak buah perkawinan tersebut akan memiliki tubuh yang lebih sehat, kuat, serta kecerdasaan yang lebih optimal dan baik.32

4. Pinangan

Lamaran atau pinangan yaitu permintaan seorang lelaki kepada perempuan yang menjadi pilihan kesayangannya agar bersedia mendampingi menjadi istrinya, secara terus terang langsung sendiri maupun melalui perantara orang kepercayaannya. Pinangan mengantarkan menjadi proses ke akad nikah. Permintaan semacam ini dilaksanakan agar supaya pernikahannya kelak betul-betul berdasarkan keterangan dan data yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tidak terjadi kegagalan dan penyesalan atau beragam hal lain yang tidak diharapkan. Pinangan bisa saja diselenggrakan apabila terpenuhi dua syarat, yaitu:

a. Perempuan yang bersangkutan itu tidak dalam dipinangan lelaki lain secara syar’i. Perempuan yang dalam dipinang secara syah oleh lelaki lain tidak boleh dipinang, sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah Muhammad SAW.:

4746 -

ِ ر جِ ن باِا ن ث د حِ يْ ها ر ب

اِ ن بِ كّ مِا ن ث د ح

ِِ ن أِ ث د يَِا ع ف نِ ت ع سَِ لا قٍِج ي

ِ ك ض ع بِ عي ب يِ ن أِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ ب نلاِىى ن لو ق يِ ن كِا م ن عِ للَّاِ ضِ رِ ر عِ ن با

ِِ

ِِ لَ ع

ِِ ل وِ ٍض ع بِ ع ي ب

ِِ لَِ ن ذ أ يِ و أِ لَ ب قِ ب طا خ لاِ ك تْ يِ تَّ حِ هي خ أِ ة ب ط خِ لَ عِ ل ج رلاِ ب ط يَ

ِ ب طا خ لا

“Bahwa bagi sebagian kalian tidak boleh menawar sesuatu yang

sudah dibeli (ditawar) oleh saudara kalian yang lainnya dan janganlah meminang wanita yang sudah dipinang oleh lelaki lain, kecuali bila lelaki tersebut atau saudaranya telah membatalkan pinangan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

b. Antara Peminang dengan yang dipinang secara syar’i tidak ada halangan. Maksudnya ada beberapa halangan syar’i, yaitu: Perempuan yang sudah bersuami, Perempuan muhrim/mahrom yang haram dipinang untuk dinikahi,

(16)

16

Wanita yang masih dalam masa iddah, perceraian baik karena cerai ditinggal mati suaminya atau karena dithalaq (dicerai hidup).

Kode Etik dalam meminang: Lelaki yang meminang seorang gadis hendaknya melakukan dengan cara yang sopan sesuai tuntunan serta adat istiadat setempat. Pihak lelaki sayogyanya diwakili oleh bapak ibu, orang tua atau walinya, demikian pula pihak perempuan yang dipinang. Namun dalam meminang ini ada beberapa yang harus diketahui oleh peminang, yaitu:33

1) Peminang diperbolehkan untuk melihat yang dipinang.

Melihat gadis yang dipinang berfungsi memberikan harapan akan jaminan kelangsungan hubungan yang harmonis antara suami istri. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang artinya:

“Ketika Muhirah bin Syu’bah berkeinginan utuk menikahi gadis, Nabi

Muhammad SAW memerintahkannya: “Pergilah untuk melihat gadis itu, karenanya kelak memberikan jaminan bagi keberlangsungan hubunganmu berdua. Kemudian dia melaksanakannya, dan menikahinya. Di kemudian hari dia menceritakan tentang keharmonisan dirinya dengan gadis tersebut”. (Hadits diriwayat oleh Ibnu Majah, An Nasa’i,

dan At Tirmidzi).

Perempuan yang dipinang boleh melihat oleh peminangnya dengan ketentuan:

a) Benar-benar telah mantap peminang akan menikahi gadis yang dipinangnya. b) Melihat bagian yang bukan aurat pinangan, seperti telapak tangan, wajah,

telapak kaki, dan selain urat kaki yang terletak di atas tumit. Apabila ingin mengetahui lebih dalam anggota tubuh pinangannya selain anggouta tersebut, peminang sebaiknya menanyakan hal itu kepada saudara terdekatnya.

