• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Kata ini sudah memasyarakat baik di sekolah, kantor, maupun dirumah atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Kata ini sudah memasyarakat baik di sekolah, kantor, maupun dirumah atau"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5

Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat baik di sekolah, kantor, maupun dirumah atau diluar rumah. Displin berasal dari bahasa latin discipulus yang artinya mengajar atau menurut. Dari kata inilah”disciples”dalam bahasa inggris berkata, sebagai pengikut atau penganut.

Menurut http//aadesanjaya.blogspot.com/2010 menyatakan disiplin belajar siswa dapat dilakukan baik dalam kehidupan keluarga maupun disekolah. Displin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Sikap kedisiplinan siswa tumbuh dan berkembang sejak mereka baru mengenal kehidupan keluarga. Disiplin lingkungan keluarga itulah anak dilatih mengenai kebiasaan-kebiasaan yang baik yang berkenaan dengan kepatuhannya terhadap peraturan yang ada. Sikap kedisiplinan dirumah akan sangat menentukan kedisiplinan siswa di sekolah. Yang menunjukan nilai-nilai ketaatan kepatuhan kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian prilaku dalam kehidupannya. Prilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan, dan pengalaman.”

2.2 Bentuk-Bentuk Disiplin Belajar

Setelah dikemukakan pengertian disiplin, berikut diuraikan tentang bentuk-bentuk disiplin belajar terutama dikaitkan dengan peningkatan prestasi belajar seseorang.

(2)

Menurut Hasibuan (2006. 212) Bentuk dispilin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah di tetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar, dan disiplin kerja.

Menurut Hamalik (2005.85) Bentuk- bentuk disiplin belajar siswa ada empat macam yaitu:

a. Displin dalam menentukan dan menggunakan cara atau strategi belajar. Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektif memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif. Untuk belajar secara efektif dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi siswa. Belajar secara efektif dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa memiliki displin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektif dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain.

b. Disiplin terhadap pemanfaatan waktu.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau siswa adalah banyak pelajar atau siswa yang mengeluh kekurangan waktu untuk belajarnya, tetapi mereka sebenarnya kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk

(3)

mempergunakan waktu secara efisien, banyak waktu yang terbuang buang disebabkan karena mengobrol yang tidak habis-habisan. Sikap yang demikian itu harus ditinggalkan oleh siswa karena yang demikian itu tidak bermanfaat baginya.Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Dalam ajaran islam disiplin dalam pemanfaatan waktu sangat dianjurkan, displin bukan hanya dalam pemanfaatan waktu belajar saja, tetapi disiplin perlu juga dilakukan oleh setiap orang dalam waktu dan kesempatan.

c. Disiplin terhadap tata tertib

Didalam proses belajar mengajar, displin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan, karena dalam suatu sekolah tidak memiliki tatatertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana, untuk melakukan disiplin terhadap tatatertib dengan baik maka guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tatatertib tersebut, dalam hal ini staf sekolah atau guru perlu terjalinnya kerjasama sehingga tercipta disiplin kelas dan tatatertib kelas yang baik tanpa adanya kerjasam tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah serta terciptanya suasana belajar yang tidak diinginkan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dikembangkan oleh guru dalam pembinaan disiplin guna terlaksananya tata tertib dengan baik antara lain yaitu (1) Mengadakan perencanaan secara koperatif dengan Siswa-Siswa yaitu demi terjaminnya hak dan kewajiban masing-masing dan demi tercapainya

(4)

tujuan bersama. (2) Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada Siswa-Siswa. (3) membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis.(4) Mengorganisir kegiatan kelompok besar maupun kecil. (5) Memberi kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir kritis terutama mengemukakan dan menerima pendapat. (6) Memberi kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan dan kerjasama.

d. Disiplin belajar melalui ibadah

Dalam konteks pendidikan agama, ada beberapa hal yang sangat berkaitan dengan disiplin belajar misalnya: Sholat lima waktu dalam waktu tertentu, puasa di bulan Ramadhan, berbagai sholat sunat dan puasa sunat, malah lebih luas lagi ialah konsep amanah. Amanah berarti pemberian Tuhan kepada manusia termasuk kekayaan, ilmu pengetahuan, kekuasaan dan lain-lain haruslah dianggap sebagai tanggungjawab yang besar.

Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal shaleh dan latihan spritual yang berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia. Pelaksanaan ibadah merupakan pengaturan hidup seorang muslim, baik melalui pelaksanaan shalat ataupun ibadah-ibadah lainnya. Pelaksanaan ibadah telah menyatukan umat Islam dalam satu tujuan, yaitu penghambaan kepada Allah semata serta penerimaan berbagai ajaran Allah.

Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat 63:

Artinya: ”...Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka...”

(5)

Orang tua dan guru sangat memegang peranan penting dalam upaya mendisiplinkan anak atau siswanya untuk menjalankan ajaran agamanya. Ibadah adalah salah satu ajaran dalam sebuah sistem keagamaan. Selain ibadah tentu masih ada ajaran lainnya yang harus dibiasakan kepada anak seperti ajaran moral atau akhlak. Pembinaan disiplin dalam bidang moral ini penting khususnya dalam membangkitkan kemauan belajar dengan disiplin waktu dan disiplin kegiatan belajarnya.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa bentuk disiplin belajar adalah merupakan suatu pendorong untuk belajar lebih teratur dan terarah sehingga mencapai suatu hasil yang optimal untuk mencapai kesuksesan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan bentuk-bentuk displin belajar seperti apa yang dikemukakan maka dapat dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa.

Faktor faktor yang mempengruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat di golongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar induvidu. Seperti yang dikatakan oleh Wirowidjojo( dalam Slameto, (2010 :61) sebagai berikut:

a. Faktor-faktor internal

Dalam faktor internal akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

(6)

1) Faktor jasmaniah

Sehat berarti keaadan baik segenap badan beserta bagia-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah kaadaan atau hal sehat. Kesehatan seorang berpengaruh terhadap belajarnnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-ganguan kelainan-kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, belajar, istrahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

2.) Faktor psikologis

Sekurang kurangnnya ada lima faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah perhatian, minat, bakat, motif, dan kelelahan. Akan dibahas bagai mana upaya dapat dilaksanakan di sekolah untuk mempengaruhi faktor faktor tersebut.

a) Perhatian.

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada sesuatu objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang di pelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar

(7)

dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

b.) Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang di minati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, Karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memeperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia memepunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang di pelajari itu.

c.) Bakat.

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan ter realisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang

(8)

berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang jarang/tidak berbakat dibidang itu.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

d.) Motif

Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang behubungan menunjang belajar. Motif-motif diatas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga di pengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian diatas jelaslah bahwa motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan/latihan kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan kebiasaan-kebiasaan sangat perlu dalam belajar. 3.) Faktor kelelahan

(9)

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani(bersifat psikis) kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terlihat karena terjadi karena substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan dayauntuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istrahat, menghadap hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dan kelelahan. Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) Tidur, (2) Istrahat, (3) Mengusahakan variasi dalam belajar, (4) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan per’edaran darah, (5) Rekreasi dan ibadah yang teratur, (6) Olahraga secara teratur, (7) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi empat sehat

(10)

lima sempurna, (8) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seseorang ahli misalnya dokter, pskiater, konselor dan lain-lain.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.

1.) Faktor keluarga.

siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas sudjipto Wirowidjojo dengan pertanyaanya yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orngtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orangtua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajanya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak mau tau bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan -

(11)

kesulitan yang dialami dalam belajar dan lai-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Seperti yang di uraikan di bawah ini:

a) Metode mengajar.

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yanag harus dilalui didalam mengajar. Mengajar itu sendiri adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang yang disebut di atas adalah sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajarann itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.

Dari uraian di atas jelaslah bawa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempemgaruhi belajar siswa yangh kurang baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibat siswa malas untuk belajar.

(12)

Kedisiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisplinana guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinana pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lai-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta Siswanya, dan kedisiplinan tim BK dalam pelayanan kepada Siswa.

Selurh staf Sekolah yang mengikuti tatatertib dan bekerja dengan displin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar, siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yangkuat. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus displin didalam belajar baik sekolah, dirumah dan diperpustakaan. Agar siswa displin haruslah Guru beserta staf yang lain disiplin pula.

3.) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. a.) Kegiatan siswa dalam masyarakat.

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan

(13)

sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam megatur waktunya.

b.) Bentuk kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Mayarakat yang terdiri dari orng-orang yang tidak terpelajar, penjudi suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpegaruh jelek kepada anak /siswa yang ber ada disitu. Anak/siswa tertarik ikut berbuat seperti yang di lakukan orang-orang disekitarnya. Akibat belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatianya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang –orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang disekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anknya, antusias dengan cita cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang dilingkunganya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi. Adalah perlu untuk mengusahakan lingkukngan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang posiif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik baiknya.

Sebagai kesimpulan seperti yang dikemukakan diatas jelaslah bahwa bentuk kehidupan masyarakat sangatlah berpengaruh terhadap kondisi anak didik, jika tidak melakukan pencegahan maka sangat berakibat fatal. Dan akan terjadi seperti apa yang tidak diinginkan bersama.

(14)

2.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling a. Fungsi Bimbingan dan konseling

Mengenai fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan, antara lain oleh Hikmawati (2011:17) sebagai berikut:

1.) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan

lingkunganya (pendidikan pekerjaan dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2.) Fungsi prefentif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

3. ) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.

4.) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang besifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar

(15)

maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remidial teaching.

5. ) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstra kurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengaan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga penddidikan.

6.) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/SMA dan Staf, Konselor, dan Guru untuk menyesuaikan program Pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/Konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah, memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

7.) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8.) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak) konselor melakukan interfensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat rasional dan memiliki

(16)

perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

9.) Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10.) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbngan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi yang kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan meyebabkan penurunan produktifitas diri.

b. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Tujuan Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasinal di indonesia seperti yang di kemukakan Walgito (2005: 33) tercantum dalam undang-undang no.2 tahun 1989 dalam bab II pasal 4 yang ber bunyi:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian maka tujuan Bimbingan dan Konseling disekolah ialah membantu tercapainya pendidikan dan membantu individu untuk mencapai perkembangan peserta didik seoptimal mungkin.

(17)

Dengan pelaksanaan fungsi Bimbingan dan Konseling tersebut maka diupayakan agar siswa dapat berkembang secara optimal dalam menghadapi segala perubahan sosial dan segala bidang kehidupan. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan sosial tersebut merupakan potensi yang dapat memper lancar proses pencapaian tujuan belajar mereka.

2.5 Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa.

Peranan Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah sangat penting untuk meningkatkan disiplin siswa seperti yang dikemukakan Prayitno (1999:4) Guru Bimbingan Konseling di Sekolah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perkembangan mental anak. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pergaulan dalam sekolah, sekolah merupakan tempat pertemuan siswa, yang terdapat bermacam-macam karateristik budaya yang dibawa individu dari keluarga dan lingkungan masing-masing. Budaya tersebut ada yang sejalan dengan peraturan sekolah . Guru bimbingan konseling dituntut untuk memberikan bimbingan yang optimal kepada siswa. Agar siswa yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan diri mereka masing-masing dengan memanfaatkan kekuatan siswa dan sarana yang ada dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Peran bidang bimbingan dan konseling diharapkan, mampu menangani permasalahan siswa yang berbeda-beda serta mempunyai keunikan baik dalam tingkah laku, sikap maupun kepribadianya.

Menurut Marsudi (2003:72) konselor juga harus mampu berperan sebagai seorang teman bagi siswa pada satu situasi serta mampu berperan sebagai

(18)

pendengar atau motivator pada situasi lain disamping peran-peran yang harus dilakukan. Kedisiplinan siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat terkait, sehingga tidak ada faktor tunggal yang berdiri sendiri. Adapun faktor yang mempengaruhi ketaatan siswa untuk mematuhi tatatertib sekolah terdiri dari faktor dari dalam diri siswa (internal) ada faktor dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dari dalam diri siswa meliputi: bimbingan guru, bimbingan orang tua, lingkungan masyarakat dan faktor budaya. Tentu saja masih banyak lagi masalah yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan ketaatan siswa dalam mematuhi tatatertib sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Representasi template SRS Pattern dari Budiardjo yang mengacu pada Analysis Pattern Fernandez bisa digunakan untuk merepresentasikan requirement secara efektif pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh subtitusi tepung ubi jalar sebagai pengganti gula dan tepung pada pembuatan brownies panggang dan kukus rendah kalori

Master Data Pre-Test Pengetahuan Remaja (Promosi Kesehatan Dengan Leaflet) Tentang Bahaya Rokok.. Di SMA N 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu

Dari pernyataan di atas, maka penulis akan menciptakan karya fungsional dan karya ekspresi dengan bentuk tengkorak manusia dan tanduk domba Garut yang divisualisasikan

Alat tes kehamilan mendeteksi hormon khusus yang ada dalam urin atau darah yang hanya ada ketika seorang perempuan sedang hamil. Hormon yang sering disebut dengan hormon

S etelah berhasil melalui masa sulit pencarian kawasan hutan yang aman dan layak untuk pelepasliaran orangutan, tahun 2012 ini merupakan tahun keber- hasilan bagi Yayasan BOS,

Dalam pasal dari undang-undang tersebut hanya disebutkan penyelenggara jalan, tetapi tidak secara langsung disebutkan lembaganya. Jadi dalam hal ini masih

Dalam kitab Al-Raud} al-Murbi’ Sharh Za>d al-Mustaqni’ juz 3/195, dijelaskan tentang hal memanggil pasangan, “Dan dibenci memanggil salah satu di antara pasangan suami