DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A. 1989. Rainfall Erosivity and Soil Erodibility in Indonesia: Estimation and Variation with Time. Thesis Doctor. Faculty of Agriculural Science. Ghent. Belgium.
Adiningsih, Sri J., Agus Sofyan dan Dedi Nursyamsi. 2000. Lahan sawah dan pengelolaannya. Dalam: Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. p.:165-196. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Anderson, G.D. 1970. Fertility studies on sandy loam in Deni and Tanzania. II. Effect of phosphorous, potassium and lime on yields of groundnuts. Exp. Agric. 6(3): 213-220.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. McCraken. 1980. Soil Genesis and Classification. The Iowa State University Press.
Buurman, P., L. Rochimah, and A.M. Sudihardjo. 1976. Soil genesis on acid tuffs in Banten, West Java, Indonesia. Proceed. ATA-106. Midterm Sem. Soil Res. Inst. Bogor. Bull. 3. p.: 151-172.
Caroll, D. 1970. Clay Mineralogy. A Guide to Their X-Ray Identification. The Geology Society of America Inc. Colorado.
Christianto, L., dan Hernusye H. 1997. Indeks lah an suatu metode penilaian kesesuaian lahan dalam menetapkan sentra pengembangan agribisnis jagung. Dalam: Akselerasi Pengembangan Teknologi Hasil Penelitian Jagung Menunjang Intensifikasi. Prosid. Seminar dan Lokakarya Jagung di Maros-Ujungpandang, 11-12 Nopember 1997. p. 95-113.
Clarke, D. 1998. CropWat for Windows. Version 4.2. IIDS. University of Southampton, U.K.
CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000 Scale. Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4 Ver.1. CSR, Bogor. Dai, J., and P.M. Driessen. 1973. A General orientation proceeding the
resumption of clay mineralogical studies of the Soil Research Institute Bogor. Proceed. ASC., Jakarta.
Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2004. Luas Penggunaan Lahan dan
Produktivitas Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Bogor Tahun 2003. Kabupaten Bogor Dalam Angka.
Direktorat Geologi. 1969. Peta Geologi Jawa dan Madura. Lembar Jawa Barat, Skala 1:500.000. Cetakan ke tiga. Bandung.
Djaenudin, D., Basuni, Sarwono Hardjowigeno, H. Subagyo, M. Sukardi, Ismangun, Marsoedi DS.,N. Suharta, Lukman Hakim, Widagdo, Junus Dai, V. Suwandi, S. Bachri dan E.R. Jordens.1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan. Lap.Tek. N0.7 Ver.1.0. LREP-II, CSAR, Bogor.
Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagyo, Anny Mulyani dan Nata Suharta. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,Bogor.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Doorenbos, J., and W.O. Pruitt. 1984. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No. 24. Rome. Driessen, P.M. 1971. Parametric Land Classification. Dok. Lembaga
Penelitian Tanah. Bogor.
Dudal, R., and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Res. Sta. No.148. Bogor.
Effendi, A.C. 1986. Peta geologi lembar Bogor, Jawa. Skala 1:100.000, Lembar No. 9/XIII-D. Puslitbang Geologi, Bandung.
Fakultas Kehutanan IPB. 2003. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Berdasarkan Citra Satelit SPOT-5 di Wilayah Kabupaten Bogor. Kerjasama antara BAPEDA Kabupaten Bogor dengan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No.32. FAO, Rome. FAO. 1978. Guidelines for Soil Profile Description. FAO/UNESCO, Rome. FAO. 1980. Report on the Agro-ecological Zones Project. Results for Southeast
Asia. Vol. 4. Rome.
FAO. 1983. Guidelines: Land Evaluation for Rainfed Agriculture. FAO Soil Bull. 52. Rome.
Firmansyah, M.A. 1997. Pedogenesis dan Potensi Tanah-tanah Areal
Pengembangan Perkebunan Tebu Pelaihari Kalimantan Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Hall, A.M. 1975. Effect of phosphorus, potassium and calcium on peanut at Manke, New Zealand. J. of Exp. Agric. 3: 117 -200.
