• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul “Product Design and Development”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu:

• Fase 0 (Perencanaan)

Kegiatan ini disebut sebagai ‘zero phase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. • Fase 1 (Pengembangan Konsep)

Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.

• Fase 2 (Perancangan Tingkatan Sistem)

Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.

(2)

Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

• Fase 3 (Perancangan Detail)

Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

• Fase 4 (Pengujian dan Perbaikan)

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa yang direncanakan dan apakah produk

(3)

memuaskan kebutuhan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir.

• Fase 5 (Produksi awal)

Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

(4)
(5)

2.2 Perencanaan Produk

Rencana produk mengidentifikasikan portfolio produk-produk yang dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk. Peluang-peluang itu diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk, dan analisis keunggulan para pesaing.

Rencana produk secara teratur diperbarui agar mencerminkan adanya perubahan dalam lingkungan persaingan, teknologi, dan informasi keberhasilan produk yang sudah ada. Rencana produk dikembangkan dengan memprediksi sasaran perusahaan, kemampuan, batasan dan lingkungan persaingan.

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek maka ada lima tahapan proses, yaitu:

1. Mengidentifikasi peluang

Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan.

2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek

Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, alur teknologi, perencanaan platform produk.

(6)

3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu

Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: penentuan waktu pengenalan produk, kesiapan teknologi, kesiapan pasar, persaingan.

4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek.

Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pernyataan misi (mission statement) yang mencakup:

• Uraian produk: uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan, namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik.

• Sasaran utama bisnis: sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini mencakup waktu, biaya, dan kualitas. • Pasar target untuk produk: mengindentifikasi pasar utama dan pasar

kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

• Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan: digunakan untuk membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk dan membantu menjaga lingkup proyek yang terkelola.

(7)

• Stakeholder: daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk.

5. Merefleksikan kembali hasil dan proses

Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan kualitas proses dan hasil.

Tabel 2.1 Mission Statement Mission Statement Product Name : By : Uraian produk : - - -

Sasaran bisnis utama : -

-

-

Pasar utama :

Pasar kedua :

Asumsi-asumsi dan batasan : -

-

Stakeholder : -

-

(8)

2.3 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk.

Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang berkaitan langsung dengan detail-detail produk, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan lingkungan pengguna. Tanpa pengalaman langsung tersebut, pertentangan aspek teknis tidak mungkin diperbaiki, solusi-solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan sulit ditemukan, dan tim pengembangan produk tidak akan memiliki komitmen yang mendalam untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Identifikasi kebutuhan pelanggan dibagi menjadi lima tahap dengan struktur sederhana yang dapat dijadikan sebagai titik awal perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus. Kelima tahap tersebut adalah:

1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan

Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data mentah dari pelanggan bisa beberapa cara diantaranya adalah dengan wawancara. Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya dalam kolom/lembaran pernyataan pelanggan (customer statement). Contoh lembaran customer statement dapat dilihat pada tabel 2.2.

(9)

Tabel 2.2 Customer statement

Pelanggan : Pewawancara : Alamat : Tanggal : Telepon :

Apakah bersedia di follow up: Ya/Tidak

Sekarang Menggunakan:

Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Interpretasi Kebutuhan

Sumber: (Ulrich & Eppinger, 2003)

2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan

Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan menjadi nomor berapapun sebagai kebutuhan pelanggan. Daftar kebutuhan pelanggan merupakan susunan final dari semua kebutuhan yang diperoleh dari wawancara pelanggan yang dilakukan terhadap target pasar. Beberapa kebutuhan secara teknologi mungkin tidak dapat direalisasikan. Kendala kelayakan teknikal dan ekonomis akan dirangkum dan dipertimbangkan pada proses menetapkan spesifikasi produk.

3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki

Daftar kebutuhan ini terdiri dari beberapa kebutuhan primer, dimana masing-masing kebutuhan primer akan tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder. Dalam kasus produk yang sangat komplek, kebutuhan sekunder mungkin

(10)

dipecah lagi menjadi kebutuhan tertier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sedangkan kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan

Hal ini dilakukan dengan cara men-survey kembali terhadap pelanggan. Adapun dua metode yang diperlukan untuk mendapatkan hasil survei yang lebih akurat, yaitu:

a. Menentukan jumlah sampel yang diperlukan (Walpole, 2002) Rumus yang digunakan untuk penentuan jumlah sampel adalah:

2 2

4e

n = Ζ

dimana: n = jumlah sampel

z = nilai tabel berdasarkan besarnya tingkat kepercayaan e = margin of error

b. Pengujian validitas dan reabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas dapat menggunakan metode one shot (sekali ukur) yang sering disebut juga internal consistency. Pengujian dilakukan dengan alat bantu software SPSS versi 12.0 (Pratisto, 2004). Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu:

- Entri data ke halaman kerja SPSS. - Klik Analyze | Scale | Reliability.

