• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN SRI EDI SWASONO TENTANG KONSEP DEMOKRASI EKONOMI DAN RESTRUKTURISASI EKONOMI DARI HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA PEMIKIRAN SRI EDI SWASONO TENTANG KONSEP DEMOKRASI EKONOMI DAN RESTRUKTURISASI EKONOMI DARI HUKUM ISLAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Analisa Terhadap Pemikiran Sri Edi Swasono Tentang Konsep Demokrasi Ekonomi Dari Hukum Islam

Permasalahan demokrasi sering dibicarakan serta dibahas pada negara yang menghidupkan asas demokrasi, karena masyarakat bernegara tidak akan lepas dari konsep dan sistem demokrasi, sebab negara tanpa didasari rasa demokrasi maka sistem pemerintahannya akan hancur demikian juga sebaliknya, demokrasi tanpa ada negara tidak akan dapat berjalan dengan maksimal.

Demokrasi ekonomi tidak bisa lepas pembahasannya dengan demokrasi politik, karena demokrasi politik akan terwujud bilamana sebuah negara mempunyai tatanan demokrasi yang mapan.

Hal itu berarti bahwa pemerintah atau unsur-unsur lain dalam sistem politik merupakan agen-agen dalam melaksanakan demokrasi secara praktis. Supaya dapat menata usaha-usaha yang berbobot demokratis, tentu agen itu harus dapat dikontrol atau diawasi secara terus menerus oleh rakyat sebagai pihak yang memberikan kepercayaan. Unsur-unsur sistem politik, dengan

(2)

demikian, selalu terjaga untuk menjalankan aneka usaha yang membawa amanat rakyat.1

Implementasi Demokrasi Ekonomi ini meliputi berbagai bidang yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk menjamin kesejahteraan masyarakat, antara lain misalnya dalam bidang koperasi, Usaha Kecil Menengah (UKM) Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK).

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa Sri Edi Swasono merupakan seorang ekonom yang sangat intens terhadap perkembangan ekonomi melalui konsep Demokrasi Ekonomi.

Dengan konsep ini diharapkan bahwa perekonomian Indonesia dapat stabil, sehingga masyarakat luas khususnya rakyat kecil (wong cilik) mempunyai tempat yang layak untuk kemakmuran hidupnya.

Konsep Demokrasi Ekonomi tersebut kemudian diwujudkan melalui lembaga koperasi yang telah didirikan oleh mertua beliau yaitu Bung Hatta. Menurut Sri Edi Swasono hanya sistem ekonomi koperasilah yang sesuai dengan konsep demokrasi ekonomi. Karena koperasi mempunyai beberapa asas yang menunjang oprasionalnya, asas-asas tersebut antara lain: asas kebersamaan, kekeluargaan, gotong royang, dan mempunyai kepekaan sosial yang tinggi.2

1 Thoby Mutis, Cakrawala Demokrasi Ekonomi, Yogyakarta : Kreasi Wacana bekerjasama

dengan LP KUKMUS-USAKTI, 2002, cet ke-1, hlm 4

2 Sri Edi Swasono, Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, Jakarta : UI Press, 1987,

(3)

Karena demokrasi ekonomi mempunyai andil dalam mensejahterakan ekonomi rakyat maka dengan tegas Sagimun. MD, menyerukan bahwa:

“Rakyat Indonesia sudah bertekad bulat untuk mewujudkan Demokrasi Ekonomi. Kita harus menjadikan koperasi gerakan rakyat Indonesia yang dijiwai oleh demokrasi ekonomi untuk membawa kemakmuran serta kemajuan bersama. Kita harus jadikan koperasi Indonesia sokoguru ekonomi nasional Indonesia yang akan membawa hari esok yang bahagia dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.”3

Menurut Sri Edi Swasono Demokrasi Ekonomi Indonesia, sebenarnya adalah cita-cita perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia. Cita-cita bangsa itulah yang menghidupi dan memberi makna bagi kurun waktu yang berjalan. Sejarah bertitik tolak dan bermuara pada cita-cita bangsa itu, cita-cita itu adalah suatu perjuangan.4

