• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOPTIMALAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGOPTIMALAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOPTIMALAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

1

Rahmad Fajar, 2Rd. Indah Nirtha N, 3M. Firmansyah

1. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia

2. Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia E-mail: rahmadfajar21@gmail.com

ABSTRAK

Timbulan sampah di Kabupaten Tapin 89,565 M3/hari. Kabupaten Tapin mempunyai 20 TPS dengan jumlah truk pengangkut sampah 12 buah. Sampah yang terangkut hanya 65 M3/hari. Sehingga perlu pengoptimalan rute pengangkutan sampah agar pengangkutan lebih cepat, biaya lebih murah, penambahan ritasi dan timbulan sampah dapat terangkut semua. Faktor yang mempengaruhi pengangkutan sampah yaitu : jarak rute, lebar jalan, kondisi jalan, kepadatan penduduk disepanjang rute dan kepadatan pengguna jalan. Permasalahan pemilihan rute pengangkutan sampah dapat diselesaikan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Pemilihan rute optimal pengangkutan sampah di Kabupaten Tapin menggunakan SIG dapat memperpendek jarak 181,36 Km, mempercepat waktu 705 menit, biaya lebih murah Rp 122.880,00 perhari dari perbandingan jumlah semua jarak, waktu dan biaya rute optimum dengan rute eksisting.

Kata kunci : Pengangkutan sampah, rute optimal, Sistem Informasi Geografis (SIG)

ABSTRACK

The garbage heaps in Tapin are 89.565 M3/day. Tapin District has 20 TPS with 12 of garbage trucks. Garbage transported only 65 M3/day. So that, need to optimize the transport route for faster transport, lower cost, addition of ritasi and all of the garbage heaps can be transported. Factors affecting of garbage transport, namely: distance routes, wide of the roads, the road conditions, the load of population along the route and the load of traffic. The Problems of route selection the transporting garbage can be solved by using Geographic Information System (GIS) that can display data related to the positions on the surface of the earth. Selection of the optimal route of transporting garbage in Tapin district using GIS can shorten the distance of 181.36 Km, accelerate time to 705 minutes at a lower cost Rp 122.880,00 per day from the comparison of all the distance, time and cost of existing routes optimum route.

Keywords: Transportation of garbage, the optimal route, Geographic Information Systems (GIS)

1. PENDAHULUAN

Pelayanan pengangkutan sampah memang sulit untuk mengangkut 100% sampah, karena disebabkan padatnya penduduk, jumlah TPS sangat banyak, kurangnya jumlah armada pengangkutan sampah, banyak hambatan dalam rute pengangkutan sehingga pengangkutan menjadi lambat. Hal yang terpenting dalam perbaikkan sistem pengangkutan sampah adalah rute dan jadwal pengangkutan sampah yang efesien. Berbagai metode dalam pengangkutan sampah contohnya

(2)

seperti dalam penelitian Arinalhaq (2013) menggunakan Metode Nearest Neighbour dengan perhitungan algoritma, penelitian Lestari (2013) menggunakan metode Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Optimization), penelitian Ratri (2012) menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan berbagai metode lainnya tergantung keadaan eksisting daerah masing-masing.

Kabupaten Tapin dalam hal ini juga mengalami permasalahan pengangkutan sampah yang saat ini belum optimal. Salah satu masalah pokok pengangkutan sampah yaitu pemilihan rute pengangkutan yang tidak menetap karena petugas pengangkut sampah masih belum menentukan rute tercepat, sehingga rute yang diambil belum optimal. Hal ini membuat pengosongan TPS menjadi lambat dan pengangkutan tidak tepat waktu yang menjadi penyebab ada keluhan masyarakat seperti bau di jalanan saat pengangkutan sampah yang memasuki jam keramaian pagi. Kabupaten Tapin mempunyai 12 truk pengangkut sampah yaitu 5 armrool truck dan 7 dump truck sampah. Adapun jumlah TPS yang diangkaut oleh truk sampah yaitu 8 TPS kontainer dan 12 TPS batu bata / beton. Berdasarkan data Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tapin timbulan sampah yaitu 89,656 M3/hari dan yang dapat terangkut hanya 65 M3/hari.

Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan sistem informasi geografis dalam pengoptimalan rute pengangkutan sampah di kabupaten Tapin. Selain itu di Kabupaten Tapin ada jalan-jalan bekas pengangkutan batu bara yg menuju ke TPA dan itu dapat dimanfaatkan dalam pengotimalan pengangkutan sampah. Pengoptimalan ini di harapkan pengangkutan menjadi mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Agar mengurangi permasalahan persampahan di Kabupaten Tapin dalam pengangkutan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Wulandari D (2015), sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tak dikehendaki atau sia-sia. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Potensi sampah juga masih belum banyak diketahui oleh masyarakat yang sebenarnya merupakan potensi usaha bagi masyarakat dengan pengolahan yang tepat guna sesuai potensi dan kegunaan masyarakat (Kharisma, 2013). Keadaan ini diperburuk oleh perilaku sebagian masyarakat yang masih menjadikan sungai dan pinggir pantai sebagai tempat favorit untuk membuang sampah, sehingga tentu saja akan mencemari sungai/lingkungan (Darmawan, 2014). Menurut Mohamad dkk (2012) masalah sampah dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor pengetahuan, kebiasaan, geografis, dan ekonomi. Oleh karenanya intervensi promosi kesehatan menggunakan gabungan beberapa metode. Menurut Setyowati (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga (60,8%) mempunyai perilaku tidak baik, yang menunjukkan bahwa kurang kesadaran dalam diri mereka untuk berperilaku sehat. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat sangat kurang sehingga memengaruhi perilaku. Menurut Munas (2011) agar peran serta masyarakat dapat optimal hendaknya masyarakat telah mengelola sampah di rumah masing-masing dengan cara mengemas sampah dan memisahkan antara sampah basah dan kering atau sampah organik dan anorganik, sehingga petugas pengumpul dari segi waktu lebih efisien.

Menurut Pramono (2008:5), proses pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan sistem door to

door, pick up the container atau partisipasi masyarakat. Sistem door to door adalah sistem

(3)

penghuni rumah langsung menyambutnya dengan membawa bungkusan sampah. Sedangkan sistem

pick up the container adalah sistem pengumpulan sampah dengan mengambil sampah yang berada

di tempat sampah depan rumah.

Menurut Aronoff dalam Prahasta (2002:55). Sistem Informasi Geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang bereferensi geografi: masukan, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data, serta keluaran. Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terefensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang tereferensi secara geografis berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data tersebut (Prahasta, 2002:55). Manfaat GIS dalam bidang industri contohnya mempermudah penyajian informasi perkembangan industri maka dibutuhkan suatu teknologi yang lebih mudah dipahami yaitu melalui Tabel dan gambar teknologi ini sering dikenal dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Teknik SIG sangat berguna untuk studi pemilihan lokasi karena kemampuan yang sangat baik dalam menyimpan, menganalisis dan menampilkan data spasial sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pengguna (Setiaji, 2012).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Kabupaten Tapin untuk mendapatkan kondisi eksisting. Adapun bahan dan alat yang dalam penlitian ini yaitu : Software ArcGIS dan Software

Google Earth, Data primer (rute pengangkutan, kondisi jalan, jalan tanjakan, waktu yang

dibutuhkan dalam pengangkutan, letak TPS, jumlah armada, sistem pengangkutan) di Kabupaten Tapin, Data sekunder (gambaran umum pengelolaan sampah, demografis, peta administrasi, peta jalan) di Kabupaten Tapin, laptop, kendaraan, mobil, GPS, stopwatch dan alat tulis.

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat izin pada dinas terkait dalam melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan kodisi eksisting dan meminta peta jalan Kabupaten Tapin.

2. Menginstal software ArcGIS dan Software Google Earth.

3. Melakukan pengiringan truk sampah 1 truk satu hari menggunakan kendaraan, memperkirakan waktu tempuh menggunakan stopwatch dan menentukan titik TPS menggunakan GPS.

4. Memasukkan data dari GPS ke dalam Software Google Earth sehingga didapat rute eksisting, titik TPS dan dapat diketahui jarak rute serta kepadatan rumah di sepanjang rute. 5. Membuat rute optimum secara manual di Software Google Earth dengan memanfaatkan

jalan tambang dan jalan yang kepadatan penduduk serta penggunanya sedikit.

6. Menyimpan rute eksisting dan rute optimum yang ada dalam Software Google Earth ke dalam folder dengan format (.kml).

7. Mencek keadaan rute optimum menggunakan mobil dan memperkirakan waktu tempuh. 8. Mencatat plat nomer truk, nama sopir truk, jumlah pemuat, nama TPS, jenis truk, pukul

berangkat dari pool truk, pukul sampai ke pool truk, rute yang di lalui, status jalan, lebar jalan, kondisi jalan, kepadatan rumah di pinggir jalan, kepadatan pengguna jalan, kecepatan truk (Km/Jam), jumlah ritasi, waktu memuat, waktu di perjalanan dan jarak pengangkutan di lembar penelitian.

(4)

10. Memasukkan rute eksisting dan rute optimum ke dalam Software ArcGIS menggunakan

toolboxes (kml to layer) dan membuat legenda peta.

11. Membuat pembahasan dari rute eksisting dan rute optimum. 12. Menghitung konsumsi BBM dan biaya BBM.

13. Membandingkan jarak, waktu tempuh, konsumsi BBM dan biaya BBM dari rute eksisting dan rute optimum dalam bentuk tabel.

14. Menganalisis truk yang dapat melakukan penambahan rute dengan memilih truk yang jam kerjanya lebih cepat dan memilih TPS yang sampahnya banyak yang terangkut.

15. Menganalisis biaya penambahan ritasi. 16. Membuat kesimpulan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA di Kabupaten Tapin di layani 12 truk pengangkut sampah dengan jenis 7 dump truck dan 5 armroll truck yang mengangkut di 20 TPS. Setiap truk dapat mengangkut 5 m3 dengan 11 truk 1 kali ritasi dan 1 truk 2 kali ritasi perharinya, dengan demikian semua truk sampah mengangkut 65 m3 perharinya. Berdasarkan data Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tapin pada tahun 2015 timbulan sampah di TPS mencapai 89,658 m3 perhari dan terus akan meningkat meningkat setiap tahunnya. Angka ini menunjukkan bahwa timbulan sampah yang tidak terangkut sebanyak 24,658 m3 perharinya. Sehingga perlu upaya penambahan ritasi untuk setiap truk agar timbulan sampah yang semakin meningkat dapat terangkut semua. Konsumsi BBM (solar) untuk truk diasumsikan 1 liter dapat menempuh jarak 7 Km. Asumsi ini berdasarkan penelitian sebelumnya dengan judul Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Kota Banjarbaru Dengan Sistem Informasi Geografis (Ratri, 2012) dan pendapat sopir truk pengangkut sampah Kabupaten Tapin (Arifin dkk, 2016). Pembelian BBM untuk truk pengangkut sampah di Kabupaten Tapin dibeli dari eceran dengan harga Rp 6.000,00/Liter.

Sumber : hasil penelitian juni-juli 2016

Gambar 1. Salah satu rute jalan pengangkutan sampah di Kabupaten Tapin

Berikut adalah tabel perbandingan jarak dan tabel perbandingan biaya BBM antara rute pengangkutan sampah eksisting dengan rute pengangkutan sampah optimum di Kabupaten Tapin :

(5)

Tabel 1. Perbandingan jarak rute eksisting dengan rute optimum

No. Nomor Truk dan Rute Jarak (Km) Selisih (Km)

Eksisting Optimum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Truk 1 Truk 2 - Rute A - Rute B Truk 3 Truk 4 Truk 5 Truk 6 Truk 7 - Rute A - Rute B Truk 8 Truk 9 Truk 10 45,9 51,7 46,6 73 72 47,1 47,9 47,3 48 47,1 45 50,3 36,9 42,4 37,8 54,3 47,4 38,4 38,7 38,4 39 38,1 36 41,3 9 9,3 8,8 18,7 26,2 8,7 9,2 8,9 9 9 9 9 11. 12. Truk 11 - Rute A - Rute B - Rute C Truk 12 55,8 47,1 45,4 65,2 44,8 38,2 36 47,94 11 8,9 9,4 17,26 Jumlah 835,4 655,64 181,36

Dari jumlah semua rute, jarak pengangkutan sampah rute optimum lebih pendek 181,36 Km dibandingkan jarak pengangkutan sampah rute eksisting.

Tabel 2. Perbandingan Biaya BBM rute eksisting dengan rute optimum No Nomor Truk dan Rute Biaya BBM (Rp) Selisih (Rp)

Eksisting Optimum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Truk 1 Truk 2 - Rute A - Rute B Truk 3 Truk 4 Truk 5 Truk 6 Truk 7 - Rute A - Rute B Truk 8 Truk 9 Truk 10 Truk 11 - Rute A - Rute B - Rute C 39.360 44.280 39.960 62.580 61.680 40.380 41.040 40.560 41.160 40.380 38.580 43.140 47.820 40.380 38.940 31.620 36.360 32.400 46.560 40.620 32.880 33.180 32.880 33.420 32.640 30.840 35.400 38.400 32.700 30.840 7.740 7.920 7.560 16.020 21.060 7.500 7.860 7.680 7.740 7.740 7.740 7.740 9.420 7.680 8.100

(6)

No Nomor Truk dan Rute Biaya BBM (Rp) Selisih (Rp) Eksisting Optimum

12. Truk 12 55.860 41.100 14.760

Jumlah 716.100 561.840 154.260

Dari jumlah semua rute, biaya BBM pengangkutan sampah rute optimum lebih hemat Rp 154.260,00 dibandingkan jarak pengangkutan sampah rute eksisting. Penghematan BBM perharinya yaitu Rp 122.880,00.

Timbulan sampah di Kabupaten Tapin pada tahun 2015 mencapai 89,658 m3 perhari. Sedangkan timbulan sampah yang terangkut hanya 65 m3 perhari, jadi ada 24,658 m3 sampah yang belum terangkut perharinya. setiap truk dapat mengangkut 5 m3 sampah dalam sekali ritasi, maka diperlukan penambahan ritasi sebanyak 5 ritasi agar dapat terangkut semua. Truk-truk yang diperuntukkan dalam penambahan ritasi yaitu :

a. Truk 6

Truk dengan jenis dump ritasi pertama mengangkut sampah di TPS Terminal Cangkring dan TPS SMP 2 Rantau. Penambahan ritasi kedua yaitu mengangkut sampah di TPS Terminal Cangkring. Biaya konsumsi BBM dari penambahan ritasi sebesar Rp 32.640.00. Biaya total 2 kali ritasi sebesar Rp 65.820,00.

b. Truk 7

Truk dengan jenis armroll ritasi pertama mengangkut sampah di TPS Pulau Kutil (Rute A) dan mengangkut sampah di TPS Mandarahan (Rute B). Penambahan ritasi kedua yaitu mengangkut sampah di TPS Pulau Kutil. Biaya konsumsi BBM dari penambahan ritasi sebesar Rp 32.880.00. Biaya total 2 kali ritasi sebesar Rp 65.760,00 untuk rute A dan Rp 66.300,00 untuk rute B.

c. Truk 8

Truk dengan jenis armroll ritasi pertama mengangkut sampah di TPS Pasar Keraton. Penambahan ritasi kedua yaitu mengangkut sampah di TPS Pasar Keraton lagi. Biaya konsumsi BBM dari penambahan ritasi sebesar Rp 32.640.00. Biaya total 2 kali ritasi sebesar Rp 65.280,00.

d. Truk 11

Truk dengan jenis armroll ritasi pertama mengangkut sampah di TPS Kulur (Rute A), mengangkut sampah di TPS Pasar Keraton (Rute B) dan mengangkut sampah di TPS Assuniyah. Penambahan ritasi kedua yaitu mengangkut sampah di TPS Pasar Keraton. Biaya konsumsi BBM dari penambahan ritasi sebesar Rp 32.640.00. Biaya total 2 kali ritasi sebesar Rp 71.040,00 untuk rute A, sebesar Rp 65.340,00 untuk rute B dan sebesar Rp 46.320,00 untuk rute C.

e. Truk 12

Truk dengan jenis armroll ritasi pertama mengangkut sampah di TPS Pasar Pasar Binuang. Penambahan ritasi kedua yaitu mengangkut sampah di TPS Pasar Binuang lagi. Biaya konsumsi BBM dari penambahan ritasi sebesar Rp 36.000.00. Biaya total 2 kali ritasi sebesar Rp 77.100,00.

Dari hasil penelitian dan pembahasan biaya pengangkutan sampah di Kabupaten tapin untuk rute eksisting sebesar Rp 556.260,00 perhari dengan sampah yang hanya terangkut 65 m3, biaya untuk rute optimum sebesar Rp 433.020,00 perhari dengan sampah yang hanya terangkut 65 m3, sedangkan biaya rute optimum dengan penambahan 5 ritasi yaitu sebesar Rp 599.820,00 perhari dengan sampah terangkut sebanyak 90 m3.

(7)

5. KESIMPULAN

Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) kita dapat mengoptimalkan pengangkutan sampah yang sangat bermanfaat dalam meminimkan jarak tempuh, waktu tempuh, biaya dan kepadatan penduduk yang dilalui truk pengangkut sampah. Rute optimum ini dapat menghemat biaya konsumsi BBM sebesar Rp 122.880,00 perharinya dari rute eksisting dengan sampah yang terangkut hanya 65 m3. Biaya agar sampah terangkut semua dengan penambahan ritasi sebanyak 5 ritasi yaitu sebesar Rp 599.820,00 perhari.

6. DAFTAR PUSTAKA

Arinalhaq Fatharani. 2013. Penentuan Rute Kendaraan Pengangkutan Sampah dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbour (Studi Kasus PD Kebersihan Kota Bandung). Jurnal Online Institut Teknologi Nasional ISSN: 2338-5081 |No.1|Vol.1

Juli 2013. Institut Teknologi Nasional (Itenas). Bandung.

Arifin, dkk. 2016. Staf Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tapin. Tapin.

BPS. 2015. Kabupaten Tapin Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin. Rantau.

Darmawan Awan. 2014. Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah di Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Volume 10 (2): 175-186

Juni 2014. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kharisma Tri. 2013. Peran Pemerintah Boyolali Dalam Pengelolaan Sampah Lingkungan Permukiman Perkotaan (Studi Kasus: Perumahan Bumi Singkil Permai). Jurnal

Wilayah Dan Lingkungan Volume 1 Nomor 1, April 2013, 1-16. Semarang.

Lestari Himmawati, Sari Eminugroho. 2013. Penerapan Algoritma Koloni Semut Untuk Optimisasi Rute Distribusi Pengangkutan Sampah Di Kota Yogyakarta. Jurnal Sains Dasar

2013 2(1) 13 – 19. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta.

Mohamad Fatmawati, Cakrawartana Dharma, Kusnawati Endang. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Dukuh Mrican Sleman Yogyakarta. Jurnal Health &

Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012. Politeknik Kemenkes Gorontalo. Nusa

Tenggara Barat.

Munas Bambang. 2011. Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dan Penguatan Sinergi Dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor

2, Desember 2011: 239-256. Universitas Diponegoro. Semarang.

Pramono, Sigit Setyo. 2008. Studi Sistem pengumpulan Sampah Perkotaan di Indonesia. Repository. gunadarma. ac. id. Jakarta. Didownload dari: http://repository.gunadarma.ac.id:8000/558/1/Studi_Sistem_Pengumpulan_Sampah_ di_Indonesia.pdf. Pada tanggal: 11 Februari 2016.

(8)

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.

Ratri. 2012. Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Kota Banjarbaru Dengan Sistem Informasi

Geografis (SIG). Universitas Lambung Mangkuat. Banjarbaru.

Setyowati Ririn. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 12, Juli 2013. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Setiaji Pratomo. 2012. Sistem Informasi Geografis Industri Di Kabupaten Kudus. ISBN 979 - 26 -

0255 - 2012. Universitas Muria Kudus. Semarang.

Wulandari D. 2015. Sistem Optimasi Rute Terpendek Pengangkutan Sampah Di Surabaya

(9)
(10)

Gambar

Gambar 1.  Salah satu rute jalan pengangkutan sampah di Kabupaten Tapin
Tabel 2.  Perbandingan Biaya BBM rute eksisting dengan rute optimum  No  Nomor Truk dan Rute   Biaya BBM (Rp)

Referensi

Dokumen terkait

Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis

Variabel luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) subkategori kehutanan dan penebangan kayu yang menggambarkan

Pengangkatan umpan hidup dari bagan apung dilakukan oleh dua orang ABK jaga, pertama kantong jaring bagan yang berisi umpan diperkecil agar mempermudah pada

Obat (--dopa ditemukan efektif untuk melawan tremor dan kekejangan otot terkait dengan penyakit Parkinson. Antihistamin adalah obat yang banyak digunakan untuk

Walaupun tidak berbeda nyata tanaman dengan perlakuan perendaman dan penyemprotan kitosan (P4) memiliki panjang dan lebar daun yang lebih besar dibandingkan

Melalui website ini pengunjung dapat melakukan pencarian informasi seperti perhitungan jarak antara tempat (rumah) kost, biaya sewa, fasilitas umum, ukuran kamar, jumlah

dengan ukuran ikan kecil (5 < x ≤ 10 cm), dari tiga lokasi budidaya yang berbeda, terlihat bahwa intensitas tertinggi yaitu pada lokasi budidaya Adhyaksa dengan nilai

Misije određuju ciljeve u prostoru i vremenu, dobro definirana misija je temelj za izvođenje ciljeva i ostalih planova prema hijerarhiji.Misija poduzeća Apfel je