(11)

- Klik Statistics.

- Lalu klik Item, Scale, dan Scale of deleted pada bagian Descriptives. - Klik Continue, lalu OK.

Syarat pengambilan keputusan untuk validitas, yaitu: • Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir tersebut valid.

• Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel maka butir tersebut tidak valid.

• rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

• rtabel diambil dari tabel r untuk α = 0.05 dan uji satu sisi.

Syarat pengambilan keputusan untuk reliabilitas, yaitu: - Jika rAlpha positif dan lebih besar dari rtabel maka reliabel.

- Jika rAlpha negatif dan rAlpha lebih kecil dari rtabel maka tidak reliabel.

5. Merefleksikan hasil dan proses

Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Tim harus menguji hasilnya untuk meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.

(12)

2.4 Spesifikasi Produk

Maksud spesifikasi produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik yang memiliki satuan tertentu. Adapun dua metode yang digunakan dalam spesifikasi produk, yaitu:

1. Membuat target spesifikasi

Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan dalam menjelaskan produk agar sukses dipasaran. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah :

• Langkah 1 : Menyiapkan Daftar Metrik

Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan dimana pada awalnya dilakukan penyiapan daftar metrik kebutuhan terlebih dahulu yang dapat dilihat pada tabel 2.3. Setelah itu, perlu menghubungan antara kebutuhan dan metrik yang merupakan inti dari proses penetapan spesifikasi dengan bantuan software QFD Designer yang ditunjukkan pada gambar 2.2.

Tabel 2.3 Daftar metrik kebutuhan

No Metric Needs Metric Satuan

(13)

Sumber: (Qualsoft, 2000)

Gambar 2.2 Matriks metrik kebutuhan • Langkah 2 : Mengumpulkan Informasi Tentang pesaing

Tujuannya adalah untuk mendukung keputusan mengenai positioning produk.

• Langkah 3 : Menentukan Nilai Target Ideal dan Marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik.

Tabel 2.4 Spesifikasi target

No Metric Needs Metric Satuan Nilai Marginal Nilai Ideal

(14)

• Langkah 4 : Merefleksikan Hasil dan Proses.

Tujuannya adalah untuk membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek.

2. Menentukan spesifikasi akhir

Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa kembali. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.

2.5 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah perkiraan dari teknologi, prinsip kerja dan bentuk dari produk. Tingkat di mana sebuah produk dapat memuaskan pelanggan dan dapat sukses dipasarkan tergantung kepada besarnya nilai kualitas yang mendasari konsep. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan target spesifikasi produk dan menghasilkan serangkaian konsep produk dimana tim akan membuat seleksi akhir. Metode penyusunan konsep yang ditampilkan terdiri dari 5 langkah :

• Memperjelas masalah.

Mengerti masalah dan mendekomposisikannya menjadi submasalah yang lebih sederhana.

(15)

Mengumpulkan informasi dari pengguna utama, pakar, paten, literature yang telah dipublikasikan, dan analisis (benchmarking) produk yang berhubungan. • Pencarian internal.

Menggunakan metode individu dan kelompok untuk memperoleh dan mengadaptasi ilmu pengetahuan dari tim.

• Menggali secara sistematis.

Menggunakan pohon klasifikasi dan tabel kombinasi untuk mengatur pemikiran tim dan unutk mengkombinasikan penggalan solusi.

• Merefleksikan pada penyelesaian dan proses.

Mengindentifikasi peluang untuk perbaikan pada iterasi berikutnya atau proyek yang akan datang.

2.6 Seleksi Konsep

Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya.

Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh

(16)

(Pugh, 1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep.

Tabel 2.5 Matriks penyaringan konsep metode Pugh Konsep Kriteria seleksi 1 2 3 Jumlah + Jumlah 0 Jumlah - Nilai akhir Peringkat lanjutkan?

Sumber: (Ulrich & Eppinger, 2003)

Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi.

Langkah selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam matriks.

(17)

Tabel 2.6 Matriks penyaringan konsep dengan metode penilaian konsep Konsep

2 3 Kriteria seleksi Beban Rating Nilai

Beban Rating Nilai Beban Total Nilai Peringkat Lanjutkan?

Sumber: (Ulrich & Eppinger, 2003)

Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki rangking tertinggi.

Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan.

