• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS DAUN POHON MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN DAUN POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS DAUN POHON MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN DAUN POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIVITAS DAUN POHON MAHONI (Swietenia macrophylla)

DAN DAUN POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DALAM

MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA

Abd. Rahman Sedi1), Lintje Boekoesoe2), Sunarto Kadir3).

1Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Abd. Rahman Sedi

21Abdulrahman@gmail.com

2Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Lintje Boekoesoe

Lintjeboekoesoe@yahoo.co.id

3Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Sunarto Kadir

Sunarto.kadir@yahoo.co.id

Abstrak

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat berbahaya, salah satunya adalah Timbal (Pb). Tanaman Angsana (Pterocarpus Indicus) dan tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) selain berfungsi sebagai penyulai oksigen juga mempunyai kemampuan dalam menyerap polutan atau mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni Apakah tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) efektif dalam menyerap timbal. Dan tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan efektifitas tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) dalam menyerap timbal di udara. Jenis penelitian termasuk dalam penelitian Kuantitatif dengan metode komperatif. Populasi penelitian adalah seluruh daun pada pohon mahoni (Swietenia macrophylla) dan daun pohon angsana (Pterocarpus indicus). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan timbal terserap tertinggi terdapat pada daun angsana di jalan HB Yassin dengan kadar 326,24 ppm. Sedangkan kandungan timbal terendah yang terserap terdapat pada pohon mahoni dengan kadar 17,36 ppm. Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik mann whitney test diketahui signifikannya 0,275 > α=0,05. Hal itu menandakan bahwa secara uji statistik tidak ada perbedaan yang signifikan kadar timbal yang terdapat pada angsana dan mahoni. Namun secara rasio perbandingan rata-rata angsana dua kali lipat lebih banyak dari mahoni. Penanaman pohon peneduh yang berada di pinggir jalan divariasikan agar dapat berperan maksimal selain berfungsi menyuplai oksigen juga dapat menyerap polutan diudara dan mengurangi pencemaran diudara akibat emisi kenderaan bermotor.

Kata Kunci : Timbal (Pb), Mahoni (Swietenia macrophylla), Angsana (Pterocarpus

(2)

Abstract

The increase of motor vehicles number potentially promote the air pollution due to emissions of motor vehicles that emit harmful substances such as lead (Pb). Rosewood leaves (Pterocarpus indicus) and Mahogany leaves (Swietenia macrophylla) supply oxygen, absorb pollutant, and reduce air pollution which are caused by emissions of motor vehicles. The research problem was whether Rosewood plant (Pterocarpus indicus) and Mahogany plant (Swietenia macrophylla) are effective in absorbing lead or not. The research aimed at analyzing the difference of effectiveness between Rosewood plant (Pterocarpus indicus) and Mahogany (Switenia macrophylla) in absorbing lead (Pb) in the air. The research was classified into quantitative research through comparative method. Population was leaves of Mahogany leaves (Swietenia macrophylla) and Rosewood leaves (Pterocarpus indicus). Sampling applied purposive sampling. The result showed that The highest content of lead absorbed was Rosewood leaves in Jalan HB Jassin for 326,24 ppm. The lowest content of lead absorbed was Mahogany leaves for 17,36 ppm. Data analysis applied statistical test of Mann Whitney with level of significance 0,275 > α=0,05. It indicated that there was no significant differences in lead levels of Rosewood leaves and Mahogany leaves based on statistical test. However, based on the average ratio, Rosewood is two times more than Mahogany. Planting shade trees that are in the roadside is varied in order to contribute the maximum oxygen supply, pollutants absorption in the air, pollution reduction which are caused by caused by emissions of motor vehichles.