Dalam perekonomian tetap berlaku dasar tidak sama, malahan dengan berkobarnya semangat individualisme (yang dihidupkan oleh revolusi Perancis misalnya), kapitalisme subur tumbuhnya. Pertentangan kelas bertambah hebat, sehingga Trilogi kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan yang menjadi semboyannya tidak terlaksana dalam praktek, hanya menjadi retorika dan slogan-slogan.5

Dari beberapa hal yang dikemukakan oleh Sri Edi Swasono nampak akan adanya sikap yang apriori, sehingga dalam sebuah kesempatan ada seorang

3 Sagimun M.D, Koperasi Sokoguru Ekonomi Nasional Indonesia, Jakarta : CV. Haji Mas

Agung, 1989, cet ke-3, hlm 107

4 Sri Edi Swasono, Pembangunan Berwawasan Sejarah : Kedaulatan Rakyat, Demokrasi

Ekonomi dan Demokrasi Politik, Jakarta : UI-Press, 1990, hlm 2

(4)

mahasiswanya yang menanyakan tentang kasus korupsi diwilayah KUD maka dengan berang dia membandingkan dengan instansi yang lain tanpa ada evaluasi dan tindakan tegas untuk menata koperasi agar lebih baik.6

Tindakan diatas merupakan indikasi jelas bahwa Sri Edi Swasono yang dikenal dengan pakar demokrasi ekonomi belum bisa mengaplikasikan ide tersebut dalam lingkup pribadinya, namun demikian pemikiran dan kiprahnya dalam mewujudkan demokrasi ekonomi beliau wujudkan dengan masuknya dia dalam DEKOPIN.

Peran koperasi dan UKM sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Dari konsep inilah kemudian Badan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai andil dalam perjalanan ekonomi bangsa Indonesia.7

Menurut Sri Edi Swasono Koperasi merupakan sokoguru perekonomian nasional karena koperasi memiliki lima wahana pokok sebagai berikut: pertama, koperasi sebagai wahana ekonomi dan menjadi alat memenuhi kepentingan kelompok masyarakat yang menjadi anggotanya; kedua, koperasi sebagai wahana mengembangkan anggota ke arah tujuan “Manusia Indonesia

6 Ohiao Halawa, Sepuluh Tokoh Koperasi Indonesia, Jilid I, Jakarta : PT Nias, 1992, hlm

143

7 Soeharto Prawirokusumo, M.Sc., Ekonomi Rakyat : Konsep, kebijakan dan strategi,

(5)

seutuhnya”; ketiga, koperasi sebagai wahana pendemokrasian masyarakat;

keempat, koperasi sebagai wahana pengimbang antara badan usaha milik negara

dan badan usaha milik swasta; dan kelima, koperasi sebagai wahana penghayatan ideologi Pancasila.

Nampaknya konsep yang ditawarkan oleh Koperasi merupakan konsep yang tepat untuk pengembangan sistem demokrasi ekonomi, karena dalam demokrasi ekonomi harus dihindarkan ciri-ciri negatif, yakni:8

1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia. 2. Sistem etatisme dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar Sektor Negara.

3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Ketiga ciri negatif diatas tentu difahami betul oleh Sri Edi Swasono karena merupakan penghambat laju perkembangan demokrasi ekonomi yang kini sedang diperjuangkan.

(6)

Koperasi yang merupakan tulang punggung dari demokrasi ekonomi bangsa Indonesia mempunyai tantangan yang besar dalam menghadapi pasar bebas, BUMN dan badan usaha milik swasta.

Dari beberapa gagasan Sri Edi Swasono tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa; 1) Sistem demokrasi ekonomi identik dengan sistem ekonomi pancasila yang mengacu pada kata yang disebut dalam Penjelasan pasal 33 UUD 1945.9 2) Koperasi mempunyai beberapa asas yang menunjang oprasionalnya antara lain: asas kebersamaan, kekeluargaan, gotong royang, dan mempunyai kepekaan sosial yang tinggi. 3) Koperasi merupakan sarana untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama yang menganut sistem demokrasi ekonomi, karena koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia.

Dalam memberikan makna dan penjabaran terhadap pasal 33 UUD 1945 atau Demokrasi ekonomi dari para tokoh ekonomi sangat beragam, menurut Dawam Raharjo, “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran perorangan. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi.”