Hardjosoesastro, R., and J. Dai. 1983. Pumiceous tuff of the eruption of Krakatau in 1883 on Rakata island and its development. Symp. 100th Year
Development of Krakatau and Its Surroundings. L.I.P.I., Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. AKAPRES, Jakarta. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Ed. rev. Cet. 4. Akademika Presindo.
Jakarta.
Hardjowigeno., Widiatmaka dan Anang S. Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Hidayat, A., Hikmatullah dan Djoko Santoso. 2000. Potensi dan pengelolaan
lahan kering dataran rendah. Dalam: Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. p. 197-222. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Hidayat, J.R., S. Kartaatmadja dan Sri Astuti. 2000. Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah. Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan. Klingebiel, A.A., and P.H. Montgomery. 1961. Land Capability Classification.
Agric. Handbook No. 210, SCS-USDA, Washington.
Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor. Dok. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Lembaga Penelitian Tanah. 1969. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang. Dok. No.4/1969. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.
Lembaga Penelitian Tanah. 1974. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Publ. LPT No. 8. Bogor.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Ed-2. IPB Press.
Mohr, E.C.J., F.A. van Baren, and J. van Schuylenborgh. 1972. Tropical Soils. W. van Hoeve Publ. Ltd. The Hague.
NWMCP. 1998. The Use of The Universal Soil Loss Equation in the RTL Process. Tech. Report No. 30. DHV Consultant BV Amersfoot,
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Terms of Reference Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi. Dok. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas Peta Sumberdaya Tanah Indonesia Tingkat Eksplorasi, Skala 1:1000.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1993. Varietas Unggul Tanaman Pangan 1918 -1993. Publ. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Pramudia, A. 2002. Analisis Sensitivitas Tingkat Kerawanan Produksi Padi di
Pantai Utara Jawa Barat Terhadap Kekeringan dan El-Nino. Tesis Magister Sains pada Program Studi Agrokimatologi. Program Pascasarjana IPB.
Rossiter, D., and van Wambeke. 1994. Automated Land Evaluation System (ALES). User Manual. Ver.4.6. Cornell University, Ithaca, New York. Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry
Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42 Jawatan Meteorologi dan Geofisik, Jakarta.
SCS-USDA. 1982. Soil Survey Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil Samples. USDA. Soil Survey Invest. Rep ort 1.
Setda Kabupaten Bogor. 2001. Potret Kabupaten Bogor dalam Otonomi Daerah. Edisi Lanjutan. Publ. Pemerintah Kabupaten Bogor.
Soepraptohardjo, M. 1961. Klasifikasi Tanah Kategori Tinggi. Balai Penyelidikan Tanah, Bogor.
Soepraptohardjo, M. 1970. Klasifikasi Kemampuan Wilayah. Dok. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
Soil Survey Staff. 1993. S oil Survey Manual. Agric. Handb. No.18. SCS-USDA, Washington DC.
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. A Basic System for Making and
Interpreting Soil Surveys. Second Edition. USDA-NRCS Agric Handbook 436.
Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1983. Klasifikasi keses uaian lahan. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi, Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
Subagyo, H., Nata Suharta dan Agus B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Dalam: Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. p. 21-61. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Subardja and P. Buurman. 1980. A toposequence of Latosols on volcanic rocks in the Bogor-Jakarta areas. In P. Buurman (ed.) Red Soils in Indonesia. Centre for Agric. Publ and Doc., Wageningen.
Sudaryono. 1997. Teknologi produksi jagung. Dalam: Akselerasi Pengembangan Teknologi Hasil Penelitian Jagung Menunjang Intensifikasi. Prosid.
Seminar dan Lokakarya Jagung di Maros-Ujungpandang, 11-12 Nopember 1997. p. 137-158.
