MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Provinsi Banten dan berlangsung dari bulan April 2007 sampai dengan bulan Desember 2008. Lokasi penelitian meliputi Kabupaten Serang, Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Bahan dan Alat
Materi penelitian yang digunakan adalah 300 ekor kebau rawa dewasa dan 60 orang responden peternak kerbau di Kabupaten Serang, Pandeglang serta Lebak Provinsi Banten. Data yang dihimpun merupakan data primer. Data sekunder terdiri atas 100 ekor kerbau rawa Aceh Besar, 99 ekor kerbau Hulu Sungai Selatan, 50 ekor kerbau Pleihari, 39 ekor kerbau Dompu, 40 ekor kerbau Hu’u, 40 ekor kerbau Kempo, 40 ekor kerbau Pajo, dan 40 ekor kerbau Woja. Data sekunder berasal dari data penelitian peneliti pada program kerjasama kemitraan penelitian pertanian dengan perguruan tinggi (KKP3T) tahun 2007, digunakan pada penentuan jarak genetik antarpopulasi kerbau Indonesia. Data kerbau rawa yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah kerbau rawa dewasa yang digunakan sebagai sampel penelitian
Lokasi Jumlah kerbau (ekor) Keterangan
Serang 100 Data primer
Pandeglang 100 Data primer
Lebak 100 Data primer
Aceh Besar 100 Data sekunder
Hulusungai Selatan 99 Data sekunder
Pleihari 50 Data sekunder
Dompu 39 Data sekunder
Hu’u 40 Data sekunder
Kempo 40 Data sekunder
Pajo 40 Data sekunder
Woja 40 Data sekunder
Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas kaliper (cm), tongkat ukur (cm), kamera dan kuisioner.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode survey, penentuan sampel mengacu pada Effendi (1989) serta Mantra dan Kastro (1989) yakni menggunakan metode sampling purposif. Kabupaten terpilih sebagai sampel adalah Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Hal ini didasarkan pada besarnya ukuran populasi kerbau pada ketiga kabupaten tersebut yakni 34 000, 27 000 dan 42 000 ekor berturut-turut untuk kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak (Ditjenak 2007).
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan: (1) Karakteristik fenotipe kerbau rawa.
(2) Konservasi sumberdaya genetik ternak kerbau rawa. (3) Karakteristik demografi peternak kerbau.
(1) Karakteristik Fenotipe Kerbau Rawa
Peubah yang diamati dalam karakteristik fenotipe adalah peubah yang berkaitan dengan sifat kualitatif dan kuantitatif ukuran-ukuran tubuh yang mengacu pada pedoman pembibitan kerbau yang baik (Deptan 2006a) yaitu: a. Sifat kualitatif meliputi: warna bulu, warna kaki, bentuk tanduk, garis
punggung, dan garis kalung putih (chevron).
b. Peubah yang berkaitan dengan ukuran-ukuran tubuh kerbau rawa terdiri atas: Tinggi pundak (TP), Tinggi pinggul (TPi), Lebar pinggul (LPi), Panjang badan (PB), Lingkar dada (LD), Dalam dada (DD), Lebar dada (Led), Lebar pangkal paha (LPP), Panjang ekor (PE), Panjang kepala (PK), Lebar kepala(LeK), Lebar ambing (LA), Tinggi Skrotum (TiS), Panjang tanduk (PTD), Lingkar pangkal tanduk (LPT), Lebar telinga (LTL), Panjang telinga (PTL) dan Lebar teracak (LTC).
(2) Konservasi Sumberdaya Genetik Kerbau Rawa
Variabel yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya genetik kerbau rawa meliputi ukuran populasi efektif (Ne) dan status resiko populasi.
Ukuran populasi efektif (Ne) dihitung mengacu pada Falconer dan McKay (1996) dengan formulasi rumus:
) ( ) . 4 ( Nf Nm Nf Nm Ne
Di mana Nm adalah jumlah ternak jantan, dan Nf adalah jumlah ternak betina. (3) Karakteristik Demografi Peternak
Karakteristik demografi peternak yang diamati meliputi: identitas peternak, umur, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, tujuan beternak, partisipasi, motivasi dan pengetahuan peternak dalam kegiatan pemuliaan kerbau rawa. Pengumpulan data dihimpun berdasarkan wawancara yang dipandu dalam daftar kuesioner (lampiran 1).
Analisis Data Analisis Data Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif yang diamati meliputi warna bulu, warna kaki, bentuk tanduk, garis punggung, dan garis kalung putih (chevron) dianalisis menggunakan frekuensi relatif dengan formula sebagai berikut:
% 100 x n A Sifat relatif Frekuensi
Di mana A adalah salah satu sifat kualitatif pada kerbau rawa yang diamati, dan n adalah banyaknya sampel kerbau rawa yang diamati
Analisis Data Ukuran-ukuran Tubuh Kerbau
Data ukuran-ukuran tubuh kerbau dianalisis menggunakan prosedur statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman mengacu pada Sudjana (1982), formula rumusnya adalah:
n x x n i i
1 ; 1 ) ( 1 2
n x x s n i i ; x100% x s Kk Di mana x adalah rataan sifat yang diamati, xi adalah nilai sifat yang diamati
ke-i, n banyaknya sampel ternak kerbau rawa, s adalah simpangan baku dan Kk adalah koefisien keragaman. Pembandingan rataan ukuran-ukuran tubuh antar populasi kerbau dibandingkan dengan uji-Jarak Berganda Duncant (DMRT) pada taraf uji (5%) (Sudjana 1982).
