Distribusi dan Kepadatan Teripang Di Perairan Natal
Rusdi Machrizal1) dan Khairul2)1,2) Dosen Pendidikan Biologi STKIP Labuhanbatu
e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Natal pada bulan April-Juli 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola sebaran (distribusi) dan kepadatan populasi teripang di perairan Natal. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode observasi langsung yang dilakukan pada waktu air laut surut agar tidak terkendala dengan arus dan gelombang untuk mempermudah pengambilan sampel tumbuhan lamun. Kuadran pengamatan dengan transek kuadrat 1 x 1 m2. Titik awal peletakan transek dari garis pantai sejauh 5 m kerah laut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga spesies teripang hidup di perairan Natal yaitu Holothuria
atra, Holothuria leucospilota, Holothuria scabra. H.atra merupakan spesies dengan kepadatan
tertinggi sebesar 2 ind/m2, dan H.scabra merupakan spesies dengan kepadatan terendah sebesar 1,1 ind/m2. Terdapat kesamaan pola sebaran (distribusi) pada stasiun 1,2,dan 4 dengan pola sebaran seragam, sedangkan pada stasiun 3 teripang ditemukan dengan pola sebaran bergerombol/mengelompok.
Kata Kunci : Distribusi, Kepadatan Populasi, Holothurians, Teripang
PENDAHULUAN
Teripang (holothurians) adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas Holothuroidea (Filum Echinodermata) yang tersebar luas di lingkungan laut seluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di lautan India dan lautan Pasifik Barat. Biota ini dikenal dengan nama ketimun laut, suala, sea cucumber (Inggris), namako (Jepang), bechedemer (Perancis) atau dalam istilah pasaran internasional dikenal dengan nama teat fish [7,18]. Habitat teripang berupa ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang, mulai dari zona intertidal sampai kedalaman 20 meter. Secara umum teripang lebih menyukai lingkungan yang tidak tercemar.
Sekitar 1500 spesies Holothuroidea telah dideskripsi dari seluruh perairan dunia [3,4,8,10]. Di perairan dangkal sampai perairan dalam Indonesia dilaporkan terdapat sekitar 300 spesies Holothuroidea [14]. Dari segi ekologi teripang berperanan penting dalam rantai makanan sebagai penyumbang pakan sekaligus penyubur substrat. Selain peranan ekologi, teripang juga memegang peranan penting dalam tatanan ekonomi sektor perikanan. Kandungan protein yang tinggi dalam daging teripang menyebabkan hewan ini di manfaatkan untuk berbagai kepentingan. Di beberapa negara teripang dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Tingginya nilai ekonomi teripang, menyebabkan terjadinya ekploitasi berlebih terhadap hewan ini. Eksploitasi yang berlebihan menyebabkan populasi Holothuroidea di alam terus menurun, termasuk di perairan Indonesia [12,16). Kondisi tersebut menyebabkan beberapa spesies Holothuroidea masuk ke dalam Appendix II CITES (Convention on the International Trade in Endangered Spesies) [11].
Natal adalah salah satu kawasan pesisir barat di Sumatera Utara yang memliki potensi sumberdaya teripang. Laporan tentang keberadaan jenis teripang dan populasinya di daerah natal masih sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keaneragaman jenis dan kelimpahan teripang di pantai barat Natal.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juli 2017. Penelitian dilakukan di pantai Natal. Pengamatan dilakukan di empat lokasi, yaitu pantai Galon, Pantai Sikara-kara, Pantai Buburan, dan Pantai Bintuas.
Desain Pengambilan Sampel dan Analisis Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode observasi langsung yang dilakukan pada waktu air laut surut agar tidak terkendala dengan arus dan gelombang untuk mempermudah pengambilan sampel tumbuhan lamun. Kuadran pengamatan dengan transek kuadrat 1 x 1 m2. Titik awal peletakan transek dari garis pantai sejauh 5 m kerah laut. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5 kali ulangan (gambar 1).
Gambar 1. Desain Penelitian Analisis Data
1. Kepadatan Jenis Lamun
Kerapatan jenis adalah jumlah individu per satuan luas. Kepadatan dapat dihitung berdasarkan rumus [2].
Di = ni/A (1) Keterangan : Di = kerapatan jenis (ind/m2)
ni = jumlah total tegakan dari jenis ke-i A = luas area plot pengamatan
2. Distribusi Teripang
Pola distribusi kijing (G.virens) ditentukan dengan menggunakan Indeks Penyebaran Morisita [6] berdasarkan rumus :
Id= n
[
∑X
2
-∑X
(∑X)
2- ∑X
]
(2)Keterangan :
Id = Indeks Penyebaran Morisita n = Jumlah plot / besar sampel
∑X = Jumlah Individu disetiap plot
∑X2 = Jumlah individu disetiap plot dikuadratkan Dengan kriteria pola sebaran sebagai berikut : • Id = 1, maka distribusi populasi kategori acak
• Id >1, maka distribusi populasi kategori bergerombol/mengelompok • Id <1, maka distribusi populasi kategori seragam
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Kepadatan Teripang
Jenis-jenis teripang yang ditemukan pada tiga stasiun penelitian tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis-jenis Teripang yang Ditemukan di Masing-masing Stasiun
Jenis Teripang Stasiun
1 2 3 4
Holothuria atra + + + +
Holothuria leucospita + + + +
Holothuria scabra + + + +
Ket : + (ditemukan)
Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga jenis teripang di kawasan pantai barat Natal. Tiga spesies yang termasuk ke dalam ordo Aspidochirotida. Daerah Indo Pasifik Barat merupakan daerah yang kaya akan teripang dari genus Holothuria dan Stichopus [5]. Secara keseluruhan komposisi jenis teripang yang ditemukan di pantai barat Natal disajikan pada Gambar 2.
42%
35% 23%
Komposisi Jenis Teripang
Holothuria atra
Holothuria leucospilota Holothuria scabra
Gambar 2. Diagram Persentase Jumlah Teripang di Perairan Natal
H. atra merupakan spesies yang paling banyak dijumpai di daerah pantai Natal. Sejumlah 42 %
dari keseluruh teripang yang ada di lokasi penelitian adalah H.atra. Selanjutnya spesies H.
leucospilota sebesar 36% dan yang paling jarang dijumpai adalah H.scabra dengan persentase
22%. Teripang dari genus Holothuria ini seperti H. atra dan H. leucospilota merupakan jenis teripang yang termasuk kedalam kelompok fissiparous, yaitu kelompok yang memiliki potensi bereproduksi dengan cara membelah diri [13].
Kepadatan Teripang
Kepadatan teripang merupakan jumlah individu persatuan luas pengamatan. Hasil penelitian terhadap kepadatan populasi teripang di pantai Natal dapat dilihat pada Gambar 3.
1 2 3 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1.4 3.4 1.6 1.6 1.2 1.8 2 1.8 0.8 1.6 1.2 0.8 1 2 3 4 Holothuria atra Holothuria leucospilota Holothuria scabra Stasiun Penelitian K e p a d a ta n t e ri p a n g ( In d /m 2 )
Gambar 3. Grafik Kepadatan Populasi Teripang di Lokasi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan kepadatan teripang tertinggi adalah spesies H.atra dengan rata-rata kepadatan diseluruh stasiun 2 Ind/m2. Jenis H.leucospita dengan rata-rata kepadatan 1,7 Ind/m2. Sedangkan rata-rata kepadatan terendah adalah jenis H.scabra sebesar 1,1 Ind/m2. Tingginya kepadatan H.atra dan H.leucospita diduga karena kedua spesies ini sangat menyukai habitat yang ada di kawasan pantai Natal. Pada umumnya perairan pantai Natal ditumbuhi lamun dengan substrat berpasir, sehingga kedua jenis teripang ini mudah dijumpai. H.atra merupakan jenis teripang yang senang melindungi dirinya dengan cara melumuri tubuhnya dengan pasir. Selain itu tingginya kepadatan spesies ini diduga terkait dengan pola reproduksinya yang dikelompokkan kedalam fissiparous. Kemampuannya membelah diri memungkinkan spesies ini dapat bereproduksi tanpa terpengaruh terhadap bulan-bulan tertentu [13]. Substrat dominan pasir merupakan substrat yang mendominasi pada kawasan perairan Pulau Bira Besar. Substrat pasir mendukung bagi kehidupan teripang karena substrat pasir merupakan substrat yang kaya akan bahan organik[1].
Pola Distribusi Teripang
Hasil analisis terhadap pola sebaran teripang di kawasan pantai Natal di peroleh dua kategori sebaran yaitu seragam dan bergerombol/mengelomok (tabel 2).
Tabel 2. Nilai indeks dispersi morisita pada setiap lokasi penelitian Stasiun Penelitian Indeks Morisita Kategori Sebaran
1 0,851 Seragam
2 0,882 Seragam
3 1,169 Bergerombol/Mengelompok
4 0,881 Seragam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola distribusi teripang di kawasan pantai Natal adalah seragam dan bergerombol/mengelompok. Tiga stasiun menunjukkan pola sebaran yang sama yaitu seragam dan satu stasiun menunjukkan pola sebaran bergerombol dengan nilai indeks morisita berkisar antara 0,851-1,169. Indeks distribusi yang berkelompok diduga disebabkan karena teripang memilih tempat hidup pada habitat yang paling sesuai baik faktor fisik kimia
maupun tersedianya nutrisi di dasar perairan. Sebaran mengelompok disebabkan oleh individu dalam populasi saling melindungi. Sebaran mengelompok juga dapat terjadi karena proses reproduksi, distribusi mengelompok individu pada populasi merupakan strategi dalam menanggapi perubahan cuaca dan musim, serta perubahan habitat [9,17].
Pola sebaran merata/seragam ini terjadi karena adanya persaingan individu sehingga mendorong pembagian ruang secara merata[9]. Pola sebaran seragam (uniform) terjadi apabila kompetisi antar individu sangat hebat atau ada antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama[15].
KESIMPULAN
Terdapat tiga spesies yang dihidup di kawasan pantai Natal yaitu H.atra, H.leucospita,
H.scabra. Kepadatan tertinggi dari jenis H.atra, dan terendah dari jenis H.scabra. Berdasarkan
analisis data diperoleh bahwa komposisi jenis teripang di dominasi oleh H.atra sebesar 43%. Sedangkan pola sebaran teripang pada tiga stasiun adalah seragam dan satu stasiun dengan pola sebaran bergerombol/mengelompok.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang teripang di pantai-pantai lain yang berada di kawasan pantai barat Natal, sehingga diperoleh informasi yang akurat terkait jenis, kepadatan populasi dan pola sebaran teripang yang ada di kawasan pantai barat Natal.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agusta OR, Sulardiono B, Rudiyanti S.. 2012. Kebiasaan makan teripang (Echinodermata: HolothuriidaeI di perairan pantai pulau pramuka, kepulauan seribu. J Manag Aquat Resour 1 (1): 1-8.
[2] Brower J E, H Z Jerrold, C N Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Thrid Edition. USA Wm.C. Brown Publisher. New York.
[3] Cherbonnier G. 1988. Echinoderm: Holothurdes. Faune de Madagascar. 70: 1292.
[4] Clark AM, Rowe FWE. 1971. Monograph of shallow-water Indo-West Pacific Echinoderms. London (UK): Trustees of The British Museum Zoology.
[5]
Hyman, L.H. 1955. The invertebrates: Echinidermata The Coelomnata Bilateria.
Vol IV. Mc.Graw-Hill Book company. London.
[6]
Khouw, A. S. 2009. Metode dan Analisa Kuantitatif Dalam Bioekologi Laut. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L). Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K). DKP. Jakarta[7] Martoyo, J., Aji,N.,Winanto, T. 2002. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta. 7 5 pp
[8] Massin C. 1999. Reef dwelling holothurians (Echinodermata) of the Spermonde Archipelago (South-West Sulawesi, Indonesia). Zool Verh. 329:1–144.
[9]
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
(diterjemahkan oleh T. Sumingan dan B. Srigandono). 697 hlm.
[10] O’Loughlin PM, Paulay G, Davey N, Michonneau F. 2011. The Antarctic region as a marine biodiversity hotspot for echinoderms: Diversity and diversification of sea cucumbers. Deep-Sea Res II. 58: 264-275.
[11] Polidoro B, Tognelli M, Harwell H, Elfes C, Cepeda A, Gonzalez-Maya JF, Zarate-Charry DA, Alvarado JJ, Benavides M, Conand C, Ortiz EP, Gamboa R, Hamel JF, Mercier A, Purcell S, Toral-Granda V. 2011. IUCN Red List workshop for sea cucumbers. SPC Beche-de-mer Info Bull. 34: 65.
[12] Purwati P. 2005. Teripang Indonesia: Komposisi Jenis dan Sejarah Perikanan. Oseana. 30(2): 11-18.
[13]
Purwati P, Syahailatua A (eds). 2008. Timun Laut Lombok Barat. ISOI, Jakarta.
[14] Purwati P, Wirawati I. 2012. Sea Cucumbers Of Teluk Prigi, Southern Coast of JavaProvince. Oldi. 38 (2): 241-254
[15]
Riyanto, N.B., J.L. Palenewan, H. Jodjo, D.A. Suwondo, J.Renwarin, P. Kleden,
M.N Rahman, G.M. Hatta. 1985. Ekologi Dasar, Telesession. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Ujung Pandang.
[16] Setyastuti A, Purwati P. 2015. Speciest list of Indonesian trepang. SPC Beche-demer Info Bull. 35: 19-25.
[17]