• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA. Skripsi"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI

SURABAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun oleh: Winda Novia 1113022000044

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil A‟lamiin, ucapan syukur yang mampu penulis panjatkan berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kepercayaan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga hari akhir.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka dari itu penulis menyusun skripsi dengan judul

“PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA”.

Jakarta, 22 Maret 2018

(6)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali hambatan dan tantangan yang penulis alami. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat dilewati berkat dukungan semangat dan doa dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Sewajarnya penulis berterimakasih kepada berbagai pihak baik perseorangan ataupun lembaga yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

3. Bapak H. Nurhasan M. A, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu proses kelancaran skripsi ini.

4. Ibu Sholikhatus Sa‟diyah M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis khususnya dalam urusan surat menyurat selama ini.

5. Bapak Prof. Dr. Budi Sulistiono M.Hum selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, bimbingannya, dan dukungannya selama kurang lebih dua semester hingga penulis dapat menyelesaikannya.

6. Bapak Drs. Ma‟ruf Misbah selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses mengambil tema skripsi ini.

7. Bapak Drs. Tarmizi Idris, MA dan bapak Drs. Imam Subchi, MA selaku Dosen Penguji Skripsi.

(7)

vi

8. Seluruh dosen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendidik, mengajar, dan memberikan motivasi kepada penulis selama ini.

9. Lembaga yang telah membantu memberikan sumber data kepada penulis, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Indonesia, Perpustakaan Daerah Jakarta, Pusat Sejarah TNI, Perpustakaan Sejarah TNI, Perpustakaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Museum Nahdlatul Ulama, dan Kantor Berita Antara.

10. Bapak Carsam Asnawi dan Ibu Masri selaku orangtua yang telah lelah bekerja keras dan memberikan dukungan serta doa restu sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahaan hingga skripsi ini.

11. Indra Triana selaku adik laki-laki, Andriana dan Hariyani selaku kakak penulis yang selalu memberikan semangat serta Zultan Syahrul Ramadhana dan Zulfia Talita Dzikra yang telah menghibur dikala penulis kurang semangat dalam menyelesaikan skripsi.

12. Vicky Haryadi Pranoto selaku sahabat terdekat yang tiada henti mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi. 13. Indah Wardatul Maula, Siti Syarah, Farhah Milati Camelia, Fitri Naylil

Fadlilah, Malihatul Maula, Elya Faridah, dan Syifa Fauzia sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya. Serta almarhum Auliya Nufus sahabat yang telah memberikan semangat, motivasi, dan inspirasinya mulai dari proses pembuatan proposal skripsi.

14. Pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) 2015-2018, Forsilawan-forsilawati Forum Silaturahim Buntet Pesantren Cirebon (Forsila BPC) Jakarta Raya dan Sahabat-sahabati

(8)

vii

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora (PMII Komfaka) Cabang Ciputat.

15. Mahasiswa Sejarah daan Peradaban Islam angkatan 2013 khususnya Khairunnisa Maulida, Teti Tresnawati, Dyah Diu Djembawati, Yulia Hilma, Listinawati, Patimah Batubara, Furqaan Novianto, Akhmad Angga Saputra, dan seluruh teman-teman Sejarah dan Peradaban Islam Asia Tenggara B yang selama ini belajar bersama hingga membantu proses pencarian data penulis.

16. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya semoga skripsi in bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kita semua.

(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya”. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengungkapkan sejarah perjuangan dan sikap nasionalisme dari kalangan ulama, kiai, dan santri. Tidak banyak diungkap dalam sejarah mengenai perjuangan dari kalangan bersarung dan tradisional tersebut. Yang disebut dengan Laskar Hizbullah pun mungkin tidak banyak yang tahu, terlebih ketika Laskar Hizbullah berada pada barisan dalam pertempuran 10 November di Surabaya, yang dikomandoi oleh para ulama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah politik, sejarah dan teori peran. Menurut Soekanto (2009) peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan.

Dalam kajian sebelumnya, Ayuhanafiq (2013) menjelaskan sejarah lahirnya Hizbullah hingga sepak terjangnya dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Menurut Ilham (2015) perlu adanya historiografi sejarah yang imbang antara tokoh-tokoh yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Penelitian ini akan memaparkan peran Laskar Hizbullah yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada perang 10 November 1945 di Surabaya. Temuan pada penelitian ini adalah bahwa tidak hanya dari golongan tertentu saja Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaannya, Hizbullah merupakan salah satu kelompok penting pada masa perjuangan bangsa Indonesia.

Kata Kunci: Hizbullah, 10 November 1945, Mempertahankan Kemerdekaan RI

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II: LASKAR HIZBULLAH ... 14

A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah ... 14

B. Perkembangan Laskar Hizbullah ... 22

1. Latihan Hizbullah ... 22

2. Hizbullah Karesidenan Surabaya ... 28

C. Tujuan Laskar Hizbullah ... 33

BAB III: PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 ... 36

A. Kondisi Surabaya ... 36

B. Latar Belakang Perang 10 November 1945 ... 42

C. Kronologi Perang 10 November 1945 ... 47

D. Laskar atau Organisasi yang Terlibat pada Perang 10 November 1945 ... 55

1. BKR ... 56

2. TKR ... 58

(11)

x

4. Badan Pemerintahan ... 59

5. Tokoh Pribadi ... 59

BAB IV: PERAN HIZBULLAH ... 62

A. Tokoh-tokoh Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ... 62

1. KH Zainul Arifin ... 63

2. KH Abbas Buntet ... 64

B. Peran Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ... 65

1. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Pertama ... 66

2. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Kedua ... 67

C. Dampak Peran Hizbullah Pasca Perang 10 November 1945 ... 68

BAB V: PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jauh sebelum Jepang masuk dan menduduki Indonesia, telah lama negeri ini dijajah oleh bangsa Barat di antaranya Belanda, Portugis, dan Inggris. Jepang masuk ke wilayah-wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun sejak saat Jepang masuk Indonesia, keadaan berbalik dengan apa yang sebelumnya diharapkan. Jepang tidak lagi bisa merebut wilayah-wilayah yang berhasil didudukinya.

Di Pasifik, pada bulan Februari 1944 kedudukan Jepang di Kwajalein, Kepulauan Marshall, dihancurkan pasukan Amerika Serikat. Pada Juni 1944, Angkatan Laut Jepang juga mengalami kekalahan di Filipina. Jatuhnya kepulauan Saipan yang posisinya begitu dekat dan berhadapan langsung dengan Jepang ke tangan Amerika Serikat pada Juli 1944, telah menimbulkan kegoncangan di internal Jepang.1

Situasi Perang Dunia II sudah memasuki babak akhir. Di Eropa, Jerman sudah menyerah pada 7 Mei 1945 sementara Italia telah jauh hari menyatakan menyerah yakni di tahun 1943. Sedangkan Jepang tetap belum menyerah meski mereka mulai menyadari bahwa kekalahan adalah sesuatu yang niscaya dan kedatangannya hanya persoalan waktu. Pendudukan terhadap pulau Saipan dan serangkaian aksi pemboman dari Angkatan Udara Amerika Serikat terhadap Tokyo dan kota-kota lain tetap masih belum berhasil memaksa Jepang untuk menyerah.2

Pada 9 Agustus 1945, Soekarno sebagai ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Muhammad Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman Wedyodiningrat dipanggil oleh Panglima Tentara Selatan, Marsekal (Darat) Terauchi Hisaichi ke Dalat-Vietnam untuk membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia. Tiga hari sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 Hiroshima, diserang

1

M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Penerjemah Tim Penerjemah Serambi, (Serambi: Jakarta) 2008, h. 437.

2 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, (Pustaka Compass:

(13)

2

bom atom oleh Amerika Serikat, dan tepat di hari itu Soekarno, Hatta, dan Radjiman berangkat ke Dalat, bom atom kedua menyerang kota Nagasaki yang membuat Jepang semakin luluh lantak. Meski dengan penyerangan bom tersebut, Jepang belum menyerah secara resmi. Pernyataan menyerah tanpa syarat Jepang terjadi pada 14 Agustus 1945 dan diumumkan secara resmi keesokan harinya. Dengan keluarnya pernyataan menyerah dari Jepang maka Indonesia mengalami situasi kekosongan kekuasaan (vacuum of power).3

Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus, dan dengan demikian para pemimpin Indonesia menghadapi suatu masalah yang berat. Karena pihak Negara-negara Sekutu4 tidak menaklukkan kembali Indonesia, maka kini terjadi suatu kekosongan politik: pihak Jepang masih tetap berkuasa namun telah menyerah, dan tidak tampak kehadiran pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka. Rencanarencana bagi kemerdekaan yang disponsori pihak Jepang secara teratur kini tampaknya terhenti, dan pada hari berikutnya Gunseikan telah mendapat perintahperintah khusus supaya mempertahankan status quo sampai kedatangan Sekutu.5

Menurut Moh. Hatta bahwa soal kemerdekaan Indonesia datanganya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal karena Jepang sudah kalah. Yang harus dihadapi adalah Sekutu yang yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, untuk memproklamasikan Indonesia diperlukan revolusi yang terorganisasi yaitu dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang yang tunduk pada kemauan Jepang.6

Adanya perbedaan paham yang mendorong golongan muda untuk membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke laur kota. Rengasdengklok7 dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta berdasarkan perhitungan militer. Antara anggota

3 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad..., h. 169.

4 Anggota negara-negara Sekutu pada Perang Dunia II adalah Amerika Serikat, Uni Soviet,

Britania Raya atau Inggris Raya dan Tiongkok.

5 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern..., h.443-444

6 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

VI, (Balai Pustaka: Jakarta) 2008, h. 137.

(14)

3

PETA8 Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan pelatihan bersama-sama. Di samping itu, Rengasdengklok letaknya terpencil yakni 15km dari Kedunggede, Karawang pada jalan raya Jakarta-Cirebon. Dengan demikian, deteksi dapat dengan mudah dilaksanakan terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Karena pastilah mereka harus melalui Kedunggede, di mana pasukan Peta telah bersiap-siap untuk menahannya.9

Kalangan politisi di Jakarta kemudian mengutus Ahmad Subardjo untuk menyusulnya sambil berusaha mencari titik temu dengan para pemuda tersebut sehingga pada 16 Agustus 1945 keduanya berhasil dibawa kembali. Begitu sampai di Jakarta segera kumpul para tokoh politik dan perwakilan pemuda untuk mendiskusikan kemerdekaan di rumah seorang perwira penghubung Angkatan Laut Jepang, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1 Menteng. Rapat menyepakati segera mengumumkan kemerdekaan pada esok hari. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H., naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10:00 di rumah Soekarno yang terletak di Pegangsaan Timur no. 56.10

Tidak lama setelah kemerdekaan, terjadi beberapa pergolakan di berbagai wilayah daerah di tanah air, sehingga lahirlah para pembela para laskar dari rakyat. Perjuangan tidak hanya dari kalangan politisi secara diplomasi saja, tetapi rakyat kecilpun ikut maju melawan ke medan perang. Kalangan santri, para ulama dan pihak-pihak yang ada di pesantren ikut andil dalam mempertahankan tanah air.

Salah satu yang melatar belakangi terbentuknya Laskar Hizbullah adalah ketika Jepang secara khusus, melalui orang Jepang yang beragama Islam yaitu Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. Wahid Hasyim agar mengerahkan para santri untuk membantu Jepang bergabung dengan Heiho. Namun permintaan itu

8

Tentara Pembela Tanah Air.

9 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

VI, h. 139.

(15)

4

ditolak, KH. Wahid Hasyim mengusulkan agar para santri diberi latihan militer saja untuk pertahanan dalam negeri. Akhirnya Jepang menyetujui hal tersebut dan secara resmi pada tanggal 14 Oktober 1944 pemerintah pendudukan Jepang menyetujui dibentuknya Laskar Hizbullah di Jakarta.11

Faktor lain yang melatarbelakangi timbulnya keinginan tokoh-tokoh Islam untuk mendirikan Hizbullah ialah bahwa berperang untuk mempertahankan agama Allah hukumnya wajib.12

Pada tanggal 15 Desember 1944 diresmikan pembentukan barisan semi militer lainnya, yakni Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam bahasa Jepang disebut Kaikyo Seinen Taishintai. Jika Barisan Pelopor dan Barisan Pelopor Istimewa milik Jawa Hokokai,13 lain halnya dengan Hizbullah yang berada di bawah naungan Masyumi. Pimpinan keseluruhan barisan ini ialah Zainal Arifin,14 seorang tokoh NU. Melalui Hizbullah , Jepang masih berharap agar propaganda tentang “perang suci” akan mendapatkan dukungan dari pemuda-pemuda Islam. Pemuda-pemuda yang diterima sebagai anggota Hizbullah adalah mereka yang berumur antara 17 dan 25 tahun dan belum berkeluarga. Mereka dilatih oleh beberapa perwira Peta dari golongan Islam karena Hizbullah dimaksudkan sebagai korps cadangan Peta. Setiap Syu15 di Jawa diharuskan mengirimkan 25 calon untuk dilatih. Pelatihan yang dipercayakan kepada Kapten Yanagawa, yang berhasil melatih pemuda di Seinen Dojo dan kemudian di pelatihan Peta, dimulai pada bulan Februari 1945 di Cibarusah, Jawa Barat dan diikuti oleh 500 orang.

11 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, (Pustaka Tebuireng:

Jombang) 2015., h. 33-34.

12

Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, (LTN PBNU: Jakarta) 1995., h. 16-17.

13

Himpunan Kebaktian Jawa.

14

Zainal Arifin adalah anak tunggal dari pasangan keturunan raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing Natal, Siti Baiyah br, Nasution. Pendidikannya dimulai Hollands Indische School

(HIS) dan sekolah menengah calon guru, Norman School. Bergabung dengan Gerakan Pemuda

Anshor, beliau piawai dalam berpidato, berdebat, dan berdakwah sehingga menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama diantaranya KH. Wahid Hasyim. Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Beliau dipercaya sebagai panglima Hizbullah dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihanpelatihan semi militer di Cibarusah dekat Bogor. (Isno el- Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, h. 55-56).

(16)

5

Setelah mengikuti pelatihan selama dua bulan, mereka dikembalikan ke daerah untuk melatih calon-calon anggota Hizbullah di daerah masing-masing.16

Perjuangan para santri tergabung dalam laskar Hizbullah. Saat kemerdekaan RI diproklamirkan, laskar Hizbullah baik secara moral maupun organisasional dalam keadaan utuh dan penuh semangat juang tinggi. Secara organisasional, Hizbullah dalam keadaan solid hingga masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan Laskar Hizbullah menjadi salah satu kesatuan bersenjata yang paling siap dalam menyongsong satu era baru yakni era Revolusi Kemerdekaan.17

Saat kemerdekaan diproklamirkan, Peta membutuhkan adanya inisiatif moril negara untuk menyatukan mereka ke dalam wadah tentara nasional. Sedangkan para laskar lainnya masih terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan ideologi, serta butuh inisiatif dari pemerintah untuk penyatuan visi. Berbeda halnya dengan Hizbullah yang tersatukan dalam satu komando para Kiai dan solid, sehingga tidak membutuhkan suatu forum kongres guna mencari titik temu dalam visi perjuangan seperti yang dilakukan para laskar lainnya. Karenanya dapat dikatakan jika Laskar Hizbullah merupakan organisasi militer sejati setelah Proklamasi Kemerdekaan.18

Para kiai dan alim ulama dari berbagai tempat di Pulau Jawa berduyun-duyun menyerahkan darma bakti mereka ke Surabaya, sehingga tidak sedikit menambah keberanian pemuda dan rakyat yang percaya akan kekuatan gaib.19

Tidak hanya kalangan nasionalis saja yang ikut dalam perjuangan rakyat dalam mempertahankan RI ini, tetapi juga kalangan ulama dan santri ikut juga dalam perjuangan tersebut, khususnya pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya ini. Semua kalangan tidak takut untuk melawan sekutu.

16 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

VI, h. 49-50.

17 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 186. 18 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 188.

19 Bung Tomo (Sutomo), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman

(17)

6

Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan RI pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya” mengungkap para pejuang yang berasal dari kalangan ulama, kiai, dan santri yang menjunjung tinggi nasionalisme.

Kalangan ulama, kiai dan santri yang hanya dianggap sebagai kaum bersarung yang tradisional ternyata memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, hanya bermodalkan senjata tradisional seadanya dan hanya mengharapkan pertolongan dari Yang Maha Kuasa saja. Mereka mampu menjadi laskar terdepan bersama kaum nasionalis. Ini yang akan menjadi suri tauladan baik bagi kaum dari semua kalangan untuk menjunjung tinggi nasionalisme dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Masalah

Merunut pada latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti menangkap sejumlah masalah diantaranya adalah:

1. Dari data apa saja Indonesia mendapatkan kemerdekaan?

2. Situasi dan kondisi apa saja ketika Sukarno-Hatta membacakan kemerdekaan proklamasi?

3. Situasi dan kondisi apa saja yang mendorong Sekutu silih berganti datang ke Indonesia?

4. Kenapa perang meletus besar-besaran terjadi di Surabaya?

5. Siapa saja yang duduk sebagai panglima dan komandan lapangan dari negara-negara Sekutu yang datang silih berganti ke Indonesia?

6. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan mempertahakan kemerdekaan Republik Indonesia di Indonesia?

7. Organisasi masyarakat, gerakan, laskar apa saja yang tergerak untuk melawan Sekutu di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah beserta tokoh-tokoh di dalamnya.

(18)

7

2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

3. Untuk mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya.

Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya ” ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui bahwa adanya pasukan yang disebut dengan Laskar Hizbullah beserta tokoh-tokoh di dalamnya.

2. Mengetahui informasi tentang perang 10 November 1945 di Surabaya. 3. Mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan

RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya.

D. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memperjelas dan memfokuskan pembahasan ini, maka penulis akan membatasi pembahasan ini. Batasan masalah meliputi pembahasan mengenai perjuangan para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

2. Rumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah penulis ambil maka muncullah rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:

a. Pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah adalah mereka laki-laki yang beragama Islam yang belum menikah yang dilatih oleh tentara Jepang dalam kurun waktu yang telah ditentukan kemudian mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing untuk melatih para pemudanya.

(19)

8

b. Latar belakang terjadinya 10 Nopember 1945 di Surabaya dan kronologis perang tersebut secara runtut akan dipaparkan dalam bab berikutnya.

c. Hizbullah berperan dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada perang 10 Nopember 1945 di Surabaya dengan fakta-fakta dan sumber-sumber akurat.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari plagiarisme perlu adanya kejujuran dalam penulisan baik itu dari sumber-sumber ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini sebelumnya pernah ditulis oleh Mochammad Ilham mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, dalam skripsinya yang berjudul “Historiografi Peran Laskar Hizbullah Pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya” yang disahkan pada tahun 2015. Di dalam skripsinya ia memfokuskan kepada permasalahan yaitu penulisan sejarah yang tidak banyak membahas mengenai peran Hizbullah pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Namun penelitian kali ini memfokuskan lebih kepada ingin mengungkapkan peran Hizbullah beserta tokoh-tokohnya yang berkiprah dalam pertempuran 10 November 1945.

Kajian dalam penelitian ini telah ditulis oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Zainul Milal Bizawie dalam bukunya Laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949). Buku yang ditulis oleh Zainul Milal Bizawie ini, ingin menunjukkan bahwa sejarah seharusnya mengkaji dengan jernih adanya kepentingan politik. Buku ini memaparkan lebih jauh pergerakan ulama-santri melawan kolonial Belanda dengan politik etisnya yang membuat kalangan pesantren begitu terpinggirkan. Datangnya Jepang yang memposisikan diri sebagai saudara tua menghadirkan penjajahan baru yang tak kalah kejamnya hingga akhirnya ulama santri membentuk laskar Hizbullah. Terbentuknya Hizbullah berawal dari keinginan Jepang merangkul umat Islam seluruh Indonesia untuk dilatih militer dan dikirim ke Jepang bergabung dengan Heiho melawan tentara sekutu, namun dengan gagasan brilian KH. Hasyim Asy‟ari laskar santri tersebut terpisah dengan Heiho dan membentuk barisan tersendiri yaitu Laskar Hizbullah. Laskar ini dibentuk Mbah Hasyim untuk

(20)

9

mempersiapkan kemerdekaan RI sekaligus mempertahankannya. Buku ini terlihat sangat jelas ingin mengungkapkan sejarah bahwa santri dan ulama memiliki peran yang penting dalam proses kemerdekaan Indonesia hingga perang melawan Sekutu dalam mempertahankan Indonesia.

Kemudian buku Frank Palmos berjudul Surabaya 1945: Sakral Tanahku yang diterjemahkan oleh Johannes Nugroho, buku ini bercerita tentang kisah-kisah para pelaku sejarah terutama di Surabaya dalam kurun waktu 40 hari. Rakyat Surabaya yang berperan penuh dalam perlawanan melawan tentara Inggris dan Jepang. Telah disebutkan dibeberapa sumber bahwa dari semua kalangan turut serta dalam pertempuran ini. Di dalam buku ini juga diceritakan semasa penjajahan Jepang ke Indonesia, hingga Indonesia meraih kemerdekaan. Diceritakan pula pergolakan-pergolakan setelah merdeka di berbagai wilayah seperti di Bandung, Bogor, Cirebon dan Semarang melawan tentara Inggris dan Jepang. Diceritakan secara detil juga perjuangan rakyat Surabaya untuk menggagalkan Belanda menduduki wilayah Indonesia, dan berhasil melawan tentara Inggris dan Jepang. Dikatakan pula bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali mengecap kemerdekaan secara riil adalah Surabaya.

Buku karya Bung Tomo (Sutomo) berjudul Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Buku ini menceritakan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya secara jujur dan detil tanpa tendensi demi kepentingannya sendiri. Diceritakan suka duka para pejuang mengatur strategi perang hingga kisah para rakyat kecil yang mengorbankan segala harta benda yang tidak seberapa, mengorbankan segala air mata, darah, dan perjuangan. Ada juga kisah lucu dari rakyat kecil yang berjuang yang tidak tahu dengan alat-alat canggih seperti cara penggunaan granat yang dimiliki Jepang dan Inggris hingga membuat rakyat menjadi korbannya.

Buku berjudul Pertempuran Surabaya November 1945 Catatan Julius Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh? karya Des Alwi. Ia merupakan aktor sejarah yang menyaksikan peristiwa tersebut. Di buku ini penulis mengungkapkan pengalaman pribadinya di masa sekitar kemerdekaan Indonesia khususnya di Surabaya, dan sebagai sumbangsih penulisan sejarah Indonesia.

(21)

10

Buku berjudul 10 Nopember 1945 terbitan Angkasa Bandung tahun 1976 karya Dr. A. H. Nasution seorang Jenderal TNI. Karya sejarah ini ditinjau dari segi militer. Meskipun seorang TNI tapi penulis mencoba untuk seobjektif mungkin dalam memaparkan peristiwa peperangan 10 Nopember 1945 di Surabaya. Dalam bagian pertama buku ini diceritakan tentang penjajahan yang dialami Indonesia hingga mencapai kemerdekaan. Di bab selanjutnya diceritakan keadaan militer menjelang 10 Nopember 1945 hingga pertempuran tersebut terjadi. Bab terakhir tentang siasat yang dilakukan pemerintah terhadap Sekutu dengan cara diplomasi yang gagal hingga meledaklah pertempuran.

Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950 buku karya Ayuhanafiq diterbitkan oleh Azzagrafika. Menceritkan sejarah berdirinya Laskar Hizbullah, kemudian diceritakan bangaimana cara untuk menjarah senjata-senjata Jepang untuk bekal Hizbullah. Diceritakan secara detail juga sepak terjang Hizbullah Mojokerto. Karya ini juga meyadarkan bahwa kelompok Jam‟iyah Nahdlatul Ulama adalah salah satu komunitas yang berjuang dan ikut mempertahankan Kemerdekaan RI, memang porsi yang tidak banyak dalam penulisan sejarah bahwa para ulama telah menjadi garda terdepan melawan penjajah.

Buku KH. Zainul Arifin Pohan, Panglima Santri; Ikhlas Membangun Negeri karya Ario Helmy. Ario Helmy merupakan cucu dari tokoh KH. Zainul Arifin Pohan. Buku ini menceritakan riwayat hidup tokoh tersebut. KH. Zainul Arifin Pohan merupakan Panglima Laskar Hizbullah sekaligus Pahlawan Nasional yang ditetapkan tahun 1963. Buku ini merupakan buku revisi yang berjudul KH. Zainul Arifin: Berdzikir Menyiasati Angin.

Buku Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur karya Isno el- Kayyis diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng, berisi tentang sejarah berdirinya Laskar Hizbullah, perjuangannya untuk mempertahankan kemerdekaan sampai melawan sekutu, hingga bercerita tentang bubarnya Laskar Hizbullah. Dalam buku ini diceritakan sepak terjang perjuangan Hizbullah khususnya di Jawa Timur. Buku ini menjadi penyeimbang dalam memandang sejarah dari sisi lain, khususnya dari sudut Nahdliyin.

(22)

11

F. Kerangka Teori

Pada penelitian ini diperlukan pendekatan teori. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah dan politik. Dalam pendekatan sejarah bisa diketahui latar belakang ataupun sejarah terjadinya peristiwa. Ketika penulis akan mengungkap bagaimana terbentuknya Laskar Hizbullah dan mengapa peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu bisa terjadi, dengan pendekatan atau teori sejarah. Pendekatan politik akan mengungkap bagaimana kronologi perpolitikan sekitar paska kemerdekaan khususnya pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya tersebut.

Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah (politics is the backbone of history). Oleh karenanya, buku-buku teks sejarah berisi rentetan kejadian-kejadian mengenai raja, negara, bangsa, pemerintahan, parlemen, kelompok-kelompok kepentingan (militer, partai, ulama, bangsawan, petani), dan interaksi antara kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan. Ada ungkapan “history is past politics, politics is present history” (ucapan Sir John Robert Seeley, sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan pasti menunjukkan keterkaitan antara politik dan sejarah. Dominasi politik dalam penulisan sejarah itu menjadi kewajaran untuk waktu yang lama.20

Dengan judul penelitian yaitu Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945, maka penulis akan menekankan pendekatan teori dari arti kata “peran” tersebut. Menurut Soerjono Soekanto (2009), peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.21 Dalam hal ini, Hizbullah melaksanakan perannya dalam mempertahankan kemerdekaan RI karena telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.

20

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2003, edisi kedua, h. 174.

21 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Rajawali Pers: Jakarta) 2009, edisi baru,

(23)

12

G. Metode Penelitian

Tahapan dalam penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo, mempunyai lima tahapan yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), intrepretasi: analisis dan sintesis, dan penulisan.22

Dari uraian tahap-tahap penelitian di atas dapat disederhanakan menjadi, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Dalam heuristik penulis telah mencoba mencari sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder ke Arsip Nasional Republik Indonesia di jalan Ampera Raya no. 7 Cilandak Timur, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Ke beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang awalnya berada di jalan Salemba no. 28 A, Jakarta Pusat hingga saat ini penulis masih melakukan penelitian gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berpindah ke jalan Merdeka Selatan no. 11 Jakarta Pusat, Perpustakaan PBNU di jalan Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di Gedung Nyi Ageng Serang jalan H. R. Rasuna Said Kav. C22 Jakarta Selatan, ataupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Museum Sepuluh Nopember jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Kota Surabaya dan Museum Nahdlatul Ulama, jalan Gayungsari, Gayungan, Kota Surabaya. Kantor Berita Antara, yang merupakan kantor berita nasional, beralamat di Wisma Antara jalan Medan Merdeka Selatan No. 17 Jakarta Pusat. Mencari buku-buku terbitan lama ataupun buku-buku terbitan baru, kemudian juga memanfaatkan teknologi di era sekarang ini untuk mencari sumber dengan akses internet. Melakukan wawancara dengan Bapak Agustiono23. Betapa masih sangat terbatasnya pencarian sumber ini, dan penulis akan berusaha untuk mencari sumber-sumber lain seperti dokumen, surat kabar pada masanya, ataupun wawancara kepada narasumber terkait dengan metode sejarah lisan.

Mengenai kritik sumber, penulis menilai terlebih dahulu sumber-sumber yang telah didapat melalui kritik ekstern dan kritik intern. Dalam kritik ekstern penulis dapat menilai sumber manakah yang memang diperlukan, apakah sumber

22 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2013, edisi baru, h. 69.

23 Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum Sepuluh Nopember

(24)

13

tersebut asli ataupun tidak asli, kritik ekstern dapat menilai keakuratan sumber. Sedangkan mengenai kritik intern, penulis menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan dalam kritik sumber ini adalah untuk menyeleksi data sehingga diperoleh fakta yang akurat.

Setelah fakta didapat dan dinilai layak untuk diteliti maka dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran atau dituangkannya fakta yang telah diseleksi dengan objektif selaku penulis sejarah, agar menghasilkan sejarah yang benar dan dijauhkan dari kepentingan belaka.

Tahap terakhir yaitu historiografi atau tahap penulisan sejarah. Dalam hal ini penulis akan menuangkan tulisan sejarah secara kronologis dan sistematis. Tulisan ini besifat karya ilmiah sehingga harus ditulis dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku.

H. Sitematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan dalam penelitan ini terbagi dalam tiga bagian yaitu, pendahuluan, isi pembahasan, dan kesimpulan. Tiga bab tersebut dibagi menjadi lima bab yang masing-masing bab berisi sub-sub bab. Bab-bab tersebut meliputi:

Bab I, yaitu pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berisi mengenai latar belakang, sejarah, perkembangan, dan tujuan Laskar Hizbullah.

Bab III, menjelaskan tentang kondisi Surabaya pada masa Jepang, latar belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan kronologinya.

Bab IV, meliputi penjelasan mengenai peranan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekan RI terfokus pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan dampak peran Hizbullah dalam perang tersebut.

Bab V, merupakan bab terakhir sebagai penutup yaitu berisi kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah diuraikan.

(25)

14

BAB II

LASKAR HIZBULLAH

A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah

Awal kedatangan Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia. Mereka bersuka cita karena Jepang telah membantu melepaskan penjajahan Belanda atas Indonesia kurang lebih selama 350 tahun. Bahkan Jepang melabeli diri sebagai Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia. Jepangpun berjanji akan memerdekakan rakyat Indonesia setelah perang pasifik melawan sekutu usai.

Hal tersebut berbalik pada 20 Maret 1942 ketika Jepang melarang rakyat Indonesia untuk terjun dalam politik atau berorganisasi. Hanya ada beberapa saja yang diperbolehkan untuk membuat organisasi sebagaimana organisasi bentukan Jepang sebagai alat propaganda. Misalnya Gerakan 3A, organisasi yang berdiri pada 24 April 1942 dipimpin oleh Mr. Sjamsuddin yang bertujuan agar rakyat Indonesia suka rela menjadi tenaga bagi perang Jepang. Namun organisasi ini kurang mendapat simpati dari rakyat Indonesia, hingga akhirnya pada 20 November 1942 organisasi ini dibubarkan. Kemudian Jepang membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk menarik simpati rakyat, pemerintah militer Jepang menawarkan kerjasama dengan para pemimpin Indonesia, diantaranya Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara. Empat serangkai tersebut memimpin organisasi PUTERA. Tujuan didirikannya PUTERA pada intinya adalah membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Seiring perkembangannya PUTERA lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan PUTERA kemudian pada 1 Januari 1944 Jepang mendirikan Jawa Hokokai. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala pemerintah militer Jepang. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Tujuan

(26)

15

didirikannya Jawa Hokokai adalah agar mencangkup semua golongan masyarakat termasuk Cina dan Arab.24

Pada Mei 1942 Jepang mengalami kekalahan pertama dalam pertempuran Laut Koral. Dalam medan pertempuran Jepang terus tedesak dan menyerah kalah di Irian dan Morotai, Maluku serta Filipina. Jatuhnya Filipina membuat sekutu bisa mengontrol lalu lintas Laut Cina Selatan. Maka putuslah jalur distribusi Jepang dengan wilayah kekuasaannya di selatan. Kekalahan itu memaksa penguasa Jepang untuk mengubah kebijakan politiknya dengan berusaha mendapatkan bantuan penduduk pribumi untuk mempertahankan diri dari serangan sekutu. Oleh karena itu Jepang mengambil hati rakyat Jawa yang mayoritas Islam, Jepang segera membebaskan KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Shidiq dari tahanan di penjara Bubutan Surabaya. Sebagai bentuk penghormatan kepada ulama yang pernah dipenjarakan, Jepang mengundang KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Sidiq serta 30 ulama NU se-Jawa dan Madura ke Istana Gubernur Batavia pada 7 Desember 1942, undangan semacam ini belum pernah ada pada masa Belanda. Pada pertemuan tersebut, Letnan Jenderal Okazaki, mewakili pemerintah militer Jepang, mengatakan bahwa Jepang akan melindungi dan akan mempelajari agama Islam agar dapat menyesuaikan diri dengan umat Islam Indonesia. Pada 10 September 1943, secara resmi Jepang mengizinkan dan mengakui aktivitas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kemudian disusul pengakuan Persyarikatan Umat Islam. Pengakuan itu membuat kekuatan organisasi Islam berkembang di Jawa, sehingga ormas-ormas tersebut diperkenankan Jepang untuk membentuk organisasi federasi bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 24 Oktober 1943, sebagai pengganti dari Majelis Islam A‟la Indonesia (MIAI). Masyumi diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari yang juga merupakan rois akbar NU, wakilnya diambil dari organisasi Islam lainnya. Selain itu, bersama Soekarno, KH. Hasyim Asy‟ari juga diangkat menjadi penasehat utama organisasi Jawa Hokokai.25

24

Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah, (Pustaka Tebuireng:Jombang), 2015, h.12-17.

25 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950, (Azza Grafika:

(27)

16

Sebelumya pada sekitar April 1942, Jepang menahan KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Sidiq dan dipenjara selama empat bulan. Mereka ditangkap karena tidak mau melakukan „saikere‟, yakni upacara menghormat Tenno Haika dengan membungkukkan badan seperti rukuk ke arah Tokyo saat matahari terbit. Perintah ini bukan hanya ditolak oleh KH. Hasyim Asy‟ari, namun beliau juga menyerukan kepada rakyat muslim Indonesia untuk tidak melakukannya karna dianggap menyekutukan Tuhan.26

Pada bulan pertama Masyumi yang berada di bawah kekuasaan Jepang menjalankan gerakan “melipat gandakan hasil bumi” untuk kepentingan Jepang. Untuk menyelamatkan Masyumi agar tidak menjadi alat propaganda Jepang, Wachid Hasyim, Mochammad Nasir, Prawoto Mangkusaswito, Zainul Arifin dan beberapa orang tokoh muda masuk kedalam pengurusan Masyumi untuk menyelamatkan Masyumi, dan mereka kemudian berhasil mengendalikan Masyumi dari dominasi campur tangan Jepang yang memang semula ingin menjadikan salah satu alat perjuangannya. Pada bulan-bulan akhir tahun 1944 Jepang mulai terjepit, keadaan telah berubah secara cepat dan sekutu mulai berkuasa di beberapa tempat karena menang di beberapa tempat. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang untuk mencapai kemenangan, Perdana Menteri Kaiso di Tokyo mengumumkan bahwa Jepang akan segera memerdekakan Indonesia. Namun janji untuk memerdekakan Indonesia tidak jelas. Kemudian pada 12-14 Oktober 1944 Masyumi mengadakan rapat di Jakarta yang dihadiri oleh seluruh pengurus Masyumi atas utusan-utusan istimewa dari pengurus besar Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan Persarikatan Umat Islam. Masyumi berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keerdekaan umat Islam Indonesia. Dan kemerdekaan Indonesia adalah salah satu syarat yang penting untuk mencapai kemerdekaan umat Islam Indonesia dalam menjalankan syariat agamanya.27

Kekalahan Jepang secara beruntun di beberapa wilayah pendudukan seperti di Pulau Bougainvile dan hancurnya Armada Kekaisaran I di Kepulauan

26 Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad “Perjuangan Ulama:

dari Menegakkan Agama hingga Negara”, (Pustaka Tebuireng: Jombang), 2015, h.133.

(28)

17

Guadalcanal, Komandan Ryukugun 16 terpaksa cepat-cepat melibatkan rakyat Jawa untuk mendukung perang. Sementara itu, Koran Asia Raja, edisi 13 September 1943 mempublikasikan, tuntutan sepuluh ulama pada pemerintah Jepang di Jakarta. Tuntutan itu berisi permintaan para ulama agar Jepang segera membentuk tentara sukarela yang akan membela tanah air. Kesepuluh ulama itu adalah KH. Mas Mansoer, Tuan Guru H. Mansoer, Tuan Guru H. Jacob, H. Moh Sadri, KH. Adnan, Tuan Guru H. Cholid, KH. Djoenaedi, DR.H. Karim Amrullah, H. Abdoel Madjid dan U. Mochtar. Akhirmya, pada 3 Oktober 1943, pemerintah Jepang meresmikan Peta (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) di Bogor Jawa Barat. Keanggotaan Peta didominasi kalangan santri dan ulama, termasuk sepuluh ulama diatas yang dicatat sebagai pendiri sekaligus komandan Peta di wilayahnya msing-masing. KH. Hasyim Asy‟ari sebagai pendiri NU dan ketua Masyumi dipercaya sebagai penasihat Peta.28

Masih dalam situasi berkecamuknya Jepang dengan Sekutu pada tahun 1943, para ulama antara lain KH. Wahid Hasyim, KH. Abdul Wahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Farid Ma‟ruf, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, Zainal Arifin, Mr. Mohammad Rum, Abi Kusno Cokrosuyoso, KH. Agus Salim dan Abdul Hamid Ono (seorang muslim Jepang yang selalu mengikuti KH. Wahid Hasyim) beliau mengadakan pertemuan untuk membahas tentang persiapan pembentukan Peta dan Hizbullah. Rencana tersebut terealisasi. Namun yang menjadi masalah apakah Peta dan Hizbullah disatukan atau dipisahkan. Jika disatukan, maka potensi nasioanl kuat, utuh dan tidak terpecah belah.Jika dipisahkan, maka pihak musuh mudah menguasai dan memecah belah internal atau dari dalam Peta dan Hizbullah tersebut. Akhirnya, demi utuhnya dan tegaknya kedua laskar tentara tersebut diambil keputusan dipisahkan dalam pendiriannya. Setelah pertemuan usai, kemudian rapat memutuskan untuk menugaskan tiga orang yaitu Muhammad Syahid dari Blitar, Ahmad Fathoni dari Jakarta, dan Syaifuddin Zuhri dari Jawa Tengah untu bertugas menghadap kepada ulama diseluruh Jawa dan Madura guna memberikan penjelasan tentang persiapan

28 Gugun El-Guyanie, “Resolusi Jihad Paling Syar‟i”, (Pustaka Pesantren: Yogyakarta)

(29)

18

pembentukan Peta dan Hizbullah serta menyiapkan para tentara yang masuk ke dalam Peta dan Hizbullah.29

Pembentukan Peta merupakan respon dari tuntutan tokoh-tokoh Islam yang mengusulkan pada Letnan Jenderal Kumshiki Harada agar dibentuk Barisan Pembela Islam yang bertujuan untuk mempertahankan Jawa. Secara keseluruhan, kekuatan Peta berjumlah 69 batalyon dengan jumlah 38.000 anggota. Keinginan yang sama muncul dari perwira muslim Jepang Abdul Hamid Ono yang datang kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para pasukan muslim atau santri agar masuk ke dalam Heiho, untuk membantu Jepang. Namun usulan itu ditolak, alasan KH. Wahid Hasyim adalah pertama sebaiknya para pasukan muslim berperang untuk membela tanah air sendiri karna akan menggunggah semangat para anggota muslim, kedua sebaiknya dijadikan anggota cadangan saja, ketiga para santri yang kurang terlatih akan menyulitkan Jepang sendiri jika dikirim ke garis perang. Berdasarkan usulan tadi, Jepang memutuskan membentuk Hizbullah yang dalam bahasa Jepang adalah „Kaikyo Sainen Teishintai‟ pada 15 Desember 1944.30

Pembentukan Hizbullah sebenarnya sudah diajukan oleh para ulama setahun sebelumnya bersamaan dengan pembetukan Peta. Namun Jepang tidak langsung menyetujui pembentukan Hizbullah secara resmi. Sedangkan Peta sendiri disetujui dengan alasan bahwa para pemuda telah mengetahui akan dibukanya pendaftaran pasukan Peta dan Hizbullah, terkebih ketika Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia maka para pemuda berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi pasukan sukarela.

Pada bulan Oktober 1943 disetujuinya pembetukan Peta atas usulan Gatot Mangunprojo, maka dilatihnya para calon pasukan Peta tersebut. Ternyata banyak diantara pasukan tersebut dari kalangan ulama diantaranya, KH. Sam‟un dari Banten, Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta, KH. Basyuni dari Sukabumi, dan masih banyak ulama lainnya. Namun pendaftaran Peta tidak lama ditutup, sedangkan masih banyak para pemuda yang belum terlatih kemiliterannya. Para

29 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

Republik Indonesia (Semarang, tanpa tahun) Bab 1 tanpa halaman.

(30)

19

ulama terus berusaha guna memenuhi hajat para pemuda dan santrinya untuk terus memperjuangkan kemerdekaan. Akhirnya dengan perantara sepuluh ulama Hizbullah diresmikan pada 14 Oktober 1944 dan baru mengadakan pelatihan militer pada 2 Februari 1945-15 Mei 1945. Setelah usul sepuluh ulama pada 13 September 1943 baru disetujui pada 14 Oktober 1944.31

Pada tahun 1944 situasi pertempuran Jepang semakin terpojok, dengan semakin berkurangnya pasukan Jepang maka untuk mempertahankan Indonesia dari Sekutu satu-satunya cara yaitu menambah pasukan lokal. Barangkali itu yang menjadi pertimbangan Jepang dalam menyetujui adanya pasukan Hizbullah. Berbeda ketika tokoh nasionalis Gatot Mangunprojo mengusulkan pembentukan Peta yang tidak membutuhkan waktu hingga satu tahun.

Menurut BJ. Boland dalam bukunya Pergumulan Islam di Indonesia, menyebutkan bahwa ada tiga manfaat yang bisa diambil bagi umat Islam pada masa pendudukan Jepang yaitu, dibentuknya Kantor Urusan Agama Indonesia, didirikannya Masyumi, serta pembentukan Hizbullah.

Berbalik pada masa pendudukan Belanda, kalangan moderen Islam terutama yang begerak di bidang politik ditolak oleh pemerintah Belanda untuk mendirikan suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada lembaga perwakilan. Pemerintah Belanda hanya mendekati golongan kepala tradisi ataupun priyayi. Sehingga dapat dikatakan adu domba terjadi antar golongan tersebut.32 Bahkan pada masa itu, Belanda dianggap pemerintahan kafir, yang menjajah agama dan bangsa mereka. Pesantren yang merupakan pusat pendidikan Islam bersikap anti kolonialisme. Gaji yang diberikan pemerintah Belanda dianggap uang haram, celana dan dasi dianggap haram, karena sebagian dari identitas Belanda.33

Kantor Urusan Agama dalam bahasa Jepang disebut Shumubu, sebelumnya pada masa pendudukan Jepang adalah Kantoor voor het Inlandsche Zaken dipimpin oleh Kolonel Hori. Kantor tersebut membawahi bidang Departemen

31 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

Republik Indonesia...

32 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (LP3ES: Jakarta), 1982,

edisi ke 2., h. 334.

(31)

20

Dalam Negeri, Kehakiman, Pendidikan, dan Peribadatan. Dimulai tanggal 1 Agustus 1944 kantor tersebut dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari. Kantor ini yang kemudian menjadi Kementrian Agama hingga pada tahun 1950, Wahid Hasyim menjadi menteri Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia Serikat. Kemudian Masyumi, yang disebut sebagai pengganti MIAI (Majelis Islam A‟la Indonesia). Pembubaran MIAI ini disebabkan karena MIAI sendiri terbentuk atas prakarsa umat Islam Indonesia melalui kongres. MIAI dianggap sebagai anti kolonial dan tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial. Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dan NU berdiri tahun 1926, masuk sebagai anggota Masyumi yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari. Pada akhir tahun 1944, Jepang menyetujui adanya pasukan Hizbullah (Tentara Allah, atau golongan Allah sesuai dengan surat 5 ayat 56 dan surat 58 ayat 22), merupakan organisasi militer bagi para pemuda muslim.34

Dengan didirikannya Kantor Urusan Agama, Masyumi, dan Hizbullah, umat Islam Indonesia memang telah diberikan beberapa manfaat. Namun tidak bisa dinafikan juga bahwa pada masa pendudukan Jepang, Indonesia mengalami kemiskinan dikarenakan semua harta benda, hasil bumi penduduk diambil oleh Jepang bahkan dikerja paksa atau disebut dengan Romusha.

Dengan semangat keagamaan yang kental, Hizbullah menjadi kesatuan yang memiliki tujuan berbeda dengan apa yang diinginkan oleh Jepang. Berbeda dengan Peta yang pembentukannya bertujuan melayani kepentingan Jepang, Hizbullah sejak awal pembentukannya berkaitan dengan aspirasi ke arah Indonesia merdeka. Menurut Cornelius Van Dijk, Hizbullah atau Tentara Allah didirikan pada akhir pendudukan Jepang untuk memberikan kepada umat Muslim Jawa pasukan pertahanannya sendiri. Pemimpin-pemimpin Islam telah mengusulkan pembentukan pasukan yang demikian sudah sejak September 1943.

Dalam bulan itu mereka mengajukan permohonan kepada pihak Jepang untuk mendirikan korp sukarela muslim yang dapat menjadi pelopor dalam usaha menghancurkan Amerika dan Inggris. Setelah disetujui oleh Jepang, Masyumi langsung mengumpulkan para pemuda Islam untuk masuk ke dalam Hizbullah

(32)

21

dan mengirimkan 25 pemuda untuk dilatih militer oleh Jepang. Keanggotaannya terbuka bagi pemuda Islam terutama siswa madrasah atau pesantren yang berumur 17-25 dengan syarat sehat fisik, bujangan, dan mendapat izin orang tua atau wali.35

Setelah disetujui Hizbullah maka segerelah para ulama pengusul membentuk Dewan Pengurus Hizbullah Pusat di Jakarta sebagai berikut:36

STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS PUSAT HIZBULLAH Ketua : KH. Zainal Arifin (Nahdlatul Ulama)

Ketua Muda : Mr. Muhammad Rum (Jong Islamieten Bond) Urusan Umum : S. Surowijoyo (Jong Islamieten Bond)

Suyono Hadisudiro

Penerangan : Anwar Cokroaminoto (Sarekat Islam) KH. Imam Zarkasyi (Pesantren) Masyhadi

Urusan Rencana : Sunaryo Mangun Puspito

Mr. Yusuf Wibisono (Jong Islamieten Bond) Muhammad Junaidi (Ayah Mahbub Junaidi) Urusan Keuangan : R.H.O. Junaidi

Prawoto Mangkusaswito (Muhammadiyah) Anggota : H. Abdul Mukti (Muhammadiyah)

Ahmad Fathoni Muhammad Syahid

KH. Mukhtar (Muhammadiyah) Amir Fatah (Muhammadiyah)

Urusan Politik : KH. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama)

KH. Abdul Wahab Hasbullah (Nahdlatul Ulama) Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah) KH. Masykur (Muhammadiyah)

35

Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h. 24-25.

36 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

(33)

22

Pembentukan Hizbullah pada awalnya memang murni atas keinginan dari pihak ulama dan dengan tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berbeda dengan pasukan lain seperti Peta yang awal mulanya dibentuk untuk membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu.

B. Perkembangan Laskar Hizbullah

Hizbullah telah memainkan perannya dalam organisasi militer yang beranggotakan para pemuda Islam, santri bahkan kiai. Saat Jepang menyutujui didirikannya Peta dan mulai melatih militer, anggota Peta yang dilatih Jepang ternyata banyak diantaranya adalah kiai. Yang kemudian saat pulang para kiai tersebut kelak menjadi komandan-komandan Hizbullah. Juga melatih para santrinya yang kemudian masuk dalam Hizbullah di masing-masing daerah atau wilayah karesidenan.

1. Latihan Hizbullah

Pada bulan Oktober 1943 setelah disetujuinya usulan Gatot Mangunprojo untuk membentuk Peta, maka segeralah diadakan pelatihan untuk Peta. Ternyata banyak diantara anggota latihan Peta berasal dari ulama, cendikiawan muslim, dan tokoh-tokoh masyarakat, diantaranya:

1. Kyahi H. Sam‟un dari Banten 2. Kyahi H. Khotib dari Banten

3. Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta 4. Kyahi H. Basyuni dari Sukabumi 5. Arudji Kartawinata dari Bandung 6. H. Sudirman dari Purwokerto

7. Kyahi H. Iskandar Edris dari Pekalongan 8. Kyahi H. Yunus Anis dari Jogyakarta 9. Kyahi H. Edris dari Surakarta (Solo) 10. R. Mulyadi Joyomartono dari Surakarta 11. Iskandar Sulaiman dari Jawa Timur

(34)

23

13. Kyahi H. Wahib Wahab dari Surabaya 14. Kyahi H. Makhfudz dari Surabaya 15. Dan lain-lain37

Pada awalnya memang pihak Jepang melalui Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para santri dalam bidang militer agar masuk ke dalam Heiho, guna membantu Jepang dalam menghadapi sekutu. Namun permintaan itu ditolak karna membela tanah air adalah wajib hukumnya. Maka segeralah Wahid Hasyim dari Masyumi untuk mengajukan pendirian Hizbullah kepada Jepang. Usul itupun diterima Jepang walaupun dengan waktu yang cukup lama.

Setelah Hizbullah terbentuk, Masyumi dengan cepat langsung membuat pengurus pusat yang dikomandoi oleh Zainul Arifin. Pimpinan pusat langsung menyiapkan asrama dan tempat untuk latihan yaitu di Cibarusah Jawa Barat. Pendaftaran calon Hizbullah dibuka disetiap daerah. Banyak sekali para pemuda yang tergerak dan berbondong-bondong untuk mengikuti pelatihan Hizbullah. Hal tersebut dikarenakan para pemuda dan santri telah tergerak hatinya dan menyadari bahwa penting untuk membela dan memperjuangkan tanah air.

Pada latihan pertama di Cibarusah, Bogor, Jawa Barat tercatat diikuti 500 orang pemuda muslim dari Jawa dan Madura. Kota-kota karesidenan yang mengirimkan utusannya, yaitu Jakarta, Banten, Surabaya, Sukabumi, Priangan, Purwokerto, Bogor, Pakalongan, Kedu, Surakarta, Semarang, Pati, Jogjakarta, Madiun, Kediri, Bojonegoro, Malang, dan Besuki. Latihan dimulai pada tanggal 28 Februari 1945 dengan dihadiri oleh Gunseiken, para perwira balatentara Dai Nippon, pimpinan pusat Masyumi, pangeran praja dan lain-lain. Para angota Hizbullah mengikuti upacara dengan berseragam biru dengan kopyah hitam putih dan bersimbul bulan sabit dan bintang. Acara dimulai dengan pemeriksaan barisan oleh Gunseiken yang kemudian dilanjutkan dengan pidato Gunseiken:

37 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

(35)

24

“Berhubung dengan nasib Asia Timur Raya, maka masa sekarang adalah masa yang amat penting seperti yang belum pernah dialami atau terjadi di dalam sejarah. Dalam saat yang demikian itu telah bangkit segenap umat Islam di Jawa serta berjanji akan berjuang luhur bersama dan lebur bersama balatentara Dai Nippon. Buktinya ialah pembentukan barisan muda Islam yang bernama Hizbullah. Dengan demikian lahirlah tujuan untuk manghancurkan musuh yang lazim dan perjuangan dengan segenap jiwa dan raga, maka saya merasa sangat gembira membuka latihan pusat barisan Hizbullah...”

KH. Zainul Arifin sebagai ketua markas tertinggi Hizbullah dan KH. Wahid Hasyim sebagai ketua muda Masyumi juga ikut memberikan sambutan. Kedua tokoh itu mengingatkan kepada laskar Hizbullah agar serius mengikuti latihan militer. Agar kelak berguna untuk membela agama Islam dan meraih cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. 38

Mengenai latihan militer, Hasyim Latief mengungkapkan dalam sebuah website yang berasal dari yayasan yang didirikannya, berikut pengakuannya:

“Hasyim Latief merasakan beratnya pendidikan kemiliteran di Cibarusah. Namun, ia mengakui gemblengan yang dilakukan Pemerintah Jepang sangat hebat. Sejak berangkat ke tempat latihan para peserta telah digembleng secara fisik dan mental. Mereka diberangkatkan dengan kereta api. Sesuai rencana awal keberangkatan, para peserta akan diturunkan di Jakarta. Tetapi, ternyata diturunkan di stasiun Cikampek. Setelah beristirahat sejenak di Cikampek, pada pukul 17.30 mereka naik kereta api jurusan Bandung. Tetapi, mereka tidak ke Bandung, melainkan menuju arah selatan hingga turun di stasiun terakhir.

Saat itulah gemblengan dimulai. Untuk mencapai tempat latihan yang terletak di tepi sebuah hutan, peserta dinaikkan lori, kereta pengangkut tebu, tetapi tidak ditarik dengan mesin loko. Untuk menjalankan lori, para peserta mendorong secara bergantian. Padahal, kondisi tanah tidak datar, tetapi bergelombang. Setelah semua berada di atas lori, tiga orang mendorong, dan ketika lori sudah melaju, mereka naik. Ketika berada di jalan menanjak, semua peserta ikut mendorong lori. Bila telah sampai di posisi yang tinggi dan hendak menurun, mereka semua naik beramai-ramai.

Sekitar pukul 23.00 mereka sampai di tempat latihan, di tepi sebuah hutan jauh dari perkampungan. Mereka ditempatkan di barak yang panjangnya kurang lebih 50 m dengan lebar 10 m. Barak tersebut terbuat dari bambu dengan atap welit. Tempat tidurnya juga

(36)

25

terbuat dari bambu yang disebut bayang dan di bagian atasnya diberi tikar. Di atas bayang diberi gawang untuk tempat pakaian.Ada tempat untuk mandi, tetapi tidak ada tempat buang air. Kalau buang air harus ke sawah yang letaknya cukup jauh.

Barak tersebut terletak di tengah lapangan yang dikelilingi pagar kawat berduri, sehingga orang yang berada di dalam barak tidak bisa keluar. Tanahnya liat sekali, berwarna kemerah-merahan. Jika diguyur air hujan tanah menjadi becek. Jika diinjak tanah melekat ke bagian bawah bakiak. Bakiak pun tidak bisa digunakan lagi dan harus ganti.

Tiap hari latihan dimulai dengan melakukan lari pagi. Hasyim Latif memiliki kenangan menarik ketika mengikuti lari pagi. Saat itu Sa'dullah belum mendapat sepatu karena sepatu yang disediakan ukurannya kurang besar bagi kaki Sa'dullah. Sementara sepatu kiriman dari Jakarta belum juga datang. Ketika berlari menuju Karawang harus melalui jalanan yang kerikilnya tajam. Karena tidak bersepatu, Sa'dullah pun kesakitan hingga ia misuh-misuh (mengumpat-umpat).

Seusai berlari melakukan apel dan gerak badan ala Jepang yang disebut taiso. Sebelum apel peserta membaca ikrar sebagai berikut: Rodhiitu billahi rabba, wabil Islaamidina, wabi Muhammadin Nabiyya wa Rasula. Mereka membaca ikrar tersebut dengan serentak dan suara keras. Setelah gerak badan mereka istirahat, makan, kemudian mengikuti pelajaran. Setelah latihan berlangsung sekitar dua bulan, hampir seluruh peserta latihan kemiliteran Lasykar Hizbullah terserang wabah disentri. Penyakit ini seperti penyakit kolera, dan ketika buang air penderita merasa sakit dan kotorannya bercampur lendir. Setelah dilaporkan kepada Pemerintah Jepang di Jakarta, diinstruksikan agar para peserta tidak diberi makan nasi. Sejak saat itu para peserta diberi makan wortel dan lobak.

Semua peserta menderita karena tidak makan nasi. Namun, Hasyim Latief lebih menderita karena hanya makan wortel dan tidak tahan terhadap bau lobak, karena bau lobak sangat busuk. Hasyim Latief selalu muntah bila mencium bau lobak. Selain itu, setiap orang disuruh makan gula batu. Jadi, setiap orang diberi kantongan untuk membawa gula batu. Ketika ke kamar mandi, gerak badan, apel, dan latihan mereka tidak pernah melepaskan kantongan gula batu karena harus terus-menerus makan gula batu. Setelah sebulan makan gula batu, mereka berangsur-angsur sembuh.

Pada malam hari mereka diberi bekal pendidikan kerohanian yang disampaikan oleh KH Wahid Hasyim, KH Zarkasi (Ponorogo), KH Mustofa Kamil (Singaparna), KH Mawardi (Solo), KH Mursyid (Kediri), dan KH Abdul Halim (Majalengka). Selain memberikan ceramah agama, KH Abdul Halim juga memberikan teknik membuat alat peledak.

(37)

26

Selama 4 bulan latihan Laskar Hizbullah di Cibarusah dengan materi latihan meliputi baris-berbaris, bongkar pasang senjata,perang gerilya,dan sebagainya. Akhir Mei 1945, latihan ditutup dengan upacara kebesaran dan sekaligus melantik 500 orang opsir Hizbullah yang diberi tugas untuk memimpin Laskar Hizbullah di daerah masing-masing. Setelah dilantik para opsir Hizbullah mengadakan acara perpisahan yang sangat mengharukan. Mereka bersalam-salaman sambil mengucapkan kata-kata, Selamat berpisah, sampai bertemu lagi di surga.”39

Dewan pelatihan yang dilakukan di daerah Cibarusah dipimpin langsung oleh Kapten Yanagawa Meichiro, yang ditunjuk sebagai Direktur Seinendojo dan Penyusun Yugekitai (Hizbullah) yang dibantu oleh Shodancho (komandan) muslim di antaranya:

1. Bargowo shodancho (Semarang) 2. Sudibyo shodancho (Kedu)

3. Abdullah Sajad shodancho (Surakarta) 4. Moch. Zidni Noeri shodancho (Yogyakarta) 5. Bambang Sunaryo shodancho (Pati)

6. Kismun shodancho (Madiun) 7. Khazinu shodancho (Bojonegoro) 8. Abdur Rahman shodancho (Jakarta) 9. Kemal Edris shodancho (Priyangan) 10. Abdul Qahar shodancho (Bogor) 11. Dan lain-lain40

Nugroho Notosusanto menjelaskan bahwa Kapten Yanagama melatih 50.000 pasukan Hizbullah. Hizbullah berperan sebagai tentara pembantu tentara Pembela Tanah Air.41

Latihan tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dan berakhir pada tanggal 30 Mei 1945. Latihan ditutup dengan sambutan tertulis oleh KH Hasyim Asy‟ari

39http://ypm.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=108 40

Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

Republik Indonesia...

41 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid Kedua, (Surya Dinasti: Bandung) 2017,

(38)

27

selaku Shumubucho (Kepala Jawatan Agama), yang dibacakan oleh Abdul Kahar Muzakkir, yang isinya sebagai berikut:

“Saya yakin bahwa pemuda yang telah rela memasuki barisan Hizbullah dan yang sabar mengatasi segala kesukaran dalam latihan ini, adalah pemuda-pemuda Islam pilihan di seluruh Jawa. Maka pada saat bangsa Indonesia meghadapi suatu kejadian yang penting sekali, yakni timbulnya bangsa yang merdeka, yang dapat menegakkan agama Allah, sungguh besar kewajibanmu sebagai harapan bangsa. Bangsa-bangsa Indonesia kini sedang berjuang, untuk membentuk dan menyelenggarakan Negara Indonesia yang merdeka. Kamu harus menjadi tenaga yang sebaik-baiknya untuk mencapai cita-cita itu. Buktikanlah kepada segenap dunia, bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih hidup dan umat Islam di Indeonesia adalah umat yang masih hidup pula.”42

Selain dibentuk pengurus untuk melatih para anggota Hizbullah, dibentuk juga pengurus bagian yang khusus untuk melatih keruhanian para anggota Hizbullah diantaranya adalah:

1. KH. Mustafa Kamil dari Garut Jawa Barat 2. KH. Mawardi dari Surakarta Jawa Tengah 3. KH. Zarkasi dari Ponorogo Jawa Timur 4. KH. Mursid dari Pacitan

5. KH. Syahid dari Kediri

6. KH. Abdul Halim dari Majalengka Jawa Barat 7. KH. Thohir Dasuki dari Surakarta Jawa Tengah 8. Kiai Roji‟un dari Jakarta

9. KH. Abdullah43

Dari pelatihan keruhanian ini mereka terus melaksanakan tugasnya sebagaimana yang telah direncanakan oleh panitia kabupaten masing-masing baik mengenai jadwal kegiatan pelatihan waktu ataupun tempat. Mereka disamping

42

Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya

10 November 1945, (Lesbumi PBNU: Jakarta), 2017, h. 77-78.

43 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan

(39)

28

memberikan basic militer kepada para pemuda calon Hizbullah juga memberikan motivasi untuk jihad fisabilillah.

Para pemuda yang telah tergabung dalam Laskar Hizbullah kemudian pulang ke daerahnya masing-masing. Mereka kemudian melatih Laskar Hizbullah di tingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan. Pendidikan dan latihan kemiliteran yang disertai juga dengan gemblengan jasmani dan rohani selama di Cibarusah membuat para pemuda itu sadar terhadap keberadaanya sebagai pemuda Islam Indonesia dan benar-benar memiliki kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk mempertahankan negara dan agama Allah. Para pemuda yang berangkat ke Cibarusah datang dengan dorongan semangat jihad patriotisme. Semangat itu semakin menggelora pada saat mereka kembali ke daerah masing-masing dengan menyandang predikat sebagai Tentara Allah.44

2. Hizbullah Karesidenan Surabaya a. Hizbullah Surabaya

Pendaftaran Hizbullah di Surabaya mendapat antusias yang luar biasa. Upacara pembukaan sekaligus latihan dilaksanakan di halaman masjid Kemayoran pada tanggal 3 Februari 1945, dihadiri tokoh ulama, masyarakat, dan para pembesar Jepang. Pada tanggal 25 September 1945 di Markas jalan Kepanjen disusunlah struktur organisasi Hizbullah Surabaya.

Ketua Umum : KH Abdunnafik Ketua I : KH Thohir Bakri Ketua II : KH Anwar Zein Sekretaris : Moh. Rofiie Bagian Keuangan : Ja‟far

Bagian Perlengkapan : Abd. Mutolib Bagian Perbekalan : Sariyan

Kepala Barisan : Abdul Majid Asmara Wakil Kepala Barisan : Mustakim Zen

44 Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah dalam Pertempuran Surabaya 10 Nopember

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 1, terdapat beberapa aktor yang dapat berperan serta dalam konversi maupun rehabilitasi mangrove di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu,

parsial terhadap kepuasan konsumen Puri Saron Hotel Seminyak Kuta. e) Berdasarkan hasil analisis nilai t hitung variabel empati berpengaruh secara. parsial terhadap

Dalam hal promovendus tidak dapat hadir secara fisik untuk mengikuti sidang terbuka secara hybrid (B), maka sidang terbuka dilaksanakan secara daring 21. Promovendus, tim

Strategi ini dapat dilakukan dengan membe- rikan potongan harga khusus kepada konsumen pada saat tertentu seperti merayakan hari raya ke- merdekaan dengan memberikan diskon

Berdasarkan hasil analisis kuesioner respon mahasiswa Pendidikan Biologi terhadap Media pembelajaran ICT berbasis Pedagogi Hijau yang telah dikembangkan diperoleh

memang substansi yang saling dipersoalkan selama ini. Substansi perjanjian damai adalah hal-hal konkrit yang memang selama ini dipersepsikan dan ditafsirkan secara

Dalam penelitian ini, peneliti akan menarik kesimpulan mengenai analisis naskah drama dari segi struktur dramatik karya siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Sukasada

Ada korelasi antara metode Semi- Quantitatif Food Frequency Questionnare dan Food Recall 24 Jam dalam mengestimasi asupan zat gizi makro yaitu untuk energi,