i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA)
Oleh :
Golongan E Kelompok 5A
1. Arya Widya Kunthi Savitri (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika Ametis (161510501281) 3. Taufiq Iradah (161510501289)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Serangga adalah hewan beruas atau arthropoda yang disebut juga dengan insekta yang memiliki tungkai rata-rata tiga pasang. Insekta merupakan hewan yang sering kali ditemui dibanyak tepat. Pada tubuh serangga terdapat tiga bagian dasar yaitu kepala, thorak dan perut (abdomen).
Cara berkembangbiak serangga adalah dengan cara bertelur. Proses berkembang pada serangga yang diawali dengan telur hingga menjadi dewasa dan mengalami perubahan pada anatomi, morfologi dan fisiologis disebut metamorfosis. Proses metamorfosis atau daur hidup serangga memiliki beberapa tahapan yang dibedakan berdasarkan metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Perbedaan antara metamorfosis sempurna denga metamorfosis tidak sempurna terletak pada siklusnya. Kedua metamorphosis ini memili siklus awal yang sama yaitu telur. Pada metamorfosis sempurna memiliki siklus dimana terjadinya pembentukan pupa, sedangkan pada metamorfosis tidak sempurna hanya terjadi pembentukan larva tanpa ada tahap menjadi pupa.
Larva adalah tahapan berkembang serangga dari telur pada metamorfosis sempurna. Pada serangga yang bermetamorfosis sempurna, bentuk larva tidak menyerupai saat serangga tersebut menjadi dewasa, contohnya kupu-kupu ketika pada tahap larva kupu-kupu berbentuk panjang dan teksturnya lunak tanpa memiliki sayap. Selanjutnya larva tersebut akan menuju tahap pupa. Pupa atau kepompong adalah tahap serangga yang memasuki masa transisi. Pupa diselimuti oleh rangka luar yang disebut kokon. Pada masa ini, pupa akan melakukan aktifitas metabolisme guna menyempurnakan organ dan bentuh tubunya. Berdasarkan pernyataan diatas untuk itu perlunya mempelajari serangga biologi OPT
1.2 Tujuan
1. Memahami dan mengenal struktur dasar tubuh serangga 2. Memahami metamorphosis
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Serangga merupakan suatu bagian dari keanekaragaman hayati yang memiliki populasi yang sangat tinggi. Tingginya populasi pada serangga di dapat dari berbagai macam faktor. Menurut Prakoso (2017), beberapa faktor yang menyebabkan tingginya populasi serangga ialah faktor suhu dan kelembapan. Serangga atau insekta termasuk dalam hewan hexapoda atau berkaki enam. Tubuh serangga dibagi menjadi tiga yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Pada bagian kepala terdapat antenna, mulut, dan mata sedangkan pada thoraks terdapat sayap dan tungkai. Setiap serangga memiliki bentuk dan karakteristik masing-masing seperti berkulit keras atau berkulit lunak. (Fakhrah, 2016).
Pada bagian kepala terdapat antenna. Serangga memiliki antenna yang bersifat multisensor yang diatur oleh amina biogenik. Komponen amina biogenik dihasilkan oleh serangga melalui proses dekarboksilasi asam amino bebas untuk metabolisme serangga (Zhukovskaya, 2017).
Serangga memiliki bermacam-macam tipe mulut bergantung pada jenis makanannya, contoh tipe mulut lalat yaitu penjilat penghisap, tipe mulut kupu-kupu penghisap, dan tipe mulut nyamuk penusuk penghisap. Mulut serangga terdiri dari bibir bawah (labium) dan bibir atas (labrum) yang berfungsi untuk memegang makanan (Nelistya, 2007).
Metamorfosis merupakan salah satu aktifitas serangga dimana proses terjadi perubahan bentuk dan ukuran dari serangga sejak berupa telur hingga menjadi serangga dewasa. Dalam proses metamorfosis serangga terdapat 3 tipe yaitu Ametabola, Hemimetabola dan Holometabola. Tipe Ametabola merupakan tipe metamorfosis serangga yang tidak bersayap, tipe hemimetabola merupakan tipe metamorfosis serangga yang tidak sempurna dengan kata lain melewati fase nimfa, dan tipe holometabola merupakan tipe metamorfosis pada serangga yang nantinya akan terjadi pembentukan sayap. Lepidoptera termasuk jenis hewan yang bermetamorfosis dengan tipe holometabola. Lepidoptera bermertamorfosis dari telur, larva, pupa hingga menjadi imago dewasa. Dalam siklus metamorphosis,
3
saat menjadi imago, kupu-kupu akan keluar dari pupa melalui celah dengan kepala dan thorak keluar terlebih dahulu (Lowe et al, 2017).