9 Dawam Raharjo dan Kumala Hadi, Agenda Aksi Liberalisasi Ekonomi dan Politik di

(7)

Dawam Raharjo mengangggap bahwa rumusan di atas menggambarkan visi tentang sistem ekonomi Indonesia yang dicita-citakan. Ia merupakan gambaran ideal dari suatu sistem alternatif terhadap kapitalisme maupun komunisme.

Ini sangat berbeda dengan Mubyarto, dia berpandangan bahwa beberapa pandangan diatas merupakan rumusan global sehingga perlu kajian yang sangat mendasar, sehingga pandangan Sri Edi Swasono dengan Mubyarto juga masih belum jelas, dan inilah yang menjadi penyebab banyak perbedaan pandangan mengenai konsep ekonomi kerakyatan.

Menurutnya salah satu masalah fundamental yang terus menerus terjadi dalam perdebatan tentang koperasi adalah tidak dibedakannya pengertian koperasi sebagai perkumpulan orang dan koperasi sebagai perusahaan dan

badan usaha.

Meskipun ada beberapa orang yang sudah memahami perbedaan pengertian ini, namun sedikit orang yang dapat mengaplikasikan dalam realita kehidupan. Bahkan ada kecenderungan yang kuat bahwa koperasi lebih dipandang sebagai badan usaha saja yaitu badan usaha yang pasti hanya mengejar laba saja seperti badan usaha lain.

Bahkan perdebatan lain para Ekonom adalah pernyataan “Koperasi

sebagai Soko Guru Perekonomian Nasional”. Mungkin kata ini sebagai

penyemangat para pelaku koperasi, karena kesokoguruan koperasi pada saat ini sangat dipertanyakan.

(8)

Pemikiran Sri Edi Swasono sendiri sebenarnya lebih banyak di asosiasikan oleh demokrasi ekonomi yang berpangkal pada sistem ekonomi kerakyatan atau ekonomi koperasi, sehingga dia menganggap bahwa koperasi merupakan soko guru dari perekonomian nasional.

Sri Edi Swasono masih tetap konsisten dengan pendapatnya bahwa koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional, menurut dia suatu bangunan ekonomi dibangun mulai dari koperasi yang dibangun oleh rakyat, karena dari rakyatlah ekonomi akan berkembang dengan baik, bila demikian maka laju perekonomian akan lebih maju.

Pernyataan ini juga diikuti oleh Dawam Raharjo, dia berpendapat bahwa pernyataan “Koperasi sebagai Soko Guru Perekonomian Nasional” merupakan cita-cita bangsa Indonesia untuk membangun ekonomi berbasis kerakyatan, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat

Berbeda dengan Mubyarto, dia tidak sepakat dengan kedua pendapat diatas, karena dia melihat kenyataan yang ada dimana kondisi ekonomi nasional sampai sekarang khususnya dalam kaitan proses konglomerasi, “kesoko guruan koperasi” mulai dipertanyakan. Nampaknya justru usaha-usaha swastalah yang mendominasi perekonomian nasional.

Dia tidak ingin memberikan makna “koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional” sebagai makna yang sempit, namun harus difahami secara luas. Mubyarto berpendapat bahwa ekonomi koperasi yang dimaksud oleh

(9)

Bung Hatta adalah ekonomi rakyat, maksudnya bahwa ekonomi yang dibangun oleh rakyat banyak akan selalu menjadi soko guru ekonomi nasional.

Banyak pakar berpendapat bahwa konsep ekonomi koperasi ini merupakan penjabaran dari konsep demokrasi ekonomi pancasila, baik Mubyarto maupun Sri Edi Swasono memberikan makna yang sama dalam menggunakan istilah demokrasi Pancasila sebagai pokok dari kemajuan ekonomi Indonesia.

