• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Batas-Batas Kajian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Batas-Batas Kajian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian

3.1.1. Batas-Batas Kajian

Kajian pengembangan aktifitas usaha kecil ini adalah dengan memberdayakan kekuatan sumber daya lokal sebagai potensi dalam proses pengembangan masayarakat (community development) berbasis komunitas. Kajian pengembangan ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus pada pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Pendekatan yang dilakukana dengan subyektif-mikro, yaitu upaya memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai pola perilaku, persepsi, tindakan, interaksi dan realitas komunitas dari kelompok pengrajin anyaman.

Penelitian kualitatif dalam kajian ini digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang permasalahan pengrajin anyaman yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang di antara orang-orang yang menjadi subjek kajian. Menurut Handari dan Martini (1995), data kualitatif merupakan pandangan atau pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapan-tanggapan, dan lain-lain tentang suatu keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Dengan penelitian kualiatif ini diharapkan dapat diperoleh gambaran dan kompleksitas permasalah yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman.

Kajian ini menerapkan pengembangan masyarakat pada aras mikro yaitu komunitas pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Dengan partisispasi dan memperhatikan potensi kekuatan lokal yang ada di masyarakat Desa Sawah Kulon, keberadaan kelompok pengrajin anyaman dapat mengarah pada pengembangan masyarakat.

Kajian yang dilakukan penulis menggunakan studi kasus, merujuk pada pengertian studi kasus Stake (1994) dan Yin (1996) adalah Penerapan serangkaian metode kerja (multi metode) penelitian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman atas satu atau lebih kejadian/gejala sosial. Kajian ini menerapkan konsep pengembangan masyarakat dengan menyesuaikan diri pada potensi, sumber daya, keswadayaan, yang ada di masyarakat.

Tipe studi kasus yang dilakukan dalam kajian ini adalah tipe studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus kelompok pengrajin

(2)

yang kaitannya dengan pengembangan masyarakat. Tipe kajian sosial yang digunakan adalah tipe kajian terapan deskriptif karena ingin menggambarkan situasi dan faktor penyebab suatu gejala sosial dari kehidupan kelompok pengrajin anyaman di desa.

3.1.2. Pengolahan dan Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang telah terkumpul. Data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan dikumpulkan dalam catatan lapangan, sedangkan data tertulis dari hasil pengisian kuesioner dibuatkan dokumen untuk keperluan analisis. Data-data tersebut dipelajari dengan membuat deskripsi sesuai dengan apa yang terjadi di lokasi kajian. Tahap akhir adalah membuat analisis data sebagai pedoman untuk membuat rencana program bagi pengembangan mesyarakat. Dalam pemeriksaan keabsahan data, kajian pengrajian anyaman ini menggunakan teknik triangulasi dengan pemeriksaan sumber (Moleong, 2000).

Triangulasi bertujuan untuk membandingkan dan mengecek tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dalam waktu dan teknik yang berbeda pada kajian kualitatif. Langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan sumber atas data yang dikumpulkan dengan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara,

2. Membandingkan apa yang dikatakan responden kepada pengkaji ketika di depan umum dan ketika secara pribadi,

3. Membandingkan apa yang dikatakan responden ketika ada hubungan dengan kepentingan kajian dan ketika terlepas dari kepentingan kajian,

4. Membandingkan perspektif anggota kelompok pengrajin dengan masyarakat umumnya,

5. Membanding hasil wawancara dengan hasil studi dokumentasi.

Deskripsi hasi pengumpulan data di lapangan dilakukan selama kajian berlangsung, sehingga dapat diperoleh inti gambaran dari permasalahan yang dihadapi pengrajin anyaman. Proses deskripsi hasil kajian di lapangan dilakukan dengan menyederhanakan data yaitu membuang data yang tidak sesuai dengan hasil observasi kemudian mengelompokkan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik. Kesimpulan tersebut merupakan sebuah informasi untuk pengambilan tindakan dalam perencanaan program.

(3)

Kesimpulan yang diperoleh masih perlu dilakukan verifikasi selama kajian di lapangan. Peninjauan kembali dilakukan setelah pengkaji melakukan proses bimbingan dan diskusi baik dengan teman sejawat maupun penngrajin anyaman dan penduduk sekitar lokasi kajian. Dengan demikian tahapan pengolahan dan analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Data hasil wawancara dengan pengrajin, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar pengrajin adalah untuk mengetahui karakteristik pengrajin, permasalahan dan potensi yang terdapat pada kelompok pengrajin. Triangulasi dilakukan dengan membandingkian dan mengecek kembali derajat kepercayaan sebuah informasi melalui :

a. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan.

b. Membandingkan apa yang dikatakan masyarakat sekitar pengrajin (informan) dengan apa yang dikatakan pengrajin.

c. Memahami persepsi pengrajin dan informan tentang kondisi pengrajin yang sebenarnya untuk menemukan inti masalah.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan dengan subyek kajian.