Larva dan pupa merupakan bagian dari siklus hidup metamorphosis. Menurut Ristyanti et al (2016), ukuran larva lebih kecil jika dibandingkan dengan pupa. Tipe larva antara lain scarabaeiform, vermiform, eruciform, campodeiform, elateriform. Scarabaeiform adalah salah tipe larva yang memiliki bentuk kepala yang berkembang sempurna, meiliki thorakal dan tidak mempunyai tungkai abdominal. Larva scarabaeiform memiliki kepala dan thorakal yang berkembang dengan baik serta memiliki bentuk seperti pir yang melengkung (Fombong et al, 2012).
4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Bioekologi OPT acara Pengenalan Biologi Dasar OPT (Serangga) dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Agroteknologi pada pukul 06.30-08.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat 1. Pinset 2. Loup 3. Mikroskop 4. Stereo 5. Kuas
6. Cawan petri plastik 3.2.2 Bahan
1. Spesimen serangga freshly killed (belalang, kupu-kupu, kepik, lalat, nyamuk, lebah, larva kupu, larva lalat, larva kumbang, pupa kupu-kupu, pupa lalat, pupa kumbang)
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Prosedur Praktikum Struktur Tubuh Serangga
1. Mengamati belalang untuk memahami tubuh serangga, memfoto dari samping (lateral) menggunakan kamera mobilephone (ada tanda makro), kemudian memgamati segmentasi tubuh belalang dengan seksama (kepala, thorak, abdomen).
2. Mengamati alat tambahan (appendages) pada masing-masing segmen atau ruas tubuh.
3. Mengamati tipe alat mulut pada masing-masing serangga (belalang, kupu-kupu, kepik) yang dibawa dengan memisahkan kepala dari tubuh serangga,
5
kemudian memisahkan bagian alat mulut tersebut dan memfoto secara close up dan mempelajari perbedaan masing-masing alat mulut serangga.
4. Mengamati tipe antenna pada masing-masing serangga (kumbang, lalat, kupu-kupu, belalang) yang dibawa dengan mengambil menggunakan pinset antenna pada masing-masing serangga kemudian memfoto secara close up dan mengamati serta memperlajari perbedaan masing-masing tipe antenna serangga dan mendefiniskan tipe antennanya.
3.3.2 Prosedur Praktikum Metamorfosis Serangga
1. Mengamati tipe metamorphosis pada serangga yang dikoleksi (kupu-kupu / kumbang, kepik) dengan memfoto dan mempelajari perbedaannya.
2. Mengamati tipe larva (ulat, uret, set) mengamati dengan teliti perbedaannya dengan melihat bentuk tubuh, kepala, tungkai thorakal, tungkai abdominal. 3. Mengamati tipe pupa (pupa kupu-kupu, pupa lalat rumah, dan pupa
kumbang) mempelajari apakah alat tambahan (appendages) melekat atau tidak pada pupa.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Bagian serangga utuh 6. Larva lalat
2. Bagian kepala 7. Larva kumbang
3. Bagian thorax 8. Pupa lalat
4. Bagian abdomen 9. Pupa kupu-kupu
5. Larva kupu-kupu 10. Pupa kumbang
3.5 Analisis Data
Data yang kami peroleh dari pengamatan selanjutnya akan dianalisi menggunakan analisis statistik deskriptif.
6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
(DATA KELOMPOK)
NO GAMBAR KETERANGAN
1. Gambar serangga utuh (Orong-orong)
Orong-orong terdiri atas : 1. Kepala 2. Thoraks 3. Abdomen Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Gryllotalpidae Kepala
Tipe mulut : Mandibulata Antena : Setacea Thoraks Tungkai : 2 pasang Sayap : 2 pasang Kepala Thorak
7
Abdomen :
Terdapat alat reproduksi, alat pencernaan, dan alat peredaran darah.
Abdomen
2.
Gambar serangga utuh (Belalang) Belalang terdiri atas : 1. Kepala 2. Thoraks 3. Abdomen Klasifikasi : Kelas : Insecta Filum : Arthropoda Ordo : Orthoptera Kingdom : Animalia Famili : Acrididae Kepala
Alat mulut : Mandibulata Antena : Setacea
Thoraks
Tungkai : 3 pasang Kepala
8
Thorak Sayap : 2 pasang
Pada abdomen terdapat alat reproduksi, alat pencernaan, dan alat peredaran darah.
9 (DATA GOLONGAN)
NO Kelompok GAMBAR KETERANGAN
1. Larva kupu-kupu (Ulat) Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Hesperiidae Spesies : Erionota Thrax Tipe larva yaitu eruciform karena memiliki ciri tubuh silindrik, tungkai thorakal yang pendek, tungkai semua atau tungkai abdominal. Tipe metamorfosis yaitu
holometabola karena
mengalami metamorfosis sempurna dan habitat yang sama antara larwa dengan kupu-kupu namun berbeda dalam hal makanan.
