VII. EVALUASI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DAN PERANCANGAN PROGRAM
Dengan uraian hasil analisa terhadap pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional, maka proses evaluasi kegiatan tersebut dapat dijelaskan dengan menguraikan pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan, persepsi warga belajar selaku sasaran kegiatan keaksaraan terhadap pelaksanaan KF, uraian tindaklanjuti keberlanjutan Program Keaksaraan Fungsional dan perencanaan kegiatan sebagai exit strategi Kegiatan Keaksaaraan Fungsional yang diuraikan sebagai berikut :
7.1. Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional
Kegiatan monitoring dan evaluasi dimulai sejak dalam pelaksanaan dan setelah kegiatan Keaksaraan Fungsional selesai. Monitoring perlu dilakukan secara terus menerus meliputi semua aspek sejak dari pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional. Monitoring diharapkan dapat memberi informasi terutama untuk membantu mengembangkan kemajuan pelaksanaan, agar penyimpangan dapat diketahui lebih dini dan solusi dapat dilakukan lebih cepat.
Monitoring sangat berguna untuk mengecek dan meyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional telah sesuai dengan peraturan yang berlaku evaluasi sering dilakukan sebagai suatu upaya untuk melihat lebih mendalam informasi suatu program yang diinginkan. Walaupun demikian, adanya suatu sistem monitoring regular yang berfungsi dengan baik akan membantu keberhasilan pelaksanaan evaluasi.
Monitoring dan evaluasi kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan fungsi manajemen sebagai umpan balik bagi perbaikan, dapat menghindarkan
organisasi dari mengulangi kesalahan yang sama, serta akan dapat menemukan dan mengenali berbagai masalah yang ada di dalam organisasi dan mencoba mencari solusinya. Evaluasi dilakukan dengan cara mengecek keakuratan data dalam pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional yang ada, namun dengan cara lebih bijaksana dalam memperoleh data, sehingga data yang hanya berkriteria cukup dapat saja digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Penggunaan data dan informasi guna melakukan evaluasi. Hasil evaluasi diperlukan untuk upaya perbaikan dalam penyelenggaraan kegiatan Keaksaraan Fungsional di masa yang akan datang.
Secara umum proses monitoring dan evaluasi kegiatan ditekankan pada evaluasi terhadap perencanaan sebelumnya dan iplementasi kegiatan, secara skematik sehingga dapat menempatkan proses evaluasi dapat memberikan masukan, tidak hanya pada pelaksanaan program, tetapi juga pada perencanaan. Perencanaan secara langsung dapat dievaluasi melalui desk evaluation, apakah perumusan program perencanaan telah memenuhi kriteria
program. Selain dari itu, perencanaan dapat dievaluasi melalui pelaksanaan program, jika diperoleh kegagalan di lapangan apakah salah yang pelaksanaannya atau perencanaannya. Temuan dilapangan boleh jadi menunjukkan yang salah adalah perencanaannya. Sebagai salah satu contoh pembangunan sekolah baru yang tidak dapat meningkatkan APK/APM, adapun tujuan dari pendirian USB adalah dalam rangka meningkatkan daya tampung siswa. Ternyata kesalahannya pada perencanaan, yaitu calon masukan siswa tidak dijadikan pertimbangan dalam menetapkan lokasi sekolah.
Bahan-bahan yang dapat dipertimbangkan sebagai untuk evaluasi program adalah sebagai berikut:
• Laporan pengawas sekolah (SD/MI) dan pengawas bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) masing-masing cabang dinas pendidikan di kecamatan.
• Hasil monitorng Tim Tingkat Kabupaten yang terdiri dari pejabat struktural dalam lingkup Pemda Karawang.
• Berita pada media massa yang berkaitan isu-isu aktual kegiatan Keaksaraan Fungsional terutama media massa lokal.
• Hasil berbagai rapat koordinasi Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang termasuk koordinasi dinas dengan Cabang Dinas dan para ketua PKBM. • Laporan bulanan kegiatan Keaksaraan Fungsional dengan menekankan data
dinamis perkembangan kegiatan pada masing-masing kecamatan dan desa sasaran kegiatan.
• Hasil evaluasi baik evaluasi internal maupun yang dilakukan oleh pihak luar yang bersifat independen.
• Hasil analisis pengembangan kapasitas pengelolaan kegiatan pendidikan yang menyeluruh di tingkat kabupaten, termasuk
• Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan kegiatan PPK-IPM khususnya berkaitan dengan Program penuntasan buta aksara.
Dari berbagai analisis terhadap laporan-laporan di atas diharapkan dapat diidentifikasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh lemahnya evaluasi dan masalah mana yang disebabkan oleh lemahnya implementasi di lapangan. Kelemahan yang diakibatkan oleh perencanaan perlu mendapat perhatian agar kesalahan dalam perencanaan tahun sebelumnya tidak terulang kembali.
Proses evaluasi dan monitoring pada kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM, keseluruhan menjadi tugas Penanggungjawab Program (PJP) Bidang Pendidikan Tingkat Kabupaten dan PPK-IPM Tingkat Provinsi. Tugas dan Fungsi Monitoring dan Evaluasi bidang pendidikan PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut :
1) Tim Monitoring dan Evaluasi PPK-IPM bidang pendidikan Kabupaten Karawang merupakan organ yang berfungsi menjamin kesuksesan pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM selaku internal auditor.
2) Tim Monitoring dan Evaluasi bidang pendidikan PPK-IPM Kabupaten Karawang diketuai oleh PJP bidang pendidikan yang dibantu oleh pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) kegiatan Keaksaraan Fungsional, dan dibantu oleh anggota lainnya.
3) Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi bidang pendidikan PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah PNS di lingkungan dinas pendidikan Kabupaten Karawang yang ditunjuk oleh Bupati sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya. 4) Tim Monitoring dan Evaluasi bidang pendidikan PPK-IPM membawahi
sejumlah personel hasil seleksi yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan berbasis pada prinsip efisiensi dan efektivitas kinerja Tim.
5) Tim Monitoring dan Evaluasi bidang pendidikan PPK-IPM Kabupaten Karawang mempunyai fungsi:
a. Perencanaan serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja bidang pendidikan PPK-IPM Kabupaten Karawang;
b. Pelaksanaan monitoring terhadap kesesuaian antara perencanaan dengan implementasinya di awal, di tengah, dan di akhir pelaksanaan program;
c. Pelaksanaan proses pendampingan bila PPTK menemui kesulitan dalam penentuan mekanisme dan disain kegiatan yang lebih rinci agar dapat mencapai target dengan jelas;
d. Penyampaian laporan secara berkala bulanan, laporan tahunan, dan laporan akhir penyelenggaraan PPK-IPM kepada Bupati.
Monitoring dan Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM di Kabupaten Karawang, mengingat banyaknya kendala dan permasalahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang dilaksanakan guna mendukung keberhasilan tujuan dan sasaran PPK-IPM, sehingga sasaran akhir barupa pencapaian akselerasi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Karawang dapat terwujud dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pencapaian IPM Jawa Barat yaitu 80 pada tahun 2010.
Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang, yaitu :
1) Memonitor dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM di Kabupaten Karawang berdasarkan pada Dokumen Perencanaan yang telah di susun dan disepakati, yaitu Participatory Business Plan, Participatory Activity Plan, Dokumen Anggaran dan Dokumen
Kelengkapan lainnya.
2) Mengidentifikasi, mengantisipasi dan menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional secara dini kemudian merumuskan alternatif pemecahannya sebagai rekomendasi kepada para pelaksana kegiatan (Satlak Bidang, PPTK, Stakeholders).
Adapun yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah :
1) Terlaksananya kegiatan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah
disusun dan disepakati (Participatory Activity Plan, Dokumen Anggaran dan Dokumen lainnya).
2) Terwujudnya penyusunan laporan-laporan yang meliputi laporan pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan, laporan realisasi fisik dan keuangan, serta rencana kerja pada bulan yang berikutnya dari kegiatan Keaksaraan Fungsional.
3) Mendukung tercapainya target keberhasilan kinerja yang merupakan tujuan dan sasaran kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Tim Monev dan analisa yang dilakukan peneliti terungkap bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional masih ditemukan beberapa permasalahan, antara lain :
a. Ditinjau dari sasaran program terungkap bahwa target kegiatan keaksaraan fungsional sebanyak 117.710 jiwa, namun dari hasil capaian program baru dapat terentaskan sekitar 15.000 warga belajar yang didanai oleh Program PPK-IPM bidang pendidikan pada tahun 2007. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya sinergi dari anggaran dan program lain baik berasal dari pemerintah pusat maupun APBD Kabupaten Karawang agar target pengentasan buta aksara dapat tercapai. Di lain pihak Satlak PPK IPM dan Pemerintah kabupaten Karawang perlu juga mengkaji usulan dan rekomendasi untuk akselerasi pengentasan target buta aksara melalui usulan program dan kebijakan bidang pendidikan serta peningkatan cakupan pelayanan kegiatan keaksaraan fungsional.
b. Ditinjau dari petunjuk teknis dan pelaksanaan kegiatan keaksaraan fungsional masih ditemukan ketidaksesuian penyelenggaraan kegiatan dengan petunjuk teknis yang ada namun sifatnya kasuistis dan hanya lingkupnya kecil, sebagai
contoh failitas belajar warga kurang refresentatif karena sulitnya mencari tempat yang memadai. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan yang lebih baik terhadap penyelenggaraan proses belajar masyarakat sehingga tujuan kegiatan keaksaraan dapat tercapai lebih optimal.
c. Ditinjau dari efektifitas program keaksaraan fungsional terungkap bahwa anggaran kegiatan sebesar Rp. 2.899.824.000,- yang diperuntukan untuk pengentasan terhadap 15.000 warga belajar dinilai cukup efektif mengingat waktu penyelenggaraan singkat yaitu 30 hari dan biaya yang cukup murah sekitar Rp. 200.000,- per warga belajar telah mampu menjadikan masyarakat tadinya buta aksara menjadi mampu membaca dan menulis. Dalam proses penyelenggaraan kegiatan KF perlu merekrut tenaga tutor dari masyarakat yang sebelumnya diberikan pendidikan dan pelatihan, disamping itu menyiapkan sasaran warga belajar perlu ditunjang oleh akomodasi yang cukup agar masyarakat tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut.
7.2. Persepsi Warga Belajar Terhadap Implementasi Pelaksanaan Kegiatan
Keaksaraan Fungsional
Yang menjadi target sasaran kegiatan keaksaraan fungsional adalah 15.000 warga belajar (750 Kejar) dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Warga masyarakat usia 15-44 tahun b. Penduduk Buta Huruf Murni
c. Dropt Out (DO) SD/MI kelas 1, 2 dan 3.
Penetapan lokasi kelompok sasaran kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF) Life Skills ditetapkan mengacu kepada hasil pendataan BPS pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Karawang. Lokasi kelompok sasaran yang akan diintervensi dalam Tabel 11, sebagai berikut :
Tabel 11. Lokasi Sasaran Kegiatan Keaksaraan Fungsional
NO KEGIATAN SASARAN
WB LOKASI KEC. DESA 1 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1300 WB Pakisjaya 5 2 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1500 WB Batujaya 5 3 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1400 WB Cibuaya 5 4 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1400 WB Pedes 5 5 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1300 WB Cilebar 5 6 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1300 WB Tempuran 5 7 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1300 WB Cilamaya Wetan 5 8 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1400 WB Cilamaya Kulon 5 9 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1300 WB Rawamerta 5 10 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1400 WB Lemahabang 5 11 Keaksaraan Fungsional plus Life Skills 1400 WB Telukjambe Barat 5 Sumber : Satlak PPK IPM Kab. Karawang,2007
Kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM telah disosialisasikan kepada masyarakat di 55 desa di 11 kecamatan yang menjadi sasaran kegiatan PPK-IPM termasuk stakeholder sebagai unit pendukung yang terlibat. Penentuan fokus spesifik telah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Usulan yang diajukan dalam kegiatan keaksaraan fungsional dipilih berdasarkan pemikiran-pemikiran yang mendalam disertai dengan basis data yang akurat sehingga pada implementasinya diharapakan dapat menjawab tantangan yang semakin kompleks. Kegiatan keaksaraan fungsional dilaksanakan melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1. Menjalin kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dan Stakeholders yang lain (Ponpes, LSM dan Perti).
2. Melibatkan partisipasi masyarakat secara luas melalui berbagai kegiatan penyuluhan.
Tata cara seleksi calon kelompok sasaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Identifikasi, dalam proses identikasi data ini mengacu kepada data sasaran yang sudah ada di BPS kemudian diverifikasi lagi ke lapangan dengan menggunakan para tenaga lapangan baik Penilik PLS, TLD dan FDI dibantu oleh aparat desa setempat
b. Rekruitment Warga belajar, dilakukan dengan bantuan tenaga lapangan baik Penilik PLS, TLD dan FDI dibantu oleh aparat desa setempat.