Sumarno. 1995. Adaptasi agroklimat dan maksimasi produktivitas kacang tanah. Makalah Lokakarya Usahatani Kacang Tanah di Malang, 4 -5 Oktober 1995. 9 pp.
Sumarno. 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Cetakan ke-3. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Suprapto, H.S., dan A.R. Marzuki. 2004. Bertanam Jagung. Ed. rev. Cet. XXIII. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyamto, H. 1993. Hara mineral dan pengelolaan air pada tanaman kacang tanah. Dalam: Kacang Tanah. Monograf Balitan Malang No.12. p.108-119. Sys, C. 1978. Evaluation of land limitations in the humid tropics. Pedologie,
XXVIII -3, p. 307-335. Ghent, Belgium.
Sys, C., E. van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation Part III: Crop Requirement. ITC. Sci. Univ. Ghent. Agric. Publ. No.7.
Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian. 1998. Laporan Hasil Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Sektor Pertanian Dalam Pelita VI.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia. Vol. IA. Gov. Print. Office. The Hague.
Wischmeier, W.H. 1976. Use and misuse of the universal soil loss equation. Journ. Soil and Water Conserv. 31(1): 5-9.
Wischmeier, W.H., and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses. A Guide to Conservation Planning. USDA Agric. Handbook No. 537. Wood, S.R., and F.J. Dent. 1983. LECS Methodology. Ministry of Agric., Gov. of
Lampiran 1. Kualitas/Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Kering (FAO, 1983)
No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Satuan
1. Radiasi matahari 1. Radiasi gelombang pendek selama masa pertumbuhan
2. Rata-rata penyinaran harian selama masa pertumbuhan
3. Panjang hari pada masa kritis
mW/m2 jam/hari jam 2. Suhu udara 1. Suhu rata-rata selama masa pertumbuhan
2. Suhu rata-rata bulan terdingin selama masa pertumbuhan
3. Suhu rata-rata maksimum harian bulan terpanas selama masa pertumbuhan
o
C
o
C
oC
3. Ketersediaan air 1. Lamanya masa pertumbuhan 2. Curah hujan total selama masa
pertumbuhan
3. Defisit evapotranspirasi relatif selama masa pertumbuhan
4. Hasil tanaman relatif dihitung menurut model neraca air
5. Defisit evapotranspirasi relatif selama masa kritis
6. Peluang bahaya kekeringan nyata 7. Adanya indikator vegetasi
hari mm rasio rasio rasio % - 4 Ketersediaan oksigen untuk akar
1. Kelas drainase tanah 2. Masa jenuh air dari zona akar 3. Adanya indikator vegetasi
kelas hari - 5 Ketersediaan hara Tingkat ketersediaan hara:
1. N-total 2. Ketersediaan P 3. Kalium dapat tukar Indikator ketersediaan: 1. Reaksi tanah 2. Rasio Fe2O3 : liat Indikator pembaharuan: 1. Mineral dapat lapuk 2. P-total
3. K-total
4. Bahan induk tanah
% ppm me/100 g pH rasio % mg/100 g mg/100 g kelas 6 Daya retensi hara 1. KTK, rata-rata horison bawah
2. Total basa-basa dapat tukar, rata-rata horison bawah
3. Kelas tekstur, horison bawah
me/100 g me/100 g kelas 7. Kondisi Perakaran 1. Kedalaman efektif tanah
2. Penetrasi akar 3. Kerikil dan batuan 4. Berat isi cm kelas % g/cm3 8. Kondisi untuk perkecambahan
Lampiran 1. (Lanjutan)
No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Satuan
9. Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan
1. Rata-rata kelembaban relatif selama masa pertumbuhan
