BAB I
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
B. Etiologi
Hampir dapat dipastikan penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstiein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer antivirus EB yang cukup tinggi. Untuk faktor resikonya :
a. Letak geografis
b. Faktor rasial : lebih banyak pada laki-laki (belum diketahui dengan pasti) c. Faktor lingkungan : iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu,
kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu tertentu. d. Faktor genetik : herediter atau familier.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001)
C. Patofisiologi
Faktor resiko Letak geografis, faktor rasial : lebih banyak pada laki-laki (belum diketahui dengan pasti), faktor lingkungan : iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu, kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu tertentu, Faktor genetik : herediter atau familier. Faktor tersebut dapat menyebabkan kanker nasofaring.
Kanker nasofaring dapat menunjukan gejala hidung yang menyebabkan hidung tersumbat dan epitaksis sehingga mengalami perubahan persepsi sensori dan gangguan penciuman serta peningkatan resiko kerusakan mata (diplosia). Selain gejala pada hidung dan mata, pertumbuhan tumor dapat
merusak pendengaran sehingga orang dengan kanker nasofaring menyebabkan kehilanganan pendengaran dan tinitus.
Distruksi saraf meningkatkan neri kepala, pembesaran kelenjar limfe, nyeri kepala sehingga nutrisi dan asupan makanan dapat berkurang. Penatalaksanaan kanker nasofaring salah satunya adalah dengan dilakukan kemoterapi, dimana kemoterapi dapat meningkatkan kerusakan jaringan dan menekan bone narrow, tromositopenia serta kerusakan kelenjar rambut (alopesia).
D. Manifestasi klinik
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Gangguan mata dan saraf karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001)
E. Penatalaksanaan
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Nasofaringoskopi, Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
b. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
c. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
d. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat Gejala:
- Kelemahan dan/ keletihan
- Perubahan pada pola ostirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya factor yang mempengaruhi tisur
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan 2. Sirkulasi
Gejala: pelpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja Kebiasaan: perubahan pada tekana darah
3. Integritas ego Gejala:
- Factor distress
- Masalah tentang perubahan dalam penampilan, alopesia, lesi cacat, pembedahan
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehlangan control, depresi.
Tanda: menyangkal, menarik diri, marah 4. Eliminasi
Gejala
- Perubahan ada pol,a defekasi - Perubahan eliminasi urinarius
Tanda: perubahan pada bising usus, distensi abdomen 5. Makanan/cairan
Gejala:
- Kebiasaan diet buruk - Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
- Perubahan pada berat badan
Tanda: perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema 6. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope 7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tdak ada nyeri, atau derajat bervariasi 8. Pernafasan
Gejala: merokok, pemajanan abses 9. Keamanan
Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi
10. Seksualitas
Gejala: masalah seksual, nuligravida lebih besar pada usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual, herpes genital.
11. Interaksi social
Gejala: ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah dan fungsi/tanggung jawab peran.
12. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer (penyakit primer), penyakit metastatic, riwayat pengobatan
Petimbangan: DRG memnunujukan rerata lama dirawat, tergantung pada system khusus yang terkena.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf
2. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan status agen sekunder metastase tumor
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadejuatan pertahanan sekunder imunosupresi
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imnunologi, efek radiasi kemoterapi
6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
7. Gangguan harga diri berhubungan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut
8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri b.d kompresi / destruksi jaringan saraf
Tujuan : rasa nyeri berkurang sampai dengan hilang
Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri.
Intervensi :
a. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
c. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
d. Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol
e. Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik.
2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap
perubahan Intervensi :
a. Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan c. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi
d. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur, bicara dengan gerak mulut yang jelas, bicara pada sisi telinga yang sehat
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. Kriteria hasil :
- Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah - Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
- Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab
- Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan Intervensi :
a. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
b. Berikan dorongan higiene oral yang sering
c. Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan d. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah
pemberian obat, kaji masukan dan haluaran. e. Pantau masukan makanan tiap hari.
f. Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri) g. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan
masukan cairan adekuat.
h. Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria hasil :
- Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal
- Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.
- Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi :
a. Kaji pasienterhadap bukti adanya infeksi :
b. Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
c. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
d. Tekankan higiene personal e. Pantau suhu
f. Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)
5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakit
Intervensi :
a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker b. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan c. Hindari menggosok atau menggaruk area
d. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
e. Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebut f. Oleskan vitamin A dan D pada area tersebut
g. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.
6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa Kriteria hasil :
- Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada rongga mulut
- Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan dehidrasi
Intervensi :
a. Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secara periodik
b. kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral
c. instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindari makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender.
d. Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksi oral
e. Mulai program higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir. 7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi:
kehilangan rambut
Tujuan : gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asa.
Intervensi :
a. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
b. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker c. Akui kesulitan yang mungkin di alami
d. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien /orang terdekat
e. Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum Intervensi :
a. Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi. b. Pantau masukan dna haluaran serta berat badan
c. Dorong masukan cairan adekuat, peningkatan serat diet, latihan d. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak, makanan
serat tinggi, kafein tinggi.
e. Periksa infeksi bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen.
f. Berikan cairan IV, agen antidiare, laksatif.
9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi Kriteria hasil :
- Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi
- Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis - Tidak menunjukkan perdarahan gusi
Intervensi :
a. Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit b. Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan
dari orifisium tubuh
c. Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang sulit dikunyah
d. Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta : EGC; 2000
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001 Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi. 8. Volume 2.