Penetapan lokasi kelompok sasaran kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF) Life Skills ditetapkan mengacu kepada hasil pendataan BPS pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Karawang. Lokasi kelompok sasaran yang akan diintervensi adalah sebagaimana Tabel 12 :
Tabel 12. Lokasi Kelompok Sasaran Kegiatan Keaksaraan Fungsional
NO KECAMATAN DESA PKBM JUMLAH WB
1 TELUKJAMBE BARAT 1. KARANGMULYA KARYA BAKTI 300
2. MEKARMULYA AL-MUJAHIDIN 300
3. MULYAJAYA SARI JAYA 300
4. PARUNGSARI SURYA LAKSANA 200
5. KARANGLIGAR PUSPA LIGAR 300
2 CILAMAYA WETAN 1. RAWAGEMPOL KULON BINA BANGSA MANDIRI 200
2. RAWAGEMPOL WETAN SENTRA WINAYA 200
3. SUKATANI PUSPA INDAH 300
4. MUARA SAMUDRA 300
5. TEGALSARI UMMUL YATAMA 300
3 CILAMAYA KULON 1. MUKTIJAYA SRI MUKTI 300
2. SUKAJAYA BINA BAHARI 300
3. TEGALURUNG SINGAPERBANGSA 2 200
4. LANGENSARI ANNUR AENI 300
5. SUMURGEDE SINGAPERBANGSA 1 300
4 LEMAHABANG 1. KARYAMUKTI AL-FUDHOLA 300
2. LEMAHMUKTI DEWI SARTIKA 300
3. PULOMULYA BINA KARYA 300
4. CIWARINGIN MIFTAHUL QULUB 200
5. PULOJAYA MITRA JAYA ABADI 300
5 RAWAMERTA 1. MEKARJAYA JAYA SAMPURNA 200
2. BALONGSARI SARI MEKAR 200
3. CIBADAK BUDI MEKAR 300
4. PASIRKALIKI BINA MEKAR 300
6 TEMPURAN 1. CIPARAGEJAYA HAYATI PLUS 300
2. JAYANEGARA PANGARTI 200
3. CIKUNTUL RIYADUL FALIHIN 300
4. SUMBERJAYA CITRA MANDIRI 300
5. DAYEUHLUHUR MELATI 200
7 CILEBAR 1. PUSAKAJAYA SELATAN PANTURA JAYA 200
2. PUSAKAJAYA UTARA BINA PANTURA 200
3. SUKARATU RATU KENCANA 300
4. CIKANDE HARAPAN BANGSA 300
5. RAWASARI RAWASARI 300
8 PEDES 1. SUNGAIBUNTU MERDEKA 300
2. DONGKAL BINA WARGA 300
3. MALANGSARI SUDIRMAN 300
4. KENDALJAYA BAHARI JAYA 300
5. JATIMULYA SINGAPERBANGSA 200
9 CIBUAYA 1. GEBANGJAYA BINA HARAPAN 300
2. CEMARAJAYA BAHARI JAYA 200
3. SADARI WANA BAHARI 300
4. KALIDUNGJAYA MIFTAHUL ULUM 300
5. SUKASARI RIYADUL MUTAALIMIN 300
10 BATUJAYA 1. BATUJAYA AL-MUKAROHMAH 200
2. KARAYAMULYA DARUSSALAM 300
3. KARYABAKTI KARYABAKTI 300
4. TELUKBANGO AL-ISLAH 300
5. KUTAAMPEL SAUYUNAN 300
11 PAKISJAYA 1. TELUKBUYUNG MITRA UMAT 300
2. TANAH BARU NURUL YAKIN 300
3. TELUKJAYA NURUL IMAN 200
4. TANJUNGMEKAR BAITURROHIM 300
5. SOLOKAN KENANGA 300
Sumber : Satlak PPK IPM Kab. Karawang, 2007
Salah satu tugas Satlak PPK-IPM bidang Pendidikan adalah melaksanakan program pemberantasan buta huruf melalui kegiatan pembelajaran Keaksaraan Fungsional. (KF). Kegiatan keaksaraan fungsional merupakan kegiatan pokok yaitu mempercepat penuntasan buta aksara khususnya bagi penduduk usia 10-44 tahun. Tujuan utama program keaksaraan fungsional adalah membelajarkan warga belajar agar dapat memanfaatkan kemampuan dasar baca, tulis, dan hitung (calistung) dan kemampuan fungsionalnya sesuai kondisi daerah yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya untuk mengetahui persepsi warga belajar terhadap implementasi kegiatan keaksaraan fungsional diuraikan pada Tabel 13, sebagai berikut :
Tabel 13. Persepsi Warga Belajar terhadap Implementasi Pelaksanaan Peningkatan SDM melalui Kegiatan Keaksaraan Fungsional
No Pernyataan Jumlah Nilai Yang Diperoleh Jumlah Nilai Yang ditetapkan Prosentase
1 Masyarakat dan stakeholder lainnya mengetahui dan turut terlibat dalam kegiatan Keaksaraan Fungsional
380 495 77%
2 Masyarakat sasaran dapat memanfaatkan kesempatan belajar
dalam kegiatan keaksaraan fungsional yang dirasakan sangat membantu dalam peningkatan pengetahuan dan kemampuan keaksaraan.
365 495 74%
3 Kegiatan keaksaraan fungsional dirasakan manfaatnya oleh warga belajar dapat meningkatkan kemampuan dalam kompetensi keaksaraan
405 495 82%
4 Program pendanaan kompetisi melalui kegiatan keaksaraan fungsional mampu mengembangkan kemampuan dan minat membaca masyarakat
376 495 76%
Jumlah 1526 1980 77 %
Dari Tabel 13, diketahui bahwa masyarakat dan stakeholder lainnya mengetahui dan turut terlibat dalam kegiatan Keaksaraan Fungsional, mendapat respon jawaban sebesar 77 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju. Sedangkan pernyataan bahwa masyarakat sasaran dapat memanfaatkan kesempatan belajar dalam kegiatan keaksaraan fungsional yang dirasakan sangat membantu dalam peningkatan pengetahuan dan kemampuan keaksaraan memperoleh prosentase jawaban sebesar 74 persen. Apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju.
Selanjutnya pernyataan tentang kegiatan keaksaraan fungsional dirasakan manfaatnya oleh warga belajar dapat meningkatkan kemampuan dalam kompetensi keaksaraan, memperoleh prosentase jawaban sebesar 82 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono berarti sangat setuju.
Di lain pihak pernyataan tentang program pendanaan kompetisi melalui kegiatan keaksaraan fungsional mampu mengembangkan kemampuan dan minat membaca masyarakat, memperoleh prosentase jawaban sebesar 76%. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju. Secara keseluruhan persepsi warga belajar terhadap implementasi pelaksanaan peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional, memperoleh prosentase jawaban sebesar 77 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono berarti setuju.
Agar program keaksaraan fungsional tersebut dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan perlu adanya tenaga tutor keaksaraan fungsional yang memiliki kompetensi di setiap kelompok belajar. Mengingat saat ini para tutor keaksaraan fungsional merupakan tenaga sukarela yang belum sepenuhnya mampu membelajarkan warga belajar KF yang memiliki karakteristik khusus dan berbeda dengan anak-anak, maka para tutor perlu diberikan pelatihan dan dukungan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Atas dasar itu perlu adanya pelatihan tutor keaksaraan fungsional, guna mempersiapkan mereka mengelola pembelajaran di kelompok belajar yang menjadi binaannya.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut di atas, dan pelaksanaan pelatihan tutor berjalan sesuai dengan rambu-rambu yang diharapkan, diperlukan kurikulum yang dapat dijadikan dasar, dan menggambarkan proses pelaksanaan pelatihan tersebut secara lengkap dan komprehensif.
