• Tidak ada hasil yang ditemukan

(ISOLATION AND POSTULATE KOCH Aeromonas Sp. And Pseudomonas sp. ON NILA TILAPHIA (Oreocromis niloticus) IN LOA KULU KUTAI KARTANEGARA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(ISOLATION AND POSTULATE KOCH Aeromonas Sp. And Pseudomonas sp. ON NILA TILAPHIA (Oreocromis niloticus) IN LOA KULU KUTAI KARTANEGARA)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN UJI POSTULAT KOCH Aeromonas Sp. DAN Pseudomonas Sp. PADA IKAN NILA (Oreocromis niloticus) DI SENTRA BUDIDAYA LOA

KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (ISOLATION AND POSTULATE KOCH Aeromonas Sp. And Pseudomonas sp. ON NILA TILAPHIA (Oreocromis niloticus) IN LOA KULU KUTAI KARTANEGARA)

ESTI HANDAYANI HARDI1), CATUR BAGUS PEBRIANTO1)

1)

Staf Jurusan Budidaya Peraairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNMUL

Email: estie_hardie@yahoo.com ABSTRACT

Aeromonas and Pseudomonas bacteria are two of the bacteria that cause high mortality in cultured carp, chanel catfish, and eel. However, the results of the examination and isolation in tilapia pain also found the presence of both these bacteria with a high enough number that reached 1011 CFU / ml. This indicates that the widening spread of these bacteria is characterized by increasing diversity of the infected host. Bacteria isolation is done by taking samples of nila tilapia (changes in eksternal anatomy pathology, purulens eyes, a wound). The eye, kidney, liver, brain from nila tilapia was isolated in GSP medium and incubated for 18-24 hours at 28-30oC. Pathogenicity test carried out by injecting through the IP (intaperitonial) of each bacterium at a density of 1011 CFU / ml in 6 tilapia fish and observation for 120 hours. The parameters observed were changes in swimming patterns and changes in the external organs and anatomical pathology of internal organs. From the results of isolation on specific media GSP is known that the number of bacteria Pseudomonas (67%) were found more than Aeromonas (33%) of tilapia sick. However, after the pathogenicity test was symptomatic abnormalities in fish infected with Aeromonas emerged more than the clinical symptoms of fish infected with Pseudomonas. Symptoms of tilapia infected with Aeromonas, among others, prominent eyes and the appearance of red bruises on the body surface, while the Pseudomonas-infected fish do not look any changes to the external organs, but after a necropsy performed organs look watery and the consistency decreased.

Key words: isolation, pathogenicity, Aeromonas, pseudomonas

PENDAHULUAN

Budidaya ikan nila banyak dilakukan oleh masyarakat di Kutai Kartanegara dengan memanfaatkan aliran Sungai Mahakam. Produksi budidaya ikan nila dari daerah ini mampu memenuhi konsumsi ikan nila untuk daerah Kutai Kartanegara, Samarinda bahkan Balikpapan. Serangan penyakit sering terjadi pada sistem budidaya yang dilakukan di Karamba Jaring Apung (KJA) karena sistem budidaya ini benar-benar memanfaatkan sumber air tanpa melakukan pengolahan air terlebih dahulu. Penyakit yang sering menginfeksi budidaya ikan nila umunya adalah kelompok Streptococcus dengan kematian mencapai 80 % namun, hasil pemantauan yang dilakukan ternyata gejala klinis ikan nila yang dibudidayakan dalam KJA Loa Kulu menunjukan adanya abnormalitas seperti ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas yaitu munculnya bercak merah pada permukaan tubuh dan sirip. Penelitian mengenai keberadaan bakteri Aromonas dan Pseudomonas pada ikan nila belum banyak dilaporkan dan di Indonesia pun serangan kedua bakteri ini pada ikan nila masih sangat minim. Berdasarkan informasi dari masyarakat dan pemantauan di lapangan maka perlu dilakukan penelitian mengenai Isolasi dan Uji Postulat Koch Bakteri Aeromonas Sp. dan Pseudomonas Sp. pada Ikan Nila (Oreocromis niloticus). Pada penelitian ini

(2)

dilakukan beberapa tahap penelitian yaitu isolasi bakteri, uji karakteristik bakteri dan uji postulat koch pada ikan nila.

