• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pelatihan FEM Dan Plaxis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pelatihan FEM Dan Plaxis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Modul Pelatihan. Oleh Yusep Muslih Purwana dan Raden Harya Dananjaya

MODUL 1

FINITE ELEMENT MODELLING

1. Sekilas Sejarah Finite Element

a. Th 1906 à diajukan suatu konsep “lattice analogy”, dimana media continuum dibagi menjadi pola teratur dari batang-batang elastis. Konsep ini di pertama kali dipakai dalam analisis struktur di Jerman.

b. Th 1941 à metode elemen hingga pertama kali diajukan oleh Courant dalam kuliah matematika. Pada tahap ini MEH belum diaplikasikan dalam masalah engineering.

c. Th 1953 à para insinyur (terutama industri penerbangan) sudah dapat menemukan persamaan kekakuan matriks dalam bentuk matriks, serta dapat diselesaikan dengan komputer.

d. Th 1960 à istilah Finite Element Method mulai diajukan oleh Clough

e. Th 1963 à semakin diminati karena dianggap sanggup menyelesaikan masalah2 tegangan.

f. Th 1965 à FEM dapat menyelesaikan masalah rambatan panas dan rembesan.

g. Th 1960-1970 à diperkenalkan program-program komputer utuk FEM untuk analisis statik, dinamik, dan perambatan panas: ANSYS, ASKS, NASTRAN.

h. Th 1980 à diperkenalkan software dan hardware untuk grafik sehingga semakin memudahkan interaksi.

2. Langkah-langkah pada FEM

Secara garis besar ada 5 langkah dasar:

a. Discretization: pembagian suatu continuum menjadi sistem yang lebih kecil yang disebut sebagai finite element. Pada sistem ini terdapat nodal

(2)

Modul Pelatihan. Oleh Yusep Muslih Purwana dan Raden Harya Dananjaya

line, yang memisahkan elemen-elemen. Pertemuan antara nodal line

disebut nodal point (Gambar 1.1).

Gambar 1. 1 Contoh pembagian continuum menjadi elemen-elemen

b. Pemilihan fungsi aproximasi: Langkah ini digunakan untuk menentukan displacement setiap element menggunakan polynomial berderajat n. Semakin tinggi n, semakin tinggi ketelitiannya. Displacement suatu node dituliskan sebagai

{u} = [N]{q}

Dimana: [N] adalah matriks fungsi interpolasi, {q}= {u1, u2, …, v1,v2, ..)T

c. Menentukan hubungan Regangan-Perpindahan dan Tegangan-Regangan

d. Penurunan persamaan elemen: Menggunakan metode variational atau

residual (misal metode Galerkin). Persamaan elemen dapat ditulis

sebagai

[k]{q} = {Q}

Dimana [k] adalah matriks properti elemen, dan {Q} vektor gaya node.

e. Assembling properti elemen ke persamaan global x y element node nodal line Struktur pondasi

(3)

Modul Pelatihan. Oleh Yusep Muslih Purwana dan Raden Harya Dananjaya

Persamaan-persamaan elemen pada langkah c dikombinasi sehingga menghasilkan stiffness relation untuk seluruh elemen. Langkah ini dibuat untuk mendapatkan kompatibilitas displacement setiap node. Stiffnes relation ditulis:

[K] {r} = {R}

Dimana [K] adalah global stiffness matriks, {r} adalah global nodal displacement vector, dan {R} adalah global nodal force vector.

f. Menghitung besaran-besaran primer yang tidak diketahui g. Menghitung besaran-besaran sekunder

h. Interpretasi

3. Faktor Penentu Solusi Hasil FEM

a. Fisik: idealisasi model, boundary condition b. Numerik: keakuratan, stabilitas, konsistensi c. Human: formulasi, alternatif, interpretasi d. Computer: input, waktu, software

(4)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana

MODUL 2

MODEL MATERIAL

1. Pendahuluan

Model material adalah sekumpulan persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara tegangan, regangan, (dan waktu). Suatu material harus dimodelkan secara mekanis menggunakan persamaan konstitutif (constitutive law). Penentuan model suatu material dibuat sesuai dengan kondisi material yang ditinjau serta derajat keakuratan yang diinginkan.

2. Prilaku Tegangan-Regangan

Gambar 2.1 memperlihatkan contoh beberapa kurva tegangan-regangan

3. Model Material

Untuk material tanah dan batuan, beberapa model material yang biasa digunakan diantaranya sotropic 1. Elasticity (Hooke’s law), 2. Mohr-Coulomb (MC) à Elastic Plastic, 3. Jointed Rock (JR), 4. Hardening-Soil (HS), 5. Soft-Soil-Creep (SSC), 6. Soft Soil (SS), 7. Cam Clay (Critical State), 8. Modified Cam-Clay (MCC), 9. Nonlinear Elasticity (Hyperbolic), 10. Strain Softening, 11. Slip Surface.

Masing-masing model di atas memiliki parameter tersendiri serta memiliki kelebihan dan kekurangan (Tabel 2.1). Keakuratan pemodelan sehingga mendekati keadaan sesungguhnya sangat tergantung pada:

1. Keahlian memodelkan

2. Pemahaman terhadap model serta keterbatasannya 3. Pemilihan parameter

(5)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana

Tabel 2.1. Contoh beberapa model material tanah

No Model Parameter Kelebihan Kekurangan Keterangan

1 Isotropic Elaticity (linear

elastic) E, ν

Relatif cepat dan sederhana

Kurang akurat Masih cocok untuk material masif dan lapisan bedrock

2 Moh-Coulomb, MC

(elastic-perfectly plastic) E, ν (elastic), φ, c (plastic), dan ψ φ - 30

Perhitungan masih relatif sederhana.

Aproksimasi orde 1 Model paling banyak dikenal 3 Jointed Rock, JR (anistropic elastic-perfectly plastic) E, ν, G, φ, c , ψ Sudah mengakomodai pengaruh anisotropik material

Digunakan untuk simulasi batuan berlapis

4 Hardening-Soil (HS) φ, c , ψ, ν, E50, Eur, Eoed,

p, Ko, Rf, σ, ....

Cocock untuk semua jenis tanah

Belum

memasukkan efek viscous

Model tingkat lanjut untuk simulasi prilaku tanah. Bisa utk soft maupun stiff soil.

5 Soft-Soil-Creep (SSC) φ, c , ψ, κ, λ, µ, ν, M, Ko, Sudah

memasukkan efek viscous dan creep

Over predict Relatif baru dan bagus untuk analisis settlement. Pengembangan dari HS.

6 Soft Soil (SS) à Cam

Clay φ, c , ψ, κ, λ, ν, M, Ko

Tidak cocok untuk analisis penggalian

Dipakai untuk soft soil spt NC Clay, dan gambut.

Modified Cam-Clay

(MCC) ν, κ, λ, M, e

Modifikasi dari Cam Clay. Tidak dianjurkan untuk keperluan praktis

(6)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana

4. Tegangan dan Regangan

Tegangan adalah sebuah tensor yang dapat dinyatakan dalam koodinat Cartesius sebagai: ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = zz y z zx yz yy yx xz xy xx ij σ σ σ σ σ σ σ σ σ σ

Menurut teori deformasi, tensor tegangan bersifat simetris, dimana σxy=σyx,

…,dst, sehingga tegangan dapat ditulis dalam notasi vektor sebagai ] [ } { xx yy zz xy yz zx T σ σ σ σ σ σ σ = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 0 0 0 0 0 0 0 0 1 σ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ 3 2 1 0 0 0 0 0 0 σ σ σ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ σ σ σ 0 0 0 0 0 0

Gambar 2.3. Beberapa contoh kondisi tegangan beserta tensornya

Regangan adalah sebuah tensor yang dapat dinyatakan dalam koordinat Cartesius. Dengan cara yang sama dengan diatas, diperoleh regangan:

⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = zz y z zx yz yy yx xz xy xx ij ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε { } [ xx yy zz xy yz zx] T ε ε ε ε ε ε ε = σ2=σ3

(7)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana

Untuk model elastoplastic, regangan merupakan penjumlahan komponen regangan elatic dan plastic, sehingga:

ε = εe + εp

5. Hubungan Antar Parameter

1. Young Modulus E: σxx = Eεxx

2. Poisson Ratio ν: εyy = εzz = νεxx

3. Shear Modulus: σxy = 2Gεxy = Gγxy

4. Bulk Modulus K: σoct = Kεvol

5. Lame’s Constant λ, µ σxx = λεvol + 2µεxx, σxy = 2µεxy

6. Constrained Modulus M: σxx = Mεxx

Hubungan antar parameter dapat dituliskan:

) 1 ( 2 ν µ + = = E G ) 2 1 )( 1 ( ν ν ν λ − + = E , λ µ ν 3 2 ) 2 1 ( 3 − = + = E K ) 2 1 )( 1 ( ) 1 ( ν ν ν − + − = E M ) 1 )( 2 1 ( ) 1 ( ν ν ν + − − = E Eoed

Hubungan tegangan-regangan dapat dinyatakan dalam berbagai cara, akan tetapi yang paling bagus digunakan adalah:

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − − − − + = ν ν ν ν ν ν ν ν ν ν ν 2 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 ) 2 1 )( 1 ( ] [C E

(8)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana dan ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + + + = G G G G K G K G K C 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 0 0 0 0 3 4 ] [ dan ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − − − = G G G M G M G M G M M G M G M G M M C 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 ] [

Untuk kondisi plane strain, εxx, εxz, εyz adalah 0, sehingga persamaan menjadi:

{σ} = [C]{ε} dengan {σ}T = [σxx σyy σxy] {ε)T = [εxx εyy εxy] dan ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − − = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + − − + = G M G M M E G G K G K G K G K C 2 0 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 1 0 1 ) 2 1 )( 1 ( 2 0 0 0 3 4 3 2 0 3 2 3 4 ] [ ν ν ν ν ν ν ν

Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk invers: {ε} =[D](σ}

(9)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh: Yusep Muslih Purwana Dimana: ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + + + − − − − − − = ν ν ν 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 ] [ v v v v v v E D

6. Plane Strain dan Axisymmetric

Dilihat dari geometri, modeling FEM 2 D menggunakan salah satu dari 2 kondisi berikut yaitu: 1. Plane Strain, dan 2. Axisymmetric. (Gambar 2.4)

- Plane strain digunakan untuk kondisi dimana struktur dianggap memiliki panjang tak hingga tegak lurus potongan melintang. Pada kondisi ini εz =

0, uz = 0. Contoh struktur dengan kondisi ini misalnya pondasi menerus,

embankment, cofferdam, dll.

- Axisymmetric digunaka untuk kondisi dimana struktur berbentuk lingkaran, beban mengitari sumbu lingkaran, dan tegangan dan deformasi identik ke segala arah radial. Koordinat x dianggap sumbu radial, koordinat y diangap garis aksial simetri, dengan sumbu x negative tak bisa digunakan. Contoh struktur dengan kondisi ini adalah pondasi plat lingkaran.

a. Plane Strain b. Axisymmetric

(10)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

MODUL 3

LATIHAN 1

Berikut adalah contoh untuk latihan. Sebuah tanah pasir timbunan memanjang tegak lurus bidang gambar terletak pada permukaan pasir homogen tebal 10 m. Tentukan deformasi, serta tegangan-tegangan yang terjadi pada lapisan tanah!

Gambar 3.1. Timbunan di atas tanah pasir

Langkah langkah:

1. Aktifkan Plaxis Input dengan cara double click icon PLAXIS 2. Craete/Open Project, pilih New project

3. General Setting, tulis sbb:

- Project title: tulis Latihan 1

- Comment: Penyebaran tegangan pada tanah timbunan - General: plane strain, 15 node

- Acceleration: x, y = 0

- Dimensions: Unit: panjang = m, gaya = kN, waktu = hari - Geometri dimensions: Berturut-turut isi 0.0, 22.5, 5.0, -10.0. - Spacing: 1 m, interval: 2 Lapisan pasir γ = 17 kN/m3, γsat = 20 kN/m3 c = 1 KN/m2, φ = 31o, E = 13000 kN/m2 , ν = 0.3, kx = ky = 1 m/hari 10 m Rock layer 5 m 5 m 25 m

(11)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

4. Klik OK

5. Model Geometri: Mulai dari titik (0,5), klik mouse kiri, bawa ke (2.5,5), klik mouse kiri, ...., bawa ke (12.5,0), (22.5,0), (22.5,-10), (0,-10), (0,5) klik mouse kanan. Lalu klik (0,0) dan (12.5,0) à klik kanan, sehingga tergambar dua cluster, yaitu atas dan bawah.

6. Boundary Condition: Klik standard fixities. 7. Material Data Set,

Klik Material sets button, Klik New:

− Pada Material set, tulis Identification: sand, Material Model: Mohr-Coulomb, Material type: drained.

− General properties: γsat = 20 kN/m3, γunsat = 17 kN/m3

− Permeability: kx = ky = 1 m/day

Klik <Next> atau Parameter: masukkan data-data E = 13000 kN/m2, µ = 0.3, c = 1 kN/m2, φ = 31o, ψ = 0.

Klok <Ok>

Lalu material diseret ke cluster atas dan bawah

8. Mesh Generation

Klik Generate Mesh, secara otomatis Plaxis akan me Generate mesh. Sampai disini model finite element sudah sempurna. Langkah selanjutnya adalah Klik <Update>. Update dilakukan untuk kembali ke menu input.

9. Initial Condition

− Initial condition berisi: kondisi air tanah awal, geometri awal, dan kondisi tegangan efektif awal. Pada kasus ini pasir dianggap kering, sehingga kondisi air tanah diabaikan dan pastikan cluster atas dalam kondisi tidak aktif. Kemudian tegangan efektif harus “digenerate” dengan cara klik Initial

Condition. Akan muncul default angka γw = 10 kN/m3. Klok <Ok>

− Klik initial stress and Geometri configuration. Klik Generate Initial Stress. Akan muncul output berupa initial stress. Klik <Ok>

(12)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

− Untuk kembali ke menu input klik <Update> 10. Calculation

− Klik “Calculate”, dan “save” pada tempat yang diinginkan (dalam hal ini namai Latihan 1). Input program akan tertutup, beralih ke Calculation program. Pada General tabs, pilih plastic.

− Klik <Parameters>, dari Loading input box, klik “staged construction”. − Klik <define>, akan muncul konfigurasi yang aktif. Double klik pada cluster

atas.

− Klik <update>. Langkah ini menunjukkan Calculation Definition telah selesai (tapi belum dihitung).

− Tentukan salah satu node (dalam hal ini node paling kiri atas), klik <update>.

− Klik <calculate> à proses kalkulasi akan terlihat. 11. Output

Output dapat dilihat dengan cara klik <output>. Hasil yang dapat dilihat berupa: tegangan dan deformasi pada hampir setiap titik untuk berbagai kondisi (silakan dicoba satu persatu).

(13)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh Yusep Muslih Purwana

MODUL 4

LATIHAN 2

Pondasi plat setempat seperti pada LATIHAN 1 akan tetapi pondasi dimodifikasi sehingga berprilaku fleksibel.

Gambar 4.1. Pondasi fleksibel lingkaran di atas tanah pasir

Langkah langkah:

1. Aktifkan Plaxis Input dengan cara double click icon PLAXIS

2. Craete/Open Project, pilih Existing project, pilih Latihan 1, klik <Ok> 3. Pilih save as pada menu File, beri nama Latihan 2, klik <save>

4. Pilih geometri line dimana prescribe displacement terjadi pada Latihan 1. Tekan <Del>. Pilih prescribe displacement dari Select item to delete, tekan <Delete>

5. Untuk membuat plat pondasi, pilih button Plate pada toolbar. Klik posisi (0.0; 4.0), pindah ke posisi (1.0;4.0), klik mouse. Akhiri dengan klik mouse kanan. Terbentuk titik 3 dan 4 yang mensimulasikan flexible footing.

6. Modifikasi boundary condition

Lapisan pasir γ = 17 kN/m3, γsat = 20 kN/m3 c = 1 KN/m2, φ = 31o, E = 13000 kN/m2 , ν = 0.3, kx = ky = 1 m/hari 4 m Rock layer Plat feksibel EA = 5.106 kN/m, EI = 8500 kNm2/m

(14)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh Yusep Muslih Purwana

Klik distribution load system A, klik point 3 dan point 4, diikuti klik mouse kanan.

7. Material properties

Klik Material sets, pilih Plate, klik <New>, tulis “Footing” pada Identification

box, dan pilih tipe material Elastic. Masukkan property seperti pada soal. Klik

<Ok>. Drag “Footing” ke area dimana terletak pondasi. Klik <Ok>. 8. Mesh Generation

Klik Generate Mesh, secara otomatis Plaxis akan me Generate mesh. Sampai disini model finite element sudah sempurna. Langkah selanjutnya adalah Klik <Ok> dan <Update>.

8. Initial Condition: Lakukan seperti pada Latihan 1. 10. Calculation

− Klik “Calculate”, dan “save” pada tempat yang diinginkan (dalam hal ini namai Latihan 1). Input program akan tertutup, beralih ke Calculation program. Pada General tabs, pilih plastic.

− Klik <Parameters>, dari Loading input box, klik “staged construction”. − Klik <define>, akan muncul konfigurasi yang aktif. Klik Load, akan muncul

Select items. Selanjutnya aktifkan plate dan load.

− Ketika memeilih load, klik <change>. Masukkan Y-value 350 kN/m2. Angka ini menghasilkan gaya hampir sama dengan Latihan 1, yaitu: 350 kN/m2 x π x (1.0 m)2 = 1100 kN.

− Klik <Update>

− Check stress point, tentukan (klik) satu titik di kiri atas (tengah-tengah pondasi)

− Klik <calculate> à proses kalkulasi akan terlihat. 11. Output

− Output dapat dilihat dengan cara klik <output>. Hasil yang dapat dilihat berupa: tegangan dan deformasi pada hampir setiap titik untuk berbagai kondisi (silakan dicoba satu persatu).

(15)

Modul Pelatihan Edisi 2008. Oleh Yusep Muslih Purwana

− Double klik Footing, dari sini dapat dilihat besarnya perpindahan dan tegangan pada pondasi.

12. Kurva Beban-Perpindahan

− Kurva beban-perpindahan dapat dilihat dengan cara mengaktifkan “Go to

Curve program”.

− Pilih new chart pada Create/open project. Tentukan file yang akan dipilih (Latihan 2), tekan <open>.

− Untuk kasus ini pilih x-axis nya berupa displacement, dan y-axisnya berupa multiplier yang terjadi pada titik A.

− Klik <Ok>

− Terlihat dari (kurva maupun deformed mesh) bahwa untuk beban sebesar 350 kN/m2, atau setara dengan 1100 kN displacement yang terjadi adalah 129.15 x 10-3 m, atau kira-kira sama dengan kasus pada Latihan 1.

(16)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

MODUL 5

LATIHAN 3

Berikut adalah contoh untuk latihan sebagai lanjutan latihan 1. Sebuah tanah pasir timbunan memanjang tegak lurus bidang terletak pada permukaan pasir homogen tebal 10 m. Tentukan angka aman timbunan tersebut!

Gambar 5.1. Timbunan di atas tanah pasir

Langkah langkah:

1. Aktifkan Plaxis Input dengan cara double click icon PLAXIS 2. Craete/Open Project, pilih New project

3. General Setting, tulis sbb:

- Project title: tulis Latihan 3

- Comment: Penyebaran tegangan pada tanah timbunan - General: plane strain, 15 node

- Acceleration: x, y = 0

- Dimensions: Unit: panjang = m, gaya = kN, waktu = hari - Geometri dimensions: Berturut-turut isi 0.0, 22.5, 5.0, -10.0. - Spacing: 1 m, interval: 2 Lapisan pasir γ = 17 kN/m3, γsat = 20 kN/m3 c = 1 KN/m2, φ = 31o, E = 13000 kN/m2 , ν = 0.3, kx = ky = 1 m/hari 10 m Rock layer 5 m 5 m 25 m

(17)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

4. Klik OK

5. Model Geometri: Mulai dari titik (0,5), klik mouse kiri, bawa ke (2.5,5), klik mouse kiri, ...., bawa ke (12.5,0), (22.5,0), (22.5,-10), (0,-10), (0,5) klik mouse kanan. Lalu klik (0,0) dan (12.5,0) à klik kanan, sehingga tergambar dua cluster, yaitu atas dan bawah.

6. Boundary Condition: Klik standard fixities. 7. Material Data Set,

Klik Material sets button, Klik New:

− Pada Material set, tulis Identification: sand, Material Model: Mohr-Coulomb, Material type: drained.

− General properties: γsat = 20 kN/m3, γunsat = 17 kN/m3

− Permeability: kx = ky = 1 m/day

Klik <Next> atau Parameter: masukkan data-data E = 13000 kN/m2, µ = 0.3, c = 1 kN/m2, φ = 31o, ψ = 0.

Klok <Ok>

Lalu material diseret ke cluster atas dan bawah

8. Mesh Generation

Klik Generate Mesh, secara otomatis Plaxis akan me Generate mesh. Sampai disini model finite element sudah sempurna. Langkah selanjutnya adalah Klik <Update>. Update dilakukan untuk kembali ke menu input.

9. Initial Condition

− Initial condition berisi: kondisi air tanah awal, geometri awal, dan kondisi tegangan efektif awal. Pada kasus ini pasir dianggap kering, sehingga kondisi air tanah diabaikan dan pastikan cluster atas dalam kondisi tidak aktif. Kemudian tegangan efektif harus “digenerate” dengan cara klik Initial

Condition. Akan muncul default angka γw = 10 kN/m3. Klok <Ok>

− Klik initial stress and Geometri configuration. Klik Generate Initial Stress. Akan muncul output berupa initial stress. Klik <Ok>

(18)

Modul Pelatihan . Oleh Raden Harya Dananjaya dan Yusep Muslih Purwana

− Untuk kembali ke menu input klik <Update> 10. Calculation

− Klik “Calculate”, dan “save” pada tempat yang diinginkan (dalam hal ini namai Latihan 3). Input program akan tertutup, beralih ke Calculation program. Pada General tabs, pilih plastic.

− Klik <Parameters>, dari Loading input box, klik “staged construction”. − Klik <define>, akan muncul konfigurasi yang aktif. Double klik pada cluster

atas.

− Klik <update>. Langkah ini menunjukkan Calculation Definition telah selesai (tapi belum dihitung).

− Buat lagi langkah baru, pilih Phase 1 pada “start from phase” − Pada general tab, pilih “phi-c reduction”

− Pada parameter tab, centang “reset displacement to zero”. Pada loading input box, “incremental multiplierr” sudah tercentangà<Define> à Msf diisi 0.1.

− Tentukan salah satu node (dalam hal ini node paling kiri atas), klik <update>.

− Klik <calculate> à proses kalkulasi akan terlihat. 11. Output

Output dapat dilihat dengan cara klik <output>. Hasil yang dapat dilihat berupa: tegangan dan deformasi pada hampir setiap titik untuk berbagai kondisi (silakan dicoba satu persatu).

Gambar

Gambar 1. 1  Contoh pembagian continuum menjadi elemen-elemen
Tabel 2.1.  Contoh beberapa model material tanah
Gambar 2.3. Beberapa contoh kondisi tegangan beserta tensornya
Gambar 2.4  Kondisi plane strain dan axisymmetrik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian fraksi air ekstrak etanol kulit buah salak secara oral pada dosis 100, 150 dan 200 mg/kgBB mempunyai efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih

Auditee merupakan industri yang menghasilkan barang jadi berupa meubel kayu dari proses produksi barang setengah jadi yang diperoleh dari suplaier di Jepara dan tidak

Penerimaan yang diperoleh petani ubi kayu lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, berarti pengelolaan agribisnis ubi kayu di DAS Bengawan Solo Kabupaten

Jenis TE-70 kecepatan gelombang P dan gelombang S lebih kecil atau lebih lambat dari pada batubara jenis ANS, yang berarti bahwa batubara berjenis ini kurang padat atau sedikit

Agrobacterium-perantara transformasi genetika merupakan teknologi yang paling banyak digunakan untuk mengekspresikan protein rekombinan (yang dikode dari DNA hasil rekayasa

Artikel ini menganalisis perubahan sikap dan identitas budaya Masyarakat Samin di Desa Margomulyo. Hasil penelitian bahwa masyarakat Samin Desa Margomulyo yang

Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses

Nilai pH yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih termasuk dalam batas normal, nilai pH yang tertinggi terdapat pada kelompok P2 (domba yang diberi konsumsi silase