2. Data yang yang telah disusun dalam sebuah deskripsi sehingga kesimpulan dapat ditarik, tetap berdada dalam kerangka ilmiah untuk kepentingan kajian dan dijaga kerahasiaannya.

3.2. Metode Lapangan

3.2.1. Tempat dan Waktu Kajian

Lokasi kajian pengambangan masyarakat kelompok pengrajin anyaman ini dilakukan di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan yang berjarak 7 kilometer dari kota Kabupaten Purwakarta dan ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan bermotor.

Yang menjadi komunitas subyek kajian adalah : 1) Pengrajin anyaman baik secara individu, kelompok, maupun komunitas, 2) Orang lain yang terlibat dalam proses pemasaran kerajinan tetapi bukan bagian dari pengrajin, 3) Masyarakat di sekitar pengrajin anyaman (tokoh masyarakat, tokoh agama), 4) Kelompok pengusaha ekonomi kecil (produsen pertanian maupun non pertanian), 5) Pemerintah (Desa dan Kecamatan) sebagai pembuat kebijakan.

(4)

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian No Kegiatan 2005 2006 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Praktek Lapangan 1 2 Praktek Lapangan 2 3 Penyusunan Proposal Kajian 4 Kolokium 5 Pengumpula n data 6 Analisis data 7 Penyusunan laporan 8 Seminar 9 Perbaikan 10 Ujian 11 Perbaikan

3.2.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya memperoleh gambaran dan informasi yang jelas mengenai situasi kehidupan pengrajin anyaman dan segala sumber aksesnya secara lebih terperinci, metode pengumpulan data yang digunakan melalui : 1) Sumber sekunder : Dokumen (Desa, Kecamatan, Kabupaten), 2) Sumber primer : Responden. Data sekunder diperoleh dari data statistik laporan, literatur, dan laporan atau publikasi yang diperoleh dari instani (Perindag, UKM, SPM, Bagian Perekonomian Setda), monografi desa dan data potensi desa.

Data primer bersumber dari responden yaitu para pengrajin anyaman yang semuanya terdapat 12 kelompok dan 142 KK. Dalam proses pancarian data dari pengrajin, tidak semua pengrajin dilibatkan, tetapi hanya kepada yang dinggap sebagai ketua kelompok dan anggota kelompok yang paling tinggi tingkat partsisipasinya dan paling lama beraktifitas dalam pembuatan kerajinan anyaman. Jadi yang menjadi sumber data primer pada kelompok pengrajin hanya 6 kelompok dan 18 orang responden. Penetapan responden sebagai informan adalah orang-orang yang berkenaan langsung dengan pengrajin anyaman dari kalangan tokoh formal. Informal, dan masyarakat sekitar pengrajin

(5)

1. Aparat Desa sebanyak 2 orang terdiri dari kepala desa, dan sekretaris desa. 2. Aparat Kecamatan sebanyak 2 orang yaitu kasi pemberdayaan dan staf

bagian sosial.

3. Kepala dusun dari setiap kelompok pengrajin berada sebanyak 3 orang. 4. Pihak Badan Perwakilan Desa (BPD) yaitu ketua dan bendahara.

5. Instansi pemerintah terkait (Perindag, UKM, SPM, Bagian Perekonomian Setda).

Pemilihan responden ditentukan berdasarkan : 1). Peran serta dalam kegiatan pengambangan usaha kerajinan anyaman, 2) Ketokohan dalam masyarakat, a. Formal : Jabatan dalam perekjaan di pemerintahan (PNS), b. Informal : tokoh agama, tokoh masayarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, 3) Keaktifan dalam kegiatan bermasyarakat, 4) Pengetahuan tentang sejarah Desa dikaitkan dengan keberadaan Pengrajin anyaman. Pemilihan responden dengan mempertimbangkan bahwa mereka dianggap memiliki informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan dalam kajian.

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan metode : 1. Wawancara Mendalam

Pengumpulan data dilakukan dengan tatap muka antara pengkaji dengan tineliti dengan menggunakan pedoman wawancara maupun wawancara tidak berstruktur tetapi berpusat pada satu pokok permasalahan. Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami pandangan subyek penelitian maupun informan tentang hidupnya, situasi sosial, dan pengalaman hidup

2. Pengamatan Bereparan Serta

Pengamatan berperan serta dilakukan dengan pengkaji hadir untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di tengah-tengah subyek kajian maupun ketika mencari informasi dari informan.

3. Focus Group Discussion (FGD)

Diskusi dilakukan untuk melengkapi data yang terpisah antara hasil wawancara dan pengamatan baik dari pengrajin maupun informan. FGD dilakukan untuk membagi informasi dan pengalaman yang telah diperoleh kepada setiap peserta diskusi terhadap suatu masalah yang telah teridentifikasi. Selain untuk klarifikasi dan kepentingan penyusunan rencana program, juga untuk menjalin kebersamaan dan memupuk rasa tnggung jawab akan permasalahan yang dihadapi sebagian anggota kelompok

(6)

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data Teknik Penyajian dan Analisis Data

Mengidentifikasi karakteristik kelompok pengrajin anyaman

Data skunder & primer (pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi) Dokumen (Desa, Kecamatan, Kabupaten) Masyarakat, tokoh masyarakat, kelompok pengrajin, dan aparat desa Analisis deskriptif tentang kelompok pengrajin anyaman Mengembangkan produksi dan distribusi pemasaran anyaman Observasi, wawancara, FGD. Masyarakat, tokoh masyarakat, kelompok pengrajin, bandar, pedagang dan aparat desa Analisis deskriptif tentang sistem kelembagaan produksi dan pemasaran Menyusun strategi produksi dan pemasaran sesuai partisipasi pengrajin dan masyarakat lokal Observasi, wawancara, FGD. Masyarakat, tokoh masyarakat, kelompok pengrajin, bandar, pedagang dan aparat desa Analisis deskriptif tentang sistem kelembagaan produksi dan pemasaran

3.3. Penyusunan Rancangan Program Pengembangan Masyarakat

Penyusunan rancangan program dilakukan dalam FGD setelah sebelumnya pengkaji memperoleh data permasalahan yang diungkapkan oleh pengrajin melalui metode Methode Participatory Assessment (MPA) yaitu metoda pengungkapan masalah melalui partisipasi subyek kajian. Data permasalahan dianalisis secara bersama-sama dengan subyek kajian dalam FGD dengan malakukan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan untuk memudahkan penyusunan strategi program secara partisipasi dan merupakan suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis.

Identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal diidentifikasi dalam FGD yang disusun dalam matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis untuk mengembangkan sebuah kegiatan dengan menyusun alternatif strategi utama. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(7)

strategis selalu berkaitan dengan tujuan. Dengan perencanaan strategis dilakukan analisis SWOT pada saat ini, sehingga analisis ini disebut sebagai analisis situasi yang membandingkan antara faktor eksternal (peluang/opportunities dan ancaman/threats) dan faktor internal (kekuatan/strenghts dan kelemahan/weakness).

Berdasarkan strategi yang diperolah, selanjutnya dirangkum strategi prioritas yang menjadi alternatif yang akan digunakan untuk merancang program partisipatif. Tahapan yang dilakukan dalam perencanaan strategi dan program partisipatif adalah :

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan pada pengrajin anyaman serta menampung pendapat dan saran dari berbagai stakeholders untuk menentukan masalah prioritas.

2. Melakukan analisis SWOT dengan tahapan :

a. Mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dialami pengrajin anyaman.

b. Mendiskusikan rencana strategi dengan menggunakan analisis matriks SWOT.

c. Mendiskusikan strategi prioritas yang dapat merangkum alternatif strategi yang telah dihasilkan.

d. Menyusun rencana program secara partisipatif.

3. Melakukan analisis pihak terkait yaitu analisis terhadap kekuatan dan keterbatasan pihak-pihak yang dipandang memiliki keterkaitan dengan pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran pengrajin anyaman.

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian  No  Kegiatan      2005   2006     11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1 Praktek  Lapangan 1      2 Praktek  Lapangan 2  3 Penyusunan  Proposal  Kajian  4  Kolokium                       5 Pengumpula n data
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

(1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya; (2) Kegiatan pembelajaran

Confidentiality Aspek keamanan infromasi yang harus bisa menjamin bahwa hanya mereka yang memiliki hak yang boleh mengakses informasi tertentu. Fasilitas Informasi Fasilitas

Hal ini berarti kurikulum penyelenggaraan pendidikan bela negara yang dilaksanakan secara non formal Pusdikif masih belum baku sehingga dirasa perlu untuk mengambil

Kegiatan inti terdiri dari: guru bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan operasi pengurangan bilangan

Apabila salah seorang pesero meninggal dunia, perseroan tidak harus dibubarkan, tetapi (para) pesero yang masih ada bersama-sama dengan (para) ahli waris dari

Beberapa penelitian lain yang menggunakan ekstrak tanaman kecombrang juga pernah dilakukan, antara lain penelitian Virgianti et al ., (2015) tentang efektifitas

Pada pengujian antibakteri terhadap ekstrak air bunga kecom- brang tidak didapatkan diameter zona hambat, hal ini dikarenakan akuades tidak dapat menghambat bakteri uji

looking for an environmentally friendly alternative to the electrolyte of a vegetable by using lemon water filtration (FJN) so voltage up to gained 7.40 Volts while the