• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KORELASI ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DAN KINERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN PENERAPAN AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KORELASI ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DAN KINERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN PENERAPAN AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KORELASI ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DAN KINERJA TIM

TERHADAP KESUKSESAN PENERAPAN AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT

1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 43 Yogyakarta 55281

Telp. (0274) 487711

E-mail: jessica.stella@scrum.co.id, sapty@mail.uajy.ac.id, ernawati@mail.uajy.ac.id

ABSTRACT

Deployment of Agile principles in developing software is evidence that to perceive benefits are real. The process of building the software itself can be fairly heavy. The success rate of software development itself is not easily to achieved. Factors that support the software development with Agile project management method itself is closely linked to the human personality type with the team's performance in developing software. Because it is closely related to humans, type of personality and performance of the team plays becoming important role. In this study, we will see the relationship between the views and actions of various personality types using the MBTI to the people involved and influence the performance of the team with the success of Agile Software Development . The results prove that the type of personality that affect the success of the project is the Extraversion, Intuiting and Thinking. There’s a very strong relationship between the performance of the team with the success of the project ans the effect is 95.7 %, which means that if the performance of the team has increased the success of Agile Software Development will also increase.

Keywords: Agile software development, MTBI, team performance ABSTRAK

Penyebaran prinsip Agile dalam mengembangkan perangkat lunak adalah bukti bahwa manfaat yang dirasakan memang nyata. Proses membangun perangkat lunak itu sendiri bisa dibilang cukup berat. Tingkat kesuksesan pengembangan perangkat lunak itu sendiri tidak mudah diraih. Faktor-faktor yang mendukung dalam pengembangan perangkat lunak dengan metode manajemen proyek Agile itu sendiri berhubungan erat dengan tipe kepribadian manusia dengan kinerja tim dalam mengembangan perangkat lunak. Karena terkait erat dengan manusia, tentu tipe kepribadian dan kinerja dalam tim memainkan peranan penting. Pada penelitian ini, akan dilihat hubungan antara pandangan & tindakan dari berbagai macam tipe kepribadian menggunakan MBTI kepada orang-orang yang terlibat dan pengaruh kinerja tim dengan kesuksesan Agile Software Development. Hasil membuktikan bahwa tipe kepribadian yang mempengaruhi kesuksesan proyek adalah tipe kepribadian

Extraversion, Intuiting dan Thinking. Terdapat hubungan dengan kategori sangat kuat antara kinerja tim dengan

kesuksesan proyek dengan pengaruh sebesar 95,7% yang artinya jika kinerja tim semakin meningkat maka kesuksesan Agile Software Development juga akan meningkat.

Kata kunci: agile software development, mbti, kinerja tim

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Suksesnya sebuah proyek bukan hanya mempertemukan biaya, waktu, dan kualitas saja, tetapi secara keseluruhan dapat diartikan bahwa seluruh komponen stakeholder puas dengan hasil proyek (Atkinson, 1997), serta dapat juga dilihat dari bagaimana keterlibatan orang-orang di dalam proyek dan adanya manajemen proyek dan kinerja tim yang baik. Kesuksesan proyek dapat dicapai dengan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, pemahaman terhadap hubungan antar individu yang baik / good-interpersonal skills (Strohmeier, 1992), yang meliputi: pengaruh dan motivasi, konflik, komunikasi, dan kinerja tim yang baik. Dengan adanya kinerja tim yang baik maka akan terdapat kolaborasi dalam suatu tim sehingga memungkinkan

kinerja tim dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan proyek untuk tim dapat mencapai kesuksesan.

Salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang sedang berkembang adalah Metodologi

Agile Software Development. Dalam beberapa tahun

terakhir telah banyak digunakan untuk mengembangkan, mengimplementasikan sistem teknologi informasi, seiring dengan mulai banyak diadopsinya konsep agile pada proses manufaktur dan produksi. Agility itu sendiri adalah kemampuan untuk membuat dan merespon perubahan. Dengan kata lain Agility adalah kemampuan untuk mengkombinasikan flexibilitas dan stabilitas (Highsmith, 2002). Dari pengertian diatas bisa diambil titik temu bahwa Agile Software Development adalah metodologi manajemen

(2)

130 pembangunan perangkat lunak yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi di setiap elemen-elemennya. Meskipun agile merupakan metode yang dapat dikatakan cukup efektif, namun metode agile termasuk metode yang sulit untuk diadaptasi bagi beberapa tim yang belum terbiasa melakukan rutinitas seperti metode agile ini. Tidak sedikit tim yang mengalami permasalahan dalam beradaptasi dengan metode ini.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh beberapa tim. Permasalahan pertama adalah tim masih jarang melibatkan user atau customer dalam proyek sehingga terkadang tim masih belum memahami seperti apa requirement yang dinginkan

user. Masalah kedua adalah banyak test analyst yang

jarang melakukan testing sehingga sering ditemukan banyak error/bug pada saat demo program diakhir proyek. Masalah ketiga yaitu minimnya adaptasi dengan perubahan requirement. Masih banyak tim pengembang yang berfokus untuk menyelesaikan yang belum dikerjakan. Masalah keempat adalah banyak anggota tim yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak peduli terhadap sesama anggota tim. Permasalahan-permasalahan inilah yang menyebabkan beberapa proyek gagal.

Beberapa tim menyatakan bahwa yang menyebabkan kegagalan adalah penggunaan metode pembangunan perangkat lunak yang salah. Namun sebenarnya bukanlah metode yang dipakai yang menjadi masalah, tetapi lebih pada masalah kesiapan pribadi setiap orang yang terlibat dalam proyek untuk beradaptasi pada metode tersebut. Tidak semua kepribadian cocok dengan rutinitas metode agile, sehingga diperlukan penemuan tipe kepribadian mana yang cocok dengan metode agile sehingga memungkinkan untuk mengurangi kegagalan proyek. Berangkat dari permasalahan-permasalahan diatas, pada penelitian ini akan berusaha dicari tipe kepribadian seperti apa yang dapat mempengaruhi kesuksesan agile dan apakah faktor kinerja tim dapat mempengaruhi suksesnya proyek agile? Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi para Manajer Proyek untuk merekrut dan mengelola anggota timnya agar tujuan proyek bisa tercapai.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk: (1) Mengetahui tipe kepribadian apa yang dapat mempengaruhi kesuksesan penerapan agile software development. (2) Mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh antara pengaruh kerja tim dengan kesuksesan agile software development.

1.2 Referensi

1.2.1 Agile Software Development

Agile Software Development merupakan

salah satu dari beberapa metode yang digunakan

dalam pengembangan software. Agile Software

Development juga dapat diartikan sekelompok

metodologi pengembangan software yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama atau pengembangan system jangka pendek yang memerlukan adaptasi cepat dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Agile

Software Development juga melihat pentingnya

komunikasi antara anggota tim, antara orang-orang teknis dan businessmen, antara developer dan managernya. Ciri lain adalah klien menjadi bagian dari tim pembangun software. Ciri-ciri ini didukung oleh 12 prinsip yang ditetapkan oleh Agile Alliance, yaitu: (1) Kepuasan klien adalah prioritas utama dengan menghasilkan produk lebih awal dan terus menerus. (2) Menerima perubahan kebutuhan, sekalipun diakhir pengembangan. (3) Penyerahan hasil/software dalam hitungan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. (4) Pihak bisnis dan pengembang harus bekerja sama setiap hari selama pengembangan berjalan. (5) Membangun proyek dilingkungan orang-orang yang bermotivasi tinggi yang bekerja dalam lingkungan yang mendukun dan yang dipercaya untuk dapat menyelesaikan proyek. (6) Komunikasi dengan berhadapan langsung adalah komunikasi yang efektif dan efisien. (7) Software yang berfungsi adalah ukuran utama dari kemajuan proyek. (8) Dukungan yang stabil dari sponsor, pembangun, dan pengguna diperlukan untuk menjaga perkembangan yang berkesinambungan. (9) Perhatian kepada kehebatan teknis dan desain yang bagus meningkatkan sifat agile. (10) Kesederhanaan penting. (11) Arsitektur, kebutuhan dan desain yang bagus muncul dari tim yang mengatur dirinya sendiri. (12) Secara periodik tim evaluasi diri dan mencari cara untuk lebih efektif dan segera melakukannya.

