• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

30

PROCEEDINGS

INTERNATIONAL SEMINAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS CIBIRU

(2)

31

KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Dici Rizka Anditia, M.Pd. dici.r.anditia@gmail.com

ABSTRACT

21st century education requires students to be able to compete in the era of globalization. Students are required to be able to think creatively and solve problems, the ability to communicate, collaborate, and the ability for creativity and innovation. Education should equip students with the skills to process information and use technology developed in the global era. This relates to innovation on the way of thinking of students and teachers how to teach. Problem-based learning to train students to think, not just memorize the material given by the teacher. The ability to think is a manifestation of the thinking skills needed by students in the 21st century teacher can apply problem-based learning at all levels of education and its implementation can be tailored to the characteristics of students. Students who are able and used to solve the problem-solving will be easy to follow the demands of other skills.

(3)

32

ABSTRAK

Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk mampu bersaing di era globalisasi. Siswa dituntut untuk mampu berpikir kreatif dan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kemampuan untuk berkreativitas serta berinovasi. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan keterampilan mengolah informasi dan menggunakan teknologi yang berkembang di era global. Hal ini berkaitan inovasi mengenai cara berpikir siswa dan cara mengajar guru. Pembelajaran berbasis masalah melatih siswa untuk berpikir, tidak hanya sekedar menghafal materi yang diberikan oleh guru. Kemampuan berpikir merupakan perwujudan dari keterampilan berpikir yang dibutuhkan oleh siswa di abad 21. Guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah di semua jenjang pendidikan dan implementasinya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Siswa yang mampu dan terbiasa memecahkan pemecahan masalah akan mudah untuk mengikuti tuntutan keterampilan lainnya.

Kata Kunci: Keterampilan pemecahan masalah, pendidikan abad 21

Pendahuluan

Pendidikan yang dinamis mengakibatkan akan selalu adanya perubahan dalam proses belajar dan akan semakin banyak tuntutan kecakapan yang harus dimiliki siswa, salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir (Depdiknas,2003). Siswa diharapkan berkualitas dan mampu bersaing sehat di era globalisai dalam menghadapi berbgai macam fenomena ketika terjun ditengah masyarakat. Secara spesifik keterampilan abad 21 diartikan oleh Trilling dan Fadel sebagai keterampilan yang dibutuhkan untuk survive dalam menghadapi kehidupan global yang teramat kompleks, keterampilan ini berimplikasi pada proses pendidikan yang tidak hanya memfokuskan diri pada pembelajaran tradisional yang bersifat kognitif seperti membaca, berhitung dan menulis, akan tetapi pendidikan diarahkan pada isu-isu kontemporer.

Trilling dan Fadel menjelaskan lebih jauh lagi (2009:8) keterampilan abad 21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi keterampilan ini berkenaan dengan berpikir kreatif dan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kemampuan untuk berkreativitas serta berinovasi. Kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah sebagai salah satu orientasi pembelajaran modern secara lebih luas akan membekali siswa dengan keterampilan lain yang lebih kecil yang melingkupinya.

Abad 21 menuntut siswa tidak hanya sekedar mampu menguasai materi pelajaran akan tetapi cakap dalam menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya nanti. Menurut Suprijono (Thobroni dan Arif, 2011: 96) “Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir”. Pengembangkan kemampuan berpikir dapat dilakukan dengan penyajian materi berupa masalah yang berhubungan dengan materi ajar dengan fenomena yang relevan ddalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa memahami materi tidak sebatas konseptual saja, tetapi juga prosedural.

Guru berperan penting dalam pembelajaran terutama kegiatan belajar yang memecahkan masalah, guru dituntut untuk lebih kreatif dengan memberikan informasi, konsep, dan fakta berupa masalah yang dapat dipecahkan oleh siswa. Guru juga berperan dalam membimbing siswa untuk memecahkan masalah. Jadi perkembangan kemampuan siswa dapat terlihat dari proses pemecahan masalah, bukan hanya dari hasil akhir berupa angka.

(4)

33

ISI

Menurut Arends (2008, h.7) Tantangan mengajar abad kedua puluh satu perubahan besar yang terjadi dalam cara menyimpan dan mengakses informasi dengan komputer dan teknologi digital akan mengubah banyak aspek pendidikan. Internet berpotensi menghubungkan siswa ke berbagai sumber yang sebelumnya tidak tersedia. Hal ini menandakan guru mempunyai kesempatan mengembangkan desain pembelajaran yang inovatif salah satunya pembelajaran yang menitikberatkan pada keterampilan memecahkan suatu masalah. Grifin, dkk (2012) menegaskan bahwa pendidikan harus membekali peserta didik dengan keterampilan mengolah informasi dan menggunakan teknologi yang berkembang di era global. Hal ini berkaitan dengan pengembangan soft skill dan hard skill siswa. Perlu adanya dukungan media masa dalam mengarahkan siswa karena tidak jarang media masa mempublikasikan suatu pengetahuan yang bersifat non ilmiah dan itu menjadi tantangan pendidik untuk memberikan penguatan jangan sampai dasar berpikir ilmiah hilang dari konsep berpikir siswa.

Pendidikan itu bersifat dinamis dan saat ini perkembangan pendidikan sedang mengalami percepatan dan peningkatan yang sangat baik. Uji publikasi kurikulum 2013 kemarin merupakan supaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam menghadapi persoalan pendidikan di abad 21. Terdapat pergeseran paradigma pembelajaran yang abad 21 yaitu:

1. Informasi (kapan dan di mana saja), dalam penerapan pembelajaran di kelas pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber, bukan hanya diberi tahu.

2. Komputasi (lebih cepat memakai mesin), artinya pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya) , bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab masalah yang ada)

3. Otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin), artinya pembelajarahkan untuk mampu berpiikir analitis dalam pengambilan keputusan, bukan berfikir mekanistis (rutin)

4. Komunikasi (dari mana dan kapan saja), artinya pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

(5)

34

Pendidikan abad 21 mengarahkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, pembelajaran bersifat stundent center. Namun peran guru sebagai fasilitator pembelajaran perlu dioptimalkan. Siswa diarahkan untuk mencari tahu mengenai materi ajar dari berbagai sumber, dalam hal ini penggunaan internet sangat memudahkan siswa mengakses pengetahuan yang diperlukan. Dalam penggunaan iternet perlu pengawasan guru dan orang tua agar sebagai penguatan hal yang baik dan buruk yang dapat diambil dari internet. Pembelajaran abad 21 diarahkan untuk merumuskan masalah tidak hanya menyelesaikan masalah, hal ini menandakan diperlukan model pembelajaran yang berbasis masalah. Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah, siswa dituntut untuk merumuskan masalah berarti siswa dituntut berpikir analitis sejak pembelajaran dimulai dan dibutuhkan ketelitian untuk menemukan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah akan melatih siswa berpikir analitis maksudnya adalah siswa tidak hanya menemukan masalah, ibarat penyakit yang harus ada obatnya. Siswa juga dituntut untuk mencari dan mengaplikasikan solusi dari masalah tersebut. Untuk beberapa kasus akan ada berberapa strategi pemecahan masalah dan siswa dituntut untuk menganalisis solusi yang paling tepat dan menjelaskan hasil temuannya. Masalah yang diberkan oleh guru tentunya akan melatih cara perpikir kreatif siswa juga, karena masalah yang disajikan oleh guru pada setiap pertemuan dan materi ajar akan berbeda.

Kegiatan pemecahan masalah tidak hanya dilakukan sendiri, guru dapat merancang pembelajaran dikelas dalam bentuk kolaborasi. Dengan demikian siswa akan saling mengutarakan pendapatnya satu sama lain dan berkomunikasi baik di dalam kelompoknya maupun di depan kelas untuk menjelaskan masalah dan temuan yang didapat sesuai dengan kesepakatan strategi yang ditentukan didalam kelompoknya. Pembelajaran yang demikian akan meningkatkan semangat kerja sama di dalam kelas.

Keterampilan Pemecahan Masalah merupakan keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif Preisseisen (Yamin, 2010:9). Keterampilan pemecahan masalah lebih menekankan aspek kognitif, hal ini sesuai dengan pendapat Gagne (Yamin, 2010:5) yang mengungkapkan bahwa “Strategi kognitif adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan”. Demikian juga dengan pendapat Bell-Gredler (Yamin, 2010:5) menyebutkan “Strategi kognisi sebagai suatu proses berpikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang”.

Pada saat siswa menemukan masalah, maka telah terjadi perbedaan keseimbangan (disequilibrium) dengan keadaan awal (equilibrium sebelumnya). Siswa perlu mengkonstruksi suatu keseimbangan baru, artinya ketika siswa mengalami konflik kognitif, ia akan berusaha untuk mencapai keseimbangan baru, yaitu solusi atas masalah yang dihadapi. Apabila siswa mampu menemukan konflik dan mampu menyelesaikannya maka sebenarnya tahap kognitifnya telah meningkat.

Belajar pemecahan masalah pada hakikatnya belajar berfikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning to reason) yaitu berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai. Yamin (2010:1) mengatakan bahwa Tugas pengajar tidaklah berakhir tatkala telah selesai menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas dengan baik. Seorang pengajar juga bertanggung jawab untuk membina siswa-siswa dalam memecahkan permasalahan yang

(6)

35

dihadapi sehari-hari, sehingga konsep mereka betul-betul mampu mandiri dengan konsep, prinsip, dan teori-teori yang telah mereka dapat di dalam kelas, demikian juga mereka dapat memecahkan masalah yang diberikan guru.

Menurut Roestiyah (2001:38) pemecahan masalah mengembangkan kegiatan berpikir murid dan berikut suasana pembelajaran yang diharapkan Mengiring ke arah “inquiry learning”, Mengiring ke arah penemuan, Merangsang kreatifitas, Mengembangkan pemikiran konsep. Mengembangkan keterampilan identifikasi problema, Mengembangkan keterampilan memecahkan problema. Manfaat belajar berbasis masalah menurut J. Bruner (Sulistyorini: 10) yaitu dapat mengembangkan intelektual siswa, mendapatkan motivasi intrinsik, menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh, mempunyai daya ingat yang lebih lam retensinya.

Berikut beberapa Indikator Pemecahan Masalah menurut para ahli:

1. Menurut Johnson dan Johnson (Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2011:337) penyelesaian masalah dilakukan melalui kelompok, yaitu: Mendefinisikan masalah, Mendiagnosis masalah, Merumuskan strategi alternatif, Menentukan dan menerapkan strategi, Mengevaluasi keberhasilan strategi.

2. Menurut Polya dalam (Safitri, 2010:26) pemecahan masalah terdiri dari empat langkah pokok: Memahami masalah, Menyusun rencana, Melaksanakan rencana, Memeriksa kembali.

3. Penyelesaian masalah dengan menggunakan metode ilmiah menurut Sartika (2008:5): Perumusan Masalah, Penyusunan Kerangka Berpikir dalam Pengajuan Hipotesis, Perumusan Hipotesis, Pengujuan Hipotesis, Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan indikator penyelesaian masalah IPA, yakni (a) Menemukan masalah, (b) Menemukan penyebab masalah, (c) Menentukan strategi penyelesaian masalah, (d) Memprediksi/hipotesis, (e) Menarik kesimpulan.

SIMPULAN

Keterampilan pemecahan masalah melibatkan keterampilan berpikir siswa, maka dibutuhkan guru dalam pendidikan formal yang mengembangkan keterampilan berpikir seseorang, dan mereka harus dibekali komponen-komponen yang mendukung keterampilan pemecahan masalah, seperti kemampuan menemukan masalah, menemukan penyebab, menentukan strategi dan mengaplikasikannya, serta menarik kesimpulan atas temuan. Dengan demikian kemampuan berpikir ini siswa dapat hidup mandiri, mereka mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dari fenomena-fenomena disekitar mereka. Seseorang yang mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. Hal ini sejalan dengan harapan pemerintah mengenai pendidikan abad 21 yang menuntut inovasi baik dari sisi guru maupun siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(7)

36

Griffin Patrick, McGaw Barry, Esther Care. Ed (2012). Assestment and Teaching of 21st Century Skill. New York:Springer.

Kemendikbud.(2008).Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta:Kemendikbud.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Safitri, Yulianita. (2010). Upaya Peningkatan Pemecahan Masalah Dengan Metode Diskusi Kelompok Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Bukanagara Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi PGSD FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Sartika, Ninong. (2008). Seni Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk. Bandung: Tinta Emas.

Sulistyorini, Sri. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana.

Thobroni, Muhammad., Arif, Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Jogjkarta: Ar-ruzz Media

Trilling, B. Fadel, C (2009). 21st Century Skills, Learning for life in Our Times. US America:Jossey-Bass.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi konseptual dari kedua variabel yang telah disebutkan, strategi penerimaan peserta didik baru pada era revolusi industri 4.0 melalui pemasaran jasa

Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran Ips.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa untuk kelancaran pelayanan pertanahan pada wilayah pemekaran tersebut di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

[r]

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak   mempunyai 

Dari gambar 2 juga dapat dilihat bahwa untuk setiap variasi lama waktu aktivasi sebesar 60 menit, 90 menit, dan 120 menit untuk suhu aktivasi yang sama (kecuali pada sampel

Sebagai mana menurut Undang-Undang Perpajakan No.28 tahun 2007 pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang-orang pribadi atau badan yang

Namun untuk di gunakan sebagai tempat berlangsungnya perlombaan gedung senam PERSANI Kota Malang masih belum layak, karena masih ada kekurangan di dalamnya