(18)

2.7 Pengujian Konsep

Pengujian Konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.

Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu : 1. Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep

Pengujian konsep pada dasarnya merupakan sebuah eksperimen. Maksud dari eksperimen adalah penting untuk merancang metode eksperimen yang efektif. Beberapa pertanyaan utama yang ditujukan pada pengujian konsep, yaitu:

- Konsep mana yang akan diuji?

- Apakah konsep memenuhi kebutuhan? - Berapa jumlah produk yang berhasil dijual? - Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan? 2. Memilih Populasi Survei

Asumsi yang mendasari pengujian konsep adalah populasi potensial yang disurvei mencerminkan target pasar dari sebuah produk.

3. Memilih Format Survei

Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan: face-to-face interaction,

(19)

telepon, surat, e-mail, internet. Tiap format tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

4. Mengkomunikasikan Konsep

Cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan konsep yaitu: uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yag ada.

5. Mengukur respon pelanggan

Tujuan dari mengukur respon pelanggan adalah untuk mengukur keinginan pelanggan untuk membeli dibagi menjadi lima kategori, yaitu: pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, dan pasti tidak akan membeli.

6. Mengiterpretasikan Hasil

Hasil data respon pelanggan terhadap suatu produk yang telah dikumpulkan dapat digunakan untuk memperkirakan potensi penjualan produk satu tahun ke depan setelah produk tersebut diluncurkan. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapi prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi tim pengembangan produk. Pada model berikut ini akan

(20)

diestimasikan Q (jumlah produk yang diharapkan terjual selama periode waktu tertentu) sebagai:

Q = N × A × P

Dimana, N adalah jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian selama periode waktu tertentu. Untuk kategori produk yang sudah ada dan stabil, N adalah jumlah pembelian yang diharapkan akan terjadi terhadap kategori produk yang sudah ada selama periode waktu tertentu. A adalah proporsi pelanggan potensial atau pembelian produk yang tersedia (available) dan pelanggan menyadari (aware) keberadaan produk tersebut. P adalah peluang produk akan dibeli jika tersedia dan jika pelanggan menyadari keberadaan produk tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan survei kepada para konsumen. Nilai P diestimasikan dengan rumus berikut:

P = Fdefinitely × Cdefinitely + Fprobably × Cprobably

Dimana, Fdefinitely adalah proporsi responden survei dari survei pengujian

konsep yang memilih skala “pasti akan membeli” (sering disebut top box score). Fprobably adalah proporsi responden survei yang memilih skala

“mungkin akan membeli” (biasa disebut second box score). Cdefinitely dan

Cprobably adalah konstanta kalibrasi yang biasanya ditetapkan berdasarkan

pengalaman perusahaan dengan produk yang sama di masa yang lalu.

(21)

0 < Cdefinitely < 0.25. Jika tidak terdapat data masa lalu, sebagian besar tim

pengembang menggunakan nilai 0.4 untuk Cdefinitely dan 0.2 untuk Cdefinitely.

7. Merefleksikan hasil dan proses

Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu: ukuran pasar keseluruhan, ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk.

2.8 Arsitektur Produk

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk.

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

(22)

Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri arsitektur modular adalah: chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi utama produk.

Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti: perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan manajemen pengembangan produk.

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan : 1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengertian

terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.

2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi adalah semua komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih kompleks.

(23)

3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.

2.9 Desain Industri

Misi utama desain industri dalam proses pengembangan produk mencakup aspek-aspek dari produk tersebut yang berhubungan dengan pemakai seperti daya tarik estetika produk (tampilan, suara, perasaan dan baunya), daya tarik ergonomis dan interaksi produk dengan pemakainya (user interface) yaitu bagaimana cara penggunaannya.

Adapun dalam menentukan ukuran ponsel dan posisi tombol maka ilmu ergonomi diperlukan dalam hal ini. Yang menjadi dasar untuk menentukan ukuran tersebut adalah data antropometri telapak tangan orang Indonesia yang dapat dilihat pada tabel 2.7 dan juga gambar antropometrinya dapat dilihat pada gambar 2.3.

(24)

Sumber: (Nurmianto, 2003)

Gambar 2.3 Antropometri tangan

Tabel 2.7 Antropometri telapak tangan orang Indonesia yang didapat dari interpolasi data Pheasant (1986) Suma’mur (1989) dan Nurmianto (1991)

Pria (mm) Wanita (mm)

Dimensi

5th 50th 95th S.D. 5th 50th 95th S.D.

1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8

2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4

3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2

4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3

5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

6. Panjang jari manis 62 67 75 3 59 64 69 3

7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 15 48 51 2

8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1

9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1

10. Lebar jari telunjuk (PIPJ) 18 20 22 1 15 17 19 1

11. Tebal jari telunjuk (PIPJ) 16 18 20 1 13 15 17 1

12. Lebar telapak tangan (Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13. Lebar telapak tangan (sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar telapak tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

15. Tebal telapak tangan (metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16. Tebal telapak tangan (sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2

17. Diameter genggam (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 2

18. Lebar maksimum (ibu jari ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9

19. Lebar fungsional maksimum (ibu jari ke jari lain) 122 132 142 6 113 123 134 6

20. Segi empat minimum yang dapat dilewati telapak tangan 57 62 67 3 51 56 61 3

Catatan:

IPJ = Interphalangeal joint (sambungan antar ruas tulang jari).

PIPJ = Proximal interphalangeal joint (sambungan antar ruas tulang jari ke arah mendekati tubuh).

(25)

Untuk menjelaskan pentingnya desain industri ada dua dimensi yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan ergonomik

• Seberapa penting kemudahan pemakaian?

Kemudahan pemakaian akan lebih diperlukan jika produk mempunyai beberapa ciri atau cara mengoperasikannya yang mungkin membingungkan dan menyebabkan pemakainya frustasi pemakainya. • Seberapa pentingnya kemudahan perawatan?

Jika produk perlu diperbaiki secara berkala, kemudahan perawatan menjadi penting. Sangat penting sekali bahwa ciri-ciri suatu produk untuk memberitahukan prosedur perawatan / perbaikan kepada pemakainya. • Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi-fungsi

produk?

Secara umum, semakin banyak interaksi pemakai dengan produk, produk akan semakin tergantung pada desain industri.

• Berapa pembaruan yang interaksi pemakai perlukan?

Suatu antarmuka pemakai memerlukan perbaikan terhadap desain yang telah ada yang secara relatif akan mudah dipahami untuk didesain. Semakin banyak pembaruan pada interfase pemakai mungkin memerlukan riset yang substansial dan studi kemungkinan.

(26)

• Apa pokok permasalahan keamanan?

Semua produk mempunyai pertimbangan keamanan. Untuk beberapa produk, hal ini dapat menghasilkan tantangan yang nyata bagi tim desain. 2. Kebutuhan-kebutuhan estetis

• Apakah diferensiasi produk visual diperlukan?

Produk dengan market dan teknologi yang stabil sangat tergantung pada desain industri untuk menciptakan daya tarik estetis dan, tentunya diferensiasi visual.

• Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan, dan mode?

Persepsi pelanggan terhadap suatu produk sebagian didasarkan oleh daya tarik estetis. Produk yang menarik mungkin diasosiakan dengan mode dan kesan yang tinggi. Pada akhirnya hal itu akan menciptakan perasaan gengsi yang tinggi pada pemiliknya. Hal ini mungkin berlawanan dengan suatu produk yang terlihat dan terasa kasar atau konservatif. Ketika karakteristik seperti itu penting, desain industri akan memainkan peranan penting dalam menentukan kesuksesan akhir.

• Akankah suatu produk estestis memotivasi tim?

Suatu produk yang mempunyai daya tarik estetis dapat membangkitkan perasaan bangga di antara para staf desain dan manufaktur. Kebanggan tim dapat memotivasi dan menyatukan setiap orang yang berhubungan

(27)

dengan proyek. Konsep awal desain industri memberikan tim suatu visi konkrit terhadap hasil akhir usaha pengembangan.

2.10 Design for Manufacturing (DFM)

DFM menunjukkan kepentingan yang sifatnya umum karena langsung menginformasikan biaya-biaya manufaktur. Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari produk. Dalam istilah sederhana, keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Marjin keuntungan merupakan selisih antara harga jual pabrik dengan biaya pembuatan produk. Jumlah unit yang dijual dan harga jual sangat ditentukan oleh kualitas produk secara keseluruhan. Secara ekonomis, rangan yang berhasil tergantung dari jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil meminimiasi biaya manufaktur. DFM merupakan salah satu metode untuk mencapai sasaran ini. Pelaksanaan DFM yang efektif mengarahkan pada biaya manufaktur yang rendah tanpa mengorbankan kualitas produk.

DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya: 1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif-alternatif rancangan. 2. Suatu pemahaman detil tentang proses produksi dan perakitan.

3. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk.

(28)
(29)

b. Bill of Material (BOM)

BOM adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Adapun dua macam bill of material, yaitu explosion yang merupakan BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah dimana BOM jenis ini menunjukkan komponen yang membentuk suatu induk dari level teratas sampai level terendah dan implosion merupakan kebalikan dari BOM explosion dimana urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level paling atas.