1.2.2 Faktor Penentu Kesuksesan Agile software development

Penelitian tentang kesuksesan dikutip dari beberapa literatur yang sebagian besar didasarkan pada studi kasus, pemetaan-data, pengamatan proyek dan agile practice. Beberapa penelitian fokus pada pelaksanaan agile di organisasi besar atau skala metode agile untuk proyek-proyek besar, seperti sebagai Reifer et al. (2003) dan Ambler (2006). Akhirnya, Koch (2005) membuat kompilasi penelitian dari berbagai faktor keberhasilan implementasi agile. Berdasarkan literatur yang disebutkan di atas, faktor keberhasilan proyek agile dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu

Organizational, People, Process, Technical, dan Project. Penelitian yang dilakukan Tsun dan

Dac-Buu (2007) menyatakan bahwa ada empat kategori sebagai faktor keberhasilan proyek agile yaitu Organizational, People, Process, dan Technical. Keempat faktor ini dapat menjadi sebuah tolak ukur kesuksesan agile software development, dimana jika

(3)

keempat faktor tersebut dinilai baik maka proyek dapat dikatakan sukses.

1.2.3 Faktor Penentu Kinerja Tim

Kinerja tim agile mengacu pada sejauh mana tim telah berhasil dalam memenuhi tujuan proyek mereka. Sejumlah faktor efektivitas tim agile telah diidentifikasi yaitu Feedback, Goal, Komunikasi, Tim Identity, Kinerja Target, Peran, Individualitas, Sumber Daya, Moral, Kepercayaan / Reksa Akuntabilitas, Manajemen Konflik, dan Pendekatan dalam Pekerjaan. Dalam penelitannya Ecless, dkk (2010) Efektivitas tim agile di bagi menjadi empat kategori utama, yaitu Team Composition, Team Support, Team Management and Struktur, dan Team Communication dimana dari keempat faktor ini dapat menilai kinerja sebuah tim.

1.2.4 Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator adalah alat tes yang bertujuan untuk menentukan tipe kepribadian manusia berdasarkan teori tipe kepribadian Carl Jung. Tipe kepribadian manusia menurut Carl Jung tersebut antara lain (dalam Naisaban, 2005):

a. Orientasi Ekstrover (E): adalah suatu kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada kedalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat sosial , lebih banyak berbuat daripada berkontemplasi (merenung atau berpikir).

b. Orientasi Introver (I): adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Seorang introver cenderung menarik diri dari kontak sosial. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dan pengalamannya sendiri.

c. Fungsi Pengindra (S): Orang-orang yang menggunakan fungsi Pengindra, umumnya senang yang praktis dan realistis. Orang yang berfungsi Pengindra umumnya percaya, menghargai, mengarahkan energi pada saat sekarang dan disini.

d. Fungsi Intuitif (N): Intuitif adalah suatu jalan merasakan, cara membawakan informasi kepada budi dan jiwa. Fungsi Intuitif menurut Jung adalah suatu fungsi merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara alamiah. Fungsi ini digerakan dari alam tak sadar atau (unconscious) manusia.

e. Fungsi Berpikir (T): Orang berfungsi berpikir umumnya bekerja atas dasar logika, objektivitas, dan bermental analitis. Orang yang berfungsi berpikir biasanya impersonal, sangat menjunjung tinggi logika, berusaha menemukan kriteria objektif sebelum memutuskan sesuatu. f. Fungsi Perasa (F): adalah proses rasional

yang memebuat keputusan atas dasar sistem nilai. Prose situ akan mengalami kesulitan ketika nilai-nilai kehidupan itu agak kabur dan

saling bertentangan. Fungsi perasa sangat membutuhkan harmonisasi.

g. Fungsi Penilai (J): Seorang penilai memiliki karakter yang sistematis, rapi, kurang luwes, berkesan maju, bertanggung jawab, dan tegas. Ia mempunyai rencana yang jelas, punya pendirian yang keras, gemar membuat keputusan, senang kalau segala sesuatu berjalan lancar atau selese pada waktunya.