Keywords : Lead (Pb), Mahogany (Swietenia Macrophylla), Rosewood (Pterocarpus indicus), Air Pollution

1. PENDAHULUAN

Lingkungan tempat manusia hidup sangat mempengaruhi kualitas

kehidupan manusia. Salah satu

komponen yang sangat erat dalam kehidupan manusia adalah udara selain dari air dan makanan. Udara disekitar sangat peka terhadap pencemaran hal ini erat hubungannya dengan aktifitas manusia. Berbagai macam jenis polutan sebagai efek samping dari produk-produk yang diperlukan manusia, telah banyak yang mencemari udara yang diperlukan manusia. Bahan pencemar

seperti senyawa karbon (CO, CO2)

sulfide (SO2 SO3), Nitrogen (NO, NO2

N2O), dan partikel logam (Pb, Cd, As,

Hg), dan beberapa senyawa kimia lainnya yang terbukti mencemari udara

terutama didaerah industri dan

perkotaan. “Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran adalah terganggunya aktivitas kehidupan makhluk hidup,

terlebih apabila organisme tersebut tidak mampu mendegradasi bahan pencemar

tersebut, sehingga bahan tersebut

terakumulasi dalam tubuhnya. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan terjadinya biomagnifikasi dari organisme satu ke organisme yang lain yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi” (Sudarwin, 2008).

Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga agar tidak tercemar dan menjadi toksik atau racun saat masuk dalam tubuh. “Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara gas yang sangat sedikit tersebut diidentifikasi sebagai pencemar. Di

Indonesia, kurang lebih 70%

pencemaran udara disebabkan oleh

emisi kendaraan bermotor yang

(3)

Pb (timbal), NOx, HC, CO, SOx, dan Oksida fotokimia” (Trijayanti, 2010).

“Menurut data dari BPS Provinsi Gorontalo bahwa jumlah penduduk Kota Gorontalo pada tahun 2012 adalah 180.127 jiwa. Secara umum dapat diperkirakan bahwa populasi penduduk di Gorontalo akan berkembang dengan laju sekitar 2 persen per tahun yang secara langsung juga akan berdampak

pada perkembangan jumlah alat

transportasi yang ada di Gorontalo” (Boedoyo, 2003). Jenis alat transportasi yang digunakan di Kota Gorontalo terdiri, dari Angkutan pribadi yang terdiri dari sedan, wagon, jeep, dan sepeda motor. Angkutan umum terdiri dari bus, mikrolet, bentor. Angkutan barang yang terdiri dari truk barang, pick up, dan truk tangki. Sedangkan angkutan lain terdiri dari ambulan, alat berat dan pemadam kebakaran. Bahan bakar yang digunakan pada sektor transportasi kenderaan tersebut adalah premium dan minyak solar.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Gorontalo berpotensi menaikkan jumlah pencemaran udara hasil gas buang. Menurut Samsat Kota Gorontalo jumlah kendaraan bermotor yang ada di kota Gorontalo terus mengalami peningkatan dalam 3 tahun yakni dari tahun 2011-2013. Berikut ini adalah data jumlah kenderaan bermotor di Kota Gorontalo.

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan di Kota Gorontalo Tahun 2011 – 2013

Sumber : Data sekunder Samsat Kota Gorontalo Tahun 2014

2. KAJIAN PUSTAKA

Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara gas yang sangat sedikit tersebut diidentifikasi sebagai pencemar (Trijayanty, 2010).

Menurut Kristanto dalam

(Girsang, 2008) menyatakan bahwa “Berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangannya di udara pencemaran

udara dapat dibedakan menjadi

pencemaran udara primer dan

pencemaran udara sekunder.

Pencemaran udara primer yaitu semua pencemaran di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemaran udara primer mencakup 905 dari aktivitas manusia seperti industri ( cerobong asap industri ) dimana dalam industri tersebut

terdapat proses pembakaran yang

menggunakan bahan bakar minyak / batu bara, proses peleburan / pemurnian logam dan juga dihasilkan dari sektor transportasi ( mobil, bus, sepeda motor, dan lainnya ).

Polusi udara atau pencemaran

udara dapat menimbulkan berbagi

dampak yang sangat merugikan

manusia. Menurut Tugaswati (1995)

dalam Girsang (2008) “Dampak

terhadap kesehatan yang disebabkan

oleh pencemaran udara akan

terakumulasi dari hari - kehari.

Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan

kesehatan, seperti bronchitis,

emphysema dan kanker paru. Dampak

kesehatan yang diakibatkan oleh

pencemaran udara berbeda – beda antara individu. Populasi yang rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan

balita”. Kelompok balita lebih

kerentananya lebih besar dibandingkan

Tahun Jumlah Kenderaan

Roda 2 Roda 4

2011 41762 9349

2012 42774 10250

(4)

dengan orang dewasa karena kelompok balita lebih aktif dan dengan menghirup udara lebih banyak sehingga lebih banyak menghirup zat-zat pencemar.

Timbal adalah logam berat yang

bersifat toksik. Timbal dari sisa

pembakaran bahan bakar kendaraan merupakan kontributor utama timbal di udara. (Suryandari, 2010). Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008).

Pencemaran udara akibat

transportasi terutama terpusat di sekitar

daerah perkotaan dan itu semua

disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan. Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di kebanyakan jalan-jalan arteri kota) mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida serta zat-zat pencemar lainya dari kendaraan. “Dispersi pencemaran udara tergantung

pada beberapa kondisi, seperti

meteorologi, topografi, dan aerografi dari daerah perkotaan. Polutan (bahan pencemar) yang dominan adalah CO, SOx, NOx, THC (Total Hydro Carbon), dan TSP (Total Suspended Particulate) atau debu partikulat, dengan kontribusi CO, NOx, dan hidrokarbon berasal dari transportasi, SOx dari kegiatan industri, dan TSP umumnya dari kegiatan permukiman” (Sukarto, 2007).

Menurut Karliansyah (1999)

dalam Martuti (2013) “salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai

bioindikator. Kemampuan

masing-masing tumbuhan untuk menyesuaikan

diri berbeda-beda sehingga

menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan kemampuannya untuk menyerap dan mengakumulasikan

logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik”. Oleh karena itu tumbuhan dapat kita jadikan indikator awal untuk mengetahui pencemaran udara.

Menurut Anatari dan Sundra (2002) dalam Martuti (2013) Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan. Adapun tanaman peneduh yang ditanam di pinggir jalan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara

kimiawi, juga berfungsi sebagai

peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif.

Menurut yeti (2006) “Tanaman

yang dipergunakan untuk pohon

peneduh jalan, selain harus memenuhi persyaratan sebagai pohon pelindung jalan juga harus mempunyai bentuk yang praktis dan indah”. Dalam memilih pohon untuk pelindung jalan juga harus diperhatikan, antara lain:

1. Pohon tidak mempunyai akar yang besar dan cepat tumbuh, agar tidak merusak konstruksi tanah

2. Mempunyai akar yang (paling tidak) dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran lalu lintas berarti mudah hidup dengan subur dalam keadaan yang kurang baik. 3. Pohon mempunyai percabangan

dan ranting yang kuat dan tidak mudah tumbang

4. Tidak mempunyai buah yang

terlampau besar sehingga

membahayakan pemakai jalan. Proses penyerapan gas-gas yang terdapat di udara akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) pada proses fotosintesis atau terdeposisi oleh air hujan kemudian didifusikan oleh akar tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang stomata yang berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka jika tekanan air

(5)

lubang keluar masuk polutan walaupun secara umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar dapat masuk ke jaringan daun melalui sedikit stomata. Menurut Santoso (2012) menebutkan bahwa “Epidermis ini adalah target utama dari polutan udara, dimana polutan pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melalui lubang-lubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel

daun dan mempunyai pH sel.

Selanjutnya bereaksi dengan sel

mesofil”. Setiap tanaman mempunyai

karakteristik yang berbeda dalam

mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara. Pemilihan jenis tanaman penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai peneduh yang dapat memperbaiki iklim mikro, dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan terhadap penyebaran pulusi udara dari kendaraan.

