• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum atau rechtsstaat 1, ide dari negara hukum ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum atau rechtsstaat 1, ide dari negara hukum ini"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia adalah negara hukum atau rechtsstaat1, ide dari negara hukum ini lahir untuk membendung adanya kekuasaan kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang mempraktikan sistem absolut dan mengabaikan hak-hak dari rakyat itu sendiri.2 Negara hukum menurut Abdul Aziz Hakim adalah sebuah konsep atau ide yang merupakan basic demand dari sebuah bangsa, ini terlihat dari seluruh negara yang ada di dunia, tidak ada yang tidak mencantumkan dalam dasar negaranya tentang konsep negara hukum, baik itu yang memiliki basis komunis, liberal, agama, kebangasaan atau yang lainnya.3

Hal ini tentunya berkorelasi antara rechsstaat dengan demokrasi yang berdasarkan konstitusi, dengan asal kata demos yang berarti rakyat dan kratos atau

kratein yang artinya kekuasaan atau berkuasa (memerintah)4 dan konstitusi yang

didefinisikan oleh James Bryce “sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara)

1 Rechtstaatmerupakankonsepnegarayangsamadenganwelvaartstaat ataudisebutjuga social-service-state ialah teori negara yang bertujuan untuk menyelenggarakan kepentingan

umum dengan melalui saluran hukum. Moh.Kusnardi dan Bintan R.Saragih, 2008, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta. Hlm. 133.

2 Abdul Aziz Hakim, 2011, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Pustaka

Pelajar, Jakarta, hlm. 4. 3 Ibid, hlm. 3.

(2)

yang diorganisir dengan melalui hukum”.5 Maka demokrasi konstitusionil secara

etimologis dapat didefinisikan sebagai cara memerintah oleh rakyat dengan berdasarkan hukum yang telah disepakati dan berlaku secara teratur.

Ini menunjukan bahwa demokrasi konstitusional dikhususkan untuk mengurangi atau membatasi kekuasaan para pemegang kekuasaan dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya melalui hukum yang ada. Hal ini sejalan pula dengan teori kedaulatan rakyat yang dipaparkan oleh Johannes Althusius dan para sarjana dari aliran hukum alam yang mendefinisikan bahwa “semula individu-individu itu melalui perjanjian masyarakat membentuk masyarakat, dan kepada masyarakat inilah para individu itu menyerahkan kekuasaan, yang selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan kekuasaan tersebut kepada raja.”6 Jadi kedaulatan rakyat menurut pengertian Althusius diatas adalah, rakyat hanya

memberikan sebagian kekuasaannya bukan kedaulatannya kepada raja atau pemimpin, maka pemimpin hanya memiliki kekuasaan terbatas, sebatas yang diberikan oleh rakyat.

Rechtsstaat dan demokrasi konstitusionil adalah satu kesatuan, ketika demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk arah, sedangkan hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.7 Frans Magnis Suseno menyebutkan

5 C.F.Strong, 2008, Konstitusi- Konstitusi Politik Modern, Nusa Media, Bandung,

hlm.15.

6 Soehino, 2005, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, hlm. 160.

7 Frans Magnis Suseno, 1997, Mencari Sosok Demokrasi, Sebuah Telaah Filosofis,

(3)

“demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya,”8 dengan bertumpu pada kedaulatan rakyat sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi. Aziz dalam bukunya9 juga menyebutkan bahwa “demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat untuk rakyat atau pemerintahan oleh mereka yang diperintah.” Indonesia, di dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen menyebutkan bahwa: Negara Indonesia adalah negara hukum10, dan negara hukum seperti disebutkan sebelumnya tidak akan lengkap atau bukan arti sesungguhnya jika tanpa adanya demokrasi dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dengan jaminan pada konstitusi, Pasal 1 ayat 2 UUD 1945.11

Tahun 2014 adalah tahun demokrasi, ketika setiap orang memiliki hak sama dalam menentukan siapa yang akan dijadikan pemimpin untuk diberikan sebagian kekuasaan rakyat untuk menjadi pemimpin mereka. Robert Dahl12 berpendapat bahwa

cerminan demokrasi haruslah memenuhi 8 syarat yaitu:

1. Kebebasan membentuk dan bergabung dalam organisasi ( berserikat dan berkumpul)

2. Kebebasan berekspresi (mengeluarkan pendapat ) 3. Hak memilih dan dipilih

8 Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta,

hlm.8.