Penentuan Hubungan Kekerabatan Kerbau dalam dan Antarpopulasi
Penentuan hubungan kekerabatan antarpopulasi kerbau menggunakan fungsi diskriminan sederhana (Herrera et al. 1996), melalui pendekatan jarak Mahalonobis seperti yang dijelaskan oleh Nei (1987), yaitu dengan menggabungkan (pooled) matriks ragam peragam antara peubah dari masing-masing kerbau yang diamati menjadi sebuah matriks sebagai berikut:
pp p p p p pc
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
C
....
....
....
....
....
....
....
....
3 2 1 2 23 22 21 1 13 12 11Jarak Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat genetik minimum yang digunakan sesuai dengan petunjuk Nei (1987) adalah sebagai berikut:
D
2(ij)
(
X
i
X
j)
C
1(
X
i
X
j)
Dimana:
D2(ij) = Nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat genetik antara
tipe kerbau ke-i dan tipe kerbau ke-j.
Xi = Vektor nilai rataan pengamatan dari tipe kerbau ke-i pada masing-masing
peubah kuantitatif.
Xj = Vektor nilai rataan pengamatan dari tipe kerbau ke-j pada masing-masing
peubah kuantitatif.
Analisis statistik Mahalanobis meggunakan paket program statistika SAS versi 7.0 dengan metode analisis discriminan (PROC DISCRIM). Hasil perhitungan jarak kuadrat kemudian diakarkan terhadap hasil kuadrat jarak untuk membuat jarak genetik yang diperoleh tidak dalam bentuk kuadrat. Hasil pengakaran dianalisis lebih lanjut menggunakan program MEGA seperti petunjuk
Kumar et al. (1993) untuk mendaptkan pohon dendrogram. Tekik pembuatan pohon fenogram menggunakan metode UPGAMA (Unweighted Pair Group Method with Arithmetic) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar kelompok kerbau adalah sama. Penentuan penyebaran kerbau dan nilai kesamaan dari nilai campuran di dalam dan diantara kelompok kerbau digunakan analisis Canonical (Herrera et al. 1996). Analisis ini digunakan dalam menentukan beberapa peubah ukuran fenotipik yang memiliki pengaruh kuat terhadap penyebab terjadinya pengelompokkan antara sub-populasi kerbau. Prosedur analisisnya menggunakan PROC CANDISC dari SAS versi 7.0.
Aspek konservasi populasi kerbau Banten dilakukan berdasarkan penilaian terhadap status resiko populasi kerbau dan ukuran populasi efektif. Acuan penentuan status resiko adalah Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 35/ Permentan/OT.140/8/22006 mengenai pedoman pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik ternak yaitu populasi dinyatakan kritis jika jumlah betina dewasa di bawah 100 ekor, populasi terancam jika jumlah betina dewasa antara 100 – 1 000 ekor, populasi rentan jika jumlah betina dewasa antara 1 000 – 5 000 ekor, populasi jarang bila jumlah betina dewasa antara 5 000 – 10 000 ekor, dan populasi aman jika jumlah betina dewasa lebih dari 10 000 ekor (Deptan 1996b). Analisis Data Karakteristik Demografi Peternak
Data karakteristik demografi peternak dianalisis menggunakan prosedur statistik deskriptif. Umur peternak dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu: belum produktif (kurang 15 tahun), produktif (15-50 tahun) dan tidak produktif (di atas 50 tahun). Pengalaman beternak dihitung berdasarkan lamanya responden beternak kerbau. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang diselesaikan responden meliputi SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Tujuan beternak adalah tujuan dari pemeliharaan kerbau (usaha pokok atau bukan usaha pokok) (Lampiran ). Skor nilai partisipasi, motivasi dan pengetahuan peternak dalam kegiatan pemuliaan ditentukan dari jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Kisaran total skor 10 sampai 50 karena setiap jawaban dinilai dengan skala 1 sampai 5. Responden yang memiliki skor total 26-30 cukup, 34-41 tinggi, dan 42-50 sangat tinggi (Rahmat 2006).
Penentuan Pola Pemuliaan Kerbau
Penenetuan pola pemuliaan kerbau menggunakan proses analisis hirarki (PAH) menurut Saaty (1993). Metoda PAH memecah-mecah situasi kompleks kedalam bagian komponennya, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas paling tinggi dan mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Langkah-langkah PAH adalah sebagai berikut:
1. Menyusun hirarki yaitu: tingkat ke-1 fokus yakni pemuliaan kerbau rawa di peternakan rakyat, tingkat ke-2 komponen yang berkontribusi pada program pemuliaan: (1) sumberdaya manusia, (2) sumberdaya ternak, (3) tujuan pemuliaan, (4) seleksi dan perkawinan, (5) infrastuktur, (6) sosial budaya, (7) pasar dan (8) kebijakan pemerintah.
2. Menentukan vektor prioritas kriteria, membandingkan kriteria pada tingkat dua secara berpasangan dengan mempertimbangkan penting relatif setiap kriteria, kuantifikasi data kualitatatif menggunakan nilai skala komparasi 1 sampai 9 (Tabel 9).
Tabel 9 Skala banding berpasangan pada proses analisis hirarki Intensitas
Pentingnya Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya
5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dari elemen lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting
dari elemen yang lainnya
Satu elmen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua
pertim-bangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Sumber: Saaty (1993)