%
10. Kondisi untuk pematangan
1. Jumlah hari kering 2. Jumlah jam penyinaran 3. Suhu udara
hari jam
o
C 11. Bahaya banjir 1. Lama genangan selama masa pertumbuhan
2. Frekuensi bahaya banjir
hari kelas 12. Bahaya iklim 1. Hujan lebat yang merusak selama masa
pertumbuhan
2. Bahaya pembekuan selama masa pertumbuhan
- - 13. Ekses garam-garam
(salinitas, alkalinitas)
1. EC, horison atas dan bawah zone akar 2. Total garam larut
3. ESP 4. SAR mS/cm ppm % rasio 14. Bahaya keracunan (toksisitas) 1. Kejenuhan Al 2. Reaksi tanah 3. Kedalaman karbonat
4. CaCO3 dalam zona perakaran 5. Kedalaman gipsum
6. CaSO4 dalam zona perakaran
% pH cm % cm % 15. Hama dan penyakit 1. Hama
2. Penyakit 3. Indikator iklim 4. Indikator tanah - - - - 16. Kemudahan pengolahan tanah
1. Tekstur lapisan atas
2. Lamanya tanah dapat diolah pertahun
kelas hari
17. Potensi mekanisasi 1. Lereng %
18. Penyiapan dan pembukaan lahan 1. Landform 2. Kelas vegetasi - kelas 19. Kondisi penyimpanan dan pengolahan
1. Kelembaban udara saat panen 2. Tekstur lapisan atas
% kelas 20. Kondisi waktu
berproduksi
1. Waktu berbunga, panen tanggal
21. Akses dengan unit produksi 1. Terrain 2. Sudut lereng >33% kelas % 22. Satuan potensi pengelolaan 1. Ukuran minimum ha
23. Lokasi (akses yang ada dan yang berpotensi)
1. Jarak dari/ke jalan 2. Indeks asesibilitas
km - 24. Bahaya erosi 1. Jumlah tanah hilang (USLE, dll.)
2. Lereng/grup tanah 3. Erosi yang teramati
ton/ha/tahun %
kelas 25. Bahaya degradasi tanah
(degradasi fisik, kimia dan biologis)
1. Rasio dispersi 2. Indeks crusting 3. Lamanya tanah bera
rasio - R%
Lampiran 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Jagung (Djaenudin, et al., 2003)
Kelas Kesesuaian Lahan Kualitas Lahan/ Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temperatur rerata (0c) 20-26 - 26-30 16-20 30-32 < 16 > 32
Ketersediaan air (wa)
Curah Hujan (mm) Kelembaban (%) 500 – 1200 >42 1200 - 1600 400 - 500 36 - 42 >1600 300 – 400 30 – 36 < 300 < 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik sampai
agak terhambat
agak cepat terhambat sangat
terhambat cepat Media perakaran (rc) Tekstur Bahan Kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut : Ketebalan (cm) + sisipan/ pengkayaan Kematangan h, ah, ss < 15 > 60 < 60 < 140 saprik + h, ah, s 15 – 35 40 – 60 60 – 140 140 – 200 saprik, hemik ak 35 – 55 25 – 40 140 – 200 200 – 400 hemik,fibrik k > 55 < 25 > 200 > 400 fibrik Retensi hara (nr) KTK liat (cmol (+)/kg) Kejenuhan Basa (%) pH H20 C-organik (%) > 16 > 50 5,8 – 7,8 > 0,4 = 16 35 – 50 5,5 – 5,8 7,8 – 8,2 = 0,4 < 35 < 5,5 > 8,2 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 4 4 – 6 6 – 8 > 8 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 – 25 > 25 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 – 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi < 8 sr 8 – 16 r - sd 16 – 30 b > 30 sb Bahaya banjir (fh) Genangan FO - F1 > F2 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%) < 5 < 5 5 – 15 5 - 15 15 – 40 15 – 40 > 40 > 25 Keterangan :
Tekstur h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar. + = gambut dengan
sisipan/pengkayaan bahan mineral
Lampiran 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kacang Tanah (Djaenudin, et al., 2003)