Demokrasi ekonomi sebagaimana dijelaskan merupakan sistem ekonomi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan dan untuk kemaslahatan umat. Inilah sebenarnya yang tercermin dalam konsep hukum Islam.

a. Gotong royong dan saling menolong

Gotong royong dan saling menolong merupakan suatu hal yang layak dilaksanakan oleh umat manusia, terlebih lagi dalam hal perekonomian, dalam sebuah ekonomi, sistem ini akan banyak membantu para pelaku ekonomi lemah. Para pemilik modal atau perusahaan yang mempunyai modal besar dapat memberikan suntikan dana untuk pengembangan usaha kecil. Firman Allah :

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.

(10)

Di dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad dari Anas bin Malik RA berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda:

! "# $

% $&'

(' ) ( *+,

-( ./-0 $

1

#2 34 "

5

367

8 9-0 46:

$

9-0

0 ;

!

<$

Artinya : “Tolonglah saudaramu yang menganiaya dan yang dianiaya, sahabat bertanya: Ya Rasulullah aku dapat menolong orang yang dianiaya, tapi bagaimana menolong yang menganiaya ? Rasul menjawab: Kamu tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti menolong daripadanya”.

b. Kebersamaan

Dalam menjalankan perekonomian kebersamaan antar pelaku ekonomi sangat diperlukan, kebersamaan akan membawa perusahaan menjadi maju. Dengan kebersamaan suatu masalah perusahaan akan lebih mudah dipecahkan, yakni dengan jalan musyawarah, firman Allah :

=>?

A

+$B

$-

@(

:

Artinya : “dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam masalah itu”. (QS.

Ali Imron : 159)

Ayat diatas dipertegas juga dalam firman Allah yang lain :

(11)

Artinya : “sedang urusan mereka (diputuskan ) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepadanya”. (QS.Asy-Syuura : 38)

c. Kekeluargaan

Sistem kekeluargaan dalam menjalankan roda perekonomian akan memberikan dampak yang positif demi kemajuan sebuah perusahaan. Dengan semangat kekeluargaan dan kebersamaan serta persaudaraan maka para pelaku usaha tidak akan bercerai berai. Firman Allah:

=E

$ 1

$

! 39 < ;

'

: ! '

G$

*162 <$:

1

./-F

Artinya : “sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS.Al-Hujurat : 10)

Dari beberapa pendapat dan ayat di atas nampak sekali bahwa sistem demokrasi ekonomi sangat sesuai dengan konsep hukum Islam, yang mengedepankan ekonomi kerakyatan, yakni ekonomi yang dibangun atas dasar asas kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong, karena ekonomi koperasi merupakan bangunan ekonomi yang dibangun dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

B. Analisa Terhadap Pemikiran Sri Edi Swasono Tentang Restrukturisasi Ekonomi Dari Hukum Islam

Demokrasi ekonomi yang ditawarkan Sri Edi Swasono berkaitan dengan konsep yang bersifat protective measures (langkah perlindungan) dari teori

(12)

industri barat (kapitalis). Taqyuddin An-Nabhani berpandangan, bahwa pertumbuhan ekonomi ummat harus diarahkan kepada kontribusi ummat dalam memberikan kekuatan politik, disamping kekuatan ekonomi.10

Taqyuddin berpendapat bahwa perkembangan negara manapun akan melewati tiga fase : nasionalisme-pertanian, industrialisasi, pertanian-industrialisasi perdagangan. Dimana suatu negara tidak akan mempunyai kekuasaan yang hakiki, kecuali pada saat memiliki armada, koloni-koloni, penduduk yang mempunyai kontribusi yang berbeda-beda. Dimana kekuatan produksi dengan perkembangan ekonomi harus menyatu, sebagai syarat utama adanya kekuatan politik.

Kekuatan atas dasar persatuan itulah yang oleh Sri Edi Swasono merupakan kekuatan dari kelompok usaha kecil (koperasi) untuk menguatkan perekonomian sebuah negara.

Meskipun hubungan-hubungan perekonomian secara nasional maupun internasional muncul dari persaingan bebas, akan tetapi dalam hal ini masing-masing pengusaha harus berlomba hingga sempurna dalam mengembangkan kekuatannya. Dan untuk mengaktifkan perkembangan tadi, harus ada proteksi industri.