Fungsi Pengamat (P): Karakter orang pengamat adalah toleran, terbuka, gampang menyesuaikan diri, sangat mengerti orang lain, spontan, luwes, dan punya semangat ingin tahu yang tinggi. Ia memiliki spontanitas yang tak terduga, sangat toleran dan memiliki hidup yang optimis.

2. PEMBAHASAN 2.1 Metodologi Penelitian 2.1.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilakukan dalam tahap kegiatan penelitian ini adalah studi literatur. Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel yang berasal dari satu grup sampel yaitu mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dan kinerja tim terhadap kesuksesan

Agile Software Development.

2.1.2 Menentukan Hipotesa

Pada penelitian ini diperlukan uji hipotesa untuk membuktikan apakah ada hubungan atau tidak antara kinerja tim dengan kesuksesan Agile Software

Development. Untuk mencari hubungan dilakukan

analisa korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson yang dimana hipotesis yang diuji:

H0 : ρ = 0 H1 : ρ ≠ 0

Sehingga dapat disimpulkan:

H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja tim proyek dengan kesuksesan Agile

Software Development

H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja tim proyek dengan kesuksesan Agile

Software Development

2.1.3 Metode Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh melalui kuisioner terkumpul, kemudian dilakukan tahapan penelitian selanjutnya yaitu metode analisa data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuisioner dan wawancara dari pakar dan responden diolah sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS.21 (Statistical

Program for Social Science). Proses analisa SPSS

(4)

132 1. Input data

Data hasil dari kuisioner, dilakukan input data kedalam analisis statistic dengan menggunakan program komputer SPSS 21 dan Microsoft Excel 2007.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Valid artinya data-data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian, uji validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS.21. Dengan pengujian validitas maka dapat diketahui variabel pernyataan valid atau tidak valid. Dengan pendekatan nilai r Tabel, dimana untuk jumlah 57 responden dan 40 butir petanyaan maka nilai r Tabel adalah 0,261 dengan taraf nyata 5% Untuk variabel yang nilai r nya dibawah nilai r Tabel, maka variabel tersebut dinyatkan tidak valid, sedangkan untuk nilai r nya sama dengan atau lebih besar dari nilai r Tabel, maka variabel tersebut dinyatkan valid artinya data yang valid yang digunakan untuk tahap analisa selanjutnya. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan

Cronbach’s Alpha yaitu mengukur relialibilitas

variabel-variabel dalam kuesioner dimana koefisien

Cronbach’s Alpha 0,6, maka nilai Cronbach’s Alpha

kuesioner harus lebih besar dari koefisien 0,6 agar kuesioner dianggap memenuhi uji relialibilitas.

3. Identifikasi Kesuksesan Agile Software

Development Setiap Tim

Pada tahap ini penulis mengidentifikasi kesuksesan agile software development dengan cara mencari rata-rata setiap faktornya kemudian nilai setiap faktor dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai akhir tingkat kesuksesan. Jika nilai ≥ 3,00 maka proyek dapat dikatakan sukses.

4. Identifikasi Hasil Tipe Kepribadian Setiap Tim

Analisa tipe kepribadian dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan tipe kepribadian seperti apa yang dapat mempengaruhi kesuksesan agile

software development. Penentuan tipe kepribadian

pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan tes kepribadian mbti dengan 40 butir pertanyaan dan mendapatkan hasilnya dengan menggunakan aplikasi excel khusus yang diciptakan oleh Nafis Mudrika. Hasil tes tipe kepribadian dijumlahkan untuk setiap preferensi tipe kepribadian kemudian mencari preferensi mana yang lebih dominan untukk setiap dikotomi tipe kepribadian

(Extraversion-Introversion, Sensing-Intuiting, Thinking-Feeling

dan Judging-Perceiving).