Tujuan umum kegiatan pelatihan tutor Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah tersedianya tenaga-tenaga calon tutor bersertifikat
di setiap kelompok belajar yang bertugas dan bertanggungjawab untuk merencanakan, mempersiapkan, mendisain, mengorganisir, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal di setiap kelompok belajar.
Tujuan khusus kegiatan pelatihan tutor Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah agar setelah mengikuti pelatihan tutor KF, peserta menguasai:
a. Kompetensi Dasar Sebagai Tutor Keaksaraan Fungsional. 1) Pemahaman tentang pendidikan
2) Pengelolaan kelompok belajar
b. Pemahaman Tentang Konsep Dasar Keaksaran Fungsional dan Pengelolan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional.
1) Konsep dasar, pengertian, dan tujuan keaksaraan fungsional 2) Prinsip-prinsip penyelenggaraan program keaksaraan fungsional
3) Identifikasi potensi dan masalah lingkungan keaksaraan serta asessment kemampuan awal warga belajar
4) Perencanaan pembelajaran 5) Pelaksanaan pembelajaran
a) Metodologi Diskusi
b) Metodologi Belajar Menulis c) Metodologi Belajar Membaca d) Metodologi Belajar Berhitung e) Metodologi Belajar Aksi 6) Penilaian pembelajaran
a) Penilaian Awal b) Penilaian Proses c) Penilaian Akhir
Peserta pelatihan calon Tutor KF PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah setiap warga masyarakat yang yang memiliki minat untuk membantu membelajarkan sesama, dengan persyaratan:
1. Berpendidikan minimal SLTA, (atau bila tidak tersedia tenaga SLTA dimungkinkan tenaga berpendidikan SLTP/sederajat, mau dan mampu serta kompeten sebagai tutor).
2. Diutamakan bertempat tinggal di lokasi kegiatan belajar. (berasal dari daerah setempat);
3. Membawa data calon WB yang akan dibelajarkan dan direkomendasi oleh petugas yang berwenang.
4. Diprioritaskan bagi mereka yang telah berpengalaman dalam
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan, namun belum pernah dilatih.
5. Peserta diharuskan membawa informasi tentang data kelompok belajar yang dibentuk dan nama-nama warga belajar yang akan dibelajarkan beserta latar belakang pendidikan tiap warga belajar.
Selanjutnya tahapan kegiatan Keaksaraan Fungsional secara teknis diuraikan sebagai berikut :
a. Pentaloka dan Pemasyarakatan program
- Penyelenggara : Dinas Pendidikan Kabupaten
- Peserta Sosialisasi : Para Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Aparat Kec./Desa, Para stakeholder dan masyarakat. - Materi Sosialisasi : Kebijakan, ruang lingkup dan sasaran Program.
- Lokasi : 11 Kecamatan sasaran PPK
b. Penetapan Tutor dan Penyelenggara
Dalam penetapan tenaga tutor dan penyelenggara terlebih dahulu dilakukan identifikasi calon tutor dan penyelenggara dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut diutamakan penduduk setempat mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mengajar dan mengelola mengikuti pelatihan tutor keaksaraan akan dilaksanakan pada Bulan Desember 2007
c. Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional
- Penyelenggara : Dinas Pendidikan Kabupaten - Peserta Sosialisasi : 750 orang tutor KF terbagi 8 tahap. - Materi Sosialisasi : Kebijakan,ruang lingkup sasaran prog
- Lokasi : 11 Kecamatan sasaran PPK
- Waktu Pelaksanaan : Bulan Januari 2007
d. Penyelenggaraan Program Keaksaraan Fungsional Life Skill
- Waktu Pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran lebih diinstensifkan dari program reguler yaitu dilaksanakan minimal 4 kali pertemuan dalam 1 minggu. @ 3 jam dijadwalkan mulai bulan Maret s/d Juli 2007
- Materi Pembelajaran :
Materi pembelajaran keaksaraan fungsional menyangkut pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung serta jenis-jenis keterampilan yang dapat dikembangkan menjadi sumber mata pencaharian (life skills) serta kebiasaan hidup sehat peserta didik.
- Pemberian SUKMA
SUKMA diberikan kepada warga belajar yang berdasarkan evaluasi akhir dianggap telah mampu membaca , menulis dan berhitung
Pembinaan kegiatan Keaksaraan Fungsional dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan pada saat dan pasca program PPK-IPM.
Pembinaan dilakukan oleh satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang serta steakholder yang peduli pada bidang Pendidikan.
Pembinaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM merupakan upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Unsur-unsur organisasi itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat (material), biaya, dan perangkat lainnya.
Pembinaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM mempunyai arah untuk mendayagunakan semua sumber (sumber daya alam dan sumber daya manusia) sesuai dengan rencana dalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan dengan mengedepankan proses pengendalian profesional kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM menekankan bahwa usaha yang dilakukan itu menggunakan jasa keahlian dan pendekatan manusiawi dengan penuh tanggung jawab.
Jasa keahlian mensyaratkan penggunaan, pengetahuaan dan teknik-teknik pembinaan secara ilmiah. Pendekatan manusiawi didasarkan atas pengakuan penghargaan sebaik mungkin terhadap nilai-nilai insani. Sedangkan tanggung jawab mengandung makna bahwa pembinaan sebagai faktor penarik dan faktor pendorong, diarahkan kepada semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut selalu bergerak dan mengarah kepada tujuan yang harus dicapai. Singkatnya, jasa keahlian, pendekatan manusiawi, dan tanggung jawab merupakan karakteristik pembinaan pendidikan luar sekolah, khususnya kegiatan pengembangan PKBM Plus Keaksaraan Fungsional PPK-IPM.
Untuk mengetahui persepsi tutor terhadap implementasi kegiatan keaksaraan fungsional dan pelaksanaan pelatihan diuraikan pada Tabel berikut :
Tabel 14. Persepsi Tutor KF terhadap Implementasi Kegiatan Keaksaraan Fungsional dan Pelatihan
No Pernyataan Jumlah Nilai Yang Diperoleh Jumlah Nilai Yang ditetapkan Prosentase
1 Sosialisasi program PPK IPM khususnya kegiatan keaksaraan fungsional oleh Satlak PPK IPM terhadap calon tutor dan masyarakat sasaran kegiatan KF dirasa sudah memadai.
360 440 82%
2 Proses dan mekanisme perekrutan calon tutor oleh Satlak PPK IPM bidang pendidikan dirasa sudah sesuai harapan.
345 440 78%
3 Pelayanan pendidikan dan pelatihan calon tutor yang diselenggarakan oleh Satlak PPK IPM bidang pendidikan dirasa sudah memadai.
375 440 85%
4 Sarana dan prasarana penunjang serta akomodasi yang diterima oleh tutor dalam melaksanakan tugasnya untuk membimbing warga belajar dalam pelaksanaan kegiatan keaksaraan fungsional dirasa sudah memadai.
320 440 73%
Jumlah 1400 1760 79,5 %
Dari Tabel 14, diketahui bahwa Sosialisasi program PPK IPM khususnya kegiatan keaksaraan fungsional oleh Satlak PPK IPM terhadap calon tutor dan masyarakat sasaran kegiatan KF dirasa sudah memadai mendapat respon jawaban sebesar 82 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Sedangkan pernyataan bahwa proses dan mekanisme perekrutan calon tutor oleh Satlak PPK IPM bidang pendidikan dirasa sudah sesuai harapan memperoleh prosentase jawaban sebesar 78 persen. Apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju.
Selanjutnya pernyataan tentang pelayanan pendidikan dan pelatihan calon tutor yang diselenggarakan oleh Satlak PPK IPM bidang pendidikan dirasa sudah memadai memperoleh prosentase jawaban sebesar 85 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono berarti sangat setuju.
Di lain pihak pernyataan tentang sarana dan prasarana penunjang serta akomodasi yang diterima oleh tutor dalam melaksanakan tugasnya untuk membimbing warga belajar dalam pelaksanaan kegiatan keaksaraan fungsional dirasa sudah memadai, memperoleh prosentase jawaban sebesar 73 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju. Secara keseluruhan persepsi tenaga tutor terhadap implementasi kegiatan keaksaraan fungsional dan pelatihan memperoleh prosentase jawaban sebesar 79,5 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono berarti setuju.
7.3 Keberlanjutan Program Keaksaraan Fungsional
Indikator keberhasilan program Kekasaraan Fungsional PPK-IPM
Kabupaten Karawang adalah pencapaian 15.000 warga belajar di 11 kecamatan untuk memperoleh SKK. SKK (Standar Kompetensi Keaksaraan) merupakan seperangkat kompetensi keaksaraan baku yang harus ditunjukkan oleh peserta didik atas dasar hasil belajarnya dalam tiap sub kompetensi keaksaraan (membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia) pada setiap tingkat kemampuan keaksaraan, yaitu tingkat keaksaraan dasar, keaksaraan lanjutan, dan keaksaraan mandiri. SKK ini dirinci ke dalam komponen kompetensi dasar, indikator, serta proses/pengalaman dan hasil belajar.
Lingkup materi pada SKK Pendidikan Keaksaraan meliputi empat komponen berikut :
1. Kompetensi membaca
Lingkup materi pembelajaran meliputi mengnal huruf, membaca huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, kalimat yang kompleks, serta pemahaman terhadap isi teks bacaan yang ditunjukkan oleh kemampuan menjelaskan kembali isi bacaan.
2. Kompetensi menulis
Lingkup materi pembelajaran meliputi penggunaan alat tulis dengan benar, menulis huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, kalimat yang kompleks, serta menulis ceritera, gagasan atau pengalaman sehari-hari yang dapat difahami orang lain.
3. Kompetensi berhitung
Lingkup materi pada standar kompetensi berhitung adalah mengenal angka, bilangan puluhan, ratusan, dan ribuan, pengukuran, serta pengelolaan data sederhana. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan operasi hitung bilangan (tambah, kurang, kali, dan bagi) dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran ditekankan pada kemampuan menghitung panjang, keliling dan luas bangun datar, serta volume ruang dalam pemecahan masalah sehari-hari. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan, dan membaca data dalam konteks kehidupan sehari-hari.
4. Kompetensi berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
Lingkup materi pembelajaran meliputi kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan, menterjemahkan kata dan kalimat dari bahasa ibu ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, keterampilan membaca dan memahami teks bahasa Indonesia, dan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Penilaian kegiatan program Keaksaraan Fungsional (KF) yang bersifat nasional untuk mengukur pencapaian SKK merupakan uji kompetensi
keaksaraan bagi peserta didik untuk mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), sebagai pengganti ijazah sekolah bagi penduduk buta aksara yang sudah melek aksara. Untuk keberlanjutan program keaksaraan fungsional (KF) plus life skills setelah program PPK-IPM berakhir akan dilanjutkan APBD II dan peran serta masyarakat.
Kegiatan Keaksaraan Fungsional Plus Life Skills ditunjang dengan beberapa pernyataan dari stakeholders untuk dapat memperkuat kegiatan ini melalui komitmen bantuan baik dana, sumber daya manusia maupun alat dan peralatan. Selain itu partisipasi dari masyarakat mulai terus digali dan ditumbuhkan untuk menjadi pendorong bagi kegiatan keaksaraan dimasa-masa yang akan datang.
Beberapa stakeholders yang telah menyatakan komitmen diantaranya adalah; YKAI, Pupuk Kujang, PT JVC, PT Pindo Deli, PT Toyota MFG, Universitas Terbuka, Yayasan Al Masyhuriyah, dan STMIK Rosma. Stakeholders diatas, memberikan dukungan tidak hanya berupa dana tetapi juga kegiatan-kegiatan yang manfaatnya sejalan dengan tujuan keaksaraan fungsional yaitu akselerasi peningkatan IPM. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada umumnya dilaksanakan di luar kecamatan PPK-IPM sehingga keberadaannya akan memberikan kontribusi penyeimbang bagi 19 kecamatan yang tidak menjadi sasaran PPK-IPM. Pengendalian dan monitoring kegiatan yang dilaksanakan oleh stakeholders akan dipadukan dengan monitoring dan evaluasi Kegiatan yang dilaksanakan oleh PPK-IPM, sehingga akan muncul integrasi antara 2 kegiatan tersebut dalam rangka pencapaian IPM khususnya pada indeks AMH.Kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PPK-IPM bidang pendidikan pada 2 tahun pertama yaitu tahun 2007 dan 2008. Pada kurun waktu tersebu, komitmen dari unsur-unsur yang lain seperti dunia usaha dan dunia industri, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat
terus digali untuk menjamin keberlanjutan program. Komitmen tersebut ditandai dengan peryataan surat kesediaan memberikan dukungan yang diperoleh dari stakeholders.
Selain itu sebagai bagian dari komitmen untuk keberlanjutan program sebagai pendukung utama dari aspek pembiayaan, maka pada tahun 2009 sampai 2010 akan dialokasikan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional Plus dan LF pada APBD Kabupaten Karawang.
7.4 Exit Strategy dan Perancangan Program Keaksaraan Fungsional
Dalam mengatasi permasalahan pemberantasan buta aksara dan peningkatan SDM melalui Program PPK IPM bidang pendidikan khususnya kegiatan keaksaraan tidak dapat dilakukan secara partial atau sektoral tetapi harus integrated approach, dalam pengertian bahwa proses pendidikan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualias SDM dan dalam proses meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan dan hal tersebut akan berkaitan dengan hasil proses pendidikan yang produktif, yaitu efektif dan efisien dengan mengoptimalkan aspek kebudayaan atau nilai-nilai serta gagasan yang umum dalam berbagai dimensi kehidupan.
Dalam pemahaman yang serupa, bahwa tingkat kualitas pendidikan dari proses pembelajaran dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan khususnya berkaitan dengan peserta didik (yang dalam hal ini adalah warga belajar buta aksara) memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan pola hidup masyarakat yang diharapkan proses pendidikan tersebut mempunyai kontribusi terhadap ekonomi.
Dalam kajian ini sekilas diuraikan exit strategy kegiatan Keaksaraan Fungsional, hal ini guna memberikan Gambaran seperlunya dengan tidak menguraikan secara komprehensif mengingat keterbatasan waktu dan pembatasan masalah.
Adapun prinsip dasar yang diajukan untuk exit strategy adalah :
a. Pemberantasan buta aksara dan peningkatan SDM dalam Program PPK IPM melalui kegiatan keaksaraan fungsional harus menjadi komitmen semua pihak dan menjadi landasan normatif bagi pelaku program.
b. Upaya pemberantasan buta aksara dan peningkatan SDM dalam kegiatan Keaksaraan Fungsional harus dipandang sebagai konsekwensi logis dari tanggung jawab bersama bukan hanya Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Selain itu upaya perbaikan pendidikan masyarakat sebagai sasaran program terus dilakukan.
c. Sistem pengelolaan program yang dilakukan Satlak PPK IPM jangan sampai kontra produktif bagi pelaksanaan pencapaian tujuan Program PPK IPM khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional, disamping itu terjalin koordinasi yang baik dalam pelaksanaannya.
d. Sumber daya yang ada di desa harus dapat dioptimalkan untuk mendukung pelaksanaan program, sementara pemerintah kabupaten/kota harus memberikan dukungan diantaranya berupa dana operasional, program dan pembinaan agar terjalin sinergi.
Berdasarkan prinsip dasar tersebut, kerangka pikir untuk exit strategy Program PPK IPM melalui kegiatan Keaksaraan Fungsional dapat dilihat pada Gambar 9, sebagai berikut :
Mikro : Implementasi PPK IPM
- Sosialisasi program - Realisasi anggaran KF - Perekrutan Tutor - Pelayanan pendidikan KF Gambar 9. Hierarkhi Exit Strategy Program PPK IPM Kegiatan Keaksaraan
Sebagai bahan untuk alternatif exit strategy maka aspirasi dan masukan dari pelaku Program PPK IPM Kegiatan Keaksaraan Fungsional selaku responden dalam hal ini Satlak PPK IPM dan kelompok masyarakat warga belajar (perwakilan masyarakat) dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi ke depan.
1. Saran atau masukan Satlak PPK IPM bidang pendidikan, diantaranya :
a. Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan keaksaraan fungsional diharapkan semua stokeholder mengetahui dan terlibat dalam kegiatan keaksaraan.
b. Masyarakat sasaran diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan untuk belajar.
c. Kegiatan Keaksaraan Fungsional diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat buta aksara dalam kompetensi keaksaraan. Makro: Kebijakan Prop.Jawa Barat
- Legislasi
- Kerangka konseptual
Mezzo: Kebijakan teknis PPK IPM
- Teknis Administrasi - Teknis Operasional -Supporting System Programme Sustainability Exit Strategy
d. Kegiatan Keaksaraan Fungsional diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan minat masyarakat untuk membaca dan menulis.
e. Kualitas program PPK IPM melalui kegiatan keaksaraan fungsional diharapkan lebih ditingkatkan.
Inti dari saran-saran tersebut menyatakan bahwa dalam pengelolaan kegiatan Keaksaraan Fungsional (Mezzo/kebijakan teknis) hendaknya setiap stokeholder terlibat, masyarakat sasaran dapat memanfaatkan kesempatan belajar, kegiatan keaksaraan fungsional dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kompetensi keaksaraan dan kemampuan dan minat membaca serta kualitas program keaksaraan fungsional lebih ditingkatkan.
2. Saran atau masukan masyarakat warga belajar penerima program :
a. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Keaksaraan Fungsional diharapkan lebih meningkat.
b. Melalui kegiatan Keaksaraan Fungsional diharapkan berkurangnya masyarakat buta aksara
c. Tumbuhnya kemadirian masyarakat untuk mau belajar dan berkembang. d. Melalui kegiatan keaksaraan fungsional diharapkan meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Inti dari saran-saran tersebut (mikro/Implementasi program) menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan keaksaraan fungsional diharapkan lebih meningkat, melalui kegiatan keaksaraan fungsional diharapkan berkurangnya masyarakat buta aksara dan tumbuhnya kemandirian masyarakat untuk mau belajar dan berkembang serta diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Dengan penetapan sasaran tersebut, maka diperlukan suatu perencanaan program yang diharapkan sebagai suatu siklus yang dinamis, secara terus menerus berubah sesuai dengan perubahan kebutuhan
pengembangan. Namun demikian dalam pengembangan penyusunan rencana perlu memiliki kerangka pengembangan yang jelas sebagai panduan bagi para perencana di kabupaten khususnya berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan Non Formal bagi masyarakat.
Dalam menetapkan mekanisme dan desain program untuk mencapai IPM yang ditargetkan, maka perlu dibentuk konsep dasar secara sistematis yang melandasi penetapan mekanisme dan desain program dimaksud.
a. Isu pokok yang dominan, kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang adalah dengan menetapkan program bidang pendidikan sebagai program utama dalam pencapaian akselerasi IPM Kabupaten Karawang sesuai target Provinsi Jawa Barat.
b. Pemetaan masalah secara spasial, maka konsentrasi masalah berada pada seluruh wilayah kecamatan yang tergabung dalam cluster pesisir dan pantai (8 Kecamatan) serta tiga kecamatan dalam kelompok cluster pedataran. c. Faktor keterkaitan antar kegiatan dalam satu wilayah atau satu kelompok
sasaran. Pada bidang pendidikan sebagai program utama akan mengintervensi seluruh desa pada 11 kecamatan sasaran. Pada bidang kesehatan, pada tahun pertama hanya akan mengintervensi 5 desa pada 11 kecamatan dan pada bidang daya beli menyesuaikan pada kelompok sasaran kegiatan.
Berdasarkan perumusan ketiga point tersebuit diatas maka mekanisme program/ kegiatan akan dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
a. Model Integratif 1 (I1) merupakan model intervensi terpadu dari program-program pendidikan, kesehatan dan daya beli secara integratif pada suatu wilayah atau kelompok sasaran.
b. Model Integratif 2 (I2) merupakan model intervensi dengan melihat kemungkinan dilakukannya kombinasi intervensi baik antara kegiatan pendidikan dengan kesehatan (I2a); kegiatan pendidikan dengan daya beli (I2b); serta kegiatan kesehatan dengan daya beli (I2c).
2. Model Parsial (P) jika wilayah sasaran hanya diintervensi oleh satu kegiatan saja meliputi : P1 jika hanya mengintervensi bidang pendidikan; P2 hanya mengintervensi bidang kesehatan ; dan P3 jika hanya mengintervensi bidang daya beli saja. Model ini pada prinsipnya lebih didasarkan pada kapasitas serta skala prioritas kelompok sasaran. Terutama pada bidang kesehatan dan daya beli yang tidak memungkinkan dilakukan kepada seluruh desa pada 11 kecamatan sasaran, melainkan dilakukan secara bertahap.
Pendekatan program tersebut secara integral dapat dirumuskan secara ringkas pada Gambar sebagai berikut :
Gambar 10. Model Integratif Intervensi Masalah IPM Kabupaten Karawang dengan Fokus 11 Kecamatan Sasaran
Kriteria pemilihan program disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan Tim Satlak Provinsi yaitu untuk kluster 3 lebih bersifat layanan dasar yang berbasis aktifitas. Sebagaimana telah disampaikan bahwa bidang pendidikan merupakan unsur utama dalam akselerasi IPM yaitu peningkatan Angka Melek Huruf serta Rata-rata Lama Sekolah. Dengan demikian maka kegiatan layanan dasar yang ditawarkan adalah Program Pemberantasan Buta Aksara melalui Kegiatan Sosialisasi Pemberantasan Buta Aksara dan pentingnya pendidikan bagi masyarakat, Kegiatan keaksaraan fungsional, Kegiatan Kejar Paket A, B dan C.
Kegiatan pengembangan Community Development dengan stakeholders. Dengan program-program diatas permasalahan-permasalahan di
bidang pendidikan khususnya yang menyangkut tingginya angka buta huruf dan masih rendahnya rata-rata lama sekolah di kabupaten karawang di harapkan dapat di akselerasi penyelesaiannya melalui program PPK-IPM yang nantinya akan di integrasikan dengan program-program pendidikan dalam APBD II, APBD I, APBN dan kepedulian dari stakeholders lainnya. Program-program tersebut akan menjadi prioritas setelah Program PPK-IPM berakhir.
Sedangkan kegiatan yang bersifat investasi terutama dalam meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan serta capacity building aparatur Dinas Pendidikan akan dibiayai melalui APBD II sesuai dengan skala prioritas kebutuhan. Dengan adanya undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mensyaratkan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari APBD dan di Kabupaten Karawang pendidikan termasuk skala prioritas utama pembangunan daerah diharapkan indeks pendidikan dapat meningkat.
Adapun roadmap solusi pemberantasan buta aksara dan peningkatan rata-rata lama sekolah sebagaimana Gambar 11 :
Gambar 11. Solusi Pemberantasan Buta Aksara dan Peningkatan Rata-Rata Lama Sekolah
INDEKS PENDIDIKAN
RLS AMH
Kemampuan ekonomi
masyarakat terbatas Mayoritas latar belakang mata pencaharian sebagai buruh dan nelayanan Budaya dan kesadaran
masyarakat belum memprioritaskan pendidikan
Akses terhadap pendidikan masih
rendah
Pemberantasan buta aksara dan meningkatkan rata-rata lama sekolah melalui : a. Sosialisasi pemberantasan buta aksara; b. Penyelenggaraan keaksaraan fungsional; c. Penyelenggaraan Paket A setara SD; d. Penyelenggaraan Paket B setara SMP; e. Penyelenggaraan Paket C setara SMA; f. Peningkatan kemampuan staf dinas;
g. Pelatihan tutor KF, Paket A, Paket B dan Paket C; h. Peningkatan manajemen
bagi kepala SD, SMP dan SMK dan komite sekolah bagi SD, SMP, SMA/SMK Pengembangan Komunitas (Community Building) : a. Pemberdayaan PKBM; b. Dunia Usaha dan
Industri; c. Perguruan Tinggi (UNSIKA) a. Bimbingan teknis dan pelatihan budidaya ikan mas, lele dan jamur merang; b. Pembuatan
leafleat, buku tentang budi daya ikan mas, lele dan jamur merang a. Memberikan kartu BAGUS (Bantuan Untuk Siswa) b. Membangun dan merehabilitasi gedung SD/SMP; c. Membangun ruang laboratorium dan perpustakaan SMP; d. Membangun USB SMK kelautan di Cilamaya; e. Membangun USB SMP; f. Mengembangkan SMP terbuka. Peningkatan peran serta stakeholders pendidikan dalam pembiayaan pendidikan masyarakat tidak mampu Memberikan tambahan keterampilan (life
skill) bagi warga belajar di bidang budidaya ikan mas,
lele dan jamur merang Memberikan sosialisasi dan
penyuluhan tentang pentingnya pendidikan Memberikan beasiswa dan meninggalkan sarana dan prasarana pendidikan STRATEGI RUMUSAN SOLUSI AKAR MASALAH
Secara garis besar, penyusunan perencanaan sebagai penjabaran akar masalah, rumusan solusi dan strategi peningkatan angka indeks pendidikan sekaligus mengGambarkan siklus program pengentasan Buta Aksara dan sebagai tindaklanjut keberlanjutan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM yang dipilah dalam tiga tahap pengembangan kegiatan, yaitu: 1) persiapan, 2) pengembangan, dan 3) evaluasi.
1. Tahap persiapan
Merupakan tahap yang menentukan kualitas dari capaian sasaran dari kegiatan penuntasan Buta Aksara, disebabkan bahwa tahapan ini merupakan komponen input, yang terdiri dari dua komponen yaitu peningkatan kompetensi penyelenggaran pendidikan luar sekolah di tingkat kabupaten (dinas dan cabang dinas) serta ditingkat pelaksana (PKBM) dan pendataan sasaran kegiatan.Dalam tahapan ini diperlukan penetapan personil perencana dan pelaksana kegiatan yang tepat dan memiliki kualifikasi pendidikan formal dan pengalaman dalam proses pembelajaran dengan mengutamakan proses pemberdayaan dan peran serta masyarakat, termasuk penetapan masyarakat sebagai sasaran warga belajar yang seoptimal mungkin dapat dikualifikasi berdasarkan derajat pendidikan formal. 2. Tahap pengembangan
Merupakan kegiatan utama dalam implementasi pengembangan kegiatan Keaksaraan Fungsional dimana prosesnya diawali analisis kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program penuntasan Buta Aksara yang dilakukan melalui rivew terhadap berbagai peraturan dan kebijakan pendidikan baik kebijakan pemerintah pusat maupun Kabupaten. Selanjutnya melakukan analisis situasi kondisi pendidikan formal berkaitan dengan rasio serapan lembaga pendidikan formal dibandingkan dengan tingkat pendidikan
penduduk secara menyeluruh sehingga dapat diintervensi kesenjangan jumlah secara kualitatif termasuk diuraikan dalam bentuk data perwilayah kecamatan dan desa.
Hasil indentifikasi kesenjangan kemudian dianalisis berdasarkan kriteria isu strategis berkaitan dengan program pemberantasan Buta Aksara, sehingga faktor-faktor yang terkait dengan kesenjangan rasio pelayanan pendidikan formal dengan jumlah penduduk buta aksara dapat diidentifikasi sebagai isu strategis.