10 Taqyuddin An-Nabhani, An-Nidham Al-Iqtishadi Fil Islam (Membangun Sistem

(13)

Misalnya dalam masalah pertanian tidak ada proteksi sama sekali, dimana impor hasil pertanian diperbolehkan tanpa syarat apapun, begitu pula harganya diserahkan secara bebas mengikuti persyaratan pasar bebas.11

Teori inilah yang ditentang oleh Sri Edi Swasono, bahwa masyarakat yang tinggi (taraf hidupnya) harus kuat. Dan akan menjadikannya eksis, maka setiap individu yang bersangkutan harus melewati fase pertanian menjadi industri, dimana negara agraris tetap merupakan bagian penting dari kekuatan produksi. Sebab negara tersebut ibarat tangan yang terampil, serta bagian penting dari bahan-bahan alam sebagai bahan-bahan pokok, maka bagian tersebut tetap terabaikan dan tidak terdayagunakan.

Karenanya, untuk memproduktifkannya kekuatan serta bahan-bahan alam tersebut, yaitu adanya tangan yang terampil dengan bahan-bahan pertama tersebut, maka harus masuk dalam arena industrialisasi, disamping pertanian. Dimana negara yang hanya mengandalkan dirinya untuk bertani saja, pasti tidak akan memiliki kekuatan ekonomi, serta taraf hidup yang dimiliki oleh negara agraris-industri yang menggabungkan antara pertanian dan industri sekaligus dalam satu negara.12

Dengan demikian, demokrasi ekonomi tersebut menganjurkan pentingnya industri dengan pertanian sekaligus, sehingga secara ekonomi negara tersebut bisa menjejakkan kedua kakinya. Dengan demikian, ekonomi tersebut akan

11 Ibid.

(14)

mengambil proteksi (perlindungan) perdagangan untuk melindungi industri, disamping mengharuskan adanya pengendalian yang tetap terhadap barang-barang ekspor dan impor hasil industri. Sementara untuk pertanian ia menerapkan kebebasan pertukaran, dan menjadikan pertukaran tersebut berjalan bebas, tanpa syarat apapun.

Demokrasi ekonomi ini berbeda dengan konsep ekonomi Islam karena dalam konsep Islam terdapat syari’ah yang menganjurkan tentang kewajiban moral bagi setiap warga muslim untuk berusaha semaksimal mungkin mengembangkan persaudaraan dan keadilan sosio ekonomi sedemikian rupa sehingga realisasinya menjadi karakteristik yang menonjol pada masyarakat itu.

Dalam lapangan ekonomi, hal ini merupakan pembangunan yang berkeadilan dan mewujudkan stabilitas untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh, dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata tanpa harus mengalami ketidak seimbangan yang berkepanjangan.13

Sistem kerjasama dalam bidang ekonomi sebagaimana yang diajarkan Islam, seperti; Perseroan atau perkongsian atau kerjasama (syirkah), sewa-menyewa tanah (mukhabarah), perseroan harta dan tenaga (mudharabah), dan

musaqah. Prinsip utama dari sistem-sistem tersebut adalah kerjasama antara

pemilik modal dan pengelola dengan pembagian keuntungan dan penerimaan resiko kerugian yang ditanggung bersama.

13 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Terj. Ikhwan Abidin, Jakarta :

(15)

Demokrasi ekonomi (koperasi) merupakan wujud dari Syirkah Ta’awuniyah yakni suatu persekutuan dalam bidang ekonomi. Syirkah Ta’awuniyah (perseroan tolong menolong) biasa disebut dengan koperasi karena dalam konsep serta sistemnya sama dengan sistem ekonomi koperasi, kalau boleh dibilang bahwa Syirkah Ta’awuniyah adalah sistem koperasi Islam.

Karena adanya Syirkah Ta’awuniyah maka bentuk dan macam syirkah bertambah satu, sehingga macam-macam syirkah menjadi lima, yakni; Syirkah

Abdan, Syirkah Mufawadhah, Syirkah Wujuh, Syirkah ‘Inan dan Syirkah Ta’awuniyah.

