• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING OPTIMASI MODEL RUTE SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH MENGGUNAKAN METODA VRP ALGORITMA SAVING DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING OPTIMASI MODEL RUTE SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH MENGGUNAKAN METODA VRP ALGORITMA SAVING DI KOTA BANDUNG."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)REKAYASA (KETEKNIKAN) TEKNIK LINGKUNGAN. LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING. OPTIMASI MODEL RUTE SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH MENGGUNAKAN METODA VRP – ALGORITMA SAVING DI KOTA BANDUNG. Oleh: Ir. Anni Rochaeni, MT. (NIDN: 0430076901) Ir. Wahyu Katon, MT. (NIDN: 0407026701). UNIVERSITAS PASUNDAN OKTOBER 2016.

(2)

(3) DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Hipotesis 1.4 Tujuan 1.5 Lingkup Penelitian. i ii iii 1 2 4 4 5 5. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah 2.2 Pengelolaan Sampah 2.3 Sistem Pemindahan dan Pengangkutan Sampah 2.4 Metoda Pemindahan dan Pengangkutan 2.5 Metoda Pengangkutan 2.6 Masalah Transportasi 2.6.1 TSP 2.6.2 Vehicle Routing Problem (VRP) 2.7 Metoda Nearest Neighbour 2.8 Algoritma Penghematan (Saving Algorithm) 2.9 State of the Art 2.10 Gambaran Umum pengelolaan sampah Kota Bandung 2.11 Roadmap Penelitian. 6 6 6 6 7 7 9 10 11 18 20 24 25 27. BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rangkaian Penelitian 3.2. Identifikasi Parameter Rute Pengangkutan Sampah 3.3 Optimasi Rute 3.4 Luaran Penelitian. 28 28 29 30 31. BAB IV. HASIL PEMETAAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH 4.1 Data Kendaraan Operasional Kota Bandung 4.1.1 Bidang operasional Kota Bandung Wilayah Selatan 4.1.2 Bidang operasional Kota Bandung Wilayah Timur 4.2 Data TPS 4.2.1 TPS Kota Bandung Wilayah Selatan 4.2.2 TPS Kota Bandung Wilayah Timur 4.3 Rute Pengangkutan Sampah yang diteliti 4.4 Pengolahan Data. 32 32 35 37 39 40 44 46 50. BAB V KESIMPULAN. 83. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BERKAS MAKALAH SEMINAR INTERNASIONAL. 84 86.

(4) ABSTRAK. Sistem pengangkutan sampah merupakan bagian dari penangan sampah di suatu kota. Sistem ini merupakan sistem penghubung antara sumber/TPS dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau Stasiun Peralihan Antara (SPA). Sesuai dengan perencanaan pengelolaan sampah di Kota Bandung, akan menggunakan SPA sebelum dibawa ke TPA Legok Nangka yang berjarak cukup jauh dari daerah pelayanan. Direncanakan akan terdapat 2 buah SPA di Kota Bandung, yaitu SPA Gedebage dan SPA Leuwigajah. SPA Gedebage direncanakan akan menampung sampah dari wilayah pelayanan Bandung Selatan dan Bandung Timur. Dengan adanya rencana pengadaan SPA di Gede Bage diperlukan alternatif rute pengangkutan dari TPS ke SPA. Sistem pengangkutan di Kota Bandung dikenal dua jenis, salah satunya adalah Sistem Kontainer Tinggal atau Stationary Container System (SCS) dimana satu truk melayani beberapa lokasi TPS. Sistem pengangkutan sampah SCS memerlukan rute yang optimal agar biaya operasional dapat diminimasi. Salah satu cara optimasi rute pengangkutan yang akan digunakan adalah Vehicle Route Problem (VRP), dengan pendekatan algoritma Saving. Penelitian tahun pertama akan difokuskan pada penentuan rute pengangkutan sampah dari TPS ke SPA Gede Bage, sedangkan penelitian tahun kedua difokuskan pada penerapan metoda VRP algoritma saving untuk mengoptimasi rute pengangkutan sampah tersebut. Hasil pengambilan data menunjukan bahwa terdapat 39 TPS di Bandung Selatan dan 40 TPS di Bandung Timur yang menggunakan Sistem Wadah Tinggal. Perhitungan dan pembuatan rute baru diinisiasi dengan menggunakan metoda VRP Nearest Neighbor yang relative lebih sederhana untuk menguji validitas data. Berdasarkan perhitungan VRP-NN diperoleh untuk melayani 39 TPS di wilayah Bandung Selatan diperlukan 9 unit kendaraan dump truk jarak tempuh Keseluruhan yang di peroleh sebesar 346 km dengan total biaya bahan bakar Rp. 588.127. Sedangkan untuk melayani 30 TPS di wilayah Bandung Timur diperlukan 6 unit kendaraan dump truk jarak tempuh yang di peroleh sebesar 195 km, dengan total biaya bahan bakar Rp. 332.354..

(5) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara nomor empat terpadat di dunia dengan jumlah penduduk tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa, menghadapi banyak permasalahan terkait sanitasi lingkungan terutama masalah pengelolaan sampah. Berdasarkan target Millineum Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 tingkat pelayanan persampahan ditargetkan mencapai 75% dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014 sebesar 80% sampah perkotaan tertangani, sedangkan berdasarkan target SDG’s pada tahun 2019 Indonesia harus mampu menangani 100% sampah yang timbul. Di Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, hanya 41,28% sampah yang dibuang ke lokasi tempat pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35, 59%, dibuang ke sungai 14,01%, dikubur sebesar 7,97% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos (Modul Bintek, 2010). Sampah yang diangkut ke TPA meningkat menjadi 56% pada tahun 2006 (PPLP,2010). Pada tahun 2008, penanganan sampah yang diurug 68,85%, pengomposan 7,19%, pembakaran 4,79%, dibuang ke sungai 2,99%, incinerator skala kecil 6,59%, dan non-pengurugan 9,58% (Statistik Pengelolaan Sampah tahun 2008 dalam Damanhuri, 2010). Data terakhir berdasarkan SLHI 2013, disebutkan bahwa rata-rata penanganan sampah di ibukota propinsi di seluruh Indonesia pada tahun 2012 mencapai 67,47% (SLHI, 2013). Berdasarkan kondisi ini upaya pengelolaan harus terus ditingkatkan untuk mencapai target yang telah ditentukan. Salah satu permasalahan yang seringkali muncul dalam pengelolaan sampah kota adalah. sistem. pengangkutan. sampah. yang. tidak. dilakukan. dengan. mempertimbangkan efektifitas waktu dan biaya pengangkutan kendaraan pengangkut sampah.. Sehingga biaya pengangkutan menjadi komponen. pembiayaan yang memberatkan dalam pengelolaan sampah kota secara keseluruhan. Rendahnya jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut, penentuan rute pengangkutan dan keterbatasan biaya pengangkutan yang dialokasikan menjadi alasan rendahnya tingkat pengangkutan sampah suatu kota.. 1.

(6) Permasalahan yang sama dihadapi oleh Kota Bandung dimana penduduknya pada tahun 2010 mencapai 2.394.933 jiwa, dengan luas kota sebesar 167,29 km2, maka kepadatan penduduk mencapai 14.314 jiwa/km, merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia. Pada tahun 2009 Kota Bandung menghasilkan sampah sekitar 1551 ton sampah per hari dengan 66% berasal dari rumah tangga. Tingkat pelayanan sampah kota saat ini berkisar 40-50%. (Damanhuri, 2009). Berdasarkan penelitian Damanhuri (2009) terhadap 750 sampel rumah tangga di Kota Bandung diperoleh data tentang pola reduksi sampah yang dilakukan oleh masyarakat sebelum sampai ke TPA, diperlihatkan dalam Tabel 1.1.. Tabel 1.1 Pola reduksi sampah di Kota Bandung Tingkat. Pola reduksi sampah. Ton. %. Sumber. Recovery anorganik. 73,0. 4,71. Pengomposan. 7,0. 0,45. Pembuangan sendiri. 12,8. 0,83. Pembuangan ke sungai. 9,8. 0,63. Pembakaran terbuka. 69,6. 4,49. Lain2. 77,6. 5,00. SUBTOTAL. 249,8. 16,11. Pengumpulan. Recovery oleh sektor informal. 29,0. 1,87. dan. Pembuangan tidak layak. 437,2. 28,19. Pengangkutan. SUBTOTAL. 466,2. 30,05. TOTAL SAMPAH TEREDUKSI SEBELUM 716,0. 46,16. SAMPAI TPA Sumber: Damanhuri, 2009. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa sebesar 46,16% sampah Kota Bandung tidak sampai ke TPA karena berbagai perlakuan. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan kota untuk menyediakan pelayanan sehingga masyarakat melakukan penanganan sendiri. Cara reduksi sampah yang dominan dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan pembakaran sampah. Dari hasil penelitian tersebut. 2.

(7) diperoleh data bahwa hanya sekitar 835 ton/hr atau sekitar 54% sampah terangkut ke TPA. Saat ini PD Kebersihan Kota Bandung memiliki armada pengumpulan dan pengangkutan dengan jumlah gerobak sebanyak 165 buah (2009) dan truk milik PD Kebersihan Kota Bandung 111 unit truk dan 12 truk milik swasta (2009). Kota Bandung sendiri memiliki 158 TPS (2010) yang tersebar di sejumlah wilayah. Dan jarak dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti mencapai 40 km (PD Kebersihan, 2009). Dalam rencana pengembangan pengelolaan sampah Kota Bandung direncanakan bahwa pada tahun 2016 lokasi TPA akan dipindahkan ke TPST Legok Nangka yang berjarak lebih dari 40 km dan melewati jalan nasional yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi. Untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas, maka PD Kebersihan Kota Bandung merencanakan untuk mempunyai Stasiun Peralihan Antara (SPA) di 2 lokasi, yaitu di Leuwi Gajah dan Gede Bage. Setelah dilakukan pemadatan di SPA, sampah akan dibawa ke TPST Legok Nangka menggunakan kendaran pengangkut kapasitas besar. Saat ini terdapat 2 sistem pengangkutan yang dijalankan di Kota Bandung, yaitu Haul Container System (HCS) atau Sistem Wadah Angkut (SWA) dan Stationery Container System (SCS) atau Sistem Wadah Tinggal (SWT). Sistem HCS memerlukan penentuan jadwal, sementara Sistem SCS memerlukan penentuan rute karena satu kendaraan pengangkut melayani beberapa lokasi TPS tipe SCS. Wilayah Bandung Timur dan Selatan merupakan wilayah yang paling banyak mempunyai TPS tipe SCS, sehingga keberadaan rute pengangkutan yang optimal di wilayah tersebut menjadi sangat penting. Wilayah Bandung Timur dan Selatan diperkirakan akan mengirimkan sampahnya ke SPA Gede Bage.. Untuk meningkatkan efektivitas pengangkutan sampah maka diperlukan penentuan alternatif rute pengangkutan dari berbagai TPS tipe SCS di Kota Bandung terutama wilayah Bandung Selatan dan Bandung Timur menuju SPA Gede Bage.. 3.

(8) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapat beberapa rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian tahun pertama ini, yaitu: . Bagaimana sistem pengangkutan sampah dari TPS tipe SCS di wilayah Bandung Timur dan Selatan.. . Bagaimana peta rute pengangkutan dari TPS tipe SCS ke SPA Gede Bage.. 1.3 Hipotesis Hipotesis untuk penelitian ini adalah: Penentuan rute yang optimum akan mengakibatkan menurunnya ongkos operasional pengangkutan sampah dari TPS tipe SCS ke SPA Gede Bage di Kota Bandung.. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan rute optimum pengangkutan sampah dari TPS ke SPA Gede Bage di Kota Bandung dengan menggunakan metoda VRP - algoritma saving. Sementara tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tahun pertama ini adalah melakukan pemetaan rute pengangkutan sampah dari TPS ke SPA Gede Bage di Kota Bandung. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian tahun pertama ini adalah: . Melakukan identifikasi sistem pengangkutan sampah dari TPS tipe SCS di wilayah Bandung Timur dan Selatan.. . Menentukan peta rute pengangkutan dari TPS tipe SCS ke SPA Gede Bage.. 1.5 Lingkup Penelitian Lingkup penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di wilayah daerah administrasi Kota Bandung terutama wilayah Bandung Selatan dan Timur yang memiliki jumlah TPS tipe SCS.. 4.

(9) 2. Penelitian dilakukan fokus pada sistem pengangkutan sampah dari TPS tipe SCS ke SPA Gede Bage Kota Bandung. 3. Pengamatan dan survey dilakukan dengan mengikuti kegiatan dan perjalanan truk pengangkut dari mulai pool ke TPS, ke SPA, dan kembali pool dalam sehari kerja. 4. Kendaraan yang dipilih adalah truk dengan sistem SCS, yang layak digunakan, dan tidak melibatkan ongkos perawatan truk.. 5.

(10) BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sampah Berdasarkan UU no 18 Tahun 2008 disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya (Tchobanoglous, Theisen & Vigil, 1993).. 2.2 Pengelolaan Sampah Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan (3R) meliputi: pembatasan timbulan sampah (reduksi), pendauran ulang sampah (reuse), dan/atau pemanfaatan kembali sampah (recycle).Sedangkan kegiatan penanganan meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Pola operasional dalam penangan sampah kota dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.. Gambar 2.1 Pola Operasional pengelolaan sampah kota. 6.

(11) 2.3 Sistem Pemindahan dan Pengangkutan Sampah Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat pemindahan/penampungan sementara (TPS, TPS 3R, SPA) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir (TPA/TPST). Metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.. 2.4 Metoda Pemindahan dan Pengangkutan Pada saat pemindahan dan pengangkutan sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Pemindahan dan pengangkutan didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui : 1. Pengaturan jadwal pemindahan dan pengangkutan sesuai dengan jenis sampah terpilah dan sumber sampah; 2. Penyediaan sarana pemindahan dan pengangkut sampah terpilah. 3. Kegiatan. pengangkutan. pengangkutan,. jenis. sampah. peralatan. harus atau. mempertimbangkan. sarana. pengangkutan,. pola rute. pengangkutan, operasional pengangkutan, dan aspek pembiayaan.. 2.5 Pola Pengangkutan Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem pemindahan (TPS/TPS 3R) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled Container System = HCS) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary Container System = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan compactor truck dan kontainer yang kompetibel dengan jenis truknya. Sedangkan sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan lainnya.. 7.

(12) Sistem Kontainer Angkat (Hauled Container System = HCS) Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat, pola pengangkutan yang digunakan dengan sistem pengosongan kontainer dapat dilihat pada gambar berikut ini:. Denga. Gambar 2.2 Pola Kontainer Angkat. Proses pengangkutan: Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.. Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap (Stationary Container System=SCS) Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk kompaktor secara mekanis atau manual seperti pada gambar berikut ini :. Truck Compactor / Dump. Gambar 2.3 Pengangkutan Dengan SCS Mekanis. 8.

(13) Gambar 2.4 Pengangkutan Dengan SCS Manual. Pengangkutan dengan SCS mekanis yaitu : . Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong.. . Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA.. . Demikian seterusnya sampai rit terakhir.. Pengangkutan dengan SCS manual yaitu : . Kendaraan dari poll menuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk kompaktor atau truk biasa.. . Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA.. . Demikian seterusnya sampai rit terakhir.. 2.6 Jenis-jenis Pemecahan Masalah dalam Pengangkutan Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam sistem manajemen logistik. Peningkatan efisiensi dari sistem transportasi dapat dilakukan dengan memaksimalkan utilitas dari alat transportasi yang ada. Untuk mengurangi biaya transportasi dan juga untuk meningkatkan pelayanan terhadap para costumer, perlu dicari jalur atau rute terbaik, yang dapat meminimalkan jarak dan waktu. Permasalahan yang bertujuan untuk membuat suatu rute yang optimal, untuk sekelompok kendaraan, agar dapat melayani sejumlah konsumen, disebut sebagai. 9.

(14) Vehicle Routing Problems (VRP). Secara umum VRP dapat digambarkan sebagai permasalahan dalam mendesain rute dari suatu depot ke sekumpulan titik (kota, toko, gudang, sekolah, konsumen dan lain-lain) yang tersebar, dengan biaya termurah. Rute tersebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga setiap titik dikunjungi oleh tepat satu kendaraan, semua rute berawal dan berakhir di depot, dan total demand dari semua titik dalam sebuah rute tidak melebihi kapasitas dari kendaraan. Traveling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing dan penjadwalan produksi. Masalah optimasi TSP terkenal dan telah menjadi standar untuk mencoba algoritma yang komputational. Pokok permasalahan dari TSP adalah seorang salesman harus mengunjungi sejumlah kota yang diketahui jaraknya satu dengan yang lainnya. Semua kota yang ada harus dikunjungi oleh salesman tersebut dan kota tersebut hanya boleh dikunjungi tepat satu kali. Permasalahannya adalah bagaimana salesman tersebut dapat mengatur rute perjalanannya sehingga jarak yang ditempuhnya merupakan jarak minimum. Terdapat perbedaan yang sangat berarti antara VRP dan TSP. VRP menggunakan banyak kendaraan untuk menyelesaikan permasalahan perjalanansedangkan TSP seorang salesman melakukan perjalanan menuju kota untuk menyelesaikan permasalahan perjalanan.. 2.6.1. Travelling Salesman Problem (TSP). Permasalahan tentang Traveling Salesman Problem dikemukakan pada tahun 1800 oleh matematikawan Irlandia William Rowan Hamilton dan matematikawan Inggris Thomas Penyngton. Gambar dibawah ini adalah foto dari permainan Icosian Hamilton yang membutuhkan pemain untuk menyelesaikan perjalanan dari 20 titik menggunakan hanya jalur-jalur tertentu. TSP dikenal sebagai suatu permasalah optimasi yang bersifat klasik dan NonDeterministic Polynomial-time Complete (NPC), dimana tidak ada penyelesaian yang paling optimal selain mencoba seluruh kemungkinan penyelesaian yang ada. Permasalahan ini melibatkan seorang traveling salesman yang harus melakukan kunjungan sekali pada semua kota dalam sebuah lintasan sebelum dia kembali ke titik awal, sehingga perjalanannya dikatakan sempurna.. 10.

(15) Traveling Salesman Problem (TSP) merupakan suatu masalah optimasi pencarian rute terpendek pada seorang salesman yang mendistribusikan produknya dengan melakukan perjalan yang dimulai dari tempat asalnya menuju sejumlah n kota tepat satu kali kemudian kembali lagi ke tempat asalnya. Tujuan optimasi pasa permasalahan salesman tersebut adalah untuk meminimumkan biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan. Rute kendaraan pada permasalahan TSP untuk memuat semua node pada network yang merepresentasikan jaringan jalan yang menghubungkan tiap kota. Tujuannya adalah untuk mementukan rute perjalan sedemikian rupa sehinggan jarak tempuh yang melalui jarak tersebut minimum (Iskandar, 2010).. 2.6.2. Vehicle Routing Problem (VRP). Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan permasalahan yang membahas mengenai pencarian rute suatu kendaraan dengan tujuan tertentu. Menurut Toth & Vigo. (2002),. VRP. adalah. masalah. penentuan. rute. kendaraan. dalam. mendistribusikan barang dari tempat produksi yang dinamakan depot ke konsumen dengan tujuan meminimumkan total jarak tempuh kendaraan. Selain dapat meminimumkan jarak tempuh kendaraan, VRP juga bertujuan meminimumkan biaya transportasi dan waktu tempuh kendaraan yang digunakan. Permasalahan VRP erat kaitannya dengan pendistribusian produk atau barang antara depot dengan konsumen. Depot digambarkan sebagai gudang atau tempat keluar dan kembalinya kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan barang/produk tersebut kepada konsumen. Pada Gambar 2.5, simpul 0 menyatakan depot, simpul 1, 2, 3, dan 4 menyatakan konsumen yang dilalui oleh kendaraan 1, simpul 5, 6, dan 7 menyatakan konsumen yang dilalui oleh kendaraan 2, sedangkan simpul 8, 9, dan 10 menyatakan konsumen yang dilalui oleh kendaraan 3.. 11.

(16) Gambar 2.5 VRP dengan 3 Kendaraan Sumber : Lawrence Bodin and Bruce. VRP pertama kali diteliti oleh Dantzig dan Ramser pada tahun 1959 dalam kasus penjadwalan kendaraan dan penentuan rutenya. Pada tahun 1964, Clarke dan Wright melanjutkan penelitian tersebut dengan memperkenalkan istilah depot sebagai tempat keberangkatan dan kembalinya kendaraan. Semenjak saat itu penelitian tentang VRP terus berkembang dalam dunia perindustrian, khususnya dalam penentuan rute pendistribusian barang. Selain itu, permasalahan VRP dapat diaplikasikan dalam masalah sistem transportasi sehari-hari, misalnya untuk perencanaan rute angkutan umum, rute kendaraan pengumpul sampah, rute pembersihan jalan, dan lain sebagainya. Menurut Toth & Vigo (2002), terdapat beberapa komponen dalam VRP. Karakteristik dari komponen-komponen tersebut perlu diperhatikan di dalam permasalahan VRP. Komponen-komponen VRP antara lain sebagai berikut. 1.. Rute Kendaraan. Rute kendaraan biasanya dideskripsikan dalam sebuah graf yang terdiri dari edge (rusuk) yang merepresentasikan bagian jalan yang digunakan dan vertex (simpul) yang merepresentasikan konsumen dan depot. 2.. Konsumen. Dalam menyelesaikan masalah VRP, terlebih dahulu harus menetapkan lokasi konsumen-konsumen yang ada. Kemudian diperhatikan pula permintaan yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Besarnya permintaan yang dibutuhkan oleh konsumen, mempengaruhi lamanya waktu bongkar-muat (loading-unloading) barang. Selain itu, perlu diperhatikan juga apakah ada rentang waktu (time window) yang disyaratkan dalam melayani konsumen-konsumen tersebut. 12.

(17) 3.. Depot. Lokasi dimana depot berada juga merupakan komponen yang penting, sebab depot merupakan tempat awal dan berakhirnya suatu kendaraan dalam mendistribusikan barang. Kemudian perlu diketahui jumlah kendaraan yang ada pada depot serta jam operasional yang ditentukan pada depot. Tujuannya untuk membatasi waktu kinerja kendaraan dalam proses distribusi. 4.. Kendaraan. Komponen yang perlu diperhatikan dari kendaraan yaitu antara lain, jumlah dan kapasitas kendaraan yang digunakan. Kapasitas kendaraan tersebut membatasi permintaaan konsumen, artinya jumlah permintaan konsumen tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan yang digunakan. Kemudian ditentukan pula bahwasanya dalam satu rute hanya dilayani oleh satu kendaraan. Kemudian dalam satu kendaraan, disediakan alat untuk melayani konsumen (loading-unloading) dan biaya-biaya yang berhubungan dengan penggunaan kendaraan tersebut, seperti misalnya bahan bakar yang dikeluarkan, dan lainnya. 5.. Pengemudi. Pengemudi memiliki kendala seperti jam kerja harian, durasi maksimum perjalanan, dan tambahan jam lembur jika diperlukan. Toth & Vigo (2002) juga mendefinisikan tujuan umum permasalahan VRP yaitu meminimumkan jarak dan biaya tetap yang berhubungan dengan kendaraan, meminimumkan jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani semua konsumen, menyeimbangkan rute-rute dalam hal waktu dan muatan kendaraan, meminimumkan pinalti akibat pelayanan yang kurang memuaskan terhadap konsumen, seperti keterlambatan pengiriman dan lain sebagainya.. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perlu diperhatikan beberapa batasan yang harus dipenuhi yaitu setiap kendaraan yang akan mendistribusikan barang kepada konsumen harus memulai rute perjalanan dari depot, setiap konsumen hanya boleh dilayani satu kali oleh satu kendaraan, setiap konsumen mempunyai permintaan yang harus dipenuhi, diasumsikan permintaan tersebut sudah diketahui sebelumnya, dan setiap kendaraan memiliki batasan tertentu sehingga setiap kendaraan akan melayani konsumen sesuai dengan kapasitasnya.. 13.

(18) VRP sebenarnya merupakan perkembangan atau perluasan dari Travelling Salesman Problem (TSP). TSP dapat dijelaskan sebagai suatu masalah dimana seorang salesman harus berangkat dari sebuah depot untuk mengunjungi n node/kota kemudian kembali ke depot semula dengan memilih feasible tour yang terpendek. Tujuan dari TSP ini adalah mencari biaya per mulasi atau tour minimum dari semua kota sehingga mendapatkan rute dengan lintasan minimum atau meminimumkan biaya. Dengan kata lain suatu rute perjalanan terpendek dimana setiap node harus dikunjungi oleh salesman tersebut. (Christine, 2003).. Kallehauge (2001) mendefinisikan permasalahan m-TSP sebagai salah satu variasi dari TSP, dimana terdapat m-salesman yang mengunjungi sejumlah kota dan tiap kota hanya dapat dikunjungi oleh tepat satu salesman saja. Tiap salesman berawal dari suatu depot dan pada akhir perjalanannya juga harus kembali ke depot tersebut.. Permasalahan m-TSP ini dikenal dengan Vehicle Routing Problem (VRP). Jadi VRP berkaitan dengan penentuan rute optimal untuk permasalahan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan (vehicle) dengan kapasitas tertentu untuk melayani sejumlah konsumen sesuai dengan permintaannya masing-masing.. VRP adalah sebuah problem pemrograman integer yang masuk kategori NP-Hard Problem, yang berarti usaha komputasi yang digunakan akan semakin sulit dan banyak seiring dengan meningkatnya ruang lingkup masalah. Untuk masalahmasalah seperti ini, biasanya yang dicari adalah aproksimasi solusi yang terdekat, karena solusi tersebut dapat dicari dengan cepat dan cukup akurat.. VRP berhubungan dengan pengiriman dan pengambilan barang. Masalah krisis dalam VRP adalah rute dan pengaturan kendaraan angkut yang ada sehingga dapat melayani permintaan pelanggan seefisien mungkin berdasarkan kriteria-kriteria yang ada. Sebuah rute adalah serangkaian lokasi yang harus dikunjungi kendaraan pengangkut untuk menyelesaikan pelayanannya. Misalnya pelayanan pengiriman. 14.

(19) barang. Penyeleseian VRP mengahasilkan rute dan dapat juga mengahsilkan penjadwalan kendaraan-kendaraan pengangkut dalam rute yang terbentuk.. Permasalahan dalam Vehicle Routing Problem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permasalahan statis dan permasalahan dinamis. Pada permasalahan statis, permintaan pelanggan telah diketahui sebelumnya sedangkan pada permasalahan dinamis sebagian ataupun seluruh permintaan pelanggan diketahui ketika kendaraan pengangkut sudah beroperasi, yaitu ketika rute telah diatur ataupun ada perubahan di tengah perjalanan.. 2.6.2.1 Klasifikasi Vehicle Routing Problem (VRP) Beberapa variasi VRP tergantung pada jumlah faktor, pembatas, dan tujuan. Pembatas paling umum yang ditambahkan pada VRP secara umum adalah pembatas waktu dan jarak. Sedangkan tujuan dari VRP antara lain meminimalisasi total waktu, biaya, ataupun jarak. Kriteria lain yang ditambahkan pada VRP secara umum adalah matrik biaya/ waktu/ jarak yang tidak simetris. (Suprayogi,2003) memberikan beberapa contoh variasi dari VRP , antara lain :. a. Capacited VRP (CVRP) CRV atau Capacitated Vihicle Routing Problem adalah sebuah VRP dimana diberikan sejumlah kendaraan dengan kapasitas tersendiri yang harus melayani sejumlah permintaan pelanggan yang telah diketahui untuk satu komuditas dari sebuah depot dengan biaya transit minimum. Oleh karena itu, CVRP sama seperti VRP dengan factor tambahan yaitu tiap kendaraan punya kapasitas tersendiri untuk satu komoditas. CVRP dapat dijabarkan sebgai berikut: . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan, dan total permintaan barang untuk tiap rute tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan yang melewati rute tersebut. . Kelayakan. : Solusi dikatakan ‘layak’ jika jumlah total barang yang. diatur untuk tiap rute tidak melebihi kapasitas kendaraan yang melewati rute tersebut.. 15.

(20) . Perhitungan. : Misalkan Q melambangkan kapasitas sebuah kendaraan.. Secara matematis, solusi untuk CVRP sama dengan VRP, tapi dengan batasan tambahan total permintaan pelanggan pada rute Ri tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan Q, atau ∑𝑚 𝑖=1 𝑑𝑖 ≤Q b. VRP with Time Windows (VRPTW) VRPTW atau Vehicle Routing Problem with Time Window, hampir sama dengan VRP, namun memiliki batas tambahan yaitu sebuah jangka waktu, yang berhubungan dengan setiap pelanggan v 𝛜 V, yang mendefinisikan sebuah jangka waktu [𝑒𝑣1 𝐼𝑣 ] dimana sang pelanggan harus disuplai. Interval waktu [𝑒0 𝐼0 ] di depot disebut sebagai batas penjadwalan. VRPTW dapat dijabarkan sebagai berikut: . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan dan waktu menunggu yang dibutuhkan untuk mensuplai semua pelanggan pada jam-jam tertentu. . Kelayakan. : VRPTW dibatasi hal-hal berikut berikut, yaitu: solusi. menjadi ‘tidak layak’ jika kiriman pada pelanggan sampai setelah batas atas dari intervak: jika kendaraan sampai sebelum batas bawah interval, maka waktu menunggu pada rute tersebut menjadi bertambah. Setiap rute harus start dan berhenti dalam jangka waktu yang berkaitan dengan depot. Untuk kasus soft time windows, sebuah pengiriman yang terlambat tidak mempengarui kelayakan solusi, tapi berpengaruh pada penambahan nilai fungsi objektif.. c. VRP with Pick-Up and Delivering (VRPPD) Vehicle Routing Problem with Pick-Up Delivering atau VRPPD adalah sebuah VRP dimana ada peluang kejadian pelanggan mengembalikan barang yang sudah diantarkan. Dalam VRPPD kita perlu memperhatikan bahwa barang yang dikembalikan pengantar. Batasan ini membuat perencanaan pengantaran menjadi lebih sulit bdan bisaberakibat pada penyalahgunaan kapasitas kendaraan, memperbesar jarak perjalanan atau kendaraan yang diperlukan lebih dari yang seharusnya. Maka, dalam situasi seperti ini biasanya kita harus memikirkan batasan. 16.

(21) keadaan dimana semua permintaan pengantaran dimulai dari depot dan semua permintaan pengambilan akan dibawa kembali ke depot, sehingga tidak ada pertukaran barang antar pelanggan. Alternatif lainnya adalah dengan memperbesar batasan bahwa semua pelanggan hanya dikunjungi satu kali. Simplifikasi yang biasa terjadi lainnya adalah dengan memikirkan bahwa tiap kendaraan harus mengantarkan semua barang sebelum mengambil kembali barang dari pelanggan. VRPPD dapat dijabarkan sebagai berikut: . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan dengan batasan bahwa kendaraan yang digunakan harus punya kapasitas yang cukup untuk mengantarkan barang ke pelanggan dan pengembalian barang ke depot. . Kelayakan. : Solusi dibilang layak jika total kuantitas barang yang. ditentukan untuk tiap rute tidak melebihi kapasitas kendaraan yang melalui rute tersebut dan kendaraannya harus punya kapasitas yang cukup untuk mengambil barang dari pelanggan.. d. Multiple Depot VRP (MDVRP) Sebuah perusahaan mungkin memiliki lebih dari satu depot. Jika pelangganpelanggannya terkumpul di sekitar depot-depot yang ada, maka masalah pendistribusiannya harus dimodelkan menjadi sebuah kumpulan dari VRP-VRP yang independent. Namun, jika pelanggan dan depot-depot yang ada saling bercampur aduk (tidak terkumpul secara teratur, bisa ada satu pelanggan dilayani lebih dari depot atau sebaliknya) maka masalahnya menjadi Multi-Depot Vehicle Routing Problem atau MDVRP. Sebuah MDVRP membutuhkan pengaturan para pelanggan ke depot-depot yang ada. Tiap kendaraan pergi dari satu depot, melayani pelanggan-pelanggan yang sudah ditentukan akan dilayani oleh depot tersebut, dan kembali lagi ke depot tersebut. Tujuan utama dari MDVRP adalah untuk melayani semua pelanggan sementara jumlah kendaraan dan jarak perjalanan diminimalisasi. Penjabaran MDVRP sebagai berikut: . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan dan total permintaan barang yang harus dilakukan dari beberapa depot.. 17.

(22) . Kelayakan. : Solusi dianggap layak jika tiap rute memenuhi batasan. standar VRP dan keluar-masuk kendaraan terjadi di depot yang sama.. e. VRP Split Delivery (VRPSD) Vehicle Routing Problem Split Delivery (VRPSD) adalah perluasan VRP jika tiap pelanggan dapat dilayani dengan kendaraan yang berbeda andaikan biayanya dapat berkurang. Perluasan ini perlu dilakukan jika jumlah permintaan pelanggan sama besar dengan kapasitas dari kendaraan. VRPSD bertujuan untuk Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan untuk pelayanan. . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan untuk pelayanan. Meminimalisasi total biaya untuk semua rute. Cara yang paling mudah untuk mengubah VRP menjadi SDVRP adalah dengan membagi jumlah permintaan pelanggan menjadi sejumlah kecil permintaan. . Kelayakan. : Solusi dianggap layak jika tiap rute memenuhi batasan. standar VRP ditambah dengan tiap pelanggan bisa dilayani oleh lebih dari satu kendaraan.. f. Stochastic VRP (SVRP) Stochastic Vehicle Routing Problem (SVRP) adalah variasi VRP yang terjadi jika faktor sampingan yang muncul bersifat acak. Ada tiga bentuk SVRP, yaitu: a. Pelanggan stochastic : Tiap pelanggan 𝑣𝑖 ada memiliki peluang 𝑝𝑖 dan tidak ada dengan peluang 1 -.𝑝𝑖 . b. Permintaan stochastic : Jumlah permintaan 𝑑𝑖 untuk tiap pelanggan adalah variable random. c. Waktu stochastic. : Waktu pelayanan 𝛿𝑖 dan waktu pelayanan 𝑡𝑖𝑗 adalah. variable random. Dalam SVRP, untuk bisa mendapatkan solusi, masalah harus dibagi menjadi dua tahap. Solusi pertama ditentukan sebelum variable random diketahui. Pada tahap kedua, pengoreksian dilakukan jika nilai dari variable random sudah diketahui. Tujuan dari SVRP adalah Minimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. 18.

(23) perjalanan untuk melayani pelanggan dengan nilai random untuk tiap pengantaran (pelanggan, permintaan, waktu). . Tujuan. : Minimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan. untuk melayani pelanggan dengan nilai random untuk tiap pengantaran (pelanggan, permintaan, waktu). . Kelayakan. : Jika data-data yang ada bersifat random/ acak, kita tidak. perlu lagi memenuhi batasan-batasan yang ada untuk semua realisasi variable random. Maka pencari solusi memerlukan antara tingkat kepuasan batasan tertentu dengan peluang yang diberikan, atau pengoreksian bila ada batasan yang dilanggar.. g. VRP Periodic Dalam Vehicle Routing Problem Periodic, VRP digeneralisasi dengan memperluas rentang perencanaan pengiriman menjadi M hari, dari semula hanya dalam rentang sehari. Tujuannya adalah Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu perjalanan untuk melayani tiap pelanggan. . Tujuan. : Meminimalisasi jumlah kendaraan dan total waktu. perjalanan untuk melayani tiap pelanggan. . Kelayakan. : Solusi dianggap layak jika memenuhi batasan standar VRP.. Ditambah dengan keadaan bahwa sebuah kendaraan tidak boleh kembali ke depot pada satu hari yang sama. Dalam M hari, tiap pelanggan harus dikunjungi minimal sekali.. h. Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Intermediate Facility (VRPMTIF) Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Intermediate Facility (VRPMTIF) merupakan salah satu variasi dari permasalahan VRP dengan menambahkan kendala multiple trips dan intermediate facility. Intermediate facility merupakan fasilitas tambahan yang digunakan dalam pembentukan rute. Dalam proses pengangkutan, intermediate facility menunjukkan 19.

(24) tempat dimana kendaraan dapat membongkar muatan. Intermediate facility juga merupakan tempat yang harus dilalui kendaraan sebelum kembali ke depot, sedangkan trip merupakan serangkaian perjalanan kendaraan dalam melayani konsumen. Rangkaian perjalanan yang dimaksud dapat di awali dari depot ke intermediate facility, dari intermediate facility ke intermediate facility, atau dari intermediate facility ke depot. Kendala multiple trips memberi batasan bahwa dalam satu rute perjalanan dapat terdiri lebih dari satu trip, minimal trip dari depot ke intermediate facility dan trip dari intermediate facility ke depot. Permasalahan VRPMTIF mempunyai tujuan untuk meminimumkan total jarak tempuh rute kendaraan yang melayani semua konsumen dari depot melewati intermediate facility dan berakhir pada depot. Pada permasalahan VRPMTIF adalah menentukan sejumlah rute kendaraan yang memenuhi kondisi berikut. a.. Setiap rute berawal dan berakhir di depot,. b.. Setiap konsumen harus dilayani tepat satu kali oleh satu kendaraan,. c.. Setiap satu kendaraan yang membentuk satu rute perjalanan tidak melebihi waktu yang telah ditentukan,. d.. Setiap kendaraan diperbolehkan melakukan perjalanan lebih dari satu trip jika batasan waktu yang ditentukan mencukupi,. e.. Dalam pembentukan rute disediakan intermediate facility sebagai tempat mengisi atau membongkar muatan,. f.. Total permintaan/muatan konsumen dari setiap rute tidak melebihi kapasitas kendaraan, dan. g.. 2.7. Total jarak dari semua rute diminimumkan.. Metode Nearest Neighbour. Vehicle Routing Problem with Multiple Trips and Intermediate Facility (VRPMTIF) merupakan salah satu variasi dari permasalahan VRP dengan menambahkan kendala intermediate facility. Adanya Intermediate Facilities yang harus dilewati oleh setiap rute sebelum kembali ke depot. Proses pengangkutan sampah mulai dari depot kemudian berangkat ke TPS-TPS kemudian menuju ke SPA. Penelitian ini telah menggabungkan fasilitas antara (intermediate facilities). 20.

(25) dan yang didalamnya adalah pengembangan VRP. VRPMTIF dikembangkan dengan menambahkan fasilitas antara didalam memecahkan permasalahan rute pengangkutan sampah dengan demikian penerapan metode Nearest Neighbour yaitu mencari TPS terdekat diantara TPS yang lainnya dengan menambahkan proses unloading di intermediate facility yaitu Stasiun Peralihan Antara (SPA) dan kembali lagi menuju depot.. Metode Nearest Neighbour pertama kali diperkenalkan pada tahun 1983 dan merupakan. metode yang sangat sederhana. Pada setiap iterasinya, dilakukan. pencarian pelanggan terdekat dengan pelanggan yang terakhir untuk ditambahkan pada akhir rute tersebut. Rute baru dimulai dengan cara yang sama jika tidak terdapat posisi yang fisibel untuk menempatkan pelanggan baru karena kendala kapasitas atau time windows (Braysy & Gendreau, 2005).. Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama, semua rute kendaraan masih kosong. Dimulai dari rute kendaraan pertama, metode ini memasukkan (insert) satu persatu customer terdekat (nearest neighbour) yang belum dikunjungi ke dalam rute, selama memasukkan customer tersebut ke dalam rute kendaraan tidak melanggar batasan kapasitas maksimum kendaraan tersebut (atau batasan batasan yang dijabarkan oleh varian VRP yang lain). Kemudian proses yang sama juga dilakukan untuk kendaraan-kendaraan berikutnya, sampai semua kendaraan telah penuh atau semua customer telah dikunjungi (Gunawan, 2012). Algoritma metode Nearest Neighbor (Pop, 2011) adalah sebagai berikut : 1. Berawal dari gudang, kemudian mencari lokasi pelanggan yang belum dikunjungi yang memiliki jarak terpendek dari gudang. Sebagai lokasi pertama. 2. Lanjutkan ke lokasi lain yang memiliki jarak terdekat dari lokasi yang terpilih sebelumnya dan jumlah pengiriman tidak melebihi kapasitas kendaraan. a. Apabila ada lokasi yang terpilih sebagai lokasi berikutnya dan terdapat sisa kapasitas kendaraan, kembali ke langkah (2). b. Bila kendaraan tidak memiliki sisa kapasitas, kembali ke langkah (1). c. Bila tidak ada lokasi yang terpilih karena jumlah pengiriman melebihi kapasitas kendaraan, maka kembali ke langkah (1). Dimulai lagi dari. 21.

(26) gudang dan mengunjungi pelanggan yang belum dikunjungi yang memiliki jarak terdekat. 3. bila semua pelanggan telah dikunjungi tepat satu kali maka algoritma berakhir. Pada gambar tersebut, berawal dari depot mencari jarak ke semua toko yang akan dikunjungi seperti Gambar (A). Kunjungan berikutnya setelah depot adalah pelanggan yang terdekat dengan depot yaitu pelanggan I seperti Gambar (B), dilanjutkan dengan pelanggan berikutnya yang terdekat dengan pelanggan i, yaitu pelanggan j seperti Gambar (C). Jika semua pelanggan telah dikunjungi , maka kembali lagi ke depot seperti Gambar (D). Contoh metode ini diberikan pada Gambar berikut :. DEPOT. DEPOT. A. B. DEPOT. DEPOT. C. D. Gambar 2.6 Contoh Metode Nearest Neighbour. Metode Nearest Neighbour merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah pemilihan rute dengan cara mencari jarak terpendek untuk menempuh lokasi pengiriman (Chairul,2014). Prinsip dasar dari Metode Nearest Neighbour yaitu membentuk rute perjalanan dengan memilih konsumen yang terdekat dari lokasi awal.. 2.8 Algoritma Penghematan (Savings Algorithm) Pada tahun 1964, Clarke dan Wright mempublikasikan sebuah algoritma sebagai solusi permasalahan dari berbagai rute kendaraan, yang sering disebut sebagai permasalahan klasik dari rute kendaraan (the classical vehicle routing problem). Algoritma ini didasari pada suatu konsep yang disebut konsep savings.. 22.

(27) Algoritma ini dirancang untuk menyelesaikan masalah rute kendaraan dengan karakteristik sebagai berikut. Dari suatu depot barang harus diantarkan kepada pelanggan yang telah memesan. Untuk sarana transportasi dari barang- barang ini, sejumlah kendaraan telah disediakan, di mana masing-masing kendaraan dengan kapasitas tertentu sesuai dengan barang yang diangkut. Setiap kendaraan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ini, harus menempuh rute yang telah ditentukan, memulai dan mengakhiri di depot, di mana barang-barang diantarkan kepada satu atau lebih pelanggan. Permasalahannya adalah untuk menetapkan alokasi untuk pelanggan di antara ruterute yang ada, urutan rute yang dapat mengunjungi semua pelanggan dari rute yang ditetapkan dari kendaraan yang dapat melalui semua rute. Tujuannya adalah untuk menemukan suatu solusi yang meminimalkan total pembiayaan kendaraan. Lebih dari itu, solusi ini harus memuaskan batasan bahwa setiap pelanggan dikunjungi sekali, di mana jumlah yang diminta diantarkan, dan total permintaan pada setiap rute harus sesuai dengan kapasitas kendaraan.. Gambar 2.7 Ilustrasi Konsep Penghematan Sumber: Jens Lysgaard (2007) Berdasarkan Gambar 2.7 (a) pelanggan i dan j dikunjungi dengan rute yang terpisah. Sebuah alternatif untuk masalah ini adalah mengunjungi dua pelanggan pada rute yang sama, sebagai contoh pada urutan i – j seperti yang diperlihatkan pada Gambar 12 (b). karena biaya transportasi diberikan, penghematan yang terjadi dari pengangkutan pada rute Gambar 2.7 (b) dibanding dua rute pada Gambar 12 (a) dapat dihitung. Biaya kendaraan yang ditunjukkan di antara titik i dan j oleh cij, total biaya kendaraan oleh Da pada Gambar 12 (a) adalah: Da = c0i + ci0 + c0j + cj0 Ekivalen dengan biaya kendaraan Db pada Gambar 12 (b) adalah: Db = c0i + cij + cj0 Dengan menggabungkan kedua rute memperoleh penghematan Sij: Sij = Da – Db = ci0 + c0j – cij 23.

(28) Besarnya nilai Sij mengindikasikan suatu hal yang menarik, dengan biaya yang telah ditentukan, untuk mengunjungi titik i dan j pada rute yang sama di mana titik j dikunjungi setelah mengunjungi titik i. Ada 2 versi pada algoritma penghematan, versi berurutan (rentetan) dan versi paralel. Pada versi rentetan secara tepat, 1 rute dibuat/dijalani pada suatu waktu. (tidak termasuk rute yang hanya dengan 1. pelanggan), sementara versi paralel lebih dari 1 rute dapat dijalani pada suatu waktu. Pada tahap pertama dari algoritma ini penghematan dari semua pasang pelanggan dihitung, dan semua titik disortir dengan urutan yang menurun dari penghematan. Kemudian dari urutan teratas di daftar sortiran pada pasangan titik, satu pasang titik dikerjakan bersamaan pada satu waktu. Ketika pasangan titik i – j dikerjakan, 2 rute yang mengunjungi i dan j digabung (misalnya j dikunjungi setelah i pada rute yang dihasilkan), jika hal ini dapat dilakukan tanpa menghapus rute sebelumnya yang telah ditetapkan antara 2 titik, dan jika total permintaan pada rute yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas kendaraan. Pada versi rentetan yang harus dimulai pada urutan teratas dari daftar setiap kalin hubungan ditetapkan antara pasangan titik (sejak kombinasi tidak dapat berjalan selama ini kemungkinan dapat terjadi), sedangkan versi paralel hanya memerlukan 1 dari daftar yang ada.. 2.9 State of the Art Beberapa penelitian terkait dengan pemodelan sistem pengumpulan/pengangkutan telah banyak dikembangkan. Dubois, etal (2008) dalam MASA Group mengembangkan suatu software untuk mendesain, mengoptimasi dan mengelola pengangkutan sampah dari rumah tangga di Perancis. Software yang dikembangkan bernama BlueKaizen Residential Waste yang mempertimbangkan beberapa penghambat spesifik dan informasi kepadatan penduduk, kapasitas timbulan sampah, ukuran wadah, karakteristik kendaraan dan petugas pengumpul, peta jalan dan jenis jalan, wilayah pengumpulan sampah. Hasil simulasi pada 3 wilayah pelayanan diperoleh terdapat sekitar 7,95% optimasi rute dengan keuntungan waktu sebesar 4,03%. Tomblom (2008) meneliti tentang pengembangan pengumpulan sampah di bawah tanah, seperti halnya penyaluran air bersih dan listrik. Arinalhaq (2013) meneliti penentuan rute kendaran pengangkut sampah di Kota Bandung. 24.

(29) menggunakan VRPMTIF, sementara Fitria (2007) melakukan penelitian dengan metoda VRP sequencial Insertion. Christian (2011) melakukan penelitian analisis sistem pengangkutan sampah di Kota Makasar menggunakan VRP algoritma saving karena adanya keterbatasan biaya bahan bakar. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan transportasi ini, yaitu dengan menggunakan GIS system (Zsigrajova et.al, 2013; Ghose et.al, 2006; Kulcar et,al, 1996), Sistem Dinamik (Sukholthaman et.al, 2016; Mes et.al, 2014), penggunaan time series dan analisis statistic (Cole et.al, 2014), pengembangan dari berbagai metoda algortima (Laureri et.al, 2016; Buentrostro et.el, 2015), dan metoda integer (Swapan et.al, 2015). Cara lain adalah menggunakan metoda Vehicle Route Transportation (VRP), yang sudah digunakan pada penelitian mengenai transportasi sampah. Son et. al. (2016) menggunakan VRP dengan banyak TPS untuk membangun suatu system transportasi sampah, sementara Bing et. al. (2014) menggunakan VRP dalam pengumpulan sampah plastik. Teixeira et al. (2014) menggunakan suatu PeriodikVRP pada pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang, sementara Ramos et al. (2013) menggunakan multi-depot VRP yang dikembangkan menggunakan metoda mixed integer linear programming berdasarkan perencanaan sampah pendinginan minyak. VRP juga digunakan untuk minimasi emisi (Ehmke et.al, 2016).. Penelitian ini direncanakan akan menggunakan metoda VRP algoritma saving karena pengelola sampah di Kota Bandung juga mempunyai permasalahan keterbatasan biaya pengangkutan, dan adanya rencana pembangunan SPA di Gede Bage. Untuk kemudian akan dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan metoda lain dengan lokus penelitian yang sama, yaitu di Kota Bandung.. 2.10 Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Kota Bandung Saat ini pengelolaan sampah Kota Bandung ditangani oleh PD Kebersihan yang merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah kota yang bertugas dalam bidang kebersihan kota. Kota Bandung terdiri dari 30 Kecamatan, 151 kelurahan, 1560 RW, dan 9677 RT. Saat ini terdapat 158 TPS yang tersebar di 30 Kecamatan dan menerima sampah. 25.

(30) dari sekitar 1387 RW yang ada di Kota Bandung. Total sampah yang masuk ke TPS pada tahun 2010 sebesar 2691 m3/hari dan yang diangkut ke TPA sebesar 2024 m3/hari. Gambaran pembagian wilayah pelayanan diperlihatkan pada Gambar 2.8 berikut ini.. Gambar 2.8 Wilayah Pelayanan PD Kebersihan Pada dasarnya TPS dengan SCS tidak dikelola PD Kebersihan karena pada perencanaan awal TPS yang akan dikembangkan di Kota Bandung adalah TPS dengan HCS. TPS dengan SCS ada karena kebutuhan TPS yang mendesak dan dibuat secara swadaya oleh masyarakat, dan pada akhirnya diangkut oleh PD Kebersihan dan keberadaannya akan tetap diperlukan selama jumlah kontainer dan arm roll truck masih belum memadai. Jumlah total TPS di Kota Bandung sebanyak 393 buah, terdiri dari 154 TPS dengan HCS dan 239 TPS dengan SCS. Wilayah pelayanan Bandung Barat memiliki TPS HCS yang paling banyak dibandingkan wilayah pelayanan lainnya, sedangkan wilayah pelayanan Bandung Timur memiliki TPS HCS yang paling sedikit. Sementara jumlah TPS SCS di wilayah pelayanan Bandung Selatan paling tinggi dibanding dengan wilayah pelayanan lainnya, dan wilayah pelayanan Bandung Utara memiliki jumlah TPS SCS paling sedikit. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, maka wilayah Bandung Timur yang memiliki kepadatan paling rendah juga memiliki jumlah TPS HCS yang paling sedikit.. 26.

(31) Jumlah. 500 400 300 200 100 -. Bandung Utara. Bandung Barat. Bandung Timur. Bandung Selatan. TOTAL. JML TPS SWA. 40. 47. JML TPS SWT. 27. 29. 29. 38. 154. 70. 113. TOTAL TPS. 67. 76. 239. 100. 151. 393. Gambar 2.9 Jumlah TPS dengan HCS/SWA dan SCS/SWT di berbagai Wilayah Pelayanan. 2.11 Roadmap Penelitian. Penelitian yang direncanakan akan dilaksanakan merupakan awal bagi pengembangan pembuatan software untuk mendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan sampah kota. Penelitian awal fokus dilakukan pada sistem yang saat ini belum terkelola dengan baik, untuk kemudian dikembangkan pada sistem secara keseluruhan dalam pengelolaan sampah kota mulai dari sumber sampai tempat pengolahan dan/atau TPA. Gambar 2.10 Road Map Penelitian. 27.

(32) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rangkaian penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: I. Pada tahun pertama (2016) Melakukan identifikasi parameter optimasi rute yaitu, menentukan jumlah kendaraan yang layak digunakan untuk mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) menuju stasiun peralihan sementara (SPA), jadwal keberangkatan pengangkutan sampah, kapasitas angkut kendaraan, volume sampah terangkut, lokasi TPS, dan menentukan wilayah operasional pengangkutan sampah, dengan menggunakan cluster. Metoda yang digunakan untuk inisiasi rute adalah metoda VRP Nearest Neighbor yang relative lebih mudah dan sederhana. II. Pada tahun kedua (2017) Melakukan optimasi rute dengan menggunakan Vehicle Route Problem (VRP) algoritma Saving. Algoritma Saving dipilih karena parameter yang digunakan merupakan pendekatan dari pengangkutan dari tempat terdekat yang memungkinkan terjadinya penurunan ongkos operasional pengangkutan sampah. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan metoda VRP Nearest Neighbor.. 28.

(33) Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian. 3.2 Identifikasi Paramaeter Rute Pengangkutan Sampah 1. Identifikasi jumlah kendaraan pengangkut, kendaraan yang dimaksud adalah melakukan identifikasi truk pengangkut dari TPS SCS, biasanya dump truck, tanpa membedakan merek truk. Truk yang dipilih adalah truk yang layak digunakan. Jumlah truk yang diidentifikasi adalah seluruh truk yang melayani TPS tipe SCS di daerah wilayah pelayanan Bandung Timur dan Selatan. 2. Identifikasi jadwal pengangkutan, sesuai dengan jumlah truk yang akan digunakan, maka jadwal keberangkatan dari garasi, jadwal kedatangan ke TPS tipe SCS dan frekuensi pelayanan setiap TPS tipe SCS juga harus diidentifikasi untuk mendapatkan gambaran tentang pengaturan jadwal eksisting. 3. Identifikasi kendaraan pengangkut, setiap truk yang digunakan akan diukur daya angkut maksimum untuk mendapatkan kapasitas maksimum pengangkutan sampah yang bisa dilakukan dalam setiap ritasi. 4. Identifikasi lokasi TPS dan rute pengangkutan eksisting, truk akan mengangkut sampah pada lokasi TPS yang tersebar di wilayah Bandung Timur dan Selatan, yang akan diidentifikasi kemudian, menuju stasiun peralihan sementara yang telah ditentukan. Operasionalisasi truk dilakukan dengan cara mengikuti rute yang dijalani, dan mengukur waktu untuk mencapai satu TPS ke TPS yang lain dan dari TPS menuju SPA. 29.

(34) 5. Identifikasi wilayah angkut (clustering), mengidentifikasi wilayah operasi pengangkutan sampah untuk mendapatkan jarak dari TPS menuju SPA.. 3.3 Optimasi Rute Optimasi dilakukan dengan menggunakan Vehicle Route Problem (VRP) algoritma Saving. Biaya kendaraan yang ditunjukkan di antara titik i dan j oleh cij, total biaya adalah: Da = c0i + ci0 + c0j + cj0 Db = c0i + cij + cj0 Dengan menggabungkan kedua rute memperoleh penghematan Sij: Sij = Da – Db = ci0 + c0j – cij Besarnya nilai Sij mengindikasikan suatu hal yang menarik, dengan biaya yang telah ditentukan, untuk mengunjungi titik i dan j pada rute yang sama di mana titik j dikunjungi setelah mengunjungi titik i. Ada 2 versi pada algoritma penghematan, versi berurutan (rentetan) dan versi paralel. Pada versi rentetan secara tepat, 1 rute dibuat/dijalani pada suatu waktu (tidak termasuk rute yang hanya dengan 1 pelanggan), sementara versi paralel lebih dari 1 rute dapat dijalani pada suatu waktu. Pada tahap pertama dari algoritma ini penghematan dari semua pasang pelanggan dihitung, dan semua titik disortir dengan urutan yang menurun dari penghematan. Kemudian dari urutan teratas di daftar sortiran pada pasangan titik, satu pasang titik dikerjakan bersamaan pada satu waktu. Ketika pasangan titik i – j dikerjakan, 2 rute yang mengunjungi i dan j digabung (misalnya j dikunjungi setelah i pada rute yang dihasilkan), jika hal ini dapat dilakukan tanpa menghapus rute sebelumnya yang telah ditetapkan antara 2 titik, dan jika total permintaan pada rute yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas kendaraan. Pada versi rentetan yang harus dimulai pada urutan teratas dari daftar setiap kalin hubungan ditetapkan antara pasangan titik (sejak kombinasi tidak dapat berjalan selama ini kemungkinan dapat terjadi), sedangkan versi paralel hanya memerlukan 1 dari daftar yang ada.. 30.

(35) 3.4 Luaran Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah menurunkan ongkos operasional kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke SPA dengan cara mengoptimasi rute yang dijalani untuk wilayah kota Bandung. Hasil ini akan diajukan pada forum ilmiah pada 9th International Seminar of Industrial Engineering and Management (ISIEM) pada tahun 2016 dan diterbitkan dalam bentuk prosiding. Dan pada tahun kedua akan diajukan pada Jurnal Nasional Terakreditasi, seperti Jurnal Manusia dan Lingkungan (UGM) atau Jurnal Teknik Industri (ITB). Pada tahun pertama, pihak PD Kebersihan kota Bandung dapat mengidentifikasi parameter operasional pengangkutan sampah. Pada tahun kedua, pihak PD Kebersihan kota Bandung dapat melakukan operasi pengangkutan sampah dengan biaya yang minimum sesuai dengan optimasi rute yang telah dilakukan.. 31.

(36) BAB IV HASIL PEMETAAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH. 4.1. Data Kendaraan Operasional Kota Bandung. 4.1.1. Bidang Operasional Kota Bandung Wilayah Selatan Dari data kendaraan operasional kota Bandung yang diperoleh dari PD. Kebersihan Kota Bandung wilayah pelayanan selatan bisa di lihat pada Tabel 4.1. Pemilihan wilayah pelayanan pengangkutan sampah yang akan di teliti berdasarkan dari banyaknya jumlah kendaraan dump truk yang beroperasi dan jumlah TPS terbanyak karena pada penelitian ini menggunakan analisis Vehicle routing problem dimana hanya kendaraan berjenis dump truk yang akan di teliti karena untuk mengoptimalkan jarak tiap rutenya. Tabel 4.1 Kendaraan operasional wilayah selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25. Nomor Polisi D 8833 A D 8126 CM D 8244 C D 8242 C D 8357 C D 8358 C D 8359 C D 8360 C D 8361 C D 8363 C D 8510 C D 8556 A D 8253 C D 8254 C D 8508 A D 8675 EK D 8728 A D 8249 C D 8364 C B 9632 EQ D 8289 BO D 8011 B D 8007 C D 8158 C D 8030 EK. Merk Kendaraan Isuzu FTR 3 Isuzu FTR 33 Hino Hino Hino Hino Hino Hino Hino Hino Hino Toyota Dyna Isuzu / NKR 71 Isuzu / NKR 71 Hino Isuzu Hino Hino Hino Isuzu Isuzu Bison Mitsubishi Mitsubisi Toyota Dyna Mitsubishi. 32. Jenis Kapasitas Kendaraan LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 10 m3 LH 6 m3 LH 6 m3 LH 6 m3 LH 6 m3 LH 6 m3 Dump Truk 10 m3 Dump Truk 10 m3 Dump Truk 10 m3 Dump Truk 10 m3 Dump Truk 6 m3 Dump Truk 6 m3 Dump Truk 6 m3 Dump Truk 6 m3 Dump Truk 6 m3. Tahun 2001 2002 2006 2006 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2010 2000 2006 2006 2010 2014 1990 2006 2007 2012 1994 2002 2002 2005 2014.

(37) Nomor Merk Jenis Kapasitas Polisi Kendaraan Kendaraan 26 D 8031 EK Mitsubishi Dump Truk 6 m3 27 D 8040 EK Mitsubishi Dump Truk 6 m3 28 D 8088 C Hino Compactor 10 m3 29 D 8103 C Isuzu Compactor 10 m3 30 D 8095 C Isuzu Compactor 6 m3 31 D 8099 C Isuzu Compactor 6 m3 32 D 8634 EN Mitsubishi Compactor 6 m3 33 D 8087 C Isuzu Mobil Sapu 34 W 70 Komatsu Loader Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 No. Tahun 2014 2014 2013 2013 2013 2013 2013 1980. Tabel 4.2 Rekapitulasi kendaraan dump truk wilayah Bandung selatan No. Jenis Kendaraan. Kapasitas. Jumlah. 1. Kendaraan Dump Truck. 10 m3. 4. 2. Kendaraan Dump Truck. 6 m3. 7. Jumlah. 11. Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 Dari data yang diperoleh untuk kendaraan jenis dump truk wilayah pelayanan Bandung selatan dengan total 11 unit dump truk dimana dump truk kapasitas 10 m3 berjumlah 4 unit dan dump truk 6 m3 berjumlah 7 unit. Namun setelah dilakukan pengecekan dilapangan total 9 unit dump truk yang beroperasi yaitu untuk kapasitas 10 m3 berjumlah 3 unit yang beroperasi dan untuk dump truk kapasitas 6 m3 berjumlah 6 unit.. 4.1.2. Bidang Operasional Kota Bandung Wilayah Timur Dari data kendaraan operasional kota Bandung yang diperoleh dari PD. Kebersihan Kota Bandung wilayah pelayanan timur bisa di lihat pada Tabel 4.3. Pemilihan wilayah pelayanan pengangkutan sampah yang akan di teliti berdasarkan dari banyaknya jumlah kendaraan dump truk yang beroperasi dan jumlah TPS terbayak. Untuk wilayah pelayanan timur melayani pengangkutan sampah sebanyak 10 kecamatan dimana sampah bersumber dari pemukiman/komplek.. Tabel 4.3 Kendaraan operasional wilayah timur. 33.

(38) Merk Jenis Kapasitas Kendaraan Kendaraan 1 Hino LH 10 m3 2 Hino LH 10 m3 3 Hino LH 10 m3 4 Hino LH 10 m3 5 Hino LH 10 m3 6 Hino LH 10 m3 7 Hino LH 10 m3 8 Hino LH 10 m3 9 Hino LH 10 m3 10 Hino LH 10 m3 11 Hino LH 10 m3 12 Hino LH 10 m3 13 Toyota Dyna LH 6 m3 14 Isuzu / NKR 71 LH 6 m3 15 Isuzu / NKR 71 LH 6 m3 16 Isuzu LH 6 m3 17 Hino Dump Truk 10 m3 18 Hino Dump Truk 10 m3 19 Hino Dump Truk 10 m3 20 Mitsubishi Dump Truk 6 m3 21 Mitsubishi Dump Truk 6 m3 22 Mitsubishi Dump Truk 6 m3 23 Isuzu Bison Dump Truk 6 m3 Toyota 24 D 8301 A Dump Truk 6 m3 Dyna/WU34OR 25 D 8102 C Isuzu Compactor 10 m3 26 D 8104 C Isuzu Compactor 10 m3 27 D 8097 C Isuzu Compactor 6 m3 Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 No. Nomor Polisi D 8024 A D 8237 C D 8246 C D 8033 EE D 8305 DO D 8351 C D 8352 C D 8353 C D 8354 C D 8355 C D 8356 C D 8089 C D 8906 A D 8256 C D 8257 C D 8674 EK D 8733 A D 8730 A D 8250 C D 8027 EK D 8029 EK D 8039 EK D 8177 A. Tahun 2002 2006 2006 2013 2010 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2013 1989 2006 2006 2014 1990 1990 2006 2014 2014 2014 1992 2002 2013 2013 2013. Tabel 4.4 Rekapitulasi kendaraan dump truk wilayah Bandung timur No Jenis Kendaraan Kapasitas Jumlah 1 Kendaraan Dump Truck 10 m3 3 2 Kendaraan Dump Truck 6 m3 5 Jumlah 8 Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 Dari data yang diperoleh untuk kendaraan jenis dump truk wilayah pelayanan Bandung timur dengan total 8 unit dump truk dimana dump truk kapasitas 10 m3 berjumlah 3 unit dan dump truk 6 m3 berjumlah 5 unit. Namun setelah dilakukan pengecekan dilapangan total 9 unit dump truk yang beroperasi yaitu untuk kapasitas 10 m3 berjumlah 3 unit yang beroperasi dan untuk dump truk 34.

(39) kapasitas 6 m3 berjumlah 6 unit dimana ada 1 unit penambahan dump truk kapasitas 6 m3 untuk wilayah timur.. 4.2. Data TPS PD Kebersihan Kota Bandung. 4.2.1. TPS Kota Bandung Wilayah Selatan. Tabel 4.5 Lokasi TPS Kota Bandung wilayah selatan No. Nama Lokasi. 1. Pasar Kosambi. 2. Patrakomala. 3. Gedung Pakuan. 4. Gudang selatan. 5. BI Braga. 1. Kebaktian. 2. Cidurian. 3. PSM. 4. Pasar Cicadas. 5. Pasar Kiaracondong. 6. Tarumatek. 7. TD Cicaheum. 1. Tegallega / Kobana. Lokasi / Alamat TPS Peruntukan. Jadwal Pengangkutan. WILA YAH BANDUNG SELATAN Kecamatan Sumur Bandung Pasar dan Pasar Kosambi Tiap hari jam 14.00 umum Selasa dan jumat 2 rit Umum / Jl Patrakomala masyarakat Hari lain 1 rit (rental) Khusus Gd Pakuan gedung pakuan Umum / Selasa dan kamis jam Jl gudang selatan masyarakat 17.00 Senin , Rabu dan jumat Jl Braga Khusus BI jam 05.00 Kec Kiaracondong Umum / Jl Babakan sari Pagi dan Sore masyarakat Umum / Senin, kamis dan Jl cidurian masyarakat Minggu jam 07.00 Umum / Jl PSM Kendaraan Rental masyarakat Pasar cicadas Jam 05.00 dan jam Pasar Cicadas dan umum 12.00 Pasar Jam 09.00 dan jam Pasar Kiaracondong kiaracondong 14.00 Umum / Jl.A Yani 806 Hari Sabtu jam 16.00 masyarakat Belakang terminal Umum / Jam 05 dan jam 10.00 Cicaheum masyarakat Kec Regol 2 rit perhari menggunakan truk Umum / bantuan PU Jl M Toha masyarakat 4 rit perhari menggunakan rental. 35.

(40) No. Nama Lokasi. Lokasi / Alamat TPS Peruntukan Khusus taman tegallega Khusus karapitan. 2. Taman Tegallega. Taman Tegallega. 3. Pasar Karapitan. Psr Karapitan. 4. Pasirluyu. Jl Pasirluyu. 5. PLN Sukarno Hatta. 6. Ciseureuh. 1. Putraco. 2. Hasan Saputra. 3. Pasar Palasari. Jl. Lodaya. Khusus pasar. 4. Bintara. Sesko ABRI RW 08. Umum dan masyarakat. Umum / masyarakat. Umum dan masyarakat Umum dan Jl Moch Toha masyarakat Kec Lengkong Umum / Jl Guntursari Wetan masyarakat Umum / Jl. Hasan masyarakat Jl Sukarno Hatta. Jadwal Pengangkutan. Jam 07.00 dan jam 13.00 1 rit perhari, kecuali hari selasa 2 rit jam 06.00 dan jam 13.00 Seminggu sekali setiap hari selasa jam 13.00 Setiap hari jam 07.00. Setiap hari jam 07.00 Setiap hari jam 07.00 Harai senin 2 rit dan minggu 1 rit Dua kali seminggu rabu dan minggu 06.00. Kec Batununggal Seminggu 3 kali (selasa, kamis dan sabtu jam 13.00) Seminggu 3 kali (selasa, kamis dan sabtu jam 13.00). 1. Sukabumi. Jl. Sukabumi. Umum dan masyarakat. 2. Banten. Jl. Banten. Umum dan masyarakat. 3. Pemkot. Jl. Cianjur. Khusus pemkot. 4. PT Delami. Jl. Sukarno Hatta. Seminggu sekali jam 12.00. 5. LP KB Waru. Jl. Jakarta. Seminggu sekali hari sabtu 13.00. 6. Majalengka. Jl. Majalengka. Umum / masyarakat. Seminggu dua kali Senin dan kamis jam 05.00. 7. Cibangkong 12. Jl. Cibangkong. Umum / masyarakat. Seminggu sekali hari selasa jam 06.00. 36. Tiap hari jam 06.00.

(41) No. Nama Lokasi. Lokasi / Alamat TPS Peruntukan. Jadwal Pengangkutan. 8. Maleer RW 03. Komp Maleer Indah. Umum / masyarakat. Seminggu sekali hari jumat jam 06.00. 9. Maleer RW 05. Jl. Jembatan Cibangkong. Umum / masyarakat. Seminggu sekali hari minggu jam 06.00. 10. Maleer RW 06. Jl. Jembatan IV. Umum / masyarakat. Seminggu sekali hari kamis jam 06.00. 11. Gumuruh. 12. Binongjati. 1 2. 3. 4. 5 6 7. 4.2.2. Batununggal indah Pasar modern Batununggal Len LIPI. Curug Ece. Umum / masyarakat Umum / Jl. Binong Jati masyarakat Kec Bandung Kidul Umum / Jl. Batununggal Indah masyarakat Komplek Khusus pasar Batununggal Batununggal Jl. Gumuruh. Satu rit perhari jam 06.00 Seminggu sekali hari minggu jam 12.00 Seminggu sekali hari kamis jam 13.00. Jl. Sukarno Hatta. Jl. Buah Batu. 2 rit perhari jam 06.00 dan 13.00. Umum / masyarakat. Seminggu 3 kali hari senin, Rabu dan Jumat jam 06.00. Umum / masyarakat Umum / Setiap hari sabtu jam Jakapurwa Jl. Jakapurwa masyarakat 06.00 Pool Umum / 2 rit perhari jam 05.00 Jl. Sekelimus Barat sekelimus masyarakat dan jam 11.00 Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 Adiyaksa. Jl. Adiyaksa. TPS Kota Bandung Wilayah Timur. Tabel 4.6 Lokasi TPS Kota Bandung Wilayah Timur. 37.

(42) No. 1 2 3. Nama Lokasi / Alamat Peruntuka Jadwal Lokasi TPS n Pengangkutan WILAYAH OPERASIONAL BANDUNG TIMUR Kec Arcamanik Pacuan Umum / Jl Pacuan Kuda kuda masyarakat Komplek Umum / RW 15 Cisaranten arcamanik masyarakat Cisaranten Umum / Jl Cisaranten Jati Jati masyarakat. 4. Cingised. 5. Cicukang. 6. Jl. Bojong Awi. 7. PU Binamarga. 8. Gading Regensi. 1. Subang. 2. Indramayu. 3. Cibatu. 4. Pratista. 1. RW 08 Cipadung. 2. Legit. 1 2. 1. Cempaka Arum Rancabolan g Derwati. RW 04 cisaranten kulon. Umum / masyarakat. Umum / masyarakat Umum / Jl.Bojong Awi masyarakat Khusus Komplek PU komplek Binamarga PU Komplek Gading Umum / Regensi masyarakat Kec Antapani Umum / Jl Subang masyarakat Umum / Jl Indramayu masyarakat Umum / Jl Cibatu masyarakat Umum / Jl Pratista masyarakat Kec Cibiru Jl Cicukang. Umum / masyarakat Umum / Jl AH Nasution masyarakat Kec Gedebage Umum / Jl Cempaka Arum masyarakat Umum / masyarakat Kec Rancasari Umum / Jl Derwati masyarakat RW 08 Cipadung. 38. Sabtu Rabu.

(43) No 2 3. Nama Lokasi Psr Ciwastra Bandung Inten. Lokasi / Alamat TPS. Peruntuka n Pasar dan Psr Ciwastra masyarakat Komplek Bandung Umum / Inten masyarakat Umum / masyarakat Umum / masyarakat Kec Buah Batu Umum / Jl Cipagalo masyarakat Umum / Komp Cijaura masyarakat Khusus Emeral tower Kec Mandalajati. Jadwal Pengangkutan. 4. RW 10, 11. 5. RW 13. 1. Cipagalo. 2. Cijaura girang. 3. Emerald Tower. 1. Cikadut. jl Cikadut / Makam cikadut. Umum / masyarakat. Setiap hari senin, Rabu dan Jumat. 2. Bandung Hill Side. kompTamansari Bukit Bandung. Umum / masyarakat. Setiap hari senin, Rabu dan Sabtu. 3. LP Sukamiskin. 4. Suka Asih. 1. Cijambe. 2. Pasar ujung Berung. 3. Cigending. 4. Ujung Berung Indah. 1. Cinambo Indah. 2. Golf. Umum / masyarakat Umum / Komp Suka Asuh masyarakat Kec Ujung Berung Umum / Jl. Cijambe masyarakat Pasar dan Psr Ujung Berung masyarakat Umum / Jl. Cigending masyarakat Jl AH Nasution. Komp Ujung Berung Indah. Umum / masyarakat. Kec Cinambo Umum / Jl. Cinambo masyarakat Umum / Jl. Golf masyarakat Kec Panyileukan 39. Setiap hari selasa. Selasa dan Jumat Kamis dan Sabtu.

(44) No 1 2 3 4. 4.3. Nama Lokasi. Lokasi / Alamat TPS. Peruntuka n. Panyileukan. komp Panyileukan. Umum / masyarakat. Jadwal Pengangkutan Setiap Selasa, Rabu, kamis dan jumat. Umum / Selasa dan Kamis masyarakat Psr Pasar dan Psr Gedebage Gedebage masyarakat POLDA Khusus POLDA JABAR JABAR POLDA Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015 Pangaritan. Jl. Pangaritan. Rute Pengangkutan Sampah yang Diteliti Rute kendaraan yang diteliti secara pengamatan langsung di lapangan. menggunakan sebuah tracker. GPS garmin dan sebuah aplikasi untuk. menampilkannya ke dalam gambar, sebagai berikut : A.. Bidang Operasional Wilayah Bandung Selatan Tabel 4.7 Rute pengangkutan sampah Kota Bandung wilayah selatan KENDARAAN NO NOPOL. JENIS. 1. D 8289 BO. DT 6 m³. 2. D 8030 C. DT 6 m³. 3. D 8011 B. DT 6 m³. 40. NAMA / LOKASI ROUTE. Dalem kaum Pendopo Mesjid Agung Kedai Nyonya Mie Naripan RM Atmosfir SMA 8 Bdg SMP 28 Bdg HUPDAM SMP 11 Bdg ITC kalapa Gedung Merdeka SMKN 1 Bdg Graha Manggala Stadion Siliwangi AJENDAD Bika Soga RM Bumus RM Ponyo Hotel Kumala Hotel Royal Place.

(45) KENDARAAN NAMA / LOKASI ROUTE. NO NOPOL. JENIS. Hotel Istana Cafe Almaarif 4. D 8040 EK. DT 6 m³. 5. D 8031 C. DT 6 m³. 6. D 8158 C. DT 6 m³. Pasar Kordon JL. A.Yani cicadas Gudang Jogja STSI Sukaati Menger Primarasa Jln. Windu SMA BPI. 7. D 8728A. RHB Sport. DT 10 m³. Borma Antapani SDM RM Sari Sunda 8. D 8364 C. DT 10 m³. 9. D 8249 C. DT 10 m³. TD Cicaheum Selai Negro Brand Depan Psr Kosambi. Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015. B.Bidang Operasional Wilayah Bandung Timur Tabel 4.8 Rute pengangkutan sampah Kota Bandung wilayah selatan NO. 1. KENDARAAN NOPOL. D 8733 A. JENIS. DT 10 m³. NAMA / LOKASI ROUTE Griya Ujungberung Jl.Bojong Awi Panorama Jl. Cikukang PT. Tanabe Abadi. 2. D 8734 A. DT 10 m³. Bunisari Simpang Sari Cipamokolan RW 02. 3. D 8250 A. DT 10 m³. Komplek Sentosa Asih Komplek Saluyu. 41.

(46) NO. KENDARAAN NOPOL. JENIS. NAMA / LOKASI ROUTE RS. Hermina Metro KFC Metro Superindo. 4. D 8301 C. DT 06 m³. Sentosa Asih RW 05 Sentosa Asih RW 06 Bebedahan Komp. Suka Asih Neglasari Cipadung RW 05 / RW 06. 5. D 8177 A. DT 06 m³. Tirtawening Komp. Vijaya Kusumah Manglayang Sari RW 13 Cilengkrang I Mandalajati RW 11 Komp. Giri Mande Jl. Bojong Awi Bak Bumi Asri. 6. D 8257 C. DT 06 m³. Telehouse Rusun Cingised Pasir Biru Auto 2000 Jarum Super. 7. D 8029 EK. DT 06 m³. 8. D 8027 EK. DT 06 m³. 9. D 8039 EK. DT 06 m³. 42. Apartement The Suttes Komp. Pasundan Sindang Laya RW 01 Cipadung Permai Cipadung RW 08 Komp. Palasari Manisi Cipagalo RW 07 Cicukang Guruminda Cisaranten Kidul RW 05 Cisaranten Kidul RW 06 Cisaranten Kidul RW 07 Buana Suta Kantor Kec. Gedebage Babakan Penghulu Kawaluyaan RW 04 Kawaluyaan RW 05 Cipamokolan RW 02 Tanabe Abadi.

(47) Sumber : Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung 2015. 4.4. Pengolahan Data. 4.4.1. Pembuatan Matrik jarak dan Matrik waktu wilayah selatan Langkah-langkah membuat matrik jarak sebagai berikut : 1. Menentukan node sebagai node central atau di sebut depot/ POOL dan node- node tujuan. 2. Membuat matrik jarak yaitu matrik jarak antara depot dengan node dan jarak antar node. Dengan matrik jarak yang simetris. 3. Diperoleh matrik penghematan.. Matrik jarak waktu ini merupakan matriks antar pool (depot) dengan TPS (node) dan antar TPS. Matriks jarak dan matrik waktu dapat dilihat pada tabel 4.9 Dan tabel 4.10 dibawah ini:. 43.

(48) IV-15. 620 4220 3810 4320 3800 5620 1300 1400. 5000 5410 4200 4430 5900 1000 1100. 410 7210 6690 1400 4700 3795. 6800 6280 1810 5110 4205. 36. 520 8450 5950 6150. 37. 38. 8970 6470 6670. 5200 4305. 39. 40 Depan Psr Kosambi. 2500 3120 5640 5230 2250 1730 7040 4300 3840. 35. TD Cicaheum. 34. RM Sari Sunda. 33. SDM. 3500 6000 6620 9170 8760 1550 2190 9700 7200 7400. 32. Borma Antapani. 1400 2100 4520 5150 7770 7360 150 790 8300 5800 6000. 31. RHB Sport. STSI. 1800 3200 300 2720 3350 5970 5560 1950 1430 7300 4000 4200. 30. SMA BPI. 6070 8290 9690 5400 4000 4620 2000 890 8440 7920 2700 4095 3200. 29. Jln. Windu. 700 5370 7590 8990 4700 3300 3920 1300 1710 7740 7220 1900 3395 2500. Gudang Jogja. 7200 6500 1800 3500 4900 2100 4520 5050 7800 7390 3650 2100 7900 6000 6470. JL. A.Yani cicadas. 7490 5990 5290 5790 7590 8990 5010 3090 2690 6590 6180 7390 6870 7990 550 2990. 28. Primarasa. 150 7340 5840 5140 5640 7440 8840 4860 2940 2540 6440 6030 7240 6720 7840 510 2840. 27. Menger. 40 190 7300 5800 5100 5600 7400 8800 4820 2900 2500 6400 5990 7200 6680 7800 470 2800. 26. Sukaati. 1700 900 750 5600 4100 3400 3900 5700 7100 3550 1100 760 4700 4290 5500 4980 6100 1300 1100. 25 Pasar Kordon. 1300 2000 1960 1810 4300 3500 2800 2600 4400 5800 2250 120 750 4100 3690 4200 3680 5500 1400 1600. 24 Cafe Almaarif. 2100 3400 3790 3750 3600 2200 4890 4190 480 2700 4100 150 2220 2850 5490 5080 2100 1580 6890 4150 3690. 23. Hotel Istana. 410 2510 4000 4200 4160 4010 1790 5300 4600 470 3170 4570 210 2630 3260 5900 5490 3020 2500 4600 4560 4100. 22 Hotel Royal Place. 5300 4990 3300 3100 2900 2860 3000 7190 4300 3600 5470 7690 9090 5140 3500 3100 4900 4490 7090 6570 6300 2700 3400. 21 Hotel Kumala. 450 4850 4540 2850 2650 2450 2410 2550 6740 3850 3150 5020 7240 8640 4690 3050 2650 4450 4040 6640 6120 5850 2250 2950. 20. RM Ponyo. 250 700 4600 4290 2600 2400 2200 2160 2300 6490 3600 2900 4770 6990 8390 4440 2800 2400 4200 3790 6390 5870 5600 2000 2700. 19. RM Bumus. 1600 1850 2300 5700 5290 3300 1950 2200 2160 2010 7490 6000 5300 5770 7990 9390 5440 3050 2710 6600 6190 7390 6870 8000 2560 3050. 18. Bika Soga. 1400 3000 3250 3700 4300 3890 1900 550 800 760 610 6090 4600 3900 4370 6590 7990 4040 1650 1310 5200 4790 5990 5470 6600 1160 1650. 17. AJENDAD. 3100 2850 4450 4700 5150 3550 3140 4550 2400 2600 2560 2410 5340 7350 6650 3620 5840 7240 3290 4670 3160 7950 7540 3450 4240 9350 3710 4650. 16 Stadion Siliwangi. 830 3800 3700 5300 5550 6000 3700 3290 4700 3200 3500 3460 3310 5490 7500 6800 3770 5990 7390 3440 4820 3960 8100 7690 3600 4390 9500 3860 4800. 15 Graha Manggala. 800 650 3700 3600 5200 5450 5900 2900 2490 3900 2400 2700 2660 2510 4690 6700 6000 2970 5190 6590 2640 4020 3160 7300 6890 2800 3590 8700 3060 4000. 14 SMKN 1 Bdg. 3000 3800 3610 3860 5760 4960 5210 5660 760 440 2560 3860 3960 3920 3770 2640 5060 4360 920 3140 4540 260 2680 3310 5660 5250 2990 2470 7060 4320 4260. 13 Gedung Merdeka. 160 2800 3600 3450 3700 5600 4800 5050 5500 600 280 2400 3700 3800 3760 3610 2480 4900 4200 760 2980 4380 100 2520 3150 5500 5090 2830 2310 6900 4160 4100. 12. ITC kalapa. 3700 3860 2600 2700 1950 1500 2600 2900 2650 2700 3800 3390 2100 850 1100 1070 920 5590 5000 4300 3870 6090 7490 3540 1950 1610 5600 5190 5940 5420 7000 1470 1950. 11 SMP 11 Bdg. 1400 3080 3240 3525 3625 2775 1380 2480 80 2230 2380 3120 2600 1020 1880 930 890 740 4920 3820 3120 3080 5300 6700 2750 890 520 4420 4010 5150 4700 5875 1185 875. 10. HUPDAM. 80 1480 3000 3160 3445 3545 2695 1300 2400 2400 2150 2300 3200 2700 1100 1800 850 810 660 5000 3900 3200 3180 5400 6800 2850 935 560 4500 4090 5250 4730 5900 1210 895. 9 SMP 28 Bdg. 1700 1780 3180 3745 3905 1745 1845 995 1955 1755 3520 3050 4220 3745 3345 3245 1945 2545 2105 1955 5645 6645 5245 3845 4645 6045 3495 3045 2705 6545 6135 4495 5285 7945 2505 3045. 8 SMA 8 Bdg. 150 1850 1930 3330 3880 4040 1880 1980 1130 2380 1820 3420 3680 4120 3880 3480 3380 2080 2680 2240 2090 5780 6780 5380 3980 4780 6180 3630 3180 2840 6680 6270 4630 5420 8080 2640 3180. 7 RM Atmosfir. 280 145 1980 2060 3460 3600 3760 1600 1700 850 2100 2000 3600 3850 4300 3600 3200 3100 1800 2400 1960 1810 5500 6500 5100 3700 4500 5900 3350 2900 2560 6400 5990 4350 5140 7800 2360 2900. 6 Mie Naripan. 5100 5380 5530 7230 7310 8710 1900 2060 4900 5700 5450 5500 6900 6200 6450 6900 1800 1900 4000 5300 7000 7040 7190 1300 5500 6200 1300 1900 3300 1600 4120 4740 6110 5700 2100 2620 8400 6700 5200. 5 Kedai Nyonya. POOL Dalem kaum Pendopo Mesjid Agung Kedai Nyonya Mie Naripan RM Atmosfir SMA 8 Bdg SMP 28 Bdg HUPDAM SMP 11 Bdg ITC kalapa Gedung Merdeka SMKN 1 Bdg Graha Manggala Stadion Siliwangi AJENDAD Bika Soga RM Bumus RM Ponyo Hotel Kumala Hotel Royal Place Hotel Istana Cafe Almaarif Pasar Kordon JL. A.Yani cicadas Gudang Jogja STSI Sukaati Menger Primarasa Jln. Windu SMA BPI RHB Sport Borma Antapani SDM RM Sari Sunda TD Cicaheum Selai Negro Brand Depan Psr Kosambi. 4 Mesjid Agung. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40. 3. Pendopo. TPS. 2 Dalem kaum. dari. 1. POOL. ke. Selai Negro Brand. Tabel 4.9 Matrik Jarak rute pengangkutan sampah Kota Bandung wilayah selatan. 895.

Referensi

Dokumen terkait

Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis

Dari segi pemasaran kedua produk ini memiliki peluang yang cukup besar karena tidak semua pesaing dalam bisnis ini memiliki keunggulan seperti PT Rumah Kreasi Utama yang

Melalui website ini pengunjung dapat melakukan pencarian informasi seperti perhitungan jarak antara tempat (rumah) kost, biaya sewa, fasilitas umum, ukuran kamar, jumlah

dengan ukuran ikan kecil (5 < x ≤ 10 cm), dari tiga lokasi budidaya yang berbeda, terlihat bahwa intensitas tertinggi yaitu pada lokasi budidaya Adhyaksa dengan nilai

Kisi-Kisi UAS Semester 1 (Ganjil) Bahasa Indonesia Kelas VII (7) dan Contoh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tablet Fe dengan vitamin C dan sari kurma terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada Siswi Anemia

Pengangkatan umpan hidup dari bagan apung dilakukan oleh dua orang ABK jaga, pertama kantong jaring bagan yang berisi umpan diperkecil agar mempermudah pada

Obat (--dopa ditemukan efektif untuk melawan tremor dan kekejangan otot terkait dengan penyakit Parkinson. Antihistamin adalah obat yang banyak digunakan untuk