• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding jalak bali dilakukan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF), Desa Ciujung Tengah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengamatan dan pengumpulan data di MBOF dilakukan pada bulan Juni – Oktober 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain alat tulis, penggaris, jangka sorong, kamera digital, timbangan, termometer dry-wet, dan pita ukur. Bahan yang digunakan adalah jalak bali hasil penangkaran dan pakan jalak bali yang terdapat di MBOF.

3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder sedangkan metode pengumpulan data yaitu pengamatan langsung dan pengukuran, teknik wawancara serta penelusuran dokumen. Jenis data dan metode pengumpulan data lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Jenis data dan metode pengumpulan data.

Data yang diambil

Jenis data Metode pengumpulan data Primer Sekunder

Pengamtan dan pengukuran

Wawan cara Dokumen/ literatur I Teknik penangkaran Pakan v v v v v Perawatan kesehatan v v v Tenaga kerja v v Kandang v v v Sejarah v v Organisasi v v Teknik reproduksi v v v Populasi v v v Faktor keberhasilan v v v II Koefisisen inbreeding

Silsilah jalak bali v v

III Karakteristik morfologi

Data kuantitatif v v v v

(2)

3.3.1 Teknik penangkaran

Pengelolaan penangkaran dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara kepada pengelola. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi teknik keberhasilan penangkaran jalak bali, data yang diambil meliputi:

1. Teknik reproduksi jalak bali di penangkaran meliputi pemilihan bibit, seks

ratio, pembentukan pasangan, dan tingkat keberhasilan breeding.

2. Pakan, palatabilitas, jumlah konsumsi, dan nilai gizi serta jadwal waktu pemberiannya. Pakan yang diberikan kepada jalak bali dipenangkaran dilakukan analisis proksimat dan diambil sampel makanan untuk mengetahui kandungan zat makanan dalam makanan tersebut.

3. Perkandangan yang meliputi jenis kandang, ukuran dan konstruksi kandang,

perlatan dan perlengkapan kandang serta suhu dan kelembaban dalam kandang.

4. Pemeliharaan kesehatan dan perawatan kesehatan, jenis penyakit yang

sering diderita serta cara pengobatannya.

5. Faktor penentu keberhasilan penangkaran jalak bali di MBOF.

Selain itu, juga dilakukan wawancara mengenai teknik penangkaran di MBOF yang digunakan untuk mendukung data meliputi:

1. Asal muasal bibit jalak bali yang ditangkarkan beserta sistem karantinanya. 2. Sejarah penangkaran jalak bali.

3. Organisasi penangkaran dan tenaga kerja (SDM) .

4. Populasi jalak bali yang meliputi jumlah, jenis kelamin, dan kelas umur.

3.3.2 Analisis koefisisen inbreeding

Penelaahan silsilah jalak bali di penangkaran dilakukan dengan teknik wawancara dengan pihak pengelola ada di penangkaran tersebut. Data yang diperoleh dibuat data catatan kelahiran atau silsilah (studbook) kemudian dibuat diagram pohon untuk menentukan hubungan kekerabatan jalak bali di MBOF.

(3)

3.3.3 Penelaahan karakteristik morfologis

Penelaahan karakteristik morfologis dapat dilakukan dengan melihat karakteristik morfologis baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Data karakteristik morfologis yang bersifat kuantitatif meliputi berbagai ukuran tubuh yaitu, panjang badan, panjang sayap, panjang ekor, panjang kepala, panjang kaki, panjang paruh, dan tinggi paruh. Data ukuran tubuh tersebut dilakukan melalui pengukuran, sedangkan untuk data karakteristik kualitatif meliputi warna dan pola bulu sayap dan bulu ekor, warna paruh, warna kaki, warna mata, dan daerah sekitar mata. Peubah ukuran tubuh yang diukur meliputi:

1. Panjang tubuh total yang diukur dari ujung paruh sampai dengan ujung bulu

ekor dengan menggunakan pita ukur.

2. Panjang rentang sayap yang diukur dengan merentangkan sayap dari

pangkal sayap hingga ujung sayap dengan menggunakan pita ukur.

3. Panjang ekor yang diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor dengan menggunakan pita ukur.

4. Panjang kaki yang diukur dari pangkal kaki hingga ujung kaki

menggunakan pita ukur.

5. Panjang kepala yang diukur dari bagian tengkuk hingga ujung paruh dengan

menggunakan jangka sorong.

6. Panjang paruh yang merupakan panjang maxilla (paruh atas) yang diukur dengan menggunakan jangka sorong.

7. Tinggi paruh pada bagian paruh tertinggi yang diukur dengan menggunakan

jangka sorong.

(4)

Gambar 4 Pengukuran panjang sayap.

Gambar 5 Pengukuran panjang kepala.

Gambar 6 Pengukuran panjang ekor.

(5)

Gambar 8 Pengukuran panjang kaki.