Berdasarkan macam-macam syirkah diatas, menurut Mahmud Syaltut sebagaimana bukunya Hendi Suhendi kiranya dapat dipahami bahwa Syirkah

Ta’awuniyah (koperasi) adalah suatu syirkah (kerja sama) baru yang ditemukan

para ulama yang besar manfaatnya, yaitu memberi keuntungan kepada para anggota pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi calon karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usahanya untuk mendirikan tempat (sarana) ibadah, sekolah dan sebagainya.14

Suatu perjanjian perseroan koperasi yang dibentuk atas dasar kerelaan adalah sah, mendirikan koperasi dibolehkan menurut agama Islam tanpa ada keragu-raguan apa pun mengenai halnya, selama koperasi tidak melakukan riba atau penghasilan haram.

14 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet ke-1, hlm

(16)

Begitu juga dengan adanya tolong-menolong merupakan perbuatan yang terpuji menurut agama Islam, salah satu bentuk tolong-menolong adalah mendirikan koperasi, maka mendirikan dan menjadi anggota koperasi adalah merupakan salah satu perbuatan terpuji menurut agama Islam.15

Dari keterangan diatas jelas bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan, pengelolaannya demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada anggota sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

Beberapa sistem ekonomi Islam yang telah dijelaskan diatas merupakan sistem ekonomi yang dikembangkan dalam konsep ekonomi Islam. Sebab itulah dapat disimpulkan bahwa :

a. Sistem Perekonomian konvensional akan menjadi baik bila menggunakan kerangka kerja atau acuan norma Islami mengapa demikian? Karena sistem ekonomi Islam jauh dari perbuatan yang tidak terpuji atau memakan barang orang lain dengan cara yang tidak halal. Firman Allah:

HE

G

A

:-DL *

3

I 3JK'

:

-Artinya : “Makan dan minumlah dari rizki yang di berikan Allah dan janganlah berkeliaran di muka bumi ini dengan berbuat kerusakan”. ( QS.

Al-Baqarah : 60 ) 16

b. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh

15 Fuad Mohd Fachruddin, Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi, Bandung :

PT. Al-Ma’arif, 1993, cet ke-4, hlm 171

16 16 Departemen Agama Republik Indonesia, Depag Republik Indonesia, Al-Qur’an dan

(17)

Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid. Dalam tatanan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan kasih sayang bagai satu keluarga. Firman Allah:

'

M

'

C 1N

!&6$$:,G

/ 6 A ; ;

M( M 3

I

=O .P F

Artinya : “Hai Manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal”. ( QS. Al-Hujurat : 13) 17

Realokasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk pembangunan yang merata tidak akan berjalan, seperti telah dikemukakan diatas, tanpa adanya suatu penataan kembali perekonomian yang meliputi semua aspek ekonomi, termasuk konsumsi swasta, keuangan pemerintah, formasi kapital dan produksi.18

Penjelasan diatas memberikan inspirasi kepada penulis untuk memberikan argumentasi bahwa sistem Demokrasi Ekonomi yang di kemukakan oleh Sri Edi Swasono sesuai dengan sistem demokrasi Islam, dimana sistem demokrasi ini semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat.

17 Departemen Agama Republik Indonesia, Ibid., hlm 847 18 M. Umer Chapra, op. cit., hlm 110

Referensi

Dokumen terkait

Pola-pola ruang komunal yang berhasil dibangun merupakan pola-pola dengan intensitas tinggi yang dipengaruhi oleh parameter kegiatan yang tidak formal dengan

Guru meminta Siswa melakukan diskusi dan meresume video yang ditonton dalam kelompok masing- masing dengan Chat Room melalui zoom meeting Buka link materi.2. Keterkaitan

diperlukannya pencatatan keuangan rumah tangga baik pemasukan ataupun pengeluaran (cash flow ). Faktor pendidikan, dari penjelasan diatas semakin tinggi pendidikan dari

The result of data analysis shows that: (1) TGT technique is more effective than STAD technique to teach speaking at the first semester Intensive Course

keterangan sakit dari dokter / surat izin sebelumnya..  Terbukti mencontek / “joki” saat

Kecerdasan didapatkan dari ketekunan. Santri yang senantiasa rajin melalar hafalan, maka tidak akan merasa terbebani dengan hafalan, bahkan merasakan kenikmatan

Melalui penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa indikasi-indikasi rendahnya kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB) tersebut adalah sebagai

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika baik pada siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi maupun kecerdasan logis matematis