3. METODE PENELELITIAN Jenis penelitian merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode komperatif dimana metode penelitian komperatif bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara dua atau lebih kelompok dalam aspek variabel yang dimiliki. Variabel Independen dalam Penelitian ini adalah Daun Tanaman Pohon Mahoni dan Daun Tanaman Pohon Angsana Serta Kadar Timbal di Udara adalah Variabel Dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh daun pada pohon mahoni (Swietenia macrophylla) dan daun pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang ada di 3 ruas jalan di Kota Gorontalo. yakni Jalan IR.H. Joesoef Dali, Jalan H.B Jasin dan Jalan

Kalimantan. Adapun teknik

pengambilan sampel daun yaitu

menggunakan metode purposive

sampling. Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Mann

Whitney Test dengan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian kandungan

timbal yang terserap pada 3 sampel daun angsana dan 3 sampel daun mahoni yang terdapat pada 3 ruas jalan yang berada di kota gorntalo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kadar Timbal (Pb) pada Angsana dan Mahoni

Sumber: Data Primer 2014.

Berdasarkan Tabel 4.1 di

peroleh hasil pengukuran kadar timbal di 3 (tiga) ruas jalan Kota Gorontalo diperoleh hasil kadar timbal pada tanaman angsana yaitu 390,19 ppm dimana kadar timbal tertinggi tanaman angsana terdapat pada Jalan HB.Yasin yakni 326,24 ppm dan kadar timbal terendah terdapat pada Jalan Joesoef Dali (JDS) yakni 27,03 ppm. Sedangkan kadar timbal pada tanaman mahoni yaitu 120,84 dimana kadar timbal tertinggi pada tanaman mahoni terdapat pada jalan jalan HB.Yasin yakni 80,75 ppm dan kadar timbal terendah terdapat pada jalan Kalimantan yakni 17,36 ppm.

Lokasi Kadar Timbal (ppm) Angsana Mahoni Jalan Kalimantan 36,92 17,36 Jalan HB.Yasin 326,24 80,75 Jalan Joesoef Dali (JDS) 27,03 22,73 Jumlah 390,19 120,84 Rata-Rata 130,06 40,28

(6)

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Kandungan Pb pada tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan mahoni (Swietenia macrophylla) Pada 3 ruas jalan di Kota Gorontalo

Berdasarkan Gambar 4.1

diperoleh hasil bahwa rata-rata kadar timbal pada tanaman angsana yang terdapat pada 3 ruas jalan di koto gorontalo lebih besar dari tanaman mahoni yakni 130,06 ppm, sedangkan rata-rata kadar timbal pada tanaman mahoni yang terdapat pada 3 ruas jalan di koto gorontalo yakni 40,28 ppm.

Perkembangan pembangunan di daerah perkotaan seperti pembangunan

pusat perkantoran, pemukiman

penduduk dan kegiatan lainnya dapat berdampak pada peningkatan volume

kendaraan. Bertambahnya jumlah

kendaraan mengakibatkan tingginya

pemakaian bahan bakar sehingga akan

memberikan dampak negatif yaitu

meningkatkan kadar polutan di udara akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor.

Logam berat timbal (Pb)

merupakan salah satu jenis emisi gas

buang diudara selain karbon

monooksida CO, karbon dioksida (CO2)

Nitrogen Oksida (NOx) dan Sulfur

Dioksida (SOx) yang dapat menyebabkan

pencemaran udara akibat aktivitas

pembakarann bahan bakar oleh

kenderaan bermotor. Menurut Supriatno,

1998 (dalam Agustina, 2008)

Menyebutkan “Senyawa Pb termasuk jenis logam berat yang sangat berbahaya manusia. Bahaya timbal bagi kesehatan, mulai dari gangguan pendengaran,

penurunan IQ, gangguan ginjal,

gangguan pertumbuhan dan fungsi

penglihatan sampai mengakibatkan

anemia dan kerusakan sistem saraf”. Oleh karena besarnya dampak negatif timbal (Pb) terhadap manusia

maka diperlukan tindakan untuk

mereduksi Pb dari udara. Salah satu

metode untuk menanggulangi

pencemaran Pb di udara yang

diakibatkan oleh akibat emisi

(pelepasan) dari asap kendaraan

bermotor adalah dengan menggunakan tanaman peneduh/tanaman penghijau yang berperan untuk menyerap logam berat di udara. Keberadaan tanaman penghijauan yang ada di sepanjang jalan dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam mengurangi pencemaran udara (Sulasmini, 2007).

Tanaman penghijau yang

digunakan sebagai alternatif untuk mereduksi timbal (Pb) diudara antara

lain yaitu Angsana (Pterocarpus

indicus) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Berdasarkan Tabel 4.1 di peroleh hasil pengukuran kadar timbal di 3 (tiga) ruas jalan Kota Gorontalo dimana Kadar timbal tertinggi tanaman angsana terdapat pada Jalan HB.Yasin yakni 326,24 ppm dan kadar timbal terendah terdapat pada Jalan Joesoef Dali (JDS) yakni 27,03 ppm. Sedangkan kadar timbal tertinggi pada tanaman mahoni terdapat pada jalan jalan HB.Yasin yakni 80,75 ppm dan kadar timbal terendah terdapat pada jalan Kalimantan yakni 17,36 ppm.

Beravariasinya kadar timbal

(Pb) yang terserap pada masing-masing

tanaman peneduh/penghijau baik

tanaman angsana maupun tanaman mahoni yang berada di 3 (tiga) ruas jalan di Kota Gorontalo disebabkan oleh 0 50 100 150 Angsana Mahoni 130.06 40.28 K adar T im bal (pp m ) Jenis Daun Rata-…

(7)

beberapa faktor diantaranya adalah jumlah kenderaan bermotor, jumlah

tanaman peneduh/penghijau yang

terdapat di sekitar jalan serta jarak dari sumber pencemar.

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa kadar timbal

tanaman angsana tertinggi terdapat di Jalan HB. Yasin yaitu 326,24 ppm. Dari

hasil observasi peneliti hal ini

disebabkan oleh karena kurangnya jenis dan jumlah tanaman peneduh/penghijau yang ditanam disekitar jalan HB Yasin

menyebabkan kadar timbal hanya

diserap oleh tanaman angsana saja sehingga kadar timbal tanaman angsan di Jalan HB Yasin sangat tinggi. Pernyataan ini diperkuat oleh Siregar, 2005 (dalam Inayah, 2010) “bahwa banyaknya tanaman penutup serta jenis tanaman di sekeliling tanaman tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi kandungan Pb pada tanaman”.

Sementara itu dari hasil

penelitian menunjukan bahwa kadar timbal (Pb) terendah tanaman angsana terdapat di Jalan Joesef Dali (JDS) 27,03

ppm. Berdasarkan hasil observasi

peneliti hal ini disebabkan oleh karena di Jalan Joesoef Dali tersebut terdapat jenis tanaman penghijau/peneduh yang bervariasi diantaranya tanjung dan glodokan sehingga timbal yang terdapat di udara terserap bukan hanya pada tanaman angsana namun pada pohon penghijau/peneduh lainnya.

Untuk Tanaman Mahoni kadar timbal tertinggi terdapat di Jalan HB. Yasin yakni 80,75 ppm. Sama halnya dengan tanaman angsana yang terdapat di Jalan HB. Yasin, hal ini disebabkan oleh karena kurangnya jenis tanaman peneduh/penghijau yang berada di jalan tersebut. Selain kurangnya jenis/variasi tanaman penghijau/peneduh hal lain yang menyebabkan tingginya kadar timbal (Pb) di Jalan HB Yasin oleh

karena jarak tanaman

penghijau/peneduh yang dekat dengan jalan raya. Menurut Antari dan Sundra

(2002) Menyatakan bahwa “kandungan Pb lebih banyak pada tanaman tepi jalan

yang padat kendaraan bermotor

dibandingkan dengan kandungan Pb pada tanaman sejenis dari lokasi yang jauh dari pinggir jalan”.

Sedangkan kadar timbal

tanaman mahoni terendah terdapat di Jalan Kalimantan yaitu 17,36 ppm. Rendahnya kadar timbal pada tanaman

mahoni yang terdapat di Jalan

Kalimantan dapat disebabkan oleh

karena pengambilan sampel yang

dilakukan pada malam hari sehingga

jumlah kederaan bermotor yang

melewati jalan kalimantan telah

berkurang. Menurut Antari dan Sundra, 2002 (dalam Inayah, 2010) menyatakan

bahwa “semakin banyak jumlah

kendaraan bermotor yang lewat pada suatu jalan raya maka semakin tinggi pula kandungan polutan Pb yang di emisikan ke lingkungan sekitar”.

Untuk mengetahui adanya

perbedaan efektivitas tanaman Angsana

(Pterocarpus indicus) dan mahoni

(Swietenia macrophylla) dalam

menyerap timbal di gunakan uji statistik non parametrik Mann Whitnet U Test. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Mann Whitney Test diketahui nilai signifikannya (Pvalue) adalah 0,275 >

α=0,05. Maka dengan demikian H0

diterima sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan efektifitas tanaman Angsana (Pterocarpus indicus)

dan tanaman mahoni (Swietenia

macrophylla) dalam menyerap timbal (Pb).

Hal ini dikarenakan oleh karena jumlah sampel yang diteliti sedikit, sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan efektifitas tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) dalam menyerap timbal (Pb), dan hal tersebut

yang menjadi keterbatasan dalam

penelitian ini.

Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan

(8)

tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan mahoni (Swietenia macrophylla) dalam menyerap timbal akan tetapi berdasarkan gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Kandungan Pb pada tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dan mahoni (Swietenia macrophylla) Pada 3

ruas jalan di Kota Gorontalo

menunjukan bahwa rata-rata kadar timbal pada tanaman angsana lebih besar dari tanaman mahoni yakni 130,06 ppm, sedangkan rata-rata kadar timbal pada tanaman mahoni yakni 40,28 ppm.

Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan jenis tanaman dan juga disebabkan oleh morfologi daun yang berbeda. Permukaan daun angsana yang berkerut sementra daun mahoni mempunyai permukaan daun yang licin. Menurut Hendrasarie, 2007 (dalam Amintarti, 2011) menyatakan bahwa “Kemampuan tanaman dalam menyerap timbal sangat dipengaruhi keadaan permukaan daun tanaman. Daun yang mempunyai bulu atau daun yang permukaanya kesat (berkerut) mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menyerap timbal daripada daun yang mempunyai permukaan lebih licin dan rata.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penilitian yang telah dilakukan serta membuktikan apakah ada perbedaan pada daun pohon mahoni dan daun pohon angsana dalam

menyerap timbal di udara maka

diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

Rata-rata kandungan timbal yang

terserap pada daun pohon Mahoni

(Swietenia macrophylla) adalah

40,28ppm. Kadar timbal tertinggi yang diserap oleh pohon mahoni terdapat

pada jalan HB Yassin sebesar

80,75ppm. Kemudian pada jalan Joesop

dali (JDS) sebesar 22,73ppm.

Sedangkan pada jalan Kalimantan

sebesar 17,36ppm. Dan Rata-rata

kandungan Timbal yang diserap oleh daun pohon Angsana (Pterocarpus

indicus) adalah 130,06ppm. Kadar timbal yang tertinggi diserap oleh daun pohon angsana pada jalan HB Yassin sebesar 326,24ppm, kemudian pada jalan Kalimantan sebesar 36,92ppm, dan pada jalan Joesoep dali (JDS) sebesar 27,03ppm. Berdasarkan uji statistik bahwa tidak terdapat perbedaan kadar timbal yang siginifikan antara daun pohon mahoni (Swietenia macrophylla) dan daun pohon Angsana (Pterocarpus indicus). Namun secara rasio

perbandingan rata-rata Angsana

memiliki kadar timbal dua kali lipat lebih banyak dari Mahoni.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amintarti, S. 2011. Akumulasi Timbal (Pb) dan Struktur daun Angsana

(Pterocarpus indicus Willd)

Sebagai Tumbuhan Peneduh di

Kota Banjarmasin. Jurnal,

Jurusan Biologi

F.MIPA-UNUD.

Antari, A.A.R.J., Dan Sundra, I.K. 2002.

Kandungan Timah Hitam

(Plumbum) Pada Tanaman

Peneduh Jalan di Kota

Denpasar. Jurnal. Jurusan

Biologi F. MIPA-UNUD

Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Girsang, E. 2008. Hubungan kadar

timbale di udara ambient

dengan timbal dalam darah

pada

pegawai

dinas

perhubungan terminal antar

kota Medan. Tesis. Sekolah

Pascasarjana

Universitas

Sumatera Utara.

Inayah, S.N., Las, T dan Yunita, E. 2010. Kandungan Pb Pada Daun Angsana (Pterocarpus indicus)

dan Rumput Gajah Mini

(Axonopus.Sp) di Jalan Protokol Kota Tanggerang. Valensi Vol.2 No.1, Nop 2010 (340-346) ISSN: 1978-8193.

(9)

Palar, H.. 2008. Pencemaran dan

Toksikologi

Logam

Berat.

Jakarta: Rineka Cipta

Sulasmini L.K.,Mahendra M.S dan Lila, K.A. 2007. Peranan Tanaman Penghijauan Angsana, Bungur dan Daun Kupu-Kupu Sebagai Penyerap Emisi Pb dan Debu Kenderaan Bermotor di Jalan Cokroaminoto, Melati, dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar. Jurnal. Fakultas Pertanian

Universitas Warmadewa.

VOLUME 2 NO.1 MEI 2007. ISSN 1907-5626

N. A.Y. 2006. Penghijauan untuk

Mengurungi

Pencemaran.

Azka Mulia Media

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, S. N. 2012. Penggunaan

Tumbuhan Sebagai Pereduksi

Pencemaran

Udara

Plant

Application As Reducer Air

Pollution. Jurnal. Jurusan

Teknik

Lingkungan-FTSP-ITS.

Suryandari, E.S., dan Hm Sulchan.

2010.

Perbedaan

Kadar

Timbal (Pb) Pada Minuman

Berdasarkan

Kekerapan

Pohon Peneduh dan Lama

Pajanan. Artikel Penelitian,

Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Diponegoro

Semarang

Trijayanti, R. 2010. Pengaruh timbal (Pb) pada udara jalan tol terhadap gambaran mikroskopis hepar dan kadar timbal (Pb) dalam darah mencit balb/c jantan. Karya tulis ilmiah. Fakultas Kedokteran: UNDIP

(10)

Gambar

Gambar  4.1  Diagram  Rata-Rata  Kandungan  Pb  pada  tanaman  Angsana  (Pterocarpus  indicus)  dan  mahoni  (Swietenia  macrophylla)  Pada  3  ruas  jalan di Kota Gorontalo

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada hasil pengkodingan indikator Time diperoleh data bahwa seluruh foto demonstrasi anti kenaikan BBM 2012 Harian Kompas yang lebih dominan menampilkan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang cara kerja, kegiatan dan konsep yang digunakan LAZISMU Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan

Pada model ini terdapat dua titik setimbang, yaitu titik setimbang kepunahan prey dan titik setimbang kedua spesies, yaitu predator dan prey hidup

Sedangkan hak pengusaha antara lain: (1) mendapatkan hasil pekerjaan dari pekerja, (2) membuat tata tertib perusahaan, (3) memberikan sanksi atau denda

Oleh karena itu diperlukan data atau informasi, apakah biaya yang ditimbulkan dengan perubahan Upah Minimum Regional (UMR) akan mengakibatkan adanya peningkatan produktivitas

memahami materi-materi kuliah Psikologi Umum selama ini?, Apakah dosen telah menerapkan strategi pembelajaran yang tepat pada materi kuliah Psikologi Umum?,

Merozoit yang menginfeksi eritrosit berubah menjadi tropozoit muda dan jika telah matang berubah lagi menjadi skizont yang dapat pecah kembali dan melepaskan merozoit lain yang

6 LOG.OO09.006.01 Merancang gambar teknik secara rinci (lanjut) 7 LOG.OO09.007.01 Menggambar bagian mesin secara rinci (lanjut) 8 LOG.OO09.008.01 Merancang struktur bagian secara