2) Mengenali sifat-sifat pinangannya. Melihat pinangannya agar tahu kecantikan lebih dekat. Sedangkan karakter tingkah laku yang berhubungan dengan akhlak dan ketaatan ibadahnya, untuk mengetahui bisa ditanyakan kepada seorang sahabat atau orang yang dipercayainya.

3) Tatkala meminang sebaiknya tidak ada niat membatalkan pinangannya. Pinangan merupakan langkah awal sebelum menuju jenjang pernikahan, namun bila meminang diikuti dengan niat penjajagan coba-coba saja atau niat hendak jangan sampai dibatalkan. Maka sebelum melangsungkan pinangan

(17)

17

sebaiknya telah sungguh-sungguh mantap berniat akan menikahinya. Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan prihal yang prinsip, dan terpaksa pinangannya dibatalkan, barulah hal tersebut boleh dibatalkan.

4) Dilarang berjabat tangan bagi peminang sebelum berlangsung akad nikah. Dalam hadits disebutkan bahwa:

“Tangan Rasulullah SAW. sama sekali tidak pernah memegang tangan

wanita ketika mengadakan bai’at. Sesungguhnya bai’at beliau untuk mereka cukuplah berbentuk ucapan”. (Hadits Riwayat Bukhari).

5) Larangan bagi peminang pergi berdua atau menyendiri dengan wanita yang dipinangnya, sebagaimana Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabdanya:

“Ketahuilah, Lelaki dilarang menyendiri bersama wanita. Dan wanita

pun dilarang berpergian melainkan bersama muhrimnya”. (Hadits

Riwayat Bukhari Muslim).

“Janganlah lelaki menyendiri bersama wanita yang belum halal untuknya,

karena yang ketiganya itu syetan, melainkan bila bersama muhrimnya”.

(Hadits Riwayat Imam Ahmad).

Menerima Pinangan ada Kode Etiknya.34 Setelah mengetahui semua perihal tata cara aturan meminang dengan baik, tentunya ada beberapa poin yang perlu diketahui dalam menerima pinangan lelaki sebagai antisipasi pihak perempuan yang dipinang agar dilain hari tidak ada penyesalan, Poin-poin kode etiknya, yaitu:

a. Wanita mengenali dan melihat langsung sifat-sifat peminang.

Perihal mengetahui sebagian kriteria peminang, wanita yang dipinang boleh melihat peminang dalam batasan tertentu, adapun untuk mengetahui berbagai hal yang bersifat privasi, seperti tingkat ketaatan beragamanya, kesehatannya, akhlak, dan lain-lain itu semua dapat ditanyakan kepada teman dekatnya atau dokternya.

b. Wali dan atau Orang tua gadis berhak memberikan masukan penilaian yang baik.

Orang tua gadis yang dipinang perlu mengetahui sifat karakteristik peminang, apakah yang termasuk mempunyai kriteria calon suami baik ataukah buruk. Selanjutnya meminta izin atau merundingkan kepada gadis yang dipinang, begitu juga terhadap saudara-saudaranya.

(18)

18 Rasulullah SAW. bersabda:

“Seorang janda tidak dinikahkan melainkan melalui perundingannya,

bahkan seorang perempuan tidak dinikahkan melainkan dengan dimintakan izin. Sahabat bertanya: “Bagaimanakah izinnya, ya Rasulullah?” Jawab Nabi: bila gadis itu diam (berarti dia mengizinkan)”. (Hadits Riwayat Bukhari).

c. Perempuan dilarang berpergian atau menyendiri berdua bersama calon pinangannya.

Orang tua wali perempuan yang dipinang ikut bertanggug jawab, agar putrinya yang ada dalam pinangan tidak mengerjakan perihal yang bertentangan dengan agama. Menghindari peluang kepada mereka berdua agar tidak menyendiri atau pergi berdua tanpa seorang muhrim.35

KESIMPULAN

Pendidikan anak dalam pranikah dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa menikah adalah anjuran nabi SAW. Disamping perihal kriteria pemilihan jodoh, ada hal yang terpenting juga untuk membina keluarga yang bahagia, yaitu dengan pelaksanaan peminangan yang benar. Meminang itu berfungsi untuk menjaga antar kedua mempelai dari berbagai fitnah yang biasa mucul sebelum akad nikah berlangsung. Sehingga apa yang diharapkan dari kedua pihak menyempurnakan agama melalui uapca akad nikah yang berjalan lancar, sehingga mampu terciptanya keluarga sakinah, kemudian

mawaddah, serta tercipta rahmah, sampai akhir hayat ajal menjemput.

Islam mengajarkan pentingnya melakukan seleksi ketat dalam memilah, memilih, dan menerima calon pendamping hidup dari lingkungan serta keluarga baik sekaligus sehat. Dalam memilih calon pendamping atau istri, Islam mengajarkan untuk kaum lelaki muslim agar memperhatikan dua perkara yaitu, silsilah keturunan calon istri, dan lingkungan tempat calon istrinya hidup dan sejauh mana lingkungan situasi dan kondisi ini berpengaruh pada kepribadiannya. Tolok ukur yang benar dalam memilah dan memilih calon istri yaitu tingkat keimanan dan keloyalan wanita tersebut terhadap agamanya (ketatan dalam beribadahnya).

Seperti halnya ibu, peran utama ayah pun sangat menentukan dalam perkembangan anak, baik fisik, mental maupun kejiwaannya. Karenanya dalam menerima calon

35 Nur Azizah, Prinsip dan Batasan Melihat Calon Pinangan Perspektif Hizbut Tahrir: Kajian

Atas Kitab Nizham Al-Ijtima’I Fi Al-Islam, Skripsi: Jurusan Al_Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah

(19)

19

suami, Islam menganjurkan untuk memperhatikan sisi lingkungan di mana ia tinggal, sang ayah kelak maupun keturunannya. Bakal ayah atau calon suami tersebut sebaiknya juga mempunyai sifat karakter yang terpuji, karena ayah dihadapan anak-anaknya kelak akan menjadi panutan dan menurunkan semua watak dan sifatnya kepada putra putri keturunannya. Selain itu, istri juga pun terpengaruh oleh sifat wataknya melalui pergaulan setiap hari dengannya. Oleh karenanya beliau Rasulullah SAW. memerintahkan agar para wanita dalam memilih atau menerima calon suami yang sekufu (sepadan).

Islam mengajarkan perihal kriteria untuk memilih jodoh. Baik untuk lelaki maupun Wanita. Namun kebanyakan hadist menjelaskan perihal karakteristik wanita yang “baik” di nikahi. Sebagaimana Hadist yang masyhur diriwatkan:

ِ سِ بِ أِ ن بِ دي ع سِ نِ ث د حِ لا قِ للَّاِ د ي ب عِ ن عِ يَ يَِا ن ث د حِ د د س مِا ن ث د ح

ِ ع

ِ ة ر ي ر هِ بِ أِ ن عِ هي ب أِ ن عٍِدي

ِ ح ل وِا ه لا م لٍِع ب ر لِِ ة أ ر م لاِ ح ك ن تِ لا قِ لَّ س وِ ه ي ل عِ للَّاِ لَ صِ ب نلاِ ن ع ن عِ للَّاِ ضِ ر

ِِا ني ل وِا ه لا جَ وِا بِ س

ِ ر ف ظا ف

ِ

ِ ني لاِتا ذ ب

كا د يِ ت ب ر ت

Artinya: “Musadad menceritakan kepada kami, Yahya mencerikakan

kepada kami dari ‘abdulloh berkata disampaikan kepadaku Sa’id Ibn Abi Sa’id dari abinya dan dari Abi Hurairah Radhiyallohu ‘Anhum, bahwasanya Nabi SAW. Bersabda: dinikahi perempuan itu karena empat perkara, pertama karena harta miliknya, karena keturunannya atau statusnya, karena paras cantiknya dan karena agamanya. Maka pilih perempuan yang memiliki agama (beragama Islam), kelak engkau beruntung.”36

Memilih pasangan bakal istri baik: maksudnya akhlaknya baik (sholihah), menikahi perawan, menikahi wanita yang merdeka bukan budak, berwajah cantik parasnya, subur peranakannya, kekayaan atau harta melimpah, keturunan berasal dari keluarga dan lingungan baik, serta bukan dari keluarga terdekat.