9 Abdul Aziz Hakim, Op.cit, hlm. 174.

10 UUD Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya, Penabur Ilmu, hlm. 7.

11 Di dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 diamanatkan bahwa “kedaulatan berada di tangan

rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” yang diakui di Indonesia yaitu UUD 1945 itu sendiri. Ibid, hlm.7.

(4)

4. Kesempatan yang relatif terbuka untuk menduduki jabatan-jabatan publik; 5. Hak bagi pemimpin politik untuk berkompetisi mendapatkan dukungan atau

memberi dukungan ;

6. Alternatif sumber-sumber informasi; 7. Pemilu yang bebas dan adil;

8. Pelembagaan pembuatan kebijakan pemerintah yang merujuk atau tergantung suara rakyat lewat pemungutan suara maupun cara–cara lain yang sejenis.

Syarat ketiga, keempat, ketujuh dan juga kedelapan dari delapan syarat yang disebutkan Dahl diatas merujuk pada bagaimana cara mendapatkan pemimpin yang berasal dari rakyat yaitu melalui Pemilu. Pemilu adalah suatu mekanisme terpenting dalam negara demokrasi untuk menjaga agar rakyat tetap berkuasa atas dirinya,13 begitupun di dalam UU No. 8 tahun 2012 Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa pemilihan umum atau Pemilu adalah sarana untuk menjaga kedaulatan rakyat.14 Dari kedua sumber di atas menunjukan bahwa Pemilu merupakan suatu mekanisme yang tidak dapat dipisahkan dengan negara yang menganut sistem demokrasi konstitusional. Pramono Anung Wibowo dalam bukunya15 menegaskan ciri demokrasi dari Robert

13 Sigit Pamungkas, 2009, Perihal Pemilu, Laboaratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan

dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 3.

14 UU No.8 tahun 2012 Pasal 1 angka 1 “pemilihan umum selanjutnya disebut pemilu

adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,

berlangsung jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945”, hlm.4.

15 Pramono Anung Wibowo, 2013, Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi,

(5)

Dahl diatas, bahwa “pemilihan umum merupakan ajang paling masif, bebas, dan adil untuk menentukan partai politik dan tokoh yang berhak mewakili rakyat.”

Pemilu merupakan sebuah alat untuk menentukan pemimpin dari pemilik dan pemimpin yang sesungguhnya. Pemilu yang dilaksanakan untuk memilih perpanjangan tangan rakyat yang dipilih dari dan oleh rakyat sendiri untuk menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) kabupaten, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta Kepala Negara atau Presiden dari suatu negara.

Apabila kita membicarakan Pemilu, maka kita juga tidak bisa memisahkannya dengan kampanye. Seperti sebuah buku dengan sampulnya, Pemilu adalah bukunya dan kampanye adalah sampulnya. Buku tanpa sampul masihlah tetap bisa digunakan namun akan mengurangi keindahan dari buku itu. Begitupun Pemilu dan kampanye, Pemilu akan tetap berjalan, pemimpin akan tetap terpilih, namun pemimpin itu akan dipilih tanpa diketahui seluk beluknya, ibarat membeli kucing dalam karung.

Robi Cahyadi Kurniawan16 menganalogikan kampanye adalah ajang jual beli, dengan analogi bahwa Partai Politik atau Peserta Pemilu adalah penjual dan rakyat pemilih adalah pembelinya. Jual beli akan dianggap sah apabila sudah terjadi deal atau kesepakatan antara penjual dan pembeli, dalam kampanye yang dijual adalah visi, misi dan rakyat yang dijanjikan dengan visi, misi itu akan memilih mereka jika deal atau

16 Robi Cahyadi Kurniawan,”Kampanye Politik: Idealitas dan Tantangan” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, volume 12, Nomor 3, tahun 2009.

