• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori perilaku menurut para ahli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "teori perilaku menurut para ahli"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6 6 II.1

II.1 Keselamatan Keselamatan KerjaKerja

Menurut Purnama, (2010). Keselamatan kerja secara filosofi diartikan Menurut Purnama, (2010). Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan  baik ja

 baik jasmaniah maupun smaniah maupun rohaniah tenaga rohaniah tenaga kerja kerja pada pada khususnya dan khususnya dan manusia manusia padapada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Menurut (Wilson 2012). Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas Menurut (Wilson 2012). Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan  pekerjaan.

 pekerjaan.

Sedangkan menurut Slamet (2012), Keselamatan kerja dapat diartikan Sedangkan menurut Slamet (2012), Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama  bekerja,

 bekerja, karena karena tidak tidak yang yang menginginkan menginginkan terjadinya terjadinya kecelakaan kecelakaan di di dunia dunia ini.ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana  pekerjaan itu dilaksanakan.

 pekerjaan itu dilaksanakan.

II.2

II.2 Kesehatan Kesehatan kerjakerja

Kesehatan kerja merupakah hal yang sangat penting untuk meningkatkan Kesehatan kerja merupakah hal yang sangat penting untuk meningkatkan keuntungan bagi pekerja maupun perusahaan, karena dengan adanya kesehatan keuntungan bagi pekerja maupun perusahaan, karena dengan adanya kesehatan yang baik maka akan berkurangnya pekerja yang absen karena sakit, dan yang baik maka akan berkurangnya pekerja yang absen karena sakit, dan lingkungan kerja dapat lebih menyenangkan dan pekerja akan mampu bekerja lingkungan kerja dapat lebih menyenangkan dan pekerja akan mampu bekerja lebihlebih lama sehingga akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Berbagai definisi lama sehingga akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Berbagai definisi kesehatan kerja menurut para ahli antara lain:

kesehatan kerja menurut para ahli antara lain: Menurut

Menurut Mangkunegara Mangkunegara (2004) (2004) dalam dalam Minati (20Minati (2015) 15) kesehatan kesehatan kerjakerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi

menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasaatau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan

(2)

faktorfaktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang faktorfaktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi

ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.atau gangguan fisik. Kesehatan kerja menurut Flippo, dalam Mutiara, (2012) kesehatan kerja di Kesehatan kerja menurut Flippo, dalam Mutiara, (2012) kesehatan kerja di  bagi menjadi dua, yaitu:

 bagi menjadi dua, yaitu: a.

a.  Physical Health Physical Health 1)

1) Preplacement  Preplacement physical physical examinationsexaminations   (pemeriksaan (pemeriksaan jasmanijasmani  prapenempatan)

 prapenempatan) 2)

2) Periodic  Periodic physical physical examinations examinations for for all all key key personnelpersonnel (pemeriksan(pemeriksan  jasmani secara berkala untuk personalia)

 jasmani secara berkala untuk personalia) 3)

3) Voluntary periodic physical examinations for all key personnel Voluntary periodic physical examinations for all key personnel  (pemeriksan jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia) (pemeriksan jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia) 4)

4) A  A well-equipped well-equipped and and staffed staffed medical medical dispensarydispensary (klinik medis yang(klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik)

mempunyai staf dan perlengkapan yang baik) 5)

5) Availability  Availability of of trained trained industrial industrial hygienists hygienists and and madecal madecal personnel personnel  (tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industry yang terlatih) (tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industry yang terlatih) 6)

6) Systematic and preventive attention devoyed to industrial stresses andSystematic and preventive attention devoyed to industrial stresses and  strains

 strains (perhatikan yang sistematik dan prefentif yang dicurahkan pada (perhatikan yang sistematik dan prefentif yang dicurahkan pada tekanan dan ketegangan industrial)

tekanan dan ketegangan industrial) 7)

7) Periodic and systematic inspections  Periodic and systematic inspections of provisions for propersanitationof provisions for propersanitation (pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk (pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk sanitasi yang tepat).

sanitasi yang tepat).  b.

 b.  Mental Health Mental Health (Kesehatan Mental)(Kesehatan Mental) 1)

1) Availability  Availability of of psychiatric psychiatric specialist specialist and and instructionsinstructions  (tersedianya  (tersedianya  penyuluhan kejiwaan dan psikiater)

 penyuluhan kejiwaan dan psikiater) 2)

2) Coorperation with outside psychiatric specialist and instructionsCoorperation with outside psychiatric specialist and instructions (kerja (kerja sama dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar sama dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi)

organisasi) 3)

3) Education  Education of of company company personnel copersonnel concerning ncerning the the nature anature and nd importanceimportance of the mental health problem

of the mental health problem  (pendidikan personalia perusahaan  (pendidikan personalia perusahaan sehubungan dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental) sehubungan dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental)

(3)

II.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tingkah laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secara khusus berhubungan dengan terbentuknya perilaku selamat yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan terbentuknya perilaku tindakan tidak selamat dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. (Winarsunu dalam Kani 2014)

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemekirian dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. (Mangkunegara dalam Putra 2014)

Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam penempatan dan pemeliharaan  pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas

fisiologi dan psikologi; dan diiringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya (ILO)

II.4 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan  pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Bahwa suatu kasus

dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat unsur paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain) (Kepmenakertrans No 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja).

Adapun pengertian menurut (Suma’mur dalam Pertiwi 2012), K ecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kegiatan pada perusahaan, yang  berarti bahwa kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerja an dan pada waktu melakukan pekerjaan serta kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja.

(4)

II.3 Perilaku Manusia II.3.1 Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap st imulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2012). Manjamen Sumber Daya Manusia mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku tindakannya. Artinya berbagai faktor luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan bahkan mengubah  perilakunnya.

(Skinner dalam Notoatmodjo 2012) Mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang dan respon. Ia membedakan adanya 2 respon yakni :

a.  Respondent Respon atau reflexive,

Ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan semacam ini disebut elicting stimuli karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup dan sebagainya.

 b. Operant Response atau Instrumental response

Ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu, perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli dan reinforce karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh sebab itu, perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

II.3.2 Bentuk Perilaku

Dikemukakan oleh (Skinner dalam Notoadmodjo 2012), maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon dan reaksi terhadapn stimulus ini masih terbatas pada  perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi

(5)

 pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.

 b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)

Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat oleh orang lain.

II.3.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk-bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi. Bentuk-bentuk  perubahan perilaku menurut (WHO dalam Notoadmodjo 2012), terbagi menjadi

tiga kelompok, yaitu:

a. Perubahan alamiah (natural change)

Perubahan alamiah yang dimaksud yaitu bahwa manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik, atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

 b. Perubahan terencana (Planned change)

Perubahan terencana terjadi karena perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Sehingga, hanya subjek itu sendiri yang ingin dan dapat mengubahnya.

c. Kesediaan untuk berubah (readdiness to change)

Kelompok ke tiga ini akan terjadi apabila terjadi suatu inovasi atau  program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau  perubahan tersebut.

(6)

II.4 Teori Perilaku

II.4.1 Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977)

Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini mengungkapkan bahwa  perilaku adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara :  Antecedent, Behavior, Consequences.

a.  Antecedent

 Antecendent adalah suatu pemicu (trigger ) yang menyebabkan seorang  berperilaku, yakini kejadian-kejadian dilingkungan kita.  Antecedent   ini dapat berupa alamiah (Hujan, angin, cuasa, dan sebagainya), dan buatan manusia atau “man made” (interaksi dan komunikasi dengan orang lain).  b.  Behaviour

Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut yang berasal dari lingkungan.

c. Consequences

Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut (konsekuensi). Bentuk konsekuensi:

1) Positif (Menerima), berarti akan mengulang perilaku tersebut.

2) Negatif (Menolak), berarti akan tidak mengulang perilaku tersebut (berhenti).

II.4.2 Teori “Reason Action” 

Teori ini dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen (1980), maka juga teori “Fesbein- Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari “intention”  atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh:

a. Sikap, penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil.

 b.  Norma Subjektif, kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil tersebut.

c. Pengendalian perilaku, bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari perilaku yang akan diambilnya.

(7)

II.4.3 Teori Lawrence Green

(Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2012) menganalisis perilaku manusia terkait masalah kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu :

a.  Prediposing factors  (faktor dari diri sendiri) adalah faktor faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan, dan sebagainya.  b.  Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, pertauran dan kemampuan sumber daya.

c.  Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor faktor yang memungkinkan pekerja untuk berprilaku dalam bekerja, terwujud dalam  bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dan supervisor, reward 

dan punisment  serta rekan kerja.

Model ini secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Green et al, 1980. Health Education Planning

Gambar 1 Tiga Kategori Faktor yang Berkontribusi Terhadap Perilaku Kesehatan

(8)

II.4.4 Teori “ Behavior Intention” 

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berdasarkan analisisnya terhadap niatan orang bertindak atau berperilaku. Kar mencoba menganalisis  perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:

a.  Niat seseorang untuk bertindak  (behavior intention)

 b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social suport)

c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action  situation). Secara matematis model ini dirumuskan sebagai berikut:

Sumber: Notoatmodjo 2012

(9)

II.4.5 Teori

Thought and F eeling

Tim kerja dari organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis  bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Secara matematis determinan perilaku menurut WHO dapat diilustrasikan sebagai berikut

Sumber : (WHO model 1990)

Gambar 3 Teori Thought and Feeling

 Notoadmodjo (2012) dalam buku Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan mengemukakan bahwa tim kerja dari WHO menganalisis yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok .

Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), yakni dalam bentuk  pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek. a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

 b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya  pembuktian terlebih dahulu.

(10)

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka dan tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang  paling deket. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwudjud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

2) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada  pengalaman orang lain.

3) Dikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada  banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4)  Nilai (value), didalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

d. Orang penting sebagai referensi Perilaku orang, lebih-lebih" perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau  perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya.

e. Sumber-sumber daya (resources) Sumber daya di sini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan Puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap  perilaku penggunaan Puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya. f. Kebudayaan (culture) kebiasan, nilai-nilai, tradisi-tradisi . sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

(11)

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat  bersama

Sumber: Notoatmodjo 2010

Gambar 4 WHO Model 1990

II.5 Teori Perubahan Perilaku

II.5.1 Teori Stimulus-Organisme (SOR)

Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan  perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources)  misalnya kredibelitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan  peruahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

(Hosland, et al dalam Notoadmodjo 2012), mengatakan bahwa perubahan  perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan  perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif didalam mempengaruhi perhatian individu dan

(12)

 berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada  perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

 b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses selanjutnya. c. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Proses perubahan perilaku ini berdasarkan teori S-O-R dapat digambarkan sebagai  berikut :

Sumber : Notoadmojo 2012

Gambar 5 Teori S-O-R

II.5.2 Teori Perubahan Perilaku E Scot Geller

Menurut Galler menyatakan bahwa perubahan perilaku seseorang dapat dilakukan secara internal yaitu (Persepsi, sikap, nilai-nilai, kepercayaan, perasaan,  pemikiran, kepribadian, perhatian) dengan berusaha mengubah cara berpikir sehingga diharapkan dapat mengubah cara berpikir sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku, atau secara eksternal yaitu (pelatihan, pengawasan, peraturan,  pemenuhan) dengan berusaha mengubah perilaku sehingga diharapkan dapat terjadi

(13)

 perubahan cara berpikir. Galler mengklasifikasikan penyebab perilaku menjadi dua faktor seperti pada gambar dibawah ini

Sumber : E Scot Geller, (2001).Working Safe. Lewis Publisher Bo Ration London. New York Washington, D.C, hlm 24

Gambar 6 Faktor Perubahan Perilaku Menurut Galler (2001)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan perilaku dan  pendekatan individu, dimana tindakan selamat seorang pekerja sangat dipengaruhi

oleh faktor internal maupun faktor eksternalnya.

II.6 Perilaku tidak Selamat

Difinisi perilaku berbahaya menurut beberapa ahli yang juga dikutip dari Winarsunu (2010) antara lain:

1. Kavianian (1990) adalah kegagalan dalam mengikuti peresyaratan dan  prosedur prosedur kerjayang benar sehingga menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja.

2. Ramsey, seperti yang dikutip oleh Mc Cormick (1992) adalah suatu kesalahan dalam tahap tahap persepsi, mengenali, memutuskan, menghindari dan kemampuan menghindari bahaya.

(14)

3. Lawton (1998) mendefinisikan prilaku berbahaya adalah kesalahan kesalahan dan pelanggaran pelanggaran dalam bekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Dapat disimpulkan sesuai dengan beberapa definisi diatas bahwa prilaku  berbahaya adalah tindakan tidak aman dalam bekerja yang sangat potensial menyebabkan kecelakaan kerja karena gagal mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan didukung pula dengan ketidakmampuan mengenali dan memutuskan menghindari bahaya secara benar.

Dalam buku Bird dan Germain (1990) yang berjudul Pratical  Loss Control  Leadership, Perilaku tidak selamat adalah perilaku yang dapat mengizinkan

terjadinya suatu kecelakaan atau insiden. Perilaku tidak selamat merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Jenis jenis perilaku tidak selamat yaitu:

a. Menurut Frank E. Bird Germain dalam teori  Loss Causation Model  (Germain dalam Putra 2014), menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku tidak selamat, yaitu :

1) Melakukan pekerjaan tanpa wewenang 2) Gagal dalam memberi peringatan 3) Gagal dalam menyelamatkan

4) Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya 5) Membuat alat keselamatan tidak berfungsi 6) Menghilangkan alat pengaman

7) Menggunakan peralatan yang rusak

8) Menggunakan peralatan yang tidak sesuai 9) Tidak menggunakan APD dengan benar 10) Pengisian yang tidak sesuai, dll.

 b. Menurut HW. Heinrich dalam Septiana 2014, perilaku tidak selamat te rdiri dari :

1) Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai 2) Mengoperasikan peralatan yang bukan haknya

3) Menggunakan peralatan yang tidak pantas 4) Menggunakan peralatan yang tidak benar

(15)

5) Membuat peralatan safety menjadi tidak berfungsi 6) Kegagalan untuk memperingatkan karyawan lain, dll.

II.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perilaku Tidak Selamat Menurut Sanders (1993) prilaku berbahaya terjadi melalui tiga fase yang  bekerja secara bertahap, yaitu:

a. Tingkat manajemen

Manajemen sangat mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman. Diantarannya dengan tidak tegasnya program kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan dan perawatan terhadap mesin mesin yang digunakan.

 b. Aspek aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan Lingkungan fisik seperti tempratur ruang kerja, taraf kebisingan, iluminasi, kelembabpan dan tata letak ruang kerja, desain peralatan seperti control, display, kesesuaian, peringatan terhadap bahaya, bahaya aliran listrik, bahaya mesin dan lain lain. Sedangkan lingkungan sosial dan  psikologis seperti norma kelompok, komunikasi antar kelompok,

semangat kerja, serikat pekerja, dan sebagainya. Aspek aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan aka n mempengaruhi tingkat kelelahan, konsentrasi dan keleluasaan ruang gerak pekerja.

c. Individu

Karakteristik individu dapat mempengaruhi prilakunya dalam  bekerja. Unsur unsur karakteristik antara lain, taraf kemampuan, kesadaran, pengalaman, training, kepribadian, kemampuan fisik, usia, fatigue atau kelelahan, motivasi, kecanduan, kecerdasan, kepuasan kerja, dan sebagainya.

Ketiga fase tersebut saling mempengaruhi, fase pertama mempengaruhi fase kedua dan fase kedua mempengaruhi fase ketiga (Winarsunu,2010)

(16)

II.7.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur  bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.  b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis ( synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan  justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

(17)

II.7.2 Persepsi

Menurut Slameto (2010:102) pengertian persepsi adalah proses yang  berkaitan dengan masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui  persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar,  peraba, perasa, dan pencium. Perilaku seseorang didasarkan oleh persepsi mereka mengenai apa relitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri. Faktor Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins 1991 dalam Putra 2014 yaitu :

a. Pelaku persepsi

Bila seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu. Diantara karakteristik pribadi yang relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, dan penghargaan

 b. Target

Karakteristik-Karakteristik dalam target yang akan diminati dapat mempengaruhi apa yang di persepsikan. Orang-orang yang keras suaranya lebih mungkin untuk diperhatikan dalam suatu kelompok daripada mereka yang diam. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terpencil, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

c. Situasi

Situasi adalah konteks dimana kita melihat objek-objek atau peristiwa- peristiwa. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi  persepsi-persepsi kita. Waktu adalah dimana suatu objek objek atau  peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi perhatian, sepeti juga lokasi,

(18)

Sumber: Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi

Gambar 7 Faktor – Faktor Mempengaruhi Persepsi

II.7.3 Motivasi

Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Batasan mengenai motivasi sebagai “ The process by which behavior is energized and directed ” (suatu proses, dimana tingkah laku tersebut di pupuk dan diarahkan) para ahli psikologi memberikan kesamaan antara motif dengan needs (dorongan, kebutuhan). Dari  batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa motif adalah yang melatar belakangi

individu untuk berbuat mencapai tujuan tertentu. Dan Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge mendefinisikan motivasi (Motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya.

Sedangkan menurut Filmore H. Stanford, mengatakan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.

Menurut Robert A. Baron, motivasi dapat pula dikatakan seba gai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive aurosal ). Bila suatu kebutuhan tidak terpuaskan, timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon perangsang

(19)

(incentive) dalam tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan akan menjadikan individu merasa puas

Tentunya setiap orang memiliki motivasi tersendiri saat melakukan suatu  pekerjaan. Motivasi adalah proses-proses psikologi yang dapat menyebabkan

adanya stimulasi, kegigihan, serta arahan terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sukarela pada suatu tujuan tertentu.

Menurut motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tertuntu. Dalam buku siagian 2004 berjudul manajemen sumber daya manusia , motivasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang  bersifat internal maupun external. Termasuk faktor-faktor internal adalah :

a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri.  b. Harga diri

c. Harapan pribadi d. Kebutuhan e. Keinginan f. Kepuasan kerja

g. Prestasi kerja yang diinginkan

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi motivasi seseorang antara lain :

a. Jenis pekerjaan

 b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung c. Organisasi tempat kerja

d. Situasi lingkungan pada umumnya

(20)

II.7.4 Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka manajer haurs melakukan kegiatan kegiatan  pemeriksaan, pengecekkan, pencocokan, inspeksi pengendaliam dan berbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang akan terjadi. (Sarwono 2005 dalam ayu 2014)

Pengawasan merupakan fungsi yang penting dalam manajemen kegiatan agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai harapan sehingga tujuan kegiatan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam upaya mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, perlu dilakukan pengawasan yang intensif dari  berbagai pihak baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.

Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan kerja dilakukan mulai dari Skala Perusahaan, skala pekerja, hingga seluruh peralatan dan ala t produksi dalam proses  produksi. Di Indonesia, masalah pengawasan K3 hampir menjadi permasalahan di  berbagai daerah karena beberapa faktor seperti kurangnya tenaga pengawas.

Dalam data yang disajikan oleh Kementrian Tenaga Kerja tahun 2012, terdapat 14 kategori yang menjadi objek pengawasan K3 antara lain hubungan kerja, waktu kerja dan waktu istirahat, pengupahan, jamsostek, penempatan dan  pelatihan, pesawat uap dan bejana tekan, pesawat angkat angkut, pesawat tenaga

dan produksi, kelistrikan dan lift, pencegahan kebakaran, kesehatan kerja, konstruksi bangunan, lingkungan kerja, kimia. Secara keseluruhan di tahun 2012,  jumlah obyek pengawasan yang diawasi sebanyak 349.325 obyek dengan jumlah  pengawas sebanyak 2.917 di seluruh Indonesia.

Tujuan pengawasan adalah memastikan bahwa tujuan dan target sesuai dengan kebutuhan, memastikan bahwa pekerja dapat menanggulangi kesulitan yang mereka temui, meningkatkan motivasi, membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuannya. Supervisi juga dapat diartikan sebagai kegiatan dari proses pengendalian yang menempatkan tindakan lanjut kegiatan untun memastikan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana dan waktu yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2012)

(21)

Faktor pengawasan menjadi salah satu faktor yang penting untuk menunjang terwujudnya visi nasional dan terwudjudnya budaya K3.

Dalam buku Grimaldi and Simonds, Ada beberapa hal yang harus diperiksa  pada saat melakukan pengawasan, yaitu :

a. Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan  b. Letak peralatan

c. Kemungkinan masih adanya kondisi bahaya d. Lorong dan jalan yang dilalui

e. Penataan material

f. Apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada

Untuk dapat mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja, dalam PER.05/MEN/1996 dijelaskan bahwa perlu ada kontribusi dan komitmen dari masyarakat khususnya perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak dalam  perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3, serta memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Oleh sebab itu, pengawasan menjadi salah satu bentuk fungsi yang dapat mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja karena dengan adanya pengawasan, pemerintah dapat menjaga agar setiap perusahaan tetap menjalankan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan agar tingkat kecelakaan kerja yang terjadi bisa semakin berkurang sehingga kesehatan dan keselamatan kerja dapat benarbenar membudaya di seluruh lapisan masyarakat.

(22)

II.7.5 Peraturan

Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan. Peraturan memiliki peran  besar dalam menentukan perilaku selamat yang mana dapat diterima

(Sialagan,2008 dalam putra 2014).

Secara umum, HFACS (Human Factor analysis and Clasification system) mengklasifikasikan tindakan tidak selamat (Unsafe act) menjadi kesalahan (erors) dan pelanggaran (violations). Kesalahan adalah representasi dari suatu aktivitas mental dan fisik seseorang yang gagal dalam mencapai tujuan. Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat.

 Notoatmodjo 2012 menyebutkan salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan misalnya peraturan- peraturan dan perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cari ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

Peraturan keselamatan akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk tertulis, dikomunikasikan dan didiskusikan dengan seluruh pekerja yang akan terlibat dalam suatu pekerjaan tersebut. Hubungan antara peraturan keselamat an dan konsekuensi yang diterima akibat pelanggaran dapat didiskusikan bersama dengan pekerja lain. Pekerja akan diminta untuk mentandatangani pernyataan bahwa mereka telah membaca dan memahami peraturan tersebut dan juga mendapatkan penjelasan tengtang konsekuensi yang akan diterima jika pekerja tidak menaati peraturan yang sudah ada. Ketika pekerja itu dilibatkan dalam perumusan peraturan, mereka akan lebih memahami dan mau mengikuti peraturan tersebut

(23)

II.7.6 Pelatihan K3

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi kontrol atas tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja. Akan tetapi, segi pelatihan terlihat tidak memiliki peranan penting dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.(Stemmer,dalam Murti 2012).

Terdapat 2 jenis pelatihan dalam buku perspektif manajemen sumber daya manusia Nakamura, 2005 yang mengemukakan bahwa terdapat 2 jenis pelatihan yaitu :

a. Pelatihan yang wajib

Dilakukan oleh pekerja level manajerial dan no manajerial yang biasanya merupakan hal yang wajib untuk diikuti oleh setiap pekerja. Biasanya  pekerja yang baru masuk menjalankan pelatihan seperti ini.

 b. Pelatihan yang pilih

Pelatihan yang dilakukan berdasarkan masukan dari perusahaan atau departemen tertentu untuk meningkatkan kemampuan pekerjaanya.  Namun, dimungkinkan pula pekerja dari departemen lain untuk mengikuti  pelatihan yangdiselenggarakan oleh departemen ini.

Proses evaluasi terhadap hasil pelatihan terus dilakukan oleh perusahaan karena hasil evaluasi tersebutlah yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk pemberian repitisi ( pengulangan) pelatihan atau tidak (Nakamura, 2005)

Berdasarkan Undang-Undang RI No 1 Tahun 1970 bahwa pengurus atau  pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk  para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakainAPD dengan tepat dan benar. Tujuan dari penerapan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi pekerja dari tepaparnya bahaya di tempat kerja dan penyakit akibta kerja yang akan merugikan  pekerja dan mengganggu aktifitas kerja.

(24)

II.8 Kerangka Teori

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak selamat dalam bekerja di Terminal III PT Pelabuhan Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti menentukan kerangka teori sesuai tujuan penelitian.

Teori Thought and Feeling (WHO Model 1990)

 Pernah selamat dan  pertimbangan  Orang sebagai referensi  Sumber daya  kebudayaan Faktor Prediposisi (Green 1980)  Pengetahuan  Keyakinan   Nilai  Variabel tertentu Faktor pemungkin (Green 1980)  Ketersediaan sumber daya  Keterjangkauan  keterampilan Faktor Penguat (Green 1980)  Motivasi  Kelurga  Teman Faktor Internal (Galler, 2001) Keadaan atau sifat:

 Persepsi  Sikap   Nilai-nilai  Kepercayaan  Perasaan  Pemikiran  Kepribadian Faktor eksternal (Galler,2001) Perilaku :  Pelatihan  Pengawasan  Peraturan K3  Pemenuhan

PERILAKU

TIDAK

SELAMAT

Teori Sanders (1993)  Tingkat manajemen  Aspek lingkungan kerja  Karakteristik Individu - Tingkat pendidikan - Usia - Motivasi - Pengalaman - Kelelahan - Masa kerja

Gambar

Gambar 1 Tiga Kategori Faktor yang Berkontribusi Terhadap Perilaku Kesehatan
Gambar 2 Snehandu Kar Model 1988
Gambar 3 Teori Thought and Feeling
Gambar 4 WHO Model 1990
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang ada sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan.. Analisis

Frasa taun ngarep 'tahun depan' pada kalimat (278) me- miliki lokasi waktu pada tahun yang akan datang atau pada bulan tertentu dalam rangkaian waktu satu tahun setelah saat

Secara umum dapat dipilah menjadi bagian utama berupa bujursangkar yang masing- masing sisinya berukuran 8 cm (berfungsi sebagai batur/landasan) dan tinggi 5 cm, yang pada satu

Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan: Terciptanya aktivitas pembangunan yang sesuai dengan potensi dan karateristik wilayah. Strategi pengembangan wilayah

its valence shell; a chemical bond formed by sharing electrons is called a covalent bond covalent bond.. Bonds may be partially ionic or partially covalent; these bonds are

In the NGA Feature Catalog GML Application Schema the gml:CodeType is used for values that are names specified by a naming authority, but this naming authority is provided in

backup dilakukan, prosedur untuk dilakukan backup, letak perlengkapan backup, karyawan yang bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan backup ini. 3) Recovery Plan,

Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus adalah pangan olahan yang diformulasikan sesuai dengan prinsip gizi dan kondisi medis tertentu yang diperuntukkan bagi