Gambar 9 Pengukuran tinggi paruh.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Teknik penangkaran jalak bali

Data mengenai teknik penangkaran jalak bali dianalisis secara deskriptif yang meliputi sejarah penangkaran, populasi, perkandangan, pakan, perawatan kesehatan, dan teknik reproduksi. Selain dianalisis secara deskriptif, data mengenai pakan jalak bali juga dilakukan analisis secara kuantitatif. Berikut rumus yang digunakan:

3.4.1.1 Jumlah konsumsi

Keterangan:

JK = jumlah konsumsi

B = berat pakan sebelum diberikan b = berat pakan sisa

(6)

3.4.1.2 Tingkat palatabilitas

Keterangan:

% P = tingkat palatabilitas

G0 = berat pakan semula

G1 = pakan sisa

3.4.1.3 Kandungan gizi pakan

Kandungan gizi pakan jalak bali di penangkaran diperoleh melalui studi literatur untuk mengetahui analisis proksimat yaitu analisis kimia untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terdapay di dalam bahan makanan.

3.4.1.4 Jumlah kebutuhan pakan

Kebutuhan pakan yang perlu diketahui yaitu kebutuhan protein dan kebutuhan kalori. Kebutuhan protein dapat diperoleh dengan rumus:

Kebutuhan kalori dapat diperoleh dengan rumus:

3.4.1.5 Faktor keberhasilan

Untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan penangkaran burung jalak bali di MBOF dapat dilakukan perhitungan presentase daya tetas telur yaitu:

a. Presentase daya tetas telur:

Keterangan:

∂ = ∑ telur yang menetas β = ∑ total telur ditetaskan

%P = G0-G1 x 100%

G0

∂ x 100 % . β

∑ konsumsi suatu pakan

∑ konsumsi pakan keseluruhan x %PK

∑ konsumsi suatu pakan ∑ konsumsi pakan keseluruhan

(7)

b. Tingkat perkembangbiakan dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

t Tt Keterangan:

t = ∑ induk yang berkembangbiak Tt =∑ induk keseluruhan

c. Persentase angka kematian tiap kelas umur: M

Mt Keterangan:

M = ∑ anak yang hidup tiap kelas umur ke–i Mt = ∑ total anak yang hidup tiap kelas umur ke–i

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan penangkaran di MBOF yaitu:

0 – 30 % = rendah

30 – 60 % = sedang

60 – 100% = tinggi

3.4.2 Perhitungan Koefisisen Inbreeding

Rumus yang digunakan terdiri dari beberapa formula:

3.4.2.1 Perhitungan koefisien kekerabatan adalah :

Keterangan :

R = koefisien kekerabatan

n = Jumlah anak panah dari setiap jalur.

Salah satu cara untuk menghitung koefisien inbreeding yaitu dengan menggunakan diagram panah. Pembuatan diagram panah setiap individu pada kedua silsilah tersebut dimasukan sekali pada diagram panah walaupun pada kenyataannya individu-individu tersebut muncul beberapa kali (Noor 1996). Contoh perhitungan koefisien inbreeding:

R = ∑( 1/2 )n

x 100 %

(8)

Langkah- langkah untuk menghitung koefisien inbreeding suatu individu X (Fx) sebagai berikut (Nurana 1989):

Langkah 1 : Merunut dan menggambarkan asal usul nenek moyangnya sampai tidak diketahui atau sampai nenek moyangnya berasal dari alam. Jika dalam salsilah tidak ada kawin dengan keluarga berarti koefisisen

inbreeding X (Fx) = 0.

Langkah 2 : Menentukan koefisien nenek moyang yang sama (Fc). Koefisien

inbreeding nenek moyang harus dihitung sebelum menghitung

koefisien inbreeding X (Fx). Cara perhitungan koefisien inbreeding nenek moyang sama dengan perhitungan koefisien inbreeding individu X (langkah 4 dan 5).

Langkah 3 : Memperhatikan aliran gen pada gambar silsilah

Langkah 4 : Menghitung koefisien inbreeding masing-masing. Aliran gen dengan rumus:

F = ½ ∑ (1/2)n

(1+Fc)

Langkah 5 : Koefisien individu X adalah jumlah koefisien masing-masing aliran gen.

Contoh perhitungan koefisien inbreeding X pada silsilah seperi pada gambar 10.

(a) (b)

Gambar 10 (a) Silsilah suatu individu X; (b) aliran gen individu X.

D E X A B A A C D E X

(9)

Langkah 1 : Gambar 10 B memperlihatkan bahwa X mempunyai nenek moyang yang sama yaitu A berati memilki koefisien inbreeding X (Fx) lebih dari nol.

Langkah 2 : Karena nenek moyang A tidak diketahui diasumsikan nenek moyang A tidak ada yang kawin dengan keluarga berarti koefisien inbreeding A (Fc) = 0.

Langkah 3 : Berdasarkan silsilah ada satu jalur yang menghubungkan individu S dan D melalui A yang memilki dua anak panah (gambar 1 B) yaitu D-A-E dan n = 2. Nilai koefisien inbreeding individu X dapat dilihat pada tabel 5.

Langkah 4 : Perhitungan koefisien inbreeding pada individu X Tabel 5 Nilai perhitungan koefisien inbreeding pada individu X

Lintasan Fc N Koefisien inbreeding

X-D-A-E-X 0,00 2 1/2∑ (1/2)2 (1+0,00) = 0.125

Langkah 5 : karena hanya terdapat satu lintasan gen maka koefisien inbreeding X (fx) = 0,125.

3.4.2.2 Perhitungan koefisisen inbreeding

Perhitungan koefisien silang dalam (Inbreeding) pada dasarnya adalah mengalikan koefisien kekerabatan dengan ½. Rumus untuk mengukur koefisien silang dalam adalah (Noor 2008):

Keterangan :

F = koefisien silang dalam (inbreeding)

3.4.2.3 Koefisien inbreeding jika tetua bersama inbreed

Koefisien kekerabatan dan koefisien silang dalam yang dipengaruhi oleh silang dalam dapat juga terjadi pada tetua bersama. Rumus dasar untuk menghitung koefisien silang dalam dapat dimodifikasi jika tetua bersamanya juga

inbreed. Rumus yang telah dimodifikasi adalah (Noor 2008):

Keterangan:

Fc = koefisien silang dalam tetua bersama.

F= ½ ∑ (1/2)n

F = ½ ∑ (1/2)n

(10)

3.4.2.4 Silang dalam pada satu atau dua individu yang berkerabat

Silang dalam pada satu atau kedua individu yang berkerabat cenderung mengurangi kekerabatan antara kedua individu tersebut. Silang dalam mengakibatkan individu-individu tersebut lebih homozigot yang berakibat menurunkan genotip. Jadi pada dasarnya hal ini akan mengurangi peluang kedua individu memilki gen-gen yang sama sebesar rataan kedua koefisien silang dalam. Rumus untuk menghitung koefisisen kekerabatan pada kasus ini (Noor 2008) adalah :

Keterangan :

Rxy = koefisien kekerabatan antara individu X dan Y

n = jumlah generasi dari individu X dan Y sampai pada moyang bersama Fx = koefisien silang dalam individu X

Fy = koefisien silang dalam individu Y

3.4.3 Karakterisrik Morfologi

Penelaahan karakteristik morfologi (genetik) dilakukan tehadap lima pasang jalak bali yang ada di penangkaran (generasi F1). Data karakteristik morfologi yang dianalisis berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif ditabulasikan ke dalam tabel dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif yang terkumpul ditabulasi dan dihitung nilai rataan dan simpangan bakunya selanjutnya dilakukan pengujian perbandingan nilai rataan dengan uji t-student menggunakan software SPSS untuk menentukan adanya perbedaan antar jenis kelamin (jantan dan betina). Selain itu, juga dilakukan perbandingan terhadap pengukuran morfologi kuantitatif yang telah dilakukan di MBOF dengan pengukuran morfologi yang terdahulu secara deskriptif untuk menentukan ada tidaknya inbreeding depression karena terjadinya penurunan dari sifat-sifat morfologinya.

Kriteria uji menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut:

Rxy = ∑ (1/2)n(1+Fa)

(11)

H0 = tidak ada perbedaan morfologi kuantitatif yang nyata antara jenis

kelamin jantan dan betina jalak bali di MBOF

H1 = ada perbedaan morfologi kuantitaif yang nyata antara jenis kelamin

jantan dan betina jalak bali di MBOF

Pengambilan keputusan atas hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Jika t hitung > dari t tabel, maka tolak H0

Gambar

Gambar 4  Pengukuran panjang sayap.
Gambar 9  Pengukuran tinggi paruh.
Gambar 10  (a) Silsilah suatu individu X; (b) aliran gen individu X.

Referensi

Dokumen terkait

Lantaran itu, program atau aktiviti gerakan Islam ABIM khususnya aspek ekonomi juga dapat dilaksanakan melalui pendekatan ini dan penglibatan gerakan Islam ABIM ini

ambience atau nuansa yang dihadirkan saat konsumen mengunjungi tempat tersebut. Konsep usaha yang unik harus didukung pula oleh media promosi yang komunikatif, kreatif, dan

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga

Data pada Tabel 1 juga menunjukkan kecenderungan peningkatan rendemen bubuk ekstrak selada laut dengan meningkatnya suhu, akan tetapi terjadi penurunan pada suhu

 OS android versi v4.4 sampai dengan v4.4.4 Dirilis pertama pada tanggal 31 bulan Oktober tahun 2013 di namakan dengan Android kitkat .os android kitkat memiliki tampilan 100%

Respon siswa memilih jawaban usaha positif dilakukan oleh gas pada lingkungan, alasan yang dikemukakan siswa adalah piston mengalami kenaikan suhu sehingga

dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari produksi tersebut (Moenroe, 1990). Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up. Dari

engan engan semakin semakin meningkatnya meningkatnya tuntutan tuntutan masyarakat masyarakat akan mutu pelayanan !umah Sakit maka "ungsi pelayanan !S