(6)

kesepakatan itu terjadi. Momen kampanye menjadi sangat krusial tatkala dikaitkan dengan pendapat dari Robi diatas, karena dari kampanye tersebut Peserta Kampanye akan meyakinkan Pemilih untuk tetap memilihnya atau menarik Pemilih dari partai lain untuk beralih memilihnya. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh besar terhadap suara yang akan diperoleh Peserta Pemilu.

Sebagai sebuah negara yang bisa dibilang baru menginjak masa remaja, negara kita, Indonesia telah mampu menyelenggarakan suatu sistem pemerintahan yang memang patut kita apresiasi. Sistem pemerintahan ketika semua orang memiliki hak yang sama untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan cara dan jaminan hukum. Tahun perwujudan demokrasi kali kesebelas negara Indonesia menyelenggarakan suatu aksi pemilihan dalam memilih para pemegang kekuasaan legislatif yang dilanjutkan dengan pemilihan kepala negara di tahun yang sama.

Dalam mengendarai kendaraan di jalan, akan memerlukan suatu aturan yang harus diataati oleh pengemudi untuk bisa tetap berkendara tanpa merugikan pengguna jalan yang lain, namun terkadang ada pengendara yang enggan untuk menaati aturan berkendara tersebut sehingga akan merugikan pengguna jalan yang lain, maka keberadaan petugas polisi lalu lintas akan diperlukan untuk dapat mengingatkan pengemudi dan mengembalikan atau memastikan aturan berkendara itu kembali ditaati. Begitupun dalam Pemilu, aturan yang dibuat terkadang juga dilanggar, maka keberadaan polisi Pemilu sangatlah diperlukan. Peraturan perundang-undangan telah mengamanatkan tugas dari Panitia Pengawas Pemilu kabupaten atau disingkat

(7)

Panwaslu kabupaten sebagai Pengawas Pemilu untuk memastikan aturan Pemilu tetap ditaati.

Panwaslu Kabupaten adalah panitia yang dibentuk oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan untuk melakukan tindakan pengawasan dalam kegiatan Pemilu di tingkat kabupaten yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.17 Karena kegiatan Pemilu yang hanya dilaksanakan setiap periode tertentu inilah maka Panwaslu Kabupaten juga dapat disebut sebagai lembaga ad-hoc atau lembaga yang dibentuk saat adanya kegiatan Pemilu.

Kesempatan emas ini datang kehadapan Penulis untuk bisa mengikuti jalannya momen lima tahun ini sekaligus mengawal secara aktif pesta demokrasi 2014 yang juga berketepatan dengan masa bakti Penulis untuk berperan dalam masyarakat setelah menempuh pendidikan di Diploma 3 Hukum selama 5 semester yang diakhiri dengan semester keenam dengan kewajiban Penulis untuk membuat tugas akhir sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Hukum di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Karena itulah Penulis memutuskan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Panwaslu Kabupaten Sleman yang berkedudukan di jalan Candi Gebang no.3, Beran, Tridadi, Sleman sebagai tempat dan alat berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 ini.

17 Pasal 22 E ayat (1), UUD Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya, Penabur Ilmu, hlm. 19.

(8)

Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis tertarik untuk menyoroti lebih jauh tentang salah satu agenda tetap dan wajib dari Pemilu yaitu kampanye Pemilu sebagai tema dari tugas akhir Penulis yang berbentuk deskriptif-reflektif, namun untuk lebih khususnya Penulis ingin membahas tentang bagaimana penertiban Alat Peraga Kampanye (APK) yang dilakukan oleh Panwaslu Kabupaten Sleman yang bekerjasama dengan instansi terkaitdengan melihat realita di lapangan bahwa kampanye yang dilakukan Peserta Pemilu sarat dengan pelanggaran aturan kampanye Pemilu saat kampanye Pemilu legislatif 2014 berlangsung.

