BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Juvenile delinquency atau perilaku jahat, kejahatan dan kenakalan remaja Juvenile delinquency atau perilaku jahat, kejahatan dan kenakalan remaja yang merupakan gejala sosial yang banyak terjadi. 11 kasus yang menonjol yang merupakan gejala sosial yang banyak terjadi. 11 kasus yang menonjol dari tahun
dari tahun 2009 - 2010, 2009 - 2010, jumlah kasus yang termasuk kjumlah kasus yang termasuk kasus terbanyak diposisiasus terbanyak diposisi ketiga adalah kasus narkoba. Narkoba merupakan zat kimia yang mengubah ketiga adalah kasus narkoba. Narkoba merupakan zat kimia yang mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik itu dengan dimakan, dihirup dan lain masuk kedalam tubuh manusia baik itu dengan dimakan, dihirup dan lain sebagainya. Semua zat yang terkandung dalam narkoba yang menimbulkan sebagainya. Semua zat yang terkandung dalam narkoba yang menimbulkan adiksi (ketagihan) yang pada waktunya akan menjadi ketergantungan.
adiksi (ketagihan) yang pada waktunya akan menjadi ketergantungan.
Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi menjadi tiga Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi menjadi tiga jenis,
jenis, salah salah satunya satunya adalah adalah jenis jenis adiktif adiktif lainnya lainnya seperti seperti lem. lem. PenyalahgunaanPenyalahgunaan lem merupakan bentuk kenakalan remaja yang sekarang banyak dijumpai. lem merupakan bentuk kenakalan remaja yang sekarang banyak dijumpai. Perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang. Lem yang Perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang. Lem yang merupakan bahan untuk perekat suatu benda, disalahgunakan oleh anak merupakan bahan untuk perekat suatu benda, disalahgunakan oleh anak remaja untuk perbuatan yang melanggar norma dan nilai tertentu. Menghisap remaja untuk perbuatan yang melanggar norma dan nilai tertentu. Menghisap lem adalah menghirup uap yang ada dalam kandungan lem tujuannya untuk lem adalah menghirup uap yang ada dalam kandungan lem tujuannya untuk mendapatkan sensasi tersendiri.
mendapatkan sensasi tersendiri.
Lem yang mereka gunakan biasanya lem kambing, lem banteng bahkan Lem yang mereka gunakan biasanya lem kambing, lem banteng bahkan ada juga lem arplas. Perilaku ngelem tersebut mengakibatkan salah seorang ada juga lem arplas. Perilaku ngelem tersebut mengakibatkan salah seorang anak remaja disana meninggal dunia.
anak remaja disana meninggal dunia.
Menurut Undang-undang No 5 tahun 1997, menyatakan bahwa zat adiktif Menurut Undang-undang No 5 tahun 1997, menyatakan bahwa zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikomsumsi oleh organisme adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikomsumsi oleh organisme hidup dapat mengakibatkan kerja biologi, serta menimbulkan ketergantungan hidup dapat mengakibatkan kerja biologi, serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus atau adiksi yang sulit dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus, yang jika dihentikan mendapat efek lelah yang luar biasa atau rasa menerus, yang jika dihentikan mendapat efek lelah yang luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
sakit luar biasa.
Secara sosial, kenakalan remaja atau juvenile delinquency dalam perilaku Secara sosial, kenakalan remaja atau juvenile delinquency dalam perilaku
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang.
B. Alasan
Alasan penulis memilih tema dampak kebiasaan ngelem pada anak jalanan karena penulis ingin mengungkapkan dampak kedepan dari kandungan lem yang mereka hisab.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menunjukkan dan membagi ilmu kepada masyarakat khusunya para orang tua agar selalu menjaga perilaku anaknya agar tidak terjerumus ke tindakan yang buruk. Karena masa depan sebuah bangsa dibangun oleh generasi muda yang sehat.
GAMBAR ANAK YANG SEDANG NGELEM
SEMARANG – Anak jalanan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kota-kota besar. Perilaku menyimpang dengan istilah ‘ngelem’ tersebut memang bukanlah hal baru. Dengan menghirup bau lem jenis tertentu, seseorang perlahan akan kehilangan tingkat kesadarannya. Hal inilah yang dimanfaatkan pelaku ‘ngelem’ untuk mencari sensasi memabukkan.
Seperti halnya yang dilakukan Bowo (17), seorang pengamen jalanan yang biasa mengkal di sekitar komplek Universitas Diponegoro Jalan Pleburan
Semarang. Selain kesehariannya ngamen kesana-kemari bersama temannya, Bowo juga termasuk salah satu remaja yang gemar ‘ngelem’.
“Sudah lama ‘ngelem’, awalnya ikut-ikut temen, sekarang malah ketagihan. Kalau sudah ngelem rasanya enteng dan males ngapa-ngapain,” kata dia kepada metrosemarang.com, Minggu (5/4).
Lem yang digunakannya juga tergolong murah dan mudah didapat. Bahkan, Bowo sendiri mengaku mendapatkan lem dari beberapa kios fotokopi yang ia kunjungi. Namun, bukannya membeli, dia justru meminta lem tersebut dengan alasan untuk menambal gitarnya yang rusak.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Ngelem Dikalangan Anak
Ngelem atau Sniffing adalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen untuk mencari ketenangan dan kesenangan.
Inhalen merupakan produk yang mudah didapat dipasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih warna kuku, lem aibon, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah menguap. Uap dan gas dari inhalen tersebut yang sering digunakan oleh anak jalanan.
Kebanyakan anak jalanan melakukan kebiasaan ngelem ini sebagai pelarian dari berbagai beban yang mereka alami. Dengan ngelem mereka dapat menghilangkan sejenak semua beban hidup mereka. Tidak hanya itu, ngelem kini telah menjadi tradisi dikalangan anak jalanan sebagai bukti bahwa mereka diterima di komunitas mereka.
Menurut Roy Gigengak (2006) mengemukakan bahwa : “Yang paling mengejutkan dalam penelitian adalah penggunaan lem dan campuran obat-obatan sebagai narkoba sangat penting bagi mereka. Itu menjadi pusat dari apa yang mereka lakukan. Ngelem mempunyai makna lebih dari sekedar penggunaan narkoba. Terlalu sering aktivis kemanusiaan memandang ngelem sebagai perbuatan misalnya untuk melupakan rasa lapar. Tetapi, sering justru bertolak belakang dari itu”. Ngelem juga dianggap sebagai pemersatu sosial antara anak jalanan. Bahkan hubungan baik terjalin antar sesama anak jalanan terkait dengan upaya mendapatkan lem. Bahkan mereka lebih memilih tidak membeli makanan daripada tidak ngelem. Hal ini membuktikan bahwa dampak kecanduan lem tersebuut sangat berpengaruh dalam pola hidup mereka.
B. Cara Ngelem Dikalangan Anak
Cara ngelem pun ada beberapa macam, dapat melalui hidung atau melalui mulut, antara lain:
1. Dengan dihirup (sniffing dari uap atau asap inhalan tersebut)
Anak jalanan menggunakan teknik ini dengan cara membuka bagian atas kaleng kemuadian dihirup langsung uapnya;
2. Menyemprotkan langsung kehidung atau mulut
Efeknya lebih kuat dibandingkan dengan dihirup. Jenis zat yang digunakan yaitu zat inhalan yang bewujud cair, seperti freon, aseton, dan lain-lain. 3. Teknik bagging
Menghirup atau menghisap uap dari zat yang telah disemprotkan atau ditampung kedalam kantung plastik atau kantung kertas. Teknik ini merupakan teknik yang sering dipakai oleh anak jalanan;
4. Teknik huffing
Menghisap melalui bahan kain yang telah direndam kedalam zat inhalan. 5. Menghisap dari balon yang telah diisioksida nitrit.
C. Tahap Kebiasaan Ngelem Dikalangan Anak
Ngelem dapat membuat anak tersebut menjadi fly, sensasi fly ini membuat mereka merasa bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai apapun dan sejenak mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus dijalani.
Ada dua tahap berdasarkan lamanya kebiasaan ngelem ini dilakukan, yaitu:
1. Tahap beginner
Anak jalanan dapat menghabiskan lima sampai sembilan kaleng kecil lem Aibon.
2. Tahap advance
Dapat menghabiskan hingga tiga puluh kaleng kecil per-harinya. Padahal harga lem Aibon per kaleng kecil sekitar Rp 1.500,- sampai Rp 2.000,-.
D. Faktor yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang mendasari anak jalanan melakukan kebiasaan ngelemini, antara lain:
1. Ngelem menjadi sarana pelarian terhadap adanya ganguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal dan lain sebagainya;
2. Ngelem dapat membuktikan seorang anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas. Di mana seorang anak jalanan yang tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul, dan juga adanya tekanan sosialkultural seperti bangga bila ngelem.
3. Secara fisik, ngelem memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya. Sedangkan secara psikis, ngelem dapat menghilangkan rasa cemas, depresi dan stress menghadapi faktor sosial.
4. Ngelem juga merupakan perwujudan dari sifat-sifat penyimpangan dari norma-norma sosial yang ada.
5. Tidak adanya peran orang tua terhadap pergaulan anaknya
6. Faktor ekonomi yang menyebabkan anak jalanan tersebut putus sekolah
E. Dampak Perilaku Ngelem Terhadap Kesehatan
Zat yang biasa digunakan untuk ngelem merupakan zat yang termasuk dalam kategori inhalan. Inhalan mengandung bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan dapat memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran.
Inhalan dapat mempegaruhi otak dengan kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari zat lain, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak dapat disembuhkan. Mati lemas dan mati secara tiba-tiba dapat terjadi, walaupun ngelem baru dilakukan pertama kali.
Dalam dosis awal yang kecil, inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euphoria, kegembiraan, dan sensasi yang mengambang dan menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran
tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas, seperti menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataxia.
Pengaruh langsung pemakaian inhalen, antara lain: 1. Dengan cepat kepala diserang rasa pusing 2. Sedikit stimulasi
3. Nafas berbau 4. Sakit kepala
5. Kurangnya koordinasi gerakan anggota badan 6. Mati rasa pada tangan dan kaki
7. Mual dan muntah-muntah
Bahaya penggunaan inhalan dalam jangka panjang dapat menyebabkan: 1. Irritabilitas
2. Labilitas emosi 3. Gangguan ingatan
4. Kejang pada anggota badan 5. Kerusakan sumsum tulanng 6. Kerusakan hati dan ginjal
Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, irritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah,
takikardia, dan kadang-kadang disertai halusinasi.
Selain itu,ngelem dapat memberikan efek fatal jika telah melewati ambang batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Uap lem dan thinner bisa membunuh
dalam seketika dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Sudden sniffing death
Kematian mendadak saat menghirup uap pelarut. Umumnya disebabkan oleh sabotase fungsi jantung. Gejala awalnya adalah denyut nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama kemudian berhenti untuk selamanya.
Di kalangan anak jalanan, aktivitas ngelem sering dilakukan denga kepala ditutup tas plastik agar uap tidak menyebar kemana-mana. Ketika tubuh sudah terpengaruh uap pelarut, si anak jalanan tidak bisa melepas sendiri plastik penutup tersebut dan akan mati lemas jika tidak ada temannya yang
menolong. 4. Bunuh diri.
Depresi dan halusinasi merupakan dampak serius dari uap solven. Dampak ini bisa membunuh seseorang jika orang itu kemudian tergerak untuk melakukan bunuh diri dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau.
F. Tanda Anak Kecanduan Ngelem
Anak jalanan yang sering ngelem dengan anak yang tidak ngelem dapat diketahui dari tanda yang mereka miliki antara lain:
1. Mata merah, berkaca-kaca atau berair
2. Pengucapan kata-kata yang lambat, bergumam kental dan tidak jelas 3. Terdapat noda cat pada tangan dan sekitar mulut
4. Terlihat seperti orang mabuk
5. Bau bahan kimia di dalam ruangan 6. Bau mulut yang tidak biasa
G. Upaya Mengurangi Jumlah Pengguna Ngelem 1. Keluarga
Keluarga sebagai institusi terkecil dari proses pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral. Di mana peran keluarga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan peluang untuk anak. Hal ini disadari bahwa, hampir seluruh anak jalanan yang ngelem berasal dari keluarga yang hancur. Di samping broken home, peran kontrol dari keluarga juga tidak kelihatan, di mana orang tua tidak peduli jika anaknya kecanduan atau ketergantungan terhadap lem dan mereka menganggap ini merupakan masalah yang lumrah.
2. Perawat
a. Pendekatan
Pendekatan kepada anak jalanan, karena mereka melakukan kebiasaan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi.Jika saat melakukan pendekatan ada penolakan, sebaiknya kita sebagai perawat dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan kerusuhan ataupun perlawanan lebih lanjut.Saat melakukan pendekatan, sebaiknya dengan cara berkala dan pelan-pelan.
b. Pendidikan kesehatan
Setelah melakukan pendekatan dan anak jalanan dapat diajak berkomunikasi, kita sebagai perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan tentang kandungan di dalam lem yang mereka hisap. Kita sebagai perawat tidak dapat melarang agar tidak menimbulkan pemberontakan, kita sebagai perawat hanya dapat menjelaskan bahaya
ngelem.
c. Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat
Kita sebagai perawat dapat bekerja sama dengan LSM agar para anak jalanan diberi kegiatan positif seperti belajar ataupun diajarkan untuk bekerja.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat
Beberapa LSM juga perlu melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah anak yang ngelem. Upaya tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan beberapa LSM ,Badan Narkotika Nasional, tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat dan juga anak jalanan secara kontinyu. Kemudian, LSM dan beberapa lembaga lain dapat memberikan pembekalan keterampilan untuk mengisi kekosongan waktu. Adanya penyuluhan kepada kepada masyarakat dilakukan untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem dengan cara menegur mereka secara langsung.
Sebenarnya, upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang ngelem, dikembalikan kepada seberapa besarnya upaya pemerintah untuk mengentaskan anak jalanan. Permasalahan yang selalu diungkapkan pemerintah selalu kembali ke permasalahan dana. Selain itu, tindakan pemerintah yang merazia dan menangkapi anak jalanan dinilai tidak memberikan kontribusi yang baik terhadap permasalahan anak jalanan itu sendiri.
5. Pemerintah
Pemerintah juga seharusnya memperhatikan bagaimana cara agar hak-hak mereka terpenuhi.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Ngelem atau Sniffing adalah sejenis narkoba yang umumnya digunakan oleh anak jalanan dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut, dan zat lain yang tergolong dalam inhalen untuk mencari ketenangan dan kesenangan. Ngelem dapat membuat anak tersebut menjadi fly, sensasi fly ini membuat mereka merasa bahagia. Dalam kondisi ini mereka bisa berkhayal mengenai apapun dan sejenak mengalihkan perhatian mereka dari kerasnya hidup yang harus dijalani. Faktor pendorong perilaku ngelem antara lain, sebagai sarana pelarian, pembuktian bahwa anak jalanan diterima di komunitas mereka, dan menghilangkan rasa lapar serta rasa sakit.Efek jangka pendeknya antara lain pusing, nafas berbau, sakit kepala, mati rasa pada tangan dan kaki, serta mual dan muntah-muntah. Sedangkan efek jangka panjangnya, antara lain irritabilitas, labilitas emosi, gangguan ingatan, kejang,
kerusakan sumsum tulang, kerusakan hati dan ginjal, bahkan resiko kematian.
B. Saran
Pemerintah seharusnya memiliki kewajiban untuk melindungi dan mencegah terhadap anak jalanan yang ngelem. Keluarga sebagai institusi terkecil dari proses pembinaan anak tersebut memiliki posisi sentral. Di mana peran keluarga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan peluang untuk anak mengurangi bahkan meninggalkan kebiasaan ngelem ini. Selain itu, beberapa Tenaga kesehatan seperti perawat, LSM dan Badan Narkotika Nasional juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi jumlah anak jalanan yang memiliki kebiasaan ngelem ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito, Wirawan. (2006).PsikologiRemaja. Jakarta: Rajawali Pers Suyanto, Bagong. (2010).Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana
Zubaedi.(2004).Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar http://kksp.or.id/
http://m.detik.com http://sumeks.co.id/