Kelas Kesesuaian Lahan Kualitas Lahan/ Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temperatur rerata (0c) 25 – 27 20 – 25 27 – 30 18 – 20 30 – 34 <18 >34
Ketersediaan air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa pertumbuhan Kelembaban (%) 400 – 1100 50 - 80 1100 – 1600 300 – 400 >80 <50 1600 – 1900 200 – 300 >1900 >200
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik-agak
terhambat
agak cepat terhambat sangat
terhambat cepat Media perakaran (rc) Tekstur Bahan Kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut : Ketebalan (cm) + sisipan/ pengkayaan Kematangan h, ah, s <15 >75 <60 <140 saprik h, ah, s 15 – 35 50 – 75 60 – 140 140 – 200 saprik, hemik sh, ak 35 – 55 25 – 50 140 – 200 200 – 400 hemik, fibrik k >55 <25 >200 >400 fibrik Retensi hara (nr) KTK liat (cmol (+)/kg) Kejenuhan Basa (%) pH H20 C-organik (%) >16 >35 6,0 – 7,0 >1,2 <16 <35 5,0 – 6,0 7,0 – 7,5 0,8 – 1,2 <5,0 >7,5 <0,8 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) <4 4 – 6 6 – 8 >8 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) <10 10 – 15 15 – 20 >20 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >100 75 – 100 40 – 75 <40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi <8 sr 8 – 16 r – sd 16 – 30 b >30 sb Bahaya banjir (fh) Genangan F0 - - >F1 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%) <5 <5 5 – 15 5 – 15 15 – 40 15 – 25 >40 >25 Keterangan :
Tekstur: sh = sangat halus (tipe liat 2 : 1); h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar. + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral
Lampiran 4. Uraian Morfologi Profil Tanah di Lokasi Penelitian
Kode Profil : B1
Tanggal Pengamatan : 22 Mei 2003
Lokasi : Kebun Percobaan Cimanggu
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor
Ketinggian Tempat : 240 m dpl
Klasifikasi Tanah :
Soepraptohardjo (1961) : Latosol Coklat Kemerahan Soil Taxonomy, USDA (1999) : Oxyaquic Dystrudepts Fisiografi/Lereng : Kipas aluvium, datar (<2%)
Bahan Induk : Tufa volkan intermedier (Andesitik)
Drainase/Permeabilitas : Agak terhambat/Agak lambat
Penggunaan Lahan : Kebun percobaan tanaman pangan
(Jagung dan kacang-kacangan) ---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0 - 13 cm. Coklat kemerahan gelap (5YR3/3), liat, cukup gumpal halus,
gembur, perakaran halus sedang sampai banyak, pH 4.6, batas horison jelas rata beralih ke
Bw1 13-37 cm. Coklat kemerahan (5YR4/3), liat, cukup gumpal sedang,agak teguh, akar halus sedikit, karatan besi bintik berganda baur sedikit kuning kemerahan (5YR6/6), karatan Mn hitam (5YR 2,5/1) bintik berganda kecil dan sedang, jelas, sedikit-sedang, pH 5.3, batas horison berangsur rata beralih ke
Bw2 37-73 cm. Coklat kemerahan (5YR4/4), liat, cukup gumpal sedang, agak teguh, akar halus sedikit, karatan Mn hitam (5YR 2,5/1) bintik berganda jelas, sedang–besar, banyak, pH 5.4, batas horison berangsur rata beralih ke
Bw3 73-104 cm. Coklat kemerahan (5YR5/4), liat, cukup -lemah gumpal sedang, gembur, karatan Mn hitam (5YR 2,5/1) bintik berganda sedang, jelas, sedang, pH 5.3, batas horison baur beralih ke
Bw4 104-120 cm. Coklat kemerahan (5YR5/4), liat , cukup-lemah gumpal halus -sedang, gembur, karatan Mn hitam (5YR 2,5/1) bintik berganda sedang, jelas, sedikit-sedang, pH 5.3.
