• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL

6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan

Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang sangat serius dan konsisten dalam melaksanakan pembangunan khususnya yang berhubungan dengan peningkatan pembangunan pendidikan. Hal tersebut terkait dan didasarkan pada kebijakan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas (1) lembaga kursus (2) lembaga pelatihan (3) kelompok belajar (4) pusat kegiatan belajar masyarakat, dan (5) majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Cakupan pendidikan nonformal meliputi : (1) pendidikan kecakapan hidup (2) pendidikan anak usia dini, (3) pendidikan kepemudaan (4) pendidikan pemberdayaan perempuan (5) pendidikan keaksaraan, (6) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja (7) pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Kegiatan keaksaraan fungsional (KF) dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar warga masyarakat baik yang termasuk buta aksara, aksarawan baru maupun aksarawan lanjutan. Berdasarkan data BPS tahun 2006 kabupaten Karawang menunjukkan bahwa masih terdapat 117.710 orang yang menyandang buta aksara usia 10 tahun ke atas. Sedangkan yang menjadi

concern kita berdasarkan target program PPK-IPM kegiatan Pendidikan

Keaksaraan adalah kelompok usia 15-44 tahun yang saat ini jumlahnya masih sekitar 15.000 orang.

Masalah buta aksara merupakan salah satu indikator indeks pembangunan manusia (IPM) sehingga program pemberantasan buta aksara

(2)

akan membawa implikasi langsung terhadap meningkatnya IPM di Kabupaten Karawang. Keberhasilan program ini sangat dipengaruhi oleh :

1. Partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan program pemberantasan buta aksara dan life skills.

2. Memberikan kecakapan hidup (life skills) kepada warga bejajar sehingga dapat memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu untuk meningkatan pendapatan.

3. Kemampuan aparatur dan tutor melalui capacity building.

Berdasarkan hasil studi, warga belajar program KF, terdiri dari dua karakteristik yaitu yang berasal dari buta aksara murni dan drop out SD/MI kelas 1-3 yang masih memerlukan layanan pendidikan keaksaraan sampai memenuhi kompetensi keaksaraan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pada tahap pemberantasan menekankan pada kebutuhan-kebutuhan belajar secara individu yang belum mampu membaca, menulis dan berhitung tingkat dasar. Kegiatan pada tahap pembinaan memberikan kesempatan pada warga belajar untuk mengembangkan kemampuan fungsionalnya sekaligus meningkatkan keterampilan keaksaraan mereka sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan tahap pelestarian menekankan pada bagaimana membantu warga belajar memperkuat dan mengembangkan kemampuan keaksaraan fungsionalnya, sehingga mereka dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

Penentuan arah dan tujuan keaksaraan fungsional, memberikan acuan bagi pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam menyelenggarakan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan baca, tulis dan berhitung sesuai

(3)

dengan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK). SKK merupakan seperangkat kompetensi keaksaraan baku yang harus ditunjukkan oleh peserta didik atas dasar hasil belajarnya dalam tiap sub kompetensi keaksaraan (membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia) pada setiap tingkat kemampuan keaksaraan, yaitu tingkat keaksaraan dasar, keaksaraan lanjutan, dan keaksaraan mandiri. SKK ini dirinci ke dalam komponen kompetensi dasar, indikator, serta proses/pengalaman dan hasil belajar.

Adapun tujuan kegiatan keaksaraan fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Membelajarkan masyarakat buta aksara (peserta didik) agar mampu membaca, menulis dan berhitung, serta berbahasa Indonesia; memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar bermanfaat bagi peningkatan mutu dan taraf hidupnya.

2. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh mereka;

3. Melatih warga belajar untuk menggunakan keterampilan dan kompetensi keaksaraan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memotivasi peserta didik sehingga mampu memberdayakan dirinya sendiri dengan menggunakan kompetensi keaksaraan.

5. Mengembangkan kemampuan berusaha atau bermata pencaharian sehingga mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

6. Mengembangkan kemampuan dan minat baca warga belajar sehingga mampu menjadi bagian dari masyarakat gemar membaca dan masyarakat belajar.

Anggaran yang akan dialokasikan pada kegiatan Keaksaraan Fungsional (life skills) dari dana PPK-IPM sebesar Rp. 2.899.824.000,- dalam satu tahun anggaran.

(4)

Dalam pengelolaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang masih ditemui masalah teknis sebagai berikut :

1) Pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional tahun 2007 seharusnya bisa dilaksanakan di awal tahun, namun proses perencanaan kegiatan tersebut pada tahun 2007 memakan waktu cukup lama menyebabkan keterlambatan jadwal pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional.

2) Masih kurangnya kesepahaman dalam penetapan aturan penatausahaan keuangan sehubungan ditetapkannya tata cara pengelolaan keuangan PPK IPM yang tidak sepenuhnya mengacu pada Permendagri Nomor 13 tahun 2006.

Adapun upaya pemecahan masalah yang dilakukan oleh Satlak PPK IPM adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas persiapan kegiatan sudah dilaksanakan, dan berupaya secepatnya menyelesaikan penyempurnaan dokumen perencanaan dan dokumen anggaran.

2) Menyusun dan menetapkan Pedoman Pengelolaan Keuangan PPK-PM Kabupaten Karawang, dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam hal penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional didukung oleh faktor penunjang sebagai berikut :

1. Adanya komitmen dan dukungan yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Karawang terhadap program PPK IPM bidang pendidikan khususnya penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional.

2. Alokasi anggaran yang relatif besar selain dari Propinsi Jawa Barat melalui program PPK IPM khusus untuk penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional sebesar 2,9 milyar juga mendapat dukungan dari dana APBD kabupaten.

(5)

3. Cukup besarnya dukungan dari stokeholder dan masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional.

4. Tumbuhnya peningkatan minat masyarakat terhadap pendidikan

6.2. Faktor Penghambat Kegiatan Keaksaraan Fungsional

Selain faktor pendukung, dilain pihak masih ditemukan faktor penghambat dalam penyelenggaraan kegiatan jalur pendidikan nonformal khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional yang merupakan kelemahan antara lain :

1. Masih kurangnya koordinasi, yang disebabkan oleh keragaman dan luasnya bidang pendidikan nonformal, khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional yang diselenggarakan oleh PKBM. Warga belajar kegiatan Keaksaraan Fungsional sebanyak 15.000 orang yang tersebar di 11 kecamatan sasaran PPK-IPM memerlukan koordinasi yang baik dan sinergis.

2. Tenaga pengelola kegiatan Keaksaraan Fungsional masih kurang. Penyelenggaraan kegiatan Keaksaraan Fungsional di PKBM sebagai salah satu kegiatan pendidikan nonformal sampai saat ini sebagian besar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. Keterlibatan mereka dalam program pendidikan nonformal ini didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau karena tugas dari lembaga tempat mereka bekerja. Hal ini memberikan implikasi terhadap profesionalisme pengelolaan pendidikan nonformal, khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional.

3. Data penyandang buta aksara di Kabupaten Karawang tahun 2006 adalah 117. 710 jiwa. Gambaran ini menunjukan masih banyaknya masyarakat Karawang yang belum dapat membaca dan memerlukan layanan pendidikan yang maksimal.

(6)

Dengan susunan personalia Satuan Pelaksana Program Pendanaan Kompetisi terdiri dari gabungan Dinas/Instansi terkait, dimana Dinas Pendidikan dan Bapeda sebagai leading sektor dalam pelaksanaannya. Hal ini tentunya memerlukan upaya yang terpadu dari masing-masing anggota Satlak dalam meningkatkan kinerjanya. Adapun untuk mengetahui hasil angket tentang peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan dapat diuraikan sebagaimana Tabel 10, sebagai berikut :

Tabel 10. Pengelolaan Peningkatan SDM melalui Kegiatan Keaksaraan Fungsional oleh Satlak PPK IPM

No Pernyataan Jumlah Nilai Yang Diperoleh Jumlah Nilai Yang ditetapkan Prosentase

1 Komitmen dan perhatian dari Pemerintah

kabupaten Karawang khususnya pelaku kegiatan yang tergabung dalam Satlak bidang pendidikan dalam peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan sudah optimal.

98 125 78%

2 Alokasi anggaran yang cukup besar dan

dukungan stokeholder/ masyarakat dapat dimanfatkan untuk meningkatkan kinerja khusunya melalui perekrutan kekurangan tenaga pengelola dan penambahan sasaran warga belajar yang masih besar.

102 125 81,6%

3 Kurangnya koordinasi dalam pengelolaan

kegiatan dapat diatasi oleh setiap anggota Satlak melalui peningkatan sinergitas kegiatan melalui forum rapat koordinasi rutin.

96 125 76,8%

4 Sosialisasi program yang dilakukan oleh

Satlak PPK IPM mampu meningkatkan minat masyarakat terhadap pendidikan khususnya kegiatan keaksaraan fungsional

92 125 73,6%

Jumlah 388 500 77,6 %

Dari Tabel 10, diketahui bahwa Komitmen dan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Karawang khususnya pelaku kegiatan yang tergabung dalam Satlak bidang pendidikan dalam peningkatan SDM melalui kegiatan

(7)

keaksaraan sudah optimal. mendapatkan jawaban sebesar 78 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti setuju.

Alokasi anggaran yang cukup besar dan dukungan stakeholder/ masyarakat dapat dimanfatkan untuk meningkatkan kinerja khusunya melalui perekrutan kekurangan tenaga pengelola dan penambahan sasaran warga belajar yang masih besar memperoleh prosentase jawaban sebesar 81,6 persen Hal ini apabila diiinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Sedangkan kurangnya koordinasi dalam pengelolaan kegiatan dapat diatasi oleh setiap anggota Satlak melalui peningkatan sinergitas kegiatan melalui forum rapat koordinasi rutin jawaban pernyataan tersebut memperoleh prosentase jawaban sebesar 76,8 persen. Hal ini berarti setuju apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono.

Selanjutnya Sosialisasi program yang dilakukan oleh Satlak PPK IPM mampu meningkatkan minat masyarakat terhadap pendidikan khususnya kegiatan keaksaraan fungsional, jawaban pernyataan tersebut memperoleh prosentase sebesar 73,6 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berartii setuju. Secara keseluruhan jawaban angket tentang pengelolaan peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional oleh Satlak PPK IPM memperoleh rata-rata prosentase jawaban sebesar 77,6 persen. Hal ini jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa faktor penunjang kegiatan keaksaraan fungsional meliputi adanya komitmen dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Karawang, alokasi anggaran yang relatif besar, cukup besarnya dukungan stokeholder dan masyarakat, serta tumbuhnya peningkatan minat masyarakat terhadap pendidikan. Sedangkan faktor penghambat kegiatan keaksaraan fungsional mencakup masih kurangnya koordinasi, masih kurangnya tenaga pengelola kegiatan KF, dan data penyandang buta aksara sebagai

(8)

sasaran program di Kabupaten Karawang yang relatif besar sehingga memerlukan layanan pendidikan yang maksimal. Selanjutnya faktor penunjang dan penghambat dalam pengelolaan kegiatan keaksaraan fungsional pada prinsipnya dapat dikelola oleh Satlak PPK IPM, hal ini sesuai jawaban angket dari Satlak PPK IPM yang memperoleh jawaban sebesar 77,6% berarti setuju. Untuk mengeliminir faktor penghambat perlu dilakukan peningkatan koordinasi melalui rapat rutin, penambahan tutor melalui rekrutmen yang selektif, dan penambahan pelayanan belajar dengan ditunjang dana memadai.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Profesionalisme Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Penerbitan KTP Dan KK Di Kantor Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi” telah

atau di sewa untuk pertunjukkan hiburan atau komersial. Yang Menarik dari Pura Raditya Dharma ini adalah adanya Sanggar Tari Bali. Kegiatan ini ada karena merupakan bagian

 Barnet, Jonathan. Introduction to Urban Design. New York, Harper&Row Publishers. Architecture: Form, Space and Order. Creating, Architectural Theory. Urban Design:

The senior lecturers, or in FTTE called by mentors- though the function os more than just skill and knowledge development- , share their experience in teaching, research

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran sekolah yang humanis yang dipaparkan oleh guru Taman Madya Yogyakarta sangat komprehensif dan variatif. Namun demikian,

terbiasa mengerjakan soal dengan langkah yang simple, (c) subjek ku- rang paham atau bingung bagaimana langkah untuk menyelesaikan soal sehingga hanya asal memasukkan

Air payau bisa menimbulkan iritasi dan bakteri yang berasal dari air tersebut akan menggangu kesehatan kulit pada masyarakat pesisir pantai di Desa Rugemuk, sebagai contoh

system GMM adalah untuk mengestimasi sistem persamaan baik pada first- differences maupun pada level yang mana instrumen yang digunakan pada level. adalah lag