3. Tahap Evaluasi
Dalam tahapan ini, penyusunan perencanaan sebagai siklus kegiatan dalam pengentasan Buta Aksara, dalam arti bahwa perencanaan kegiatan mempertimbangkan hasil evaluasi tahun sebelumnya sebagai informasi dalam penetapkan progran tahun yang berjalan. Pada tahapan ini ditekankan pula proses penyusunan rencana evaluasi untuk tahun berikutnya. Dengan adanya evaluasi yang terus menerus, diharapkan pelaksanaan program menjadi lebih baik dari tahun ke tahun.
Sebagai suatu sub sistem, proses evaluasi dalam pelaksanaan program Keaksaraan Fungsional merupakan suatu siklus yang berkesinambungan yang dapat memberikan masukan sebagai alternatif pengambilan kebijakan pada penyusunan perencanaan pengentasan dan pengembangan masyarakat yang telah bebas buta aksara, termasuk dapat ditetapkan indikator-indikator sebagai tahapan pelaksanaan kegiatan baik yang ditetapkan sebagai sasaran tahunan maupun yang ditetapkan Program strategis yang dapat menjawab dan merupakan pemecahan dari isu-isu strategis yang telah diidentifikasi.
Dengan Proses tersebut, sebagai masukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan strategi ke depan (exit strategy). Sebagai salah satu kebijakan peningkatan IPM Bidang Pendidikan yang merupakan bagian dari peningkatan indikator IPM secara keseluruhan mempunyai kemampuan strategis yang manfaatnya berperan besar dalam peningkatan pembangunan daerah melalui strategi/kebijakan sebagai berikut :
1. Pemberantasan buta aksara melalui GERTAS BUTA AKSARA (Gerakan Penuntasan Buta Aksara) mengandung makna bahwa pemberantasan buta aksara harus dilaksanakan secara menyeluruh sebagai suatu gerakan yang menyeluruh menuju masyarakat Karawang yang melek huruf (bebas buta aksara).
2. Program pendamping selain Gertas Buta juga perlu dilaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) dengan kegiatan-kegitan kejar Paket A, B dan C di kecamatan-kecamatan yang angka buta aksara dan angka drop out SMP dan SMA tinggi.
Kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilaksanakan sebagai tindak lanjut program-program Gertas Buta dan peningkatan RLS adalah :
a. Pembentukan dan pemberdayaan taman bacaan rakyat.
b. Penyelenggaraan radio komunitas sebagai sarana komunikasi antar warga belajar.
c. Pemberdayaan komunitas warga belajar bermitra dengan Corporate Social
Responsibility.
d. Pemberdayaan PKBM dan Pembentukan PKBM.
e. Pembukaan SMP Terbuka di daerah yang tinggi angka DO SMP.
f. Penyelenggaraan kemitraan dengan PKK, Majelis Taklim, DKM dan Pondok Pesantren untuk penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional.
g. Akselerasi Penuntasan Kecamatan Bebas Buta Aksara. h. Peningkatan kualitas Tutor KF, Tutor Paket A, B dan C.
Dari hasil penelitian dan pengamatan terhadap warga belajar sasaran KF menunjukkan bahwa persepsi warga belajar terhadap implementasi pelaksanaan peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional, memperoleh prosentase jawaban sebesar 77 persen yang berarti setuju terhadap implementasi pelaksanaan KF. Dilain pihak agar program keaksaraan fungsional tersebut dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan perlu adanya tenaga tutor keaksaraan fungsional yang memiliki kompetensi di setiap kelompok belajar. Atas dasar itu perlu adanya pelatihan tutor keaksaraan fungsional, guna mempersiapkan mereka mengelola pembelajaran di kelompok belajar yang menjadi binaannya. Persepsi tenaga tutor terhadap implementasi kegiatan keaksaraan fungsional dan pelatihan memperoleh prosentase jawaban sebesar 79,5 persen berarti setuju terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam hal ini persepsi warga belajar dan tutor terhadap penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional telah sesuai dengan yang diharapkan, namun masih perlu upaya perbaikan agar lebih optimal diantaranya melalui peningkatan kinerja Satlak PPK IPM dan pengelola PKBM.
Untuk keberlanjutan program keaksaraan fungsional setelah berakhir akan dilanjutkan dengan APBD II dan peran serta masyarakat serta pernyataan dan komitmen stakeholders. Sebagai bahan untuk alternatif exit strategy maka aspirasi dan masukan dari pelaku program dalam hal ini Satlak PPK IPM dan warga belajar dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan program ke depan. Kegiatan Keaksaraan Fungsional Plus Life Skills ditunjang dengan beberapa pernyataan dari stakeholders untuk dapat memperkuat kegiatan ini melalui komitmen bantuan baik dana, sumber daya manusia maupun alat dan peralatan. Dilain pihak partisipasi dari masyarakat mulai terus digali dan
ditumbuhkan untuk menjadi pendorong bagi kegiatan keaksaraan dimasa-masa yang akan datang. Pada kurun waktu tersebu, komitmen dari unsur-unsur yang lain seperti dunia usaha dan dunia industri, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat terus digali untuk menjamin keberlanjutan program. Komitmen tersebut ditandai dengan peryataan surat kesediaan memberikan dukungan yang diperoleh dari stakeholders. Selain itu sebagai bagian dari komitmen untuk keberlanjutan program sebagai pendukung utama dari aspek pembiayaan, maka pada tahun 2009 sampai 2010 akan dialokasikan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional Plus dan LF pada APBD Kabupaten Karawang.
Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan salah satu kebijakan peningkatan IPM Bidang Pendidikan yang merupakan bagian dari peningkatan indikator IPM secara keseluruhan mempunyai kemampuan strategis yang manfaatnya berperan besar dalam peningkatan pembangunan daerah, menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan strategi ke depan (exit strategy) melalui kebijakan antara lain Pemberantasan buta aksara melalui GERTAS BUTA
AKSARA (Gerakan Penuntasan Buta Aksara), dan Program pendamping selain
Gertas Buta juga perlu dilaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) dengan kegiatan-kegitan kejar Paket A, B dan C di Kecamatan-kecamatan yang angka buta aksara dan angka drop out SMP dan SMA tinggi. Selanjutnya kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilaksanakan sebagai tindak lanjut program Gertas Buta dan peningkatan RLS, yaitu pembentukan dan pemberdayaan taman bacaan rakyat, penyelenggaraan radio komunitas sebagai sarana komunikasi antar warga belajar, penyelenggaraan Kejar Paket A, Paket B dan Paket C, pemberdayaan PKBM dan Pembentukan PKBM, pembukaan SMP Terbuka di daerah yang tinggi angka DO SMP, penyelenggaraan kemitraan dengan PKK, Majelis Taklim, DKM dan Pondok Pesantren untuk penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional, dan akselerasi Penuntasan Kecamatan Bebas Buta Aksara, serta peningkatan kualitas Tutor KF, Tutor Paket A, B dan C.