Untuk itu Penulis memilih judul Tugas Akhir “Penertiban Alat Peraga Kampanye di Kabupaten Sleman Sebagai Tindakan Represif Terhadap Pelanggaran Aturan Kampanye Pemilu Legislatif Tahun 2014” sebagai fokus dari tugas akhir Penulis. Hal ini Penulis soroti karena APK adalah sarana para Calon Legislatif untuk mengenalkan dan menyampaikan visi-misi mereka. “Keyakinan khalayak untuk mendukung sang calon banyak tergantung pada upaya calon wakil rakyat untuk menyebarluaskan profil, visi, misi, pada pelaksanaan kampanye sebagai bagian dari pentahapan kegiatan Pemilu”,18 begitu pendapat Pramono Anung tentang pentingnya suatu momen kampanye dalam Pemilu.

Namun dalam pelaksanaanya tak jarang sarana kampanye yang telah memiliki aturan yang harus ditaati tidak dijalankan sebagaimana mestinya, dan setelah

(9)

pentahapan upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran, tetap saja pelanggaran itu terjadi. Maka pelanggaran yang ada harus ditindak dengan keras dengan melakukan tindakan penertiban. Jadi, tindakan penertiban ini sebagai tindakan terakhir atau tindakan yang perlu dilakukan untuk menjaga agar peraturan berkampanye tetap terjaga.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukannya Penulisan ini didasarkan pada dua hal, yaitu:

a) Tujuan subyektif, yaitu untuk memenuhi persyaratan kelulusan dan wisuda serta untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Hukum dari Diploma 3 Hukum Universitas Gadjah Mada.

b) Tujuan obyektif berkaitan dengan disiplin ilmu dan pengembanganya yaitu sebagai bentuk pengalaman nyata di dalam dunia kerja setelah melakukan perkuliahan selama lima (5) semester sehingga mampu dan mengerti tentang bagaimana mempraktikkan teori-teori yang telah diberikan oleh dosen-dosen selama perkuliahan. Penulisan yang dilakukan ini diharapkan bisa menjadi gambaran bagaimana proses penertiban Alat Peraga Kampanye selama proses

(10)

kampanye yang dilakukan oleh Panitia PengawasPemilu Kabupaten Sleman bekerja sama dengan instansi terkait dalam rangka menyukseskan Pemilu legislatif 2014.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat yang hendak didapatkan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut:

a) Menumbuhkan dan mengembangkan pengalaman Penulis terhadap seluk beluk praktik kegiatan dunia kerja;

b) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan profesi yang telah diawali melalui teori-teori yang diterima pada saat perkuliahan selama lima (5) semester;

c) Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran sikap profesional sebagai calon pekerja yang bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan selama bekerja dalam suatu perusahaan atau instansi;

d) Mendapatkan pemahaman mengenai teori dan praktik hukum terutama di tempat Penulismelakukan Praktik Kerja Lapangan;

e) Mendidik jiwa kedisiplinan pada saat bekerja antara lain disiplin waktu dan displin kerja;

(11)

f) Memberi informasi kepada pembaca bahwa kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan Calon Legislatif memliki aturan dan aturan itu wajib untuk ditaati.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (produksi, konsumsi, harga kedelai dan kurs rupiah) secara simultan terhadap variabel dependen (impor kedelai)

Surat Keputusan Direktur RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah Nomor 550/917/V/2016 tentang Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Pembantu Pada Rumah Sakit

 Demokratisasi desa dipahami sebagai proses perubahan relasi kuasa bidang politik dan ekonomi yang ditandai oleh partisipasi aktif dan kritis masyarakat dalam.. pengambilan

Cara yang ditunjukkan oleh orang Jepang dalam menyikapi kegagalan memperlihatkan kepada kita bahwa untuk meraih sukses, seseorang meski punya sikap mental positif.. Orang

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi ini dengan judul “Analisis potensi biogas dari kotoran sapi untuk menghasilkan listrik di Science Techno Park Provinsi Sumatera

Pada jenis ikan Acanthuridae merupakan jenis ikan herbivor tipe pemakan bentik alga umumnya berukuran 15-25cm, terdapat banyak pada Stasiun I karena jenis ikan tersebut

Pada sekitar tahun 695 M,, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang

Penambahan GA3 dalam media kultur dapat merangsang perkecambahan embrio yang telah dewasa dengan cara menggiatkan enzim hidrolitik terutama a-amilase sehingga terjadi