5. Identifikasi Hasil Kinerja Tim Setiap Tim Pada tahap ini penulis mengidentifikasi hasil kinerja tim dengan cara mencari rata-rata setiap faktornya kemudian nilai setiap faktor dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai akhir tingkat kinerja tim.

6. Analisa Tipe Kepribadian yang Mempengaruhi Kesuksesan Agile Software Development

Pada tahap ini penulis melihat hasil identifikasi tipe kepribadian pada tahap 3 dan nilai kesuksesan pada tahap 4 kemudian penulis mengurutkan hasil nilai kesuksesan dari terkecil hingga terbesar kemudian melihat tipe kepribadian mana yang mempengaruhi kesuksesan.

7. Analisis Korelasi dan Regresi Kinerja Tim dengan Kesuksesan Agile Software Development

Analisa kolerasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan menggunakan rumus Korelasi Product

Moment Pearson (r) maka akan diketahui apakah

ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi dengan untuk melihat besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

8. Uji Hipotesis

Setelah diketahui nilai korelasi (r) maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan melakukan uji t yang dimana hasil korelasi Product Moment Pearson (r) akan digunakan dalam uji t. Keputusan tolak H0 Jika t-hitung ≥ t-tabel dengan dk = n-2

2.2 Hasil

2.2.1 Hasil Identifikasi Kesuksesan Agile Software Development

Berikut merupakan hasil identifikasi kesuksesan Agile Software Development setiap tim yang didapat dari hasil kuesioner yang diukur berdasarkan interval dengan nilai minimum 1 dan maximum 5. Dengan perkiraan jika hasil penilaian ≥ 3 maka proyek dapat dikatakan sukses. Hasil identifikasi kesuksesan Agile Software Development setiap tim dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Identifikasi Kesuksesan Agile

Software Development Setiap Tim Ti m Organi-zational (Y1) Peop le (Y2) Proce ss (Y3) Techn ical (Y4) Avera ge Hasil 1 3.83 3.83 4.21 3.82 3.92 Sukses 2 4.53 4.4 4.38 4.31 4.40 Sukses 3 4.11 4.16 4.33 4.21 4.20 Sukses 4 4.13 4.2 4.14 4.18 4.16 Sukses 5 4.4 4.4 4.02 4.39 4.30 Sukses 6 4.2 3.77 3.69 3.86 3.88 Sukses

2.2.2 Hasil Pengujian Tipe Kepribadian MBTI Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai hasil pengujian tipe kepribadian. Dari hasil tes yang sudah dilakukan pada keenam tim didapatkan sebuah hasil tipe kepribadian MBTI dari 6 tim proyek adalah tim 1: ESTJ, tim 2: ENTP, tim 3: ENTJ, tim 4: ENTJ, tim 5: ENTP, tim 6: INTP. Dimana secara jelas dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :

(5)

75% 66,67% 66,67%63,63% 60% 43,85% 25% 33,33% 33,33%36,37% 40% 57,15% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Tim 1Tim 2Tim 3Tim 4Tim 5Tim 6

Extraversion Introversion

Gambar 1. Extraversion vs. Introversion

Gambar 2. Sensing vs. Introversion

Gambar 3. Thinking vs. Feeling

Gambar 4. Perceiving vs. Judging

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pada dikotomi E vs I yang lebih dominan adalah tipe kepribadian Extraversion. Kemudian pada gambar 2 yaitu dikotomi S vs N dapat dilihat bahwa tipe

kepribadian Intuiting lebih dominan dari Sensing. Selanjutnya pada gambar 3 yang menunjukkan dikotomi T vs F dapