59
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x . p h p / j i a p
Hubungan Perencanaan dan Pengarahan Kepala Ruangan
Dengan Motivasi Kerja Perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017
Andhika Lungguh Percekaa a STIKes Karsa Husada, Garut, Jawa Barat, Indonesia
———
Corresponding author. Tel.: +62-823-1865-2390; e-mail: andhikalperceka@gmail.com I N F O R M A S I A R T IK E L A B S T R A C T
Article history:
Dikirim tanggal: 29 November 2017 Revisi pertama tanggal: 03 Maret 2018 Diterima tanggal: 25 April 2018 Tersedia online tanggal: 02 Mei 2018
Implementation of good nursing management functions is closely related to the implementation of nursing services. nursing management functions such as planning, organizing, regulating, moving, controlling. Factors affecting the nurse's work motivation are appreciation, growth opportunities, job responsibilities, autonomy, headroom management functions and nurse characteristics. The research method used is descriptive correlation, with 43 sample nurses, data retrieval technique is done by using questionnaire. Based on the results of research from nurses said the planning of the head of the room is not good, some nurses say the direction of headroom is not good, the motivation of some low nurse jobs. Conclusion there is correlation between head room planning with work motivation of nurse and there is correlation of head direction of room with work motivation of nurse at RS Pameungpeuk Garut Year 2017 with P <0,05 (0,004).
INTISARI
Implementasi fungsi manajemen keperawatan yang baik sangat erat kaitannya dengan implementasi layanan keperawatan. fungsi manajemen keperawatan diantaranya merencanakan, mengatur, mengatur, menggerakkan, mengendalikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat adalah apresiasi, peluang pertumbuhan, tanggung jawab pekerjaan, otonomi, fungsi manajemen ruang kepala dan karakteristik perawat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, dengan 43 sampel perawat, teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian dari para perawat mengatakan perencanaan kepala ruangan tidak baik, beberapa perawat mengatakan arah ruang kepala kurang baik, motivasi beberapa pekerjaan perawat rendah. Kesimpulannya ada hubungan antara perencanaan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat dan ada hubungan arah kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 dengan P < 0,05 (0,004).
2018 FIA UB. All rights reserved.
Keywords: motivation, implementaion, nursing management
JIAP Vol. 4, No. 1, pp 59-65, 2018 © 2018 FIA UB. All right reserved ISSN 2302-2698 e-ISSN 2503-2887
60
1. Pendahuluan
Pembangunan nasional bidang kesehatan tidak bisa dipisahkan dari peran pelayanan keperawatan. Motivasi sebagai faktor internal pada pelayanan sangat penting untuk menghasilkan tenaga profesional yang bermutu. Selain itu faktor eksternal tidak dapat dikesampingkan dalam mewujudkan pelayanan tersebut. Hal ini dapat berupa kebijakan organisasi, kepemimpinan dan struktur organisasi. Dalam pelaksanaannya instansi atau unit kesehatan yang melaksanakan layanan kesehatan di Indonesia diharuskan untuk meningkatakan mutu pelayanan kesehatan dengan meningkatkan pelayanan administrasi, pelayanan keperawatan, sarana dan prasarana serta peningkatan kompetensi keahlian bagi tenaga kesehatan sehingga tercapainya standar pelayanan kesehatan (Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan). Perawat dalam menjalankan fungsinya sebagai tenaga kesehatan sebagai pelaksana,pengelola layanan kesehatan, peneliti dan pendidik (Undang-undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan), seorang perawat memiliki kewenangan untuk membuat perencanaan, mengkaji, menetapkan masalah, mengelola kasus serta mengevaluasi pelayanan keperawatan (Kemenkes, 2014).
Pelayanan kesehatan profesional tentunya harus diwujudkan oleh tenaga-tenaga kesehatan profesional yang memiliki kompetensi sesuai bidang keahlian masing-masing. Pada pelayanan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia menjadi indikator baiknya pelayanan kesehatan. Hal ini tergantung pada lima fungsi manajemen yang efektif dan efisien yaitu perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengawasan (Triwibowo, C, 2013).
Untuk mendukung keberhasilan manajemen ini, perlu adanya optimalisasi fungsi perawat sebagai manajer. Fungsi ini tersebar di semua tingkatan manajemen: puncak, tengah dan bawah (Suyanto & Salamah, 2011). Menurut Marquis (2014) bahwa pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan belum berjalan secara optimal, baru dalam fungsi pengawasan yang berjalan baik. Seorang manajer yaitu kepala ruangan membutuhkan kompetensi, keterampilan dan keahlian tidak hanya dalam melaksanakan fungsi manajemen saja, melainkan seorang manajer harus memiliki jiwa kepempinan yang baik agar dapat efektif dalam mengelola manajemen pelayanan untuk mendukung pelayanan asuhan keperawatan. Agar tujuan kepala ruangan tercapai kepala rungan harus memiliki visi dan misi yang jelas sehingga dapat mempengaruhi, mengarahkan serta memotivasi perawat dibawah pengawasannya dengan membangun komunikasi yang efektif, membuat aturan-aturan kerja
serta target pencapaian kerja yang dapat dievaluasi secara berkelanjutan agar tujuan dalam pelayanan keperawatan dapat tercapai (Nursalam, 2015).
Agar pelayanan keperawatan dapat terlaksana dengan baik fungsi manajemen dalam keperawatan harus terlaksana dengan baik. Fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Seorang kepala ruangan harus mampu menganalisa beberapa orang perawat bawahannya berdasarkan keahlian dan tingkat pendidikan yang dimiliki sehingga dapat mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi pada sistem pelayanan kesehatan. Fungsi ini dapat dilaksanakan secara efektif bila menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Manajemen dapat dilaksanakan secara efektif bila kepala ruangan memiliki keterampilan manajerial meliputi: keterampilan teknis, keterampilan manusiawi dapat juga disebut sebagai keterampilan interpersonal (Suarli, S.,& Bachtiar, Y, 2013).
Pelaksanaan fungsi manajemen yang baik akan mempengaruhi motivasi kerja perawat. Kepemimpinan akan berjalan efektif apabila seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya agar termotivasi dan dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan tujuan organisasi.
Efektivitas seorang pemimpin dapat dilihat dari tingkat produktivitas kerja dan motivasi kerja bawahannya, hal tersebut didapat atas kemampuan seorang pemimpin dalam merencanakan, membimbing , menjalankan perencanaan serta mengarahkan untuk pelaksanaan serta pengawasan kerja yang dapat dipahami bawahannya. Namun tidak sedikit dalam suatu organisasi bila kepimimpinan seorang tidak sesuai fungsi manajemen, maka kinerja perawat menurun karena motivasi bawahannya rendah tidak mendukung terhadap kinerja organisasi tersebut. Hilang atau menurunnya motivasi seperti malas dan kurang bergairah sering kali terjadi dalam rutinitas kerja. Hal ini terjadi dikarenakan suasana kerja yang kurang nyaman dan tidak adanya punish dan reward yang diterapkan dalam sebuah organisasi, sehingga seorang pemimpin mampu memotivasi bawahannya dengan memberikan contoh kepada bawahanya, mengarahkan, melakukan pengawasan serta pembinaan bagi bawahannya sehingga lebih termotivasi dan bergairah untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan (Hasibuan, 2012).
Menurut Prasojo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat adalah penghargaan, kesempatan untuk meningkatkan keahlian dan pendidikan, kesempatan dalam peningkatan karir, menyelesaikan pekerjaan sesuai yang diharapakan oleh pimpinan, kebebasan dalam mengutarakan pendapat.
Perencanaan dan pengarahan merupakan bagian dari fungsi managemen. Menurut Asmuji (2013),
61 pengarahan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi akan berjalan optimal apabila bawahan memahami arahan pimpinan dengan baik dan menggunakan kemampuan baik tenaga dan pikirannya secara efektif dan efisien.
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Pimpinan melaksanakan pengawasan secara terencana untuk untuk mengawasi jalannya fungsi-fungsi manajemen, menjamin sumber daya yang dimiliki dipergunakan secara efektif dan efisien, mengukur penyimpangan dan mengambil tindakan perbaikan dengan membandingkan kejadian nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin diharapkan. (Handoko, 2012).
Rumah Sakit Umum Pameungpeuk merupakan rumah sakit tipe C yang berada di daerah Pameungpeuk, Garut selatan Kabupaten Garut. Merupakan Rumah Sakit satu-satunya di Garut Selatan, tempat rujukan dari 16 Puskesmas dan Pustu, sehingga aktivitas kerja sehari-hari cukup tinggi. Memiliki 3 ruangan rawat inap, dengan jumlah perawat di ruang rawat inap Cendana sebanyak 13 orang perawat, ruang rawat inap Meranti memiliki 18 perawat dan ruang Flamboyan memiliki 12 perawat. Oleh karena Rumah Sakit Pameungpeuk merupakan Rumah Sakit satu-satunya di Garut Selatan, maka peneliti memilih tempat ini sebagai tempat untuk penelitian, terutama kaitannya dengan pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan.
Dari pengambilan data pendahuluan hasil wawancara dengan beberapa perawat pelaksana yang ada diruang rawat inap mengatakan bahwa kepala ruangan jarang memberikan pengarahan, dorongan semangat kepada para perawat, hal ini diakibatkan karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala ruangan, contohnya setiap pergantian shif, kepala ruangan selalu mengecek kehadiran semua perawat pelaksana di semua ruangan, sehingga waktu untuk mengarahkan dan mendorong para perawat pelaksana untuk bekerja lebih giat kurang dirasakan oleh para perawat pelaksana. Sehingga bimbingan dan dorongan yang seharusnya disampaikan kepada perawat pelaksana, hanya kadang-kadang dilakukan pada saat pergantian shif saja dan waktu luang tertentu. Ketika peneliti menanyakan semangat bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dikatakan malas dan kurang begitu bersemangat.
2. Teori
2.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah proses yang melibatkan perawat dalam hubungannya dengan pasien (Triwibowo, C, 2013). Hal ini dilakukan untuk pelayanan keperawatan dengan melibatkan fungsi perencanaan sampai dengan evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan (Kuntoro, A. 2013). Definisi tersebut dapat artikan bahwa manajemen keperawatan adalah terjaganya standar asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam pelayanan keperawatan dengan menggunakan sumber daya keperawatan melalui proses yang terencana, terorganisir, terarah dan dapat dievalusi. 2.1.1 Proses Manajemen Keperawatan
Pelaksanaan proses yang saling berhubungan meliputi unsur input, proses, output, kontrol dan umpan balik. Proses ini melibatkan berbagai unsur dari manajer atau kepala ruangan sampai dengan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan atau pengembangan staf. Hal tersebut disesuaikan dengan tugas dan wewenang masing-masing tingkatan jabatan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen adalah proses pembagian tugas berdasarkan keahlian, kemampuan, keterampilan serta kompetensi dalam melaksanakan kegiatan atau fungsi manajemen yang memiliki tugas khusus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan bersifat saling menunjang sehingga perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Triwibowo, C, 2013).
2.1.3 Manajemen Kepala Ruang
Manajemen kepala ruangan tentunya erat kaitannya dengan fungsi kepala ruangan yang memilki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengatur pelayanan di ruangan yang dipimpinnya. Hal yang perlu diperhatikan sebagai syarat untuk menjadi kepala ruangan yaitu diploma III, minimal bekerja 3-5 tahun sebagai perawat pelaksana dan pernah mengikuti pelatihan manajemen, serta sehat jasmani dan rohani (Kemenkes, 2014).
Setiap perawat pelaksana memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki jabatan kepala ruang, apabila seorang perawat memiliki pengalaman kerja serta memilki kemampuan manajerial dan kepemipinan dalam mencapai tujuan melalui orang lain.
62
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dorongan individu untuk mencapai tujuan. Motivasi muncul pada seseorang untuk memperoleh kepuasan (Handoko, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi dan kepuasan murupakan hal yang abstrak, sedangkan tujuan menjadi sesuatu yang konkrit.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi
Faktor-foktor pendorong motivasi dapat terbagi dua Menurut Handoko (2012), yaitu:
a) Motivasi Internal
Dorongan dan kenginan kuat yang ada dalam diri seseorang sehingga dapat menggerakkan seseorang agar tujuan atau yang dicita-citakannya dapat tercapai. Motivasi internal dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
Motivasi Fisiologis, adalah pemenuhan kebutuhan (biologis); dan
Motivasi Psikologis adalah kebutuhan akan kasih sayang, mempertahankan diri dan kebutuhan untuk memperkuat diri.
Dapat disimpulkan bahwa fakor pendorong terbesar seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan yaitu dorongan akan kebutuhan berprestasi dan menghadapi tantangan dalam berbagai situasi kerja dan cara hidup (Supardi & Anwar, 2004).
b) Motivasi Eksternal
Menurut Supardi & Anwar, teori motivasi eksternal merupakan pengembangan dari motivasi internal. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam individu yang dipengaruhi faktor-faktor eksternal yang dikendalikan oleh manajer, meliputi suasana kerja seperti gaji, penghargaan, kenaikan pangkat dan tanggung jawab (Supardi & Anwar, 2004).
c) Faktor-faktor Motivasi Kerja
Menurut Hezberg (Prasojo, 2005), faktor-faktor yang mendorong aspek motivasi kerja adalah faktor ekstrinsik antara lain penerimaan gaji, kondisi lingkungan, kebijakan institusi, supervisi. Dan faktor-faktor intrinsik antara lain penghargaan, kesempatan berkembang, tanggung jawab serta otonomi kerja (Prasojo, 2005).
3. Metodelogi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasion dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional.
a) Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang ada di RSU Pameungpeuk Garut. Sampai dengan bulan Maret tahun 2017 jumlah perawat di ruang rawat inap yaitu sebanyak 43 orang. Pada penelitian ini sampel adalah populasi karena pengamatan , karena pengamatan dilakukan pada seluruh objek studi dalam populasi. b) Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini diperoleh langsung dari responden menggunakan kuesioner.
c) Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas (independent) adalah perencanaan dan pengarahan sedangkan variabel terikat (dependent) adalah motivasi kerja.
d) Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa proses yaitu editing, koding, tabulasi data serta entry data. Seluruh data dicatat dan ditabulasikan kemudian diolah dengan menggunakan komputer. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel secara univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel yang diamati. Untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji chi kuadrat (Chi square). Sedangkan untuk melihat hasil kemaknaan hitungan statistik digunakan batas kemaknaan p α 0,05 (nilai kepercayaan 95%), sehingga hasil penelitian menunjukkan nilai P < 0,05 maka diketahui antara kedua variabel terdapat hubungan bermakna, sedangkan apabila p > 0,05 maka antara kedua variabel terdapat hubungan yang tidak bermakna. Untuk melihat besarnya resiko digunakan resiko rerlatif (RR) (Budiarto E, 2003). Adapun rumus uji ini adalah, sebagai berikut (Arikunto, 2012):
χ
2=
Keterangan:
χ2 : chi-square
: frekuensi sesuai dengan keadaan : frekuensi harapan
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
Hasil analisis mengenai hubungan perencanaan dan pengarahan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1 Proses Perencanaan Kerja Kepala Ruangan di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017
Perencanaan Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 21 48,8 Kurang Baik 22 51,2
63 Perencanaan Frekuensi (f) Persentase (%) Total 43 100.0
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa perencanaan kerja dari kepala ruangan di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 sebagian dari perawat (51,2%) mengatakan kurang baik.
Tabel 2 Distribusi Pengarahan Kerja Kepala Ruangan di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017
Pengarahan Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 20 48,8 Kurang Baik 23 51,2 Total 43 100.0
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Hasil analisis Tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian dari perawat (51,2%) pengarahan kerja dari kepala ruangan di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 mengatakan kurang baik.
Tabel 3 Distribusi Motivasi Kerja Perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 Motivasi Frekuensi (f) Persentase (%)
Tinggi 19 44,2
Rendah 24 55,8
Total 43 100.0
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa (55,8%) motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 masih rendah.
Tabel 4. Hubungan Antara Perencanaan Kerja Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat di RS
Pameungpeuk Garut Tahun 2017
Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa Proporsi bila perencanaan kerja kurang baik maka motivasi sebagian besar dari perawat (77,3%) rendah. Dengan p-value = 0.004, p-p-value < α = 0,005, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara perencanaan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017. Derajat keeratan hubungan C = 0,404 termasuk kedalam kategori sedang. Peluang motivasi akan meningkat 6,8 kali bila perencanaan kepala ruangan baik.
Adapun proporsi bila pengarahan kerja kurang baik maka motivasi sebagian besar dari perawat (78,3%)
rendah dengan p-value = 0.001, p-value < α = 0,005, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pengarahan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017. Derajat keeratan hubungan C = 0,436 termasuk kedalam kategori sedang. Peluang motivasi akan meningkat 8,4 kali bila pengarahan kepala ruangan baik.
Tabel 5 Hubungan Antara Pengarahan Kerja Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat
di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Perencanaan Dengan Motivasi Kerja Proporsi bila perencanaan kerja kurang baik maka motivasi sebagian besar dari perawat (77,3%) rendah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi rendah dipengaruhi oleh bagaimana atasan merencanakan suatu pekerjaan dengan baik. Bila perencanaan kerja yang disusun oleh atasan baik, maka motivasi kerja perawat meningkat. Penelitian ini diperkuat oleh peneliti-peneliti lainnya (Yulia, Devi Putri 2015), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan motivasi perawat pelaksana, (p value 0,007, 0,002, 0,005, 0,000). Dan diperkuat oleh penelitian Rizal A (2015) yang menyatakan terdapat hubungan antara fungsi-fungsi manajemen dengan motivasi perawat dengan (p value 0,001).
Makna dari peneltian tersebut dinyatakan bahwa motivasi perawat akan meningkat bilamana pimpinan dapat merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan pekerjaan yang akan dan sedang dilakukan.
4.2.2 Hubungan Pengarahan Kerja Dengan Motivasi Kerja
Proporsi bila pengarahan kerja kurang baik maka motivasi sebagian besar dari perawat (78,3%) rendah. Seorang pemimpin memiliki fungsi pengarahan yang meliputi proses pendelegasian tugas-tugas, mengawasi jalannya pelayanan keperawatan, nmelakukan koordinasi dengan perawat bawahannya dan mampu mengendalikan serta mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan rencana organisasi
(Swansburg, R.C &
Swansburg, L.C, 2011).Proses pengarahan kerja dilakukan oleh seorang manajer atau kepala ruangan dengan memberikan memotivasi kerja, membangun komunikasi yang efektif, mengatasi masalah, melaksanakan kerja sama dengan bawahannya agar bekerja sesuai dengan standar
64 sehingga tujuan tercapai. Hasil ini sesuai dengan pendapat (Terry & Franklin, 1997), mengatakan bahwa didalam fungsi pengarahan, manajer memiliki deskripsi pekerjaan sebagai berikut:
a) Memberitahukan serta menjelaskan tujuan yang ingin dicapai;
b) Memberikan motivasi kepada bawahan agar bekerja semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan;
c) Memberikan kesempatan bagi bawahan agar dapat berkembang dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan pendidikan sesuai dengan kebutuhan di manajemen;
d) Memberikan hak untuk mendengarkan, memuji, memberi sanksi dan penghargaan.
Pengarahan merupakan fungsi penting dalam manajemen. Perencanaan dan pengorganisaian yang sudah baik, dikarenakan kurangnya kemampuan pengarahan sehingga hasil kegiatan suatu pekerjaan tidak seperti yang diharapkan (Siagian S.P, 2012).
Adanya keinginan bekerja sama, rasa persaingan, semangat tim dan menghargai organisasi merupakan syarat yang diperlukan agar pengarahan dapat terlaksana dengan baik (Wijono, 2012)
Dalam organisasi pengarahan dari seorang manajer akan berdampak terbangunnya komunikasi yang efektif antara pimpinan dengan bawahan dan sesama rekan kerja. Pengarahan tersebut sifatnya dapat menyesuaikan dengan keadaan, memiliki pandangan terhadap organisasi dan mampu mempertimbangkan atau memeriksa kembali pekerjaan secara \menyeluruh. Pengarahan dapat berupa arahan kerja, memberikan penugasan, bimbingan kerja kepada staf dan motivasi kerja sehingga apabila dilaksanakan secara berkelanjutan dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif dan target kerja yang diinginkan tercapai.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan perencanaan dan pengarahan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa:
a) Sebagian dari perawat mengatakan perencanaan kepala ruangan di RS Pameungpeuk Garut kurang baik;
b) Sebagian dari perawat mengatakan pengarahan kepala ruangan di RS Pameungpeuk Garut kurang baik;
c) Motivasi kerja sebagian dari perawat rendah di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017;
d) Terdapat hubungan antara perencanaan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017; dan
e) Terdapat hubungan antara pengarahan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asmuji, (2013). Manajemen Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi. Jogjakarta: Ar ruzz Media
Budiarto, E. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. EGC, Jakarta.
Handoko, T Hani. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua.Yogyakarta: BPEF.
Hasibuan, Malayu. (2012). Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kuntoro, A. (2013). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Marquis, B.L., & Huston C.J. (2014). Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan., Alih Bahasa
Widyawati, dkk. Jakrta: EGC.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Prasojo, Sigit. (2005). Hubungan Karakteristik dan
Motavsi dengan Disiplin Kerja Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Batang. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Rizal, A. (2015). Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Motivasi Perawat Pelaksana Dalam Memberikan Layanan Di RSUD Kota Semarang. Dapat diakses pada http://eprints.undip.ac.id/47197/1/PROPOSAL.pd f [Diakses 15 Mei 2017].
Siagian, S.P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Askara.
Suyanto., & Salamah. (2011). Riset Kebidanan: Metodologi dan Aplikasiprasojo. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Suarli, S., & Bachtiar, Y. (2013). Manajemen
Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Supardi., & Anwar, S. (2004). Dasar-dasar Perilaku Organisasi. Yogyakarta: UII Press.
Swansburg, R.C., & Swansburg, L.C. (2011).
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: EGC
Terry, George R., & Franklin, Stephen G. (1997).
Principles of Management, 8th Edition. New
Delhi: AITBS Publishers.
Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: TIM.
65 Wijono, D. (2012). Manajemen Mutu Rumah Sakit dan
Kepuasan Pasien. Surabaya: Duta Prima
Airlangga.
Yulia, Devi Putri. (2015). Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2015. Dapat diakses pada
http://scholar.unand.ac.id/1557/ [Diakses 10 Mei
2017].