Pinangan terlaksana apabila memenuhi dua kriteria: 1) gadis yang dipinang secara syar’i tidak dalam pinangan lelaki lain, 2) Tidak ada halangan syar’i di antara peminang dengan yang dipinang, yaitu: Wanita yang bersuami, wanita yang tidak boleh dinikahi (muhrim), Wanita masih dalam masa tunggu (iddah), baik dikarenakan thalaq (dicerai) maupun karena meninggal suaminya.

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Amili, Syaikh Hurr. (1104 H). Tafshil Wasail Al-Syi’ah ila Tahshil Masail

al-Syari’ah. 0:85, hadis ke-1 bab ke-34. Baghdad: Bayt.

Alkaf, Ahmad Hafidh. (2002). Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam. Republik Islam Iran: Qom Yayasan Imam Ali Ra., Diakses pada 10 Desember 2019.

http://www.alimamali.com/html/ins/book/tarbiat/05.htm

Aqil, Fakhir. (2019). Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam. dalam ‘Ilm Nafs

Al-Tarbawi:45-57. diakses 10 Desember 2019.

http://id.al-shia.org/page.php?id=1039&page=42

Azizah, Nur. (2016). Prinsip dan Batasan Melihat Calon Pinangan Perspektif Hizbut

Tahrir: Kajian Atas Kitab Nizham Al-Ijtima’I Fi Al-Islam, Skripsi: Jurusan

Al_Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Imam Ath-Thabaroni. (2000). Al-Mu’jam Al-Kabir. Tahqiq dan Takhrij: Hamdi Abdul Majid As-Salafi.

Isa, Abdul Ghalib Ahmad. (1997). Pernikahan Islam. Semarang: Pustaka Mantiq. Kasyani, Faidh. Al-Mahajjah Al-Baidhla 3: 93. Dalam Fuad Hj. Sam. (2013). Anakku…

Didiklah Hati Mencintai-Nya. Selangor-Malaysia: Karya Bestari SDN BHD.

Kauma, Fuad. Dan Nipan. (1996). Membimbing Istri Mendampingi Suami. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Majma’ Al-Zawaid 9:206. Dalam Gus Arifin (2010). Menikah untuk Bahagia: Fiqih

tentang Pernikahan dan Kama Sutra Islami. Jakarta: Kompas Gramedia Elex

Media Komputindo.

Makarim Al-Akhlaq: 305. Dalam Alwi Husein. (2006). Zikir-zikir dalam Sujud Ajaran

Nabi. Jakarta: Zahra.

Mamali, Ali. (2019), Tarbiyat, diakses 10 Desember 2019. http://www.alimamali.com/html/ins/book/tarbiat/05.htm

Shohih bukhori. Dan Software Maktabah Tsamilah. Dalam Muhammad Fathurrohman. (2017). Prinsip dan Tahapan Pendidikan Islam: Kajian Telaah Tafsir Al-Qur’an. Yogyakarta: Garudhawaca.

Referensi

Dokumen terkait

a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan dapat diketahui dari tabel 12. Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah sejenis dengan vokal sebelumnya.

1. Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian sebagai penanggungjawab kegiatan nasional. Dinas yang menangani ketahanan pangan provinsi dan kabupaten/kota sebagai

2003/2004 ^ /$v /£w coo e.oo -r^i, ^v vftv A 'fv PUSAT PERDAGANGAN IKAN PENERAPAN MIXED - USE WATERFRONT BERKARAKTER REKREATIF PADA BANGUNAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA

Sangat Baik 3 Siswa aktif dalam memberikan pendapatnya dan bekerjasama dengan sangat baik bersama semua anggota kelompok.. Baik 2 Siswa memberikan pendapatnya dan bekerjasama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak etanol yang dihasilkan.Pada variasi waktu fermentasi diperoleh waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi nasabah berdasarkan kondisi geografis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan produk pembiayaan di BMT

Kecelakaan dapat ditekan dengan melakukan gerakan bertanggungjawab untuk membatasi prilaku beresiko dimulai dari manajemen , tenaga kerja dan organisasi..  Kesadaran

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan perhitungan density height yang melibatkan data rata-rata suhu dan tekanan udara bulanan yang terdapat dalam F-Klim 71 Stasiun Meteorologi