• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

F. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena kewarganegaraan digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran kewarganegaraan yang optimal agar siswa dapat menerima dengan baik dan benar. Tujuan pembelajaran kewarganegaraan adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang kewarganegaraan, maupun kehidupan sehari-hari.

Namun keadaan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi pembelajaran dan pemahaman kewarganegaraan pada siswa SMP menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (Saptono : 2010). Pembelajaran di SMP cenderung abstrak dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau dengan akta lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang

(2)

2

bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit tumbuh dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.

Kelemahan di bidang pembelajaran juga berlaku dalam pendidikan kewarganegaraan yang secara khusus bertanggung jawab untuk membina warga negara demokratis. Oleh karena itu, pada masanya Ace Suryadi (dalam penelitian Saptono : 2010), staf Litbang Depdiknas, menilai bahwa mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) selama ini justru hanya menjadi alat indoktinasi politik penguasa, yang diarahkan pada pembentukan kesetiaan/ loyalitas pada penguasa dan menjadi pelajaran hafalan belaka (Kompas: 16-12-2000). Sementara itu staf Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Ahnar Gonggong, juga menyatakan bhawa “Pemerintah sudah terlambat 25 tahun dalam memberikan pendidikan kewarganegaraan yang bertema multi kultural” (Kompas: 14-2-2001).

Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum pendidikan kewarganegaraan tahun 2006, tampak bahwa misi yang dibebankan pada mata pelajaran PKn ternyata sulit dilaksanakan oleh para guru PKn di sekolah. Focuss Group Discussion dengan Guru-guru SMP dan SMA/K se-Salatiga menegaskan adanya sejumlah problematik dalam pelaksanaan pembelajaran PKn, Problematika tersebut antara lain meliputi (Saptono : 2010) :

1) Muatan materi PKn begitu padat, terutama sesudah materi Tatanegara dipadukan ke dalam PKn. Oleh karena itu maka guru mengalami

(3)

3

kesulitan dalam membagi waktu yaitu antara waktu untuk mengajar konsep-konsep politik kenegaraan dan waktu untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.

2) Walaupun beberapa guru sudah menerapkan pembelajaran inovatif, namun masih banyak guru yang tetap menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru. Kendala yang dirasakan oleh para guru yang inovatif adalah :

a) Sangat terbatasnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan pembelajaran inovatif.

b) Tumpang tindihnya materi Pendidikan Kewarganegaraan antar jenjang pendidikan.

c) Rendahnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran inovatif.

d) Kurang memadainya sarana dan prasarana sekolah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif. e) Kurang dukungan dari pihak sekolah yang sebenarnya amat

diperlukan guru dalam mengembangkan pembelajaran PKn yang inovatif.

f) Motivasi siswa untuk belajar PKn rendah. Salah satu penyebab yang diduga oleh para guru adalah karena PKn bukan mata pelajaran yang diuji-nasionalkan.

Walaupun demikian guru juga menyadari bahwa peluang yang tersedia bagi dilakukannya pembelajaran inovatif dalam PKn yaitu :

(4)

4

a) Dewasa ini tersedianya banyak model/ strategi pembelajaran mutakhir bagi pembelajaran PKn.

b) Ada kebijakan kurikuler yang menekankan pentingnya pembelajaran non konvensional.

c) Status mata pelajaran PKn yang tidak diuji-nasionalkan memungkinkan para guru PKn untuk lebih leluasa melakukan pembelajaran non konvesional

Sudah saatnya pembelajaran Kewarganegaraan hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna terciptanya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar siswa dapat berpikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas adalah model

(5)

5

pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (THP). Model Pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share membantu siswa mengintepretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman.

Berdasarkan penelitian melalui penerapan pembelajaran Think – Pair – Share berbasis masalah dengan media LKS dapat meningkatkan hasil siswa pada materi pokok aritmetika sosial kelas VII semester I SMP Negeri 4 Ambarawa tahun pelajaran 2007/2008. Sedangkan berdasarkan penelitian Elvanah (2009), meskipun melalui penerapan pembelajaran Think – Pair – Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 6 Malang, namun masih ditemukan hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain berasal dari segi siswa, yakni : siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannya. Tahap Pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangannya. Hambatan lain yang ditemukan yaitu dari segi waktu. Kelemahan lain yang terjadi pada tahap Think adalah ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan siswa yang suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum diselesaikan.

Dari data di atas, hendaknya guru memberikan suatu semangat dukungan untuk memotivasi siswa agar lebih serius mengerjakan soal materi. Disinilah sebuah Reward dapat berperan penting membantu guru untuk

(6)

6

memotivasi siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurul Huda (2009), metode Reward terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika Reward diterapkan dalam belajar siswa terlihat serius dan antusias terhadap tugas yang diberikan. Sudah menjadi tanggung jawab bagi guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Kewarganegaraan. Motivasi yang tinggi menjadikan siswa semangat dalam belajar, sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa tidak semangat dalam belajar. Dengan adanya pemberian Reward kepada siswa, diharapkan mampu menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan ada pada model pembelajaran Think – Pair – Share.

Berdasarkan data sekolah, dalam pengumuman hasil UTS bulan September 2011, terdapat 13 dari 34 siswa kelas VIIIA yang nilainya belum tuntas. Padahal di sekolah ini batas ketuntasan mapel kewarganegaraan hanya 5,5 berbeda dengan sekolah lainnya seperti SMP N di Ambarawa yang sudah mencapai 6,5. Siswa yang aktif hanya 57,84% dan hasil belajar siswa hanya terdapat 38% TUNTAS dalam mengikuti pelajaran kewarganegaraan. Dari hasil observasi didapat bahwa guru masih menggunakan metode konvensional atau ceramah dalam pembelajaran. Ada beberapa siswa yang mengantuk, tidak memperhatikan pelajaran dan hanya mencatat saja sehingga dalam pembelajaran aktivitas siswa kurang.

Dari masalah tersebut peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar Kewarganegaraan di SMP Islam Sudirman Ambarawa perlu ditingkatkan.

(7)

7 G. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat diuraikan masalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kewarganegaraan bagi kelas VIIIa SMP Islam Sudirman Ambarawa.

H. Tujuan Penelitian

Meningkatkan keaktifan dari hasil belajar kewarganegaraan siswa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa.

I. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa memberikan sumbangan keilmuan tentang peningkatan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Siswa

1. Siswa dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar sehingga dapat mengekspresikan ide mereka.

(8)

8

2. Siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dalam kelompoknya, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai (life together).

3. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas.

b. Manfaat Bagi guru

1. Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan metode pelajaran.

2. Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar siswa juga meningkat.

3. Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.

c. Manfaat Bagi Sekolah

Prestasi sekolah juga mengalami peningkatan karena hasil belajar siswa meningkat.

(9)

9 J. Penegasan Istilah

1) Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat atau bersemangat. Menurut KBBI (2003) keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan disini merupakan segala bentuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mengisi waktu baik dalam bentuk kegiatan formal maupun informal sesuai dengan inisiatifnya sendiri.

2) Think – Pair – Share

Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural (PS). Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang diterapkan secara ekplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Teknik belajar mengajar Think-Pair-Share sebagai struktur kegiatan gotong-royong memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dalam kelompok. (Peni, 2008).

3) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar melalui tes (post test).

(10)

10 K. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.

Bagian isi, skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu meliputi :

1. Bab I yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi,

2. bab II membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu mengenai pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share, keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar,

3. bab III berisi tentang Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Diskripsi Pra Siklus, Pengumpulan Data, Analisis Data, Instrumen Penelitian dan Indikator Keberhasilan,

4. bab IV ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian,

5. bab V berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 6. Bagian akhir dalam skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Praktik mengajar dilaksanakan secara terbimbing sebanyak 9 kali dan mengajar mandiri sebanyak 28 kali. Jadwal mengajar selama dua kali pertemuan yang terdiri dari

Penelitian sifat pemesinan kayu kelapa sawit terkompregnasi menunjukkan bahwa jenis cacat yang muncul pada masing-masing proses pemesinan adalah serat patah.. (torn

Orientasi teori normatif adalah membuat komitmen strategis untuk bertindak sesuai dengan prinsi-prinsip moral untuk memperoleh reputasi yang baik, yang pada gilirannya,

Idealnya, kunjungan pertama dilakukan selama konsepsi dengan riwayat Idealnya, kunjungan pertama dilakukan selama konsepsi dengan riwayat kesehatan yang lengkap dan

% kegiatan yang dilaksanakan sesuai target a. Monitoring terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2015 Pokja Manajemen

Dalam proses ini akan dilakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai prioritas lokal, kemudian setelah semua kriteria sudah terisi, maka akan dilakukan penghitungan

Petugas berhasil mengamankan enam tersangka dengan barang bukti berupa satu unit Mobil Colt Diesel BE 9067-CR yang berisi 8 (Delapan) Tabung Kempu ukuran 1.000 yang berisi sisa