BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Press Tool2.1.1 Definisi Press Tool
Press tool adalah perkakas yang digunakan untuk memotong dan atau membentuk. Umumnya proses pemotongan dan pembentukan ini dilakukan dengan mesin Press (mesin press eksentrik, mesin press hidrolik, mesin press mekanik). Press tool dibuat untuk memproduksi sebuah produk massal dengan keseragaman bentuk dan dapat melakukan produksi dengan cepat. Press tool akan terus digunakan dalam produksi selama produk masih dibutuhkan tanpa adanya pengubahan dimensi atau bentuk dari produk tersebut. Berikut adalah gambar susunan dari press tool.
(Sumber : Buku Modul Tool Design 2 Polman Bandung, by H.R.Luchsinger, Halaman 93-4)
2.1.2 Macam-Macam Jenis Operasi Press Tool
Press tool berdasarkan penggunaannya terdiri dari dua macam, yaitu press tool jenis cutting tool (Pemotong) dan forming tool (Pembentuk).
Macam Operasi Press Tool dan Penjelasannya
CUTTING FORMING
Blanking Bending
Bagian yang terpotong (cut off) dari plat merupakan produk
Membentuk plat dengan bentuk bengkokan
Piercing Curling
Bagian yang terpotong dari plat merupakan bagian scrap, sedangkan bagian yang tersisa di dies adalah produk
pembentukan dengan beading dies atau sliding press
Slitting Deep drawing Memotong sebagian
dari plat tanpa memotong seluruh bagiannya
Pembentukan antara punch dan dies yang tertutup
Cropping Press braking
Memotong bagian dari strip material tanpa memotong seluruh bagian pinggir dari hasil blank
Membengkokan profil plat yang panjang, yang memungkinkan operasi pembentukan yang kontinu
Trimming Collar Drawing
Memotong bagian yang berlebih dari hasil komponen forging atau press, untuk mendapat profil yang tepat
Menekan bagian sisi drawing melalui lubang pre-piercing atau profil
Shaving Calibrating
Pemotongan akhir dalam arah yang berlawanan dengan pemotongan awal untuk menghasilkan bagian sisi yang halus dan untuk mencapai toleransi
Operasi press ulang pada produk hasil forming untuk
mencapai ukuran yang tepat
Memotong dan membentuk sebagian dari plat
Proses peregangan material (metal stretching) dan penekanan material. proses ini akan menarik material sekitarnya
Coining
pembentukan dingin (cold-forming) yang memaksa material masuk ke rongga di cavity (pembentuk)
(Sumber : Westermann Tables for Metal Trade 2nd Edition by Hermann Jutz and Eduard Scharkus, halaman 119 ; dan Handbook of Die Design 2nd Edition by Ivana Suchy, halaman 250 dan 135)
2.1.3 Klasifikasi Press Tool
Press tool dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurut proses pengerjaan yang dilakukan, yaitu:
a) Single tool, b) Compund tool, c) Progressive tool.
(Sumber Materi sub-bab 2.3 : https://id.scribd.com/doc/96090510/Pengertian-Press-Tool , file pdf dipublikasikan oleh EdIz Feehily Sirait, Halaman 1 s.d 4)
Single Tool
Single tool adalah jenis press tool yang paling sederhana, hanya terjadi satu proses dan satu station saja dalam satu alat.
1. Konstruksinya lebih sederhana. 2. Harga relatif lebih murah. Kerugian single tool
3. Hanya untuk pengerjaan produk yang sederhana.
4. Proses yang dilakukan oleh tool hanya satu jenis proses saja.
Single Press Tool Compound Tool
Compound tool merupakan jenis prees tool yang dalam satu penekanan pada satu station, terdapat lebih dari satu proses yang dilakukan secara bersamaan.
Keuntungan Compound Tool
1. Dapat melakukan beberapa proses dalam waktu yang bersamaan pada station yang sama.
2. Dapat dicapai kepresisian yang tinggi. 3. Waktu siklus menjadi lebih singkat. Kerugian Compound Tool
1. Konstruksi press tool menjadi lebih rumit.
2. Sulit untuk mengerjakan material plat yang tebal.
3. Tool lebih cepat rusak karena beberapa proses dikerjakan sekaligus dalam satu station.
Prinsip Kerja Compound Tool
(Sumber Gambar : Manufacturing, Engineering & Technology 6th Edition by Serope Kalpakjian and Steven R. Schmid, Halaman 391)
Progressive Tool
Progressive tool adalah jenis yang menggabungkan beberapa proses pemotongan atau pembentukan lembaran logam pada dua atau lebih station kerja. Produk dari press tool akan melewati beberapa station untuk melakukan setiap proses yang berbeda-beda.
Keuntungan Progressive Tool
1. Waktu produksi menjadi lebih singkat dibandingkan menggunakan single tool dalam melakukan beberapa proses yang berbeda.
2. Dapat melakukan proses yang rumit pada langkah yang bertahap.
3. Penggantian tool yang rusak atau aus lebih mudah dibandingkan dengan compound tool.
Kerugian Progressive Tool
1. Dimensi tool menjadi lebih besar dibandingkan dengan jenis lain. 2. Biaya perawatan menjadi lebih tinggi.
Progressive Tool
(Sumber Gambar : Manufacturing, Engineering & Technology 6th Edition by Serope Kalpakjian and Steven R. Schmid, Halaman 391)
2.1.4 Clearance
Definisi Clearance
Clearance yaitu kelonggaran (selisih dimensi) antara sisi potong dies terhadap sisi potong punch sehingga terjadi proses pemotongan.
Fungsi Clearance
a. Mencegah terjadinya gesekan antara punch dan dies saat operasi pemotongan. b. Menentukan kualitas sisi potong yang diharapkan.
c. Menentukan ketepatan toleransi produk / lubang hasil yang diperlukan. d. Berpengaruh terhadap burr yang terjadi.
Perhitungan Clearance Cl = Clearance per side [mm]
c = faktor kerja
t = Tebal strip material [mm]
Faktor kerja
Perhitungan clearance di atas dapat digunakan untuk menentukan dimensi punch dan die yang cocok dalam operasi blanking dan pierching. Apakah clearance dikurangi dari dimensi punch atau ditambahkan pada dimensi die tergantung pada lubang yang dibuat apakah untuk menghasilkan blank atau slug seperti ditunjukkan dalam gambar
Dimensi punch dan die untuk :
Proses blanking dengan diameter Db adalah :
Diameter punch = Db – 2Cl Clearence
Cl=c . t .
√
τgDimensi Punch dan Die
Jenis Clearance Faktor Kerja ( c ) Sufficient Clearance 0,005
Medium Clearance 0,01
Diameter die = Db Proses pierching dengan diameter Dh adalah :
Diameter punch = Dh Diameter die = Dh+ 2Cl Hasil pemotongan
1) Apabila clearance yang dibuat = clearance perhitungan
Bagian mengkilat 13÷23t
2) Apabila clearance yang dibuat > clearance perhitungan
Bagian mengkilat ¿23t
3) Apabila clearance yang dibuat < clearance perhitungan F Kelabu
t
Mengkilat Kelab u F Mengkilatt
Kelab u Mengkila t Ft
Bagian mengkilat ¿13t
2.1.5 Gaya Potong
Gaya potong adalah besarnya gaya minimal yang dibutuhkan pada saat pemotongan. Besarnya gaya potong dipengaruhi oleh keliling produk (keliling yang terpotong), tebal material (pelat), dan tegangan geser material yang digunakan.
Berikut adalah rumus dan perhitungan gaya potong.
Keterangan : F = Gaya Potong [N]
U = Keliling yang terpotong [mm] t = Tebal material terpotong [mm]
τ g = Tegangan geser [N/mm2] = 0.8 x Rm
2.2 Perhitungan Waktu Proses Pemesinan 2.2.1 Milling
Milling adalah suatu proses menghilangkan/pengambilan tatal-tatal dari benda kerja dengan menggunakan alat potong yang berputar dan mempunyai banyak sisi potong. Alat potong yang digunakan adalah cutter.
Gerakan utama proses Milling
Gerakan utama proses frais a. Gerakan berputar (alat
potong)
b. Gerakan pengumpanan c. Gerakan pemakanan
(Teknik Bengkel 1. Albertus Setiawan, Mochamad Nur’aini dan Suryadi. Halaman 7-119 )
Berdasarkan alat potong yang digunakan, maka proses frais tardiri dari 2 jenis, yaitu :
1. frais datar (slab milling), dimana sumbu putaran cutter frais sejajar permukaan benda kerja, dan
2. frais tegak (face milling), dimana sumbu putaran cutter frais tegak lurus permukaan benda kerja.
Jenis pemotongan milling
Rumus yang berlaku kedua cara di atas adalah sebagai berikut : a. Putaran mesin : n=Vcπ . d.1000 b. Kecepatan makan : Vf=f . n . z c. Waktu pemotongan : Tc= Lt Vf x i Dimana : Lt=lw+lv+ln i=T a
Untuk frais datar : lv≥
√
a (d−a) Frais tegak : lv≥ 0lw≥ 0 lw≥ a
tan kr Keterangan :
a = dalam pemotongan (mm) d = diameter cutter (mm)
z = jumlah mata potong
kr = sudut potong utama ( ° ); 90° untuk cutter frais selubung.
f = kecepatan gerak makan (mm put .) T = total dalam pemotongan (mm)
lw = panjang benda (mm)
lv = jarak kebebasan sebelum memotong (mm) ln =jarak kebebasan setelah memotong
(sumber : Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim, hal. 26 edisi pertama)
Contoh soal milling datar
z = 8 f = 0.2 mm/revgigi d = 80 mm lw = 100 mm lv = 10 mm ln = 10 mm i = 3 n= Vc π × D= 100 mm/menit ×1000 π × 80mm = 397.89 rpm Lt = lw + lv + ln =100 mm + 10 mm + 10 mm = 120 mm Vf =n × z × f =397.89 rpm× 8 × 0.2 mm/rev gigi = 636.62 mm/menit
tm= ¿ Vf ×i= 120 mm 636.62mm /menit ×3 = 0.50 menit 2.2.2 Proses bubut
Proses bubut adalah proses pembuatan benda kerja dengan benda yang berputar (rotasi) pada poros utama mesin dengan alat potong yang bergerak lurus (translasi) pada dua arah yaitu gerakan melintang dan memanjang. Pada umumnya digunakan untuk membuat benda dengan bentuk silinder.
Proses pemotongan muka (facing) diameter penuh (a) dan ber-step (b)
Rumus waktu permesinan bubut
Gambar Gambar Gambar
Proses bubut (b) (a) l a l x
Bubut samping tanpa step
Bubut samping dengan step Bubut muka x a
l
l
l
L
L
l
l
aL
l
l
a d d 2 1 d d d 2 d l( Sumber : Tabellenbuch Metall, Verlag Europa-Lehrmittel, hal 19)
Rumus perhitungan bubut
d Vc n 1000 = ( put/min ) Keterangan :
n = kecepatan putar benda kerja (rpm)
d = diameter benda kerja (mm)
f = feeding (mm/put)
Vc = Cutting speed ( m/min )
d1 = diameter akhir benda kerja (mm)
tc=L× i
s × n (menit)
l = panjang benda kerja yang dibubut (mm)
la,lx= panjang bebas pahat bubut (mm)
L = panjang total pengerjaan (mm)
i = banyaknya pemakanan ( kali )
tc = waktu permesinan (menit)
z = 8 f = 0.2 mm/revgigi l = 100 mm la = 10 mm D = 80 mm i = 3 n= Vc π × D= 100 mm/menit ×1000 π × 80mm = 397.89 rpm tm=L ×i f ×n= (100 mm+10 mm)×3 0.2 mm/rev ×397.89 rpm = 4.14 menit
2.2.3 Proses Bor (Drilling)
Pengeboran adalah operasi yang menghasilkan lubang-lubang bulat benda kerja. Alat potong yang digunakan ialah mata bor. Pada proses pengeboran terjadi dua gerakkan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :
a. gerakkan putaran yang disebut sebagai gerakan pemotongan atau gerakkan utama yang menentukan kecepatan potong bor, dan
b. gerakkan pemakanan adalah gerak lurus bor terhadap benda kerja yang berfungsi untuk mengontrol tebalnya beram.
(sumber: Teknik bengkel 1. Hal.7-65)
Bor tembus Bor tak tembus Counter bor
L=l+la+ls+lu L=l+la+ls L=l+la
Perhitungan langkah mesin
ls = 0,6 d untuk bor sudut 80o ls = 0,3 d untuk bor sudut 118 o ls = 0,23 d untuk bor sudut 130 ols = 0,18 d untuk bor sudut 140 o Rumus yang berlaku untuk proses bor diatas adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan putar mata bor (rpm) : n=π . dVc
b. Kecepatan makan (mm/min) : Vf =n . f c. Waktu pemotongan (menit) : tm=L .iVf
Keterangan :
d = diameter mata bor (mm) f = feeding (mm/put)
L = panjang total pengerjaan (mm) Vc
= cutting speed ( m/min ) l = panjang benda kerja (mm) i = banyak pemakanan (kali) la, lu, ls = jarak bebas mata bor (mm)
Contoh soal perhitungan waktu pengeboran : l = 50 mm d = 10 mm f = 0.2 mm/rev la = 7 mm ls = 5 mm lu = 8 mm n= Vc π × D= 22mm /menit ×1000 π ×10 mm = 700.63 rpm L = l+ la+ls+lu = 50+7+5+8=70 mm tm = f ×nL =0.2 ×700.6370 =0.49 menit
2.2.4 Proses Gerinda Datar (Surface Grinding)
Menggerinda adalah proses pemotongan benda kerja dengan menggunakan alat potong roda gerinda yang berputar. Gerinda datar digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang datar.
Setiap roda gerinda mengandung dua komponen yaitu abrasive yang bekerja sebagai pemotong dan bond sebagai perekat yang mengikat butiran-butiran abrasive selama pemotongan.
L=l+la+lb B=b+2 3bs
Rumus waktu pemesinan gerinda datar
a. Tanpa pemakanan kesamping (menit) : Tc=v .10002 . L. i
b. Dengan pemakanan kesamping (menit): Tc=v . 1000. s2. L. B .i
c. Panjang gerak memanjang (mm) : L=l+la+lb dimana la = lb d. Banyak pemakanan (kali) : i=at
Keterangan :
b = lebar benda kerja (mm) bs = tebal roda gerinda (mm)
t = Total pemotongan (mm)
a = Kedalaman setiap pemotongan (mm) la, lb = langkah kebebasan batu gerinda (mm) s = Pemakanan ke samping (mm/langkah)
(sumber : Modul Praktik Gerinda Datar, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, 1990, hal. 36-37).
(Teknik Bengkel 2. Albertus Setiawan dan Mochamad Nur’aini. Halaman 8 - 35 )
Contoh soal perhitungan waktu pemesinan gerinda datar : l = 250 mm
la = 10 mm lb = 10 mm
b = 150 mm bs = 40 mm v = 20 m/menit s = 15 mm/langkah t = 0.5 mm a = 0.02 mm i = 0.5 mm 0.02mm=25 kali B=b+2 3bs=150+ 2 340=123.33 mm L=l+la+lb=250+10+10=270 mm Tc=v . 1000. s2. L. B .i =20 m/menit . 1000. 15 mm/langkah2. 270 mm .123.33 mm . 25 ¿5.54 menit 2.2.5 Gerinda silinder Putaran Benda (rpm) Waktu Pemesinan (menit)
n= Vc
π ×d tc=
L× i
f × n+(td+tsp)
Vc = Kecepatan potong (mm/menit) d = Diameter akhir benda (mm)
L = Total panjang langkah gerinda (mm) = l−13bs dimana :
bs = Tebal batu gerinda (mm) l = Panjang benda kerja (mm) i = Jumlah Pemakanan (kali) = d 1−d2× a
dimana:
dl = Diameter awal benda (mm) a = Kedalaman pemotongan (mm) f = Pemakanan per putaran (mm/rev)
td = Waktu tunda (delay) batu gerinda pada ujung benda [detik] tsp = pemakanan kosong untuk finishing [kali]
(Sumber : Tabellenbuch Metall, Verlag Europa-Lehrmittel, halaman 267 ; dan Teori dan Teknologi Pemesinan oleh Taufiq Rochim)
Contoh : n = 250 rpm bs = 30 mm l = 200 mm d1 = 30.5 mm a = 0.02 mm f = 10 mm/rev td = 2 detik tsp = 4 kali L=l−1 3bs=200− 1 3(30)
= 190 mm i=d 1−d 2 ×a = 30.5−30 2 ×0.02 = 12.5 tc=L× i f × n+(td+tsp)= 190 mm × 12.5 10 mm/rev × 250 rpm+(2+4) = 6.95 menit 2.3 Operation Plan
Operation plan adalah suatu rencana proses pengerjaan benda kerja yang berisikan tahapan-tahapan proses pemesinan. Operation plan bertujuan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam tahapan pengerjaan yang dapat menyebabkan pemborosan biaya maupun waktu pengerjaan.
Dasar-dasar pembuatan operation plan:
a. Menentukan urutan langkah pengerjaan dalam proses pemesinan;
b. Dapat menentukan metoda pencekaman, kualitas pengerjaan dan jenis mesin yang akan dipakai;
c. Membantu langkah proses pengerjaan benda kerja; d. Mengetahui kesalahan ukuran dan bahan;
e. Membantu mengurangi tingkat kesalahan dalam proses pemesinan.
2.4 Jenis Operation Plan Pada operation plan adalah suatu perencanaan proses yang akan kita lakukan. Setiap proses yang dikerjakan dijelaskan dengan penunjukan kode proses dan ukuran (spesifikasi) yang harus dicapai.
2.4.1 Operation Plan Gambar
Nama Bagian : Ring Setting Bahan : ST 37
No. Gambar : 5 Jumlah : 1
Ukuran Kasar : Ø48 x 26 Ukuran Jadi : Ø48 x 24.5
No. Proses Visual Alat Bantu
101 Pelajari gambar dan periksa raw
Jangka sorong
material 102 Setting mesin bubut 104 Cekam benda kerja menggunakan chuck rahang 3 Kunci pengencang chuck
105 Bubut facing Pahat tepi
rata
204 Cekam balik Kunci
benda kerja chuck 205 Bubut facing hingga ukuran 24.5mm Pahat tepi rata 301 Periksa hasil akhir Jangka Sorong
Pada operation plan jenis ini, setiap proses yang dikerjakan dijelaskan dengan penunjukan kode proses dan ukuran (spesifikasi) yang harus dicapai. Kode-kode proses tersebut adalah sebagai berikut :
101 Pemeriksaan benda kerja 102 Penyetingan mesin 103 Marking benda kerja 104 Cekam benda kerja
105 Proses pemakanan/pemotongan
OPERATION PLAN
Nama Bagian : Holder Punch 1
Ukuran Kasar : 45x105x375 Ukuran Jadi : 40x100x370
No. Bagian : 1 Kekerasan : -Bahan : 1.0110 Jumlah : 2
NO PROSES
101 Pelajari gambar dan periksa bahan 102 Setting mesin frais
104 Cekam benda kerja dengan ragum mesin 105 N8 Frais balok 40.3 x 100 x 370 mm
110 Debure semua sisi tajam 202 Setting mesin Gerinda Datar
204 Cekam benda kerja dengan magnet mesin 205 N6 Gerinda tebal 40 x 100 x 370 mm
210 Debure semua sisi tajam
302 Setting mesin bok (bor koordinat) 304 Cekam benda kerja dengan ragum mesin
305 N8 Centerdrill semua koordinat lubang yang akan di bor 310 N8 Bor tembus Ø 9 mm x 6 lubang
320 Counterbor Ø 15 x 11 mm x 6 lubang 402 Countersink semua lubang
505 Debure semua sisi tajam 601 Periksa benda kerja
2.5 Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya adalah suatu proses yang tujuannya menghitung biaya dari penggunaan material dan SDM Tenaga kerja yang terjadi dalam proses pembuatan produk.
Biaya Proses Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap 2.5.1 Biaya Langsung Biaya ini dapat dihubungkan langsung terhadap suatu produk yang bisa dibuktikan secara jelas dan harus tercatat. Biaya langsung terdiri dari material, proses pengerjaan, gaji dan lain-lain.
a. Biaya Material
Material terdiri dari part standar dan non-standar. Part standar memiliki harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan penjual part tersebut, sedangkan part non-standar memerlukan perhitungan untuk mengetahui harganya. Total biaya material adalah penjumlahan biaya material untuk part non-standar dan non-standar. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan biaya material untuk part non-standar.
Biaya Material ( Rp)=Harga
(
RpKg
)
× Massa Material ( Kg) Dimana,Massa Material (Kg)=Volume
(
mm3)
× Massa Jenis(
Kgmm3
)
b. Biaya ProsesBiaya proses adalah biaya yang dihitung selama proses pengerjaan yang umumnya dihitung setiap jamnya. Biaya proses ini terdiri dari biaya mesin, biaya operator, biaya listrik, biaya alat, dll.
Biaya Proses (Total)=Biaya Tetap+Biaya Tidak Tetap
2.5.2 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap pada suatu perioda, besarnya tidak bergantung pada jumlah produk/jam kerja mesin. Yang termasuk biaya tetap:
b. Bunga modal dan asuransi c. Pajak
d. Biaya bangunan,gudang,dan biaya beban listrik.
a. Biaya Penyusutan Mesin
Suatu mesin hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Biaya investasi akan habis (tersisa sedikit) setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu, kalau dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah berkurang/menyusut.
Lama waktu suatu mesin dapat dipakai dan masih menguntungkan secara ekonomis. Biaya penyusutan diperhitungkan dari umur ekonomis mesin Beberapa metoda diperhitungkan biaya penyusutan :
Mengamati penurunan harga aktual suatu mesin di pasaran Metode garis lurus (stright line method)
Metode penjumlahan angka tahun (sum of the year digits method)
Metode keseimbangan menurun berganda (double declining balance method) Mengamati Penurunan Harga Mesin di Pasaran
Contoh hasil pengamatan penurunan harga mesin di pasar
Tahun 0 1 2 3 4 5 6
Harga (Juta) 20 15 12 10 8 6,5 5
Penyusutan (Juta/tahun) - 5 3 2 2 1,5 1,5
Contoh Grafik Penurunan Harga Metode Garis Lurus
D ¿P−SN
D = biaya penyusutan per tahun (Rp./tahun) P = harga awal mesin (Rp.)
S = harga akhir mesin (Rp.)
N = perkiraan umur ekonomis (Tahun)
Metode Penjumlahan Angka Tahun
Dt ¿(N−nt)×(P−S)y
Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) N = Umur Ekonomis (tahun)
nt = lama pemakaian sampai tahun ke-t, terhitung dari tahun pertama y = Jumlah angka tahun (misal: 1 tahun + 2 tahun + 3 tahun = 6 tahun)
Metode Keseimbangan Menurun Berganda
Dt=Vt −1−Vt −1
(
1−x N)
Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) t = Tahun
Vt = Nilai mesin pada akhir tahun ke-t (V0=P)
x = Suatu tetapan antara 1 ÷ 2 (umumnya 2) N = Perkiraan umur ekonomis (Tahun)
b. Biaya Bunga Modal dan Asuransi
Dari 4 metode perhitungan biaya penyusutan di atas, hanya 2 metode yang memperhitungkan bunga modal, yaitu :
1. Metode garis lurus dengan bunga modal (crf) 2. Metode Sinking Fund
Apabila metode yang dipakai bukan dua metode di atas, maka bunga modal harus dihitung.
I=i× P
Dimana,
I = Bunga modal dan asuransi (Rp/Tahun) i = Tingkat bunga modal dan asuransi (% tahun) P = Harga awal mesin (Rp)
N = Umur ekonomis mesin (Tahun) c. Pajak
Pajak menggunakan perhitungan sesuai dengan ketetapan yang diberikan oleh Negara. Biasanya dinyatakan dalam % dari harga awal per tahun.
d. Biaya Bangunan, Gudang, Biaya Beban Listrik
Jika biaya bangunan, gudang, beban listrik dan biaya lain-lainnya dihitung per bulan, maka biaya per tahun menjadi:
F=12× A × i
F = Total Seluruh Biaya per tahun (Rp) A = Total Seluruh Biaya per bulan (Rp) i = Tingkat bunga per bulan (% tahun)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah, besarnya bergantung pada jumlah produk/jam kerja mesin. Contoh biaya tidak tetap:
Biaya bahan bakar, pelumas, cairan pendingin.
Biaya operator, pemeliharaan, penggantian suku cadang penting. dll.
1.1.1 Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya lain-lain seperti biaya transportasi, pengemasan, keuntungan dan seluruh aktivitas yang tidak dapat dialokasikan secara khusus terhadap material dan tenaga kerja, sehingga biaya overhead dianggap bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam bentuk biaya langsung ataupun tidak langsung.