--- --- Catatan: Regim kelembaban: perudik, regim suhu tanah isohipertermik. Epipedon okrik dan horison bawah kambik. Lapisan ke-2 agak memadat akibat pengolahan tanah (tapak bajak ). Sebelumnya, 20 tahun yang lalu pernah disawahkan secara intensif 2x setahun. Cuaca saat deskripsi profil terang, kemarinnya hujan besar.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B2
Tanggal Pengamatan : 24 Juni 2003
Lokasi : Kebun Anggrek Bpk Ismail
Kamp. Pondok Mere, Desa Rawakalong
Kecamatan Gunung Sindur
Ketinggian Tempat : 70 m dpl
Klasifikasi Tanah
M. Soepraptohardjo (1961) : Latosol Merah Soil Taxonomy, USDA (1999) : Typic Eutrudox
Fisiografi/Lereng : Kipas aluvium, datar (<3%)
Bahan Induk : Tufa Volkan Intermedier
(Andesitik)
Drainase/Permeabilitas : Baik/Sedang
Penggunaan Lahan : Kebun anggrek, kebun singkong,
pepaya dan pisang.
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0 – 12 cm. Merah gelap (2.5YR3/6), liat , cukup gumpal sangat halus -
remah, gembur, perakaran halus banyak, pori mikro banyak, pH 4.4, batas horison jelas rata beralih ke
Bo1 12-46 cm. Merah (2.5YR4/6), liat, cukup gumpal sedang-halus, gembur, perakaran halus sedang-sedikit, pori mikro sedikit-sedang, pH 4.4, horison horison berangsur rata beralih ke
Bo2 46-94 cm. Merah (2.5YR4/6), liat, cukup gumpal halus, gembur,
perakaran halus sangat sedikit, pori mikro sedang, pH 4.4, batas horison baur rata beralih ke
Bo3 94-130 cm. Merah (2.5YR4/6), liat, cukup gumpal halus, gembur, pori mikro sedang, pH 4.6, batas horison baur rata beralih ke
Bo4 130-160 cm. Merah (2,5YR 4/6), liat, cukup gumpal halus, gembur, pH 4,6.
--- Catatan: Memiliki ciri epipedon okrik dan horison bawah oksik (KTK liat <16 me/100g liat), regim kelembaban udik dan regim suhu tanah isohipertermik. Saat deskripsi cuaca terang, kemarinnya hujan.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B3
Tanggal Pengamatan : 18 September 2003
Lokasi : Cikopomayak, Kecamatan Jasinga
Ketinggian tempat : 90 m dpl
Klasifikasi Tanah
Soepraptohardjo (1961) : Podsolik Merah Kekuningan Soil Taxonomy, USDA (1999) : Typic Hapludults
Fisiografi/lereng : Bukit Angkatan/Lipatan,
berombak (3-8%)
Bahan induk : Batuan sedimen masam (batuliat
bertufa)
Drainase/Permeabilitas : Baik/ Sedang
Penggunaan Lahan : Tegalan: singkong, ubijalar,
kacang-kacangan.
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0-22 cm. Coklat kemerahan gelap (5YR3/3-3/4), liat, gumpal halus,
gembur, perakaran halus dan sedang banyak, pori mikro bamyak, pH 4.3, batas horison jelas rata beralih ke
BA 22-53 cm. Coklat kemerahan (5YR4/3), liat, gumpal halus, gembur, perakaran halus banyak, perakaran sedang sedikit, pori mikro banyak, pH 4.2, batas horison jelas rata beralih ke
Bt1 53-78 cm. Coklat kemerahan (5YR4/4), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh, perakaran halus sedang, pori mikro sedang, pH 4.2, selaput liat jelas tipis, sedikit, batas horison berangsur rata beralih ke
Bt2 78-115 cm. Merah kekuningan (5YR4/6), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh, akar halus sedikit, pori mikro sedang-sedikit, pH 4.3, selaput liat jelas sedang, batas horison jelas rata beralih ke
C 115-145 cm. Lapukan batuan merah kekuningan (5YR4/6) dan kuning kemerahan pH 4.3.
--- --- Catatan: Lahan milik Perkebunan Karet Swasta, dikelola oleh petani (Bpk. Selamat). Memiliki epipedon okrik, horison bawah argilik. Kuarsa bening halus banyak tersebar dipermukaan tanah. Regim kelembaban tanah udik dan regim suhu tanah isohipertermik.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B4
Tanggal Pengamatan : 19 September 2003
Lokasi : Kampung Cokrat, Desa Tegalwangi
Kecamatan Jasinga
Ketinggian tempat : 100 m dpl
Klasifikasi Tanah :
Soepraptohardjo (1961) : Podsolik Merah Kekuningan Soil Taxonomy, USDA (1999) : Typic Haplohumults
Fisiografi/Lereng : Perbukitan, bergelombang-berbukit
Bahan induk : Batuan sedimen masam (batuliat
bertufa)
Drainase/Permeabilitas : Baik/ Sedang
Penggunaan Lahan : Tegalan: singkong, kacang-
kacangan, p isang
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0-21 cm. Coklat kemerahan (5YR4/3), liat, gumpal halus-sedang, agak
teguh, perakaran halus banyak, akar sedang sedikit, pori mikro banyak, pH 4.1, batas horison jelas rata beralih ke
Bt1 21-50 cm. Co klat kemerahan (5YR4/4), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh perakaran halus sedikit -sedang, pori mikro sedang, pH 4.3, selaput liat jelas tipis sedikit -sedang, batas horison jelas rata beralih ke Bt2 50-88 cm. Merah kekuningan (5YR4/6), liat, gumpal bersudut halus,
gembur, akar halus sedikit, pori mikro banyak, pH 4.1, batas horison jelas rata beralih ke
Bt3 88-142 cm. Merah kekuningan (5YR4/6), liat, gumpal sedang lemah, gembur, pori mikro sedang, pH 4.1, batas horison jelas rata beralih ke C 142-155 cm. Lapukan batuan merah kekuningan sampai kuning
kemerahan (5YR5/6 -6/6).
--- Catatan: Lahan milik Perkebunan Karet Swasta, dikelola oleh petani (Bpk. Kocod) Epipedon okrik dan horison bawah argilik. Regim kelembaban tanah udik, regim suhu tanah isohipertermik.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B5
Tanggal Pengamatan : 23 Oktober 2003
Lokasi : KP Peternakan IPB, Jonggol
Ketinggian tempat : 120 m dpl
Klasifikasi Tanah
Soepraptohardjo (1961) : Brown Forest Soil Soil Taxonomy, USDA (1999) : Lithic Hapludolls
Fisiografi/Lereng : Bukit angkatan, berombak(3 -8%)
Bahan induk : Batu gamping
Drainase/Permeabilitas : Baik/Agak lambat
Penggunaan lahan : Tegalan diteras sederhana,
diberakan lebih dari 5 tahun.
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0-19 cm. Coklat gelap (7.5YR3/2), liat, gumpal bersudut halus, agak
teguh, perakaran halus banyak, pori halus banyak, pH 6.8, batas horison nyata rata beralih ke
Bw 19-35 c m. Coklat (7.5YR4/4), liat, gumpal bersudut sedang, teguh, perakaran halus sedikit, pori halus sedang -sedikit, pH 7.2, batas horison jelas rata beralih ke
BC 35-46 cm. Coklat kuat (7.5YR5/6), liat, lemah gumpal bersudut sedang kasar, agak teguh, pH 7.9, lapukan batuan kuning kemerahan (7.5YR 7/8) dan pink (7.5YR 8/2) 10 -20%, batas horison jelas rata beralih ke
C 46-100 cm. Lapukan batugamping
--- Catatan: Epipedon molik, horison bawah kambik, regim kelembaban udik dan regim temperatur isohipertermik.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B6
Tanggal pengamatan : 23 Oktober 2003
Lokasi : Kampung Melati
Desa Singasari, Kecamatan Jonggol
Ketinggian tempat : 110 m dpl
Klasifikasi Tanah
Soepraptohardjo (1961) : Mediteran Coklat Kemerahan Soil Taxonomy, USDA (1999) : Aquic Eutrudepts
Fisiografi/lereng : Bukit angkatan, berombak (3 -8%)
Bahan induk : Batu gamping
Drainase/permeabilitas : Agak terhambat/Agak lambat
Penggunaan lahan : Sawah tadah hujan berteras, sekali
setahun ditanami padi.
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0-12 cm. Coklat kemerahan (5YR4/4), liat, gumpal bersudut halus-sedang,
agak teguh, perakaran halus banyak, pori mikro banyak, pH 5.3, batas horison jelas rata beralih ke
Bw1 12-29 cm. Coklat kemerahan gelap (5YR3/4), liat, gumpal bersudut sedang, teguh, kongkresi dan karatan Mn hitam (5YR 2.5/1), bintik berganda banyak, perakaran halus sedang-sedikit, pH 5.6, batas horison jelas rata beralih ke
Bw2 29-61 cm. Coklat kemerahan terang (5YR6/4), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh, kongkresi dan karatan Mn hitam (5YR2.5/1), sedikit, pH 5.8, batas horison berangsur rata beralih ke
BC 61-80 cm. Coklat kemerahan terang (5YR6/4) cam pur kelabu (5YR6/1) dan putih pink (5YR8/2), liat, lemah gumpal bersudut, agak teguh, karatan Mn hitam (5YR2.5/1), sedikit, pH 6.5, batas horison jelas rata beralih ke C 80-100 cm. Lapukan batugamping berwarna putih pink sampai putih
(5YR8/1-8/2).
--- Catatan: Epipedon okrik, horison bawah kambik, regim kelembaban tanah udik dan regim temperatur isohipertermik.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kode Profil : B7
Tanggal pengamatan : 23 Oktober 2003
Lokasi : Kampung Ciukuy Babakan
Cijambe, Desa Singasari Kecamatan Jonggol.
Ketinggian tempat : 100 m dpl
Klasifikasi Tanah
Soepraptohardjo (1961) : Mediteran Coklat Kemerahan Soil Taxonomy, USDA (1999) : Typic Hapludalfs
Fisiografi/lereng : Bukit angkatan, datar agak
berombak
Bahan induk : Napal dan batu gamping
Drainase/permeabilitas : Sedang/Agak lambat
Penggunaan lahan : Tegalan diberakan lebih dari
5 tahun.
---
Horison Uraian sifat morfologi
--- Ap 0-15 cm. Coklat kemerahan (5YR4/4), liat, gumpal halus, gembur,
perakaran halus banyak, pori mikro banyak, pH 4.9, batas horison jelas rata beralih ke
Bt 15-54 cm. Coklat kemerahan terang (5YR6/4), liat, gumpal bersudut sedang, agak teguh, selaput liat sedikit-sedang pada ped, perakaran halus sedikit, pori mikro sedang, pH 5.0, batas horison berangsur rata beralih ke BC 54-73 cm. Coklat kemerahan terang. (5YR6/3) dan kelabu pink (5YR6/2),
liat, lemah gumpal bersudut sedang-kasar, agak teguh, kongkresi dan karatan Mn hitam (5YR2.5/1) sedang, pH 5.5, batas horison jelas rata ke C 73-120 cm. Kelabu (5YR5/1) dan kuning kemerahan (5YR6/8), liat, lemah
gumpal bersudut kasar sampai masif, pH 7.9.
--- Catatan: Epipedon okrik, horison bawah argilik, regim kelembaban tanah udik dan regim temperatur isohipertermik.