2 Larva Lalat (Set) Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera
Famili : Calliphoridae Spesies : Stomorhina Ionata
1. Tipe larva : Vermiform 2. Metamorfosis sempurna
10
dewasa
3. Larva memiliki mulut
yang dilengkapi
dengan gigi halus. Larva lalat mengalami pergantian kulit sampai 2/3 tergantung pada jenisnya.
3. Larva Kumbang (Uret) Tipe larva : Scarabaeiform
dengan kepala berkembang sempurna.
Kaki thorakal : 3 pasang Tipe mulut : penggigit pengunyah
Larva memiliki warna
kuning kecoklatan.
4. Pupa Lalat Tipe pupa : Koartata, pupa
yang kulit larva instar terakhirnya mengeras dan membentuk
puparium/kokon.
Tipe metamorfosis :
holometabola, serangga
pradewasa (pupa)
mempunyai bentuk yang berbeda dengan serangga dewasa (imago)
5. Pupa Kupu-kupu Tipe pupa : termasuk dalam
tipe pupa obtect karena mempunyai antena, sayap, dan tangkai yang melekat
11
pada tubuh pupa.
Tipe metamorfosis :
Holometabola karena
memiliki bentuk yang
berbeda dengan serangga dewasa (imago).
6. Pupa Kumbang Tipe pupa : termasuk dalam
tipe pupa eksarata yaitu tipe
pupa yang semua
embelannya tidak melekat pada tubuh pupa.
Tipe metamorfosis :
Holometabola karena bentuk pradewasa (pupa) berbeda dengan dewasa (imago). 4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas didapatkan bahwa orong-orong terdiri dari kepala, thoraks dan abdomen. Pada bagian kepala orong terdapat 2 bagian yaitu mulut dan antenna. Tipe mulut orong-orong yaitu mandibulata yang memiliki mandibel sebagai alat untuk mengunyah makanan padat. Jenis antenna orong-orong yaitu setaces. Setaces merupakan tipe antenna yang memiliki bentuk seperti duri/rambut yang bertekstur keras dan terdapat ruas-ruas pada antenna (Purnomo, 2007). Pada bagian thorak orong-orong terdapat 2 pasang tungkai dan sayap. Bagian abdomen pada orong-orong terdapat alat reproduksi, alat pencernaan dan juga alat peredaran darah.
Belalang terdiri atas kepala, thorak dan abdomen. Bagian tubuh belalang sama halnya dengan bagian tubuh orong-orong, hanya saja keduanya berbeda pada jenis famili. Tungkai pada thoraks belalang berjumlah 3 pasang. Belalang memiliki eksoskeleton yang berfungi sebagai alat pelindung tubuh. Eksoskeleton
12
belalang hanya bersifat sementara, karena nantinya eksoskeleton akan terlepas dari tubuh belalang agar dapat tumbuh menjadi belalang dewasa.
Larva kupu-kupu termasuk pada ordo Lepidoptera yang memiliki cirri cirri memiliki jumlah yang banyak dan tersebar, mempunya sisik yang berfungsi untuk menutupi tubuh dan sayapnya. Pada data golongan objek yang diamati masih berupa larva yang merupakan tipe larva eruciform dan memiliki tubuh yang silindrik, tungkai thorakal yang pendek, dan mempunyai tungkai semu. Larva kupu-kupu merupakan bagian dari siklus hidup kupu-kupu yang biasa disebut dengan metamorfosis. Tipe metamorfosis pada kupu-kupu yaitu holometabola atau metamorphosis sempurna dan antara larva dengan kupu-kupu hidup pada habitat yang sama yaitu darat. Makanan yang dibutuhkan kupu-kupu dan larva berbeda. Kupu-kupu akan membutuhkan nectar sedangkan larva memakan daun pada tumbuhan.
Larva lalat atau biasa disebut dengan set merupakan larva dengan ordo diptera. Tipe larva pada lalat adalah vermiform yaitu larva yang tidak memiliki tungkai dan tubuh yang memanjang. Siklus hidup lalat merupakan metamorphosis sempurna dimana larva menjadi tahap kedua setelah telur keluar dari induknya. Larva lalat memiliki mulut yang dilengkapi gigi halus selain itu larva lalat dapat mengalami perganti kulit sampai 2/3 tergantung pada jenisnya.
Uret merupakan nama lain dari larva kumbang yang memiliki warna kuning kecoklatan. Tipe yang dimiliki oleh larva kumbang adalah scarabaeifom. Tipe tersebut merupakan tipe yang dimiliki uret dan memiliki karakteristik badan berbentuk huruf C, kepalanya berkembang dengan sempurna, mempunyai kaki thorakal sebanyak tiga pasang. Tipe mulut larva kumbang adalah penggigit dan pengunyah.