METODA PENELITIAN Isolasi bakteri Aeromonas dan Pseudomonas

Pemeriksaan isolasi bakteri dilakukan dengan mengambil sampel ikan sebanyak 6 ekor ikan nila yang mengalami gejala abnormalitas seperti mata menonjol (eksotalmia), mata seperti berkabut (purulens), warna tubuh menghitam, adanya luka pada permukaan tubuh atau sirip. Isolasi bakteri dilakukan dengan mengambil sampel organ hati, ginjal, mata dan otak ikan nila dengan menggunakan ose dan di goreskan pada media padat GSP, kemudian

media yang telah berisi ulasan bakteri diinkubasi pada suhu 28-30 oC selama

18-24 jam. Koloni yang tumbuh pada media GSP (media spesifik untuk bakteri Aeromonas dan Pseudomonas) kemudian di reisolasi kembali pada media GSP agar tumbuh menjadi koloni tunggal, selanjutnya isolat bakteri diuji berdasarkan SNI 7303:2009 yaitu perwarnaan Gram dan uji oksidatif-fermentatif.

Uji Postulat Koch Bakteri Aeromonas dan Pseudomonas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari infeksi bakteri Aeromonas dan Pseudomonas pada ikan nila, ini sebagai upaya untuk meyakini bahwa perubahan yang terjadi baik perubahan tingkah laku maupun patologi anatomi organ luar dan organ dalam ikan nila disebabkan oleh kedua bakteri ini. Ikan yang digunakan dalam percobaan ini berjumlah 6 ekor untuk setiap bakteri.

Ikan dinjeksi dengan masing-masing bakteri dengan kepadatan 1011 CFU/ml

sebanyak 0.2 ml/ekor.

Beberapa parameter yang diamati yaitu perubahan pola berenang, perubahan anatomi organ luar dan organ dalam secara makroskopis serta pengamatan kematian ikan. Pengamatan parameter dilakukan setiap 24 jam pasca injeksi hingga jam ke-120.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bakteri yang menginfeksi ikan nila adalah Aeromonas dan Pseudomonas. Ikan yang terinfeksi mengalami gejala klinis abnormalitas seperti mata menonjol (eksoptalmia), tubuh menghitam, dan adanya memar merah atau luka pada permukaan tubuh atau sirip bahkan terkadang juga ditemukan ikan mengalami pendarahan. Data jenis bakteri yang ditemukan pada ikan nila yang mengalami sakit dari daerah Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara dijabarkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Jenis Bakteri yang diisolasi dari ikan nila yang mengalami gejala abnormalitas.

Sampel ikan Jenis bakteri

Aeromonas Pseudomonas 1  2  3  4  5  6  Persentase (%) 33 67

(3)

Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa prevalensi bakteri Pseudomonas pada ikan nila yang mengalami sakit lebih tinggi dibandingkan Aeromonas, ini disebabkan karena kemampuan bakteri Pseudomonas untuk beradaptasi dengan kondisi ikan nila, sedang bakteri Aeromonas biasanya ditemukan pada ikan-ikan cyprid, lele, patin dan sidat, dan baru ditemukan pada ikan nila di daerah budidaya Loa Kulu.

Berdasarkan pengujian karakteristik, bakteri Aeromonas dan

Pseudomonas termasuk dalam bakteri Gram – dengan bentuk batang dengan ukuran sekitar 0.8 – 1.0 µ. Kedua bakteri ini memiliki karakteristik yang hampir sama perbedannya adalah pada kemampuan oksidatif-fermentatif. Bakteri Aeromonas merupakan bakteri oksidatif-fermentatif sedangkan Pseudomonas merupakan bakteri oksidatif, dan parameter inilah yang digunakan untuk membedakan keduannya. Kedua bakteri ini memiliki flagela untuk pergerakan ditunjukkan dengan pengujian motilitas positif. Pertumbuhan bakteri Aeromonas cenderung tumbuh cepat pada media buatan dengan temperatur optimum (28 - 30

o

C), kenyataan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hoffman (1977) dalam Austin dan Austin (2007) bahwa bakteri Aeromonas tumbuh

optimum pada suhu 20-30 oC, pada suhu 10 oC pertumbuhanya akan lambat dan

pada temperatur 35 oC pertumbuhannya akan terhenti. Permukaan koloninya

pada media TSA agak menonjol, berbentuk bulat putih dan sedikit seperti bergerigi pada pinggiran koloni, sedangkan bakteri Pseudomonas pada media TSA, koloninya tampak berwarna krem, bulat dan seperti berkilat.

Pada pengujian Postulat Koch dilakukan penginjeksian melalui IP diketahui bahwa infeksi Aeromonas menyebabkan ikan mengami gejala eksoptalmia, purulens dan warna tubuh menghitam sedangkan infeksi Pseudomonas tidak banyak menyebabkan perubahan pada anatomi organ luar ikan nila, namun perubahan terjadi pada organ dalam yang tampak berair dan terjadi penurunan konsistensi pada organ hati, ginjal dan saluran pencernaan. Perubahan pada gejala renang dan patologi anatomi organ dalam maupun organ luar ikan nila yang terinfeksi bakteri Aeromonas dan Pseudomonas di jabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Abnormalitas dan kematian yang terjadi pada ikan nila pasca diinjeksi Aeromonas dan Pseudomonas

Abnormalitas yang terjadi Waktu terjadinya (pasca injeksi) (jam)

Aeromonas Pseudomonas

Garis vertical tubuh menghitam 48 - Eksoptalmia & purulens 96 - Organ dalam berair dan konsistensi organ

menurun

- 72

Hati dan ginjal pucat 72 120

Kematian 48 72

Keterangan : (-) tidak ditemukan adanya gejala

Dari Tabel 2 di atas diketahui bahwa gejala abnormalitas yang muncul pada ikan nila yang diinjeksi dengan bakteri Aromonas lebih banyak dibandingkan dengan ikan nila yang diinjeksi dengan Pseudomonas. Perubahan warna tubuh terjadi pada jam ke-48 pasca injeksi bakteri Aeromonas dan tidak muncul pada ikan yang diinjeksi dengan Pseudomonas. Perubahan pada mata seperti eksoptalmia dan purulens terjadi pada jam ke-96 pasca injeksi bakteri Aeromonas dan juga tidak muncul pada yang diinjeksi dengan Pseudomonas.

(4)

Infeksi dari bakteri Pseudomonas menyebabkan terjadinya perubahan pada organ dalam ikan nila dan tidak tampak secara makroskopis pada organ luar. Perubahaan yang terjadi seperti organ dalam berair dan terjadinya perubahan warna pada hati dan ginjal menjadi pucat. Kedua bakteri ini termasuk dalam bakteri gram negatif yang memiliki kisaran inang yang luas. Perbedaan gejala yang muncul disebabkan karena perbedaan karakteritik dan sifat dari bakteri itu sendiri. Bakteri Aeromonas merupakan bakteri septicemia yang berkembang di pembuluh darah sehingga gejala yang muncul terkait dengan adanya pendarahan dan pembengkakan. Bakteri secticemia lain yang menginfeksi ikan nila adalah Bakteri Streptococcus baik S. iniae maupun S. agalactiae (Hardi et.al., 2011). Masih menurut Hardi et.al. (2011) gejala ikan nila yang terinfeksi bakteri S. agalactiae adalah munculnya eksoptalmia, purulens, warna tubuh menghitam, clear operculum, ulcer dan pada saat ikan mati tubuh membentuk huruf “C”, gejala ini hampir sama dengan infeksi bakteri Aeromonas pada ikan nila.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah ditemukan menginfeksi ikan nila di sentra budiaya Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Kondisi tersebut disebabkan makin buruknya sumber air yang digunakan untuk budidaya selain itu, sistem budidaya yang bercampur dalam satu area menyebabkan meningkatnya perpindahan bakteri dari satu spesies ikan yang satu ke spesies ikan yang lain. Seperti yang terjadi di Loa Kulu, sistem budidaya ikan nila dilakukan dalam karamba, dimana satu areal budidaya tidak hanya dipelihara ikan nila saja melainkan juga jenis ikan yang lain seperti mas, patin dan lele. Kondisi inilah yang memicu makin meluasnya penyebaran bakteri Aeromonas dan Pseudomonas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil riset yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bakteri patogen yang menginfeksi ikan nila di sentra budidaya Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara adalah jenis Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Infeksi Aeromonas menyebabkan ikan mengami gejala eksoptalmia, purulens dan warna tubuh menghitam sedangkan infeksi Pseudomonas menyebabkan perubahan terjadi pada organ dalam yang tampak berair dan terjadi penurunan konsistensi pada organ hati, ginjal dan saluran pencernaan. Tingkat patogenisitas bakteri Aeromonas sp. pada ikan nila lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri Pseudomonas sp.

Saran

Untuk melakukan pencegahan dan pengobatan (pengendalian) penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui bagian dari bakteri tersebut yang bersifat virulen melalui pengujian toksisitas intraseluller dan ekstrasellur produk bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.

Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Mikrobiologi Perairan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Austin B., DA Austin. 2007. Bacterial fish pathogens. Fourth Edition. New York: Praxis Publishing Ltd. pp 552

Hardi, E.H. 2011. Kandidat Vaksin Potensial Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) [Desertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Hardi, E.H., Sukenda, E. Harris, A.M. Lusiastuti. 2011. Karakteristik dan Patogenisitas Streptococcus agalactiae tipe β-hemolitik dan Non-hemolitik pada Ikan Nila. Journal Veteriner Vol. 12 No. 2: 152-164

Evans, JJ. 2003. Effects of sublethal dissolved oxygen stress on blood glucose and susceptibility to Streptococcus agalactiae in nile tilapia Oreochromis niloticus. Journal of Aquatic Animal Health 15: 202-208

Evenberg, D., de Graaff D, Fleuren W, van Muiswinkel WB. 1986. Blood changes in carp (Cyprinus carpio) induced by ulcerative Aeromonas salmonicida infections. Vet. Immunol. Immunopathol., 12: 321-330

Murdjani, M. 2002. Identifikasi dan patologi bakteri Vibrio alginolyticus pada ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) [Desertasi]. Malang: Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya

SNI/Standar Nasional Indonesia. 2009. Metode identifikasi bakteri Aeromonas hidrophyla. Badan Standardisasi Nasional/BSN. SNI 7303:2009. 12 hal

Gambar

Tabel 1. Jenis Bakteri yang diisolasi dari ikan nila yang mengalami gejala  abnormalitas
Tabel  di  atas  menunjukkan  menunjukkan  bahwa  prevalensi  bakteri  Pseudomonas  pada  ikan  nila  yang  mengalami  sakit  lebih  tinggi  dibandingkan  Aeromonas,  ini  disebabkan  karena  kemampuan  bakteri  Pseudomonas  untuk  beradaptasi  dengan  kon

Referensi

Dokumen terkait

Sifat melawan hukum dari Pasal 90,91,92, atau 93 yang menyebabkan timbulnya tindak pidana tersebut dan kejahatan Pasal 94 terletak pada merek atau tanda yang dipergunakan si

Penilaian terhadap variabel sarana ekonomi dalam kawasan didasarkan atas layanan sarana ekonomi dalam kawasan tersebut (terhadap luas kawasan, jumlah penduduk yang terlayani dan

sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80,  pada usia diatas

Belat laut dalam dioperasikan sebelum pasang purnama yaitu pada waktu 11 hari bulan sampai 13 hari bulan dan dioperasikan pada saat air pasang tinggi dalam

Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang

Sebagai jemaat dengan angota-anggota yang berbeda dan karunia-karunia serta pelayanan-pelayanan yang berbeda ( bdk Surat Rasul Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat Di

informasi dengan perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode IVA menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara informasi tentang program IVA

memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan pengembangan. Sebagai contoh pengadaan barang sebagai peningkatan kinerja sebuah perusahaan. In a new task , situasi dimana sebuah