Tabel 2.8 Bentuk tabel BOM

No. Level Description Code Quantity Note

Sumber: (Render, 2005)

c. Operation Process Chart (OPC)

OPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan,

(30)

material yang digunakan, dan tempat atau alat atua mesin yang dipakai. Prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi, yaitu:

- Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “OPC” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.

- Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

- Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertical, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.

- Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembutan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.

- Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipny sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Agar diperoleh gambar peta operasi yang baik, produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertical disebelah kanan halaman kertas.

(31)
(32)

Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori :

1. Biaya-biaya komponen

Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok. Sebagai contoh adalah motor, chip elektronik, dan sekrup. Komponen lainnya adalah komponen berdasarkan pesanan (custom parts) yang dibuat berdasarkan rancangan pembuat dari material mentah, seperti lembaran baja, biji plastik, atau batangan aluminium. Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

2. Biaya-biaya perakitan

Barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.

3. Biaya-biaya overhead

Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. Kami menemukan bahwa adalah berguna untuk membedakan di antara dua tipe dari overhead: biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas-fasilitas dan pemeliharaan peralatan / peralatan. Ini

(33)

adalah sistem pendukung yang dibutuhkan untuk membuat produk. Meskipun demikian, karena biaya-biaya ini sering terbagi lebih dari satu lini produk, mereka secara bersamaan-sama dikategorikan pada biaya overhead. Alokasi tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan suatu produk namun harus dibayarkan dalam suatu usaha. Selain itu, biaya overhead juga mencakup biaya tenaga kerja tidak langsung (Carter & Usry, 2006).

Keputusan untuk menerima desain dapat diteruskan jika sasaran dari DFM terpenuhi, yaitu apabila minimasi biaya tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi dari produk tersebut.

2.11 Analisis Ekonomis

Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis kuantitatif, adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi seperti pembelian perlengkapan, dan alat-alat, biaya pemasaran dan penyokong produk dan biaya produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang menguntungkan adalah

(34)

produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar. Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present Value / NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Untuk mempermudah penggunaan metode ini sebaiknya kalkulasi dilakukan dengan bantuan tabel seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.8. Metode analisis NPV menggunakan rumus :

(

)

t r C PV + = 1 Dimana : PV = Nilai saat ini

C = Nilai pada periode t R = Suku bunga

t = Periode

Tabel 2.9 Format tabel aliran kas, nilai saat ini dan nilai bersih saat ini

Thn 1 Thn 2

Nilai dalam ribuan (Rp)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Biaya Pengembangan

Biaya Perakitan

Biaya Pemasaran dan penunjang

Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit

Aliran kas / periode

Nilai saat ini tahun 1, r+10%

Nilai bersih Proyek saat ini Sumber: (Ulrich & Eppinger, 2003)

(35)

2. Analisis kualitatif, adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah lingkungan proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro tadi. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan dinamik.

Gambar

Tabel 2.1 Mission Statement
Tabel 2.2 Customer statement
Tabel 2.3 Daftar metrik kebutuhan
Gambar 2.2 Matriks metrik kebutuhan
+6

Referensi

Dokumen terkait

dari masing-masing waktu perjalanan dari semua kendaraan dari arus lalu-lintas untuk bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Traffic counting Proses penghtungan

Oktober-Desember 2010 dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 Regression Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Interaksi

Renstra Dit SNSU MRB BSN Tahun 2020–2024 diharapkan akan mampu menjadi dokumen acuan di bidang pengelolaan standar nasional satuan ukuran mekanika, radiasi, dan biologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas nilai circuit breaker, ukuran penampang kabel, tegangan jatuh, dan rugi-rugi daya, serta perbandingangannya dengan

Mobile Ad – Hoc Network adalah sebuah jaringan yang terdiri dari kumpulan node – node dengan sifat mobilitas yang fleksibel, di mana node – node tersebut dapat

Hasil penelitian di provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa perbenihan secara komunal harus memenuhi beberapa syarat antara lain : (1) petani yang dibina menjadi penangkar adalah

Uji beda rata-rata digunakan untuk membandingkan antara hasil produksi dan pendapatan usahatani cabai merah yang diperoleh petani sebelum perubahan iklim dengan

layanan yang memadai memberikan nilai skor tertinggi dibandingkan indikator kemegahan hotel; Penilaian responden terhadap dimensi tanggungjawab sosial hotel pada masyarakat, dimana