Pupa kupu-kupu tergolong tipe pupa obtect karena pupa kupu-kupu memiliki antena, sayap, dan tangkai yang melekat pada tubuh pupa. Untuk tipe metamorfosis, pupa kupu-kupu tergolong dalam homometabola yang memiliki bentuk yang berbeda dengan serangga dewasa (imago).
Pupa kumbang termasuk tipe pupa eksarata yaitu tipe pupa yang embelannya tidak melekat pada tubuh pupa. Menurut Purnomo (2007), pupa
13
eksarata memiliki alat tambahan yang bebas dan tidak memiliki kokon. Tipe metamorfosis pupa ini adalah holometabola karena bentuk pradewasa (pupa) berbeda dengan dewasa (imago)
14
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tubuh serangga terdiri dari 3 ruas atau bagian yaitu bagian kepala, thorak dan abdomen. Bagian kepala terdapat sepasang mata, mulut dan antenna. Bagian thorak tedapat tungkai dan sayap. Bagian abdomen terdapat alat reproduksi, alat pencernaan dan alat peredaran darah.
2. Metamorfosis merupakan perubahan yang terjadi pada serangga yang mana serangga muda (nimfa) memiliki bentuk yag berbeda dengan serangga dewasanya (imago). Metamorfosis dibagi menjadi 2 yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna.
3. Tipe larva terbagi menjadi 6 yaitu scarabaeiform, vermiform, eruciform, campodeiform, carabiform, elateriform. Keenam tipe larva memiliki jenis dan bentuk yang berbeda-beda.
5.2 Saran
Dalam praktikum pengenalan serangga OPT , praktikum berjalan dengan baik, hanya saja fasilitas yang terdapat pada labotorium yang kurang memadai seperti kurangnya alat yang digunakan untuk pengamatan seperti loop dan mikroskop. Sehingga menjadi tidak efisien waktu karena praktikan pada saat itu bergantian dalam menggunakan alat pengamatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim, 4(1): 48-52.
Fombong, A. T., Haasi, F., Ndegwa, P. N., and Irungu, L. W. 2012. Life history of Oplostomus haroldi (Coleoptera: Scarabaeidae) under laboratory conditions and a description of its third instar larva. Tropical Insect Science, 1-8
Lowe, T., Garwood, R. J., and Simonsen, T. J. 2017. Metamorphosis Revealed: Time-Lapse Three-Dimensional Imaging Inside A Living Chrysalis. The Royal Society Interface, 10:1-6.
Nelistya, A. 2007. Mengenal Bagian Tubuh Hewan. Jakarta: Pacu Minat Baca Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada
Agroekosistem (Zea Mays L.) Dan Ekosistem Hutan Tanaman Di Kebun Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80-88
Purnomo, H dan Haryadi, N. T. 2007. Entomologi. Yogyakarta: Center for Society Studies.
Ristyanti, R., Saraswati, L. D., and Hestiningsih. 2016. Identifikasi Pupa Jantan dan Pupa Betina dengan Metode Pemisahan Berdasarkan Ukuran Tubuh Pupa Aedes aegypti. Kesehatan Masyarakat, 4(1):184-187
Zhukovskaya, M. and D. Polyanovsky. 2017. Biogenic Amines in Insect Antennae. Frontiers in Systems Neuroscience, 11(45): 1-9.
16 LAMPIRAN
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim, 4(1): 48-52.
29
30
Zhukovskaya, M. and D. Polyanovsky. 2017. Biogenic Amines in Insect Antennae. Frontiers in Systems Neuroscience, 11(45): 1-9.
31
Lowe, T., Garwood, R. J., and Simonsen, T. J. 2017. Metamorphosis Revealed: Time-Lapse Three-Dimensional Imaging Inside A Living Chrysalis. The Royal Society Interface, 10:1-6.
32
Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada Agroekosistem (Zea Mays L.) Dan Ekosistem Hutan Tanaman Di Kebun Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80-88
33
Fombong, A. T., Haasi, F., Ndegwa, P. N., and Irungu, L. W. 2012. Life history of Oplostomus haroldi (Coleoptera: Scarabaeidae) under laboratory
conditions and a description of its third instar larva. Tropical Insect Science, 1-8
35
Ristyanti, R., Saraswati, L. D., and Hestiningsih. 2016. Identifikasi Pupa Jantan dan Pupa Betina dengan Metode Pemisahan Berdasarkan Ukuran Tubuh Pupa Aedes aegypti. Kesehatan Masyarakat, 4(1):184-187
36
Purnomo, H dan Haryadi, N. T. 2007. Entomologi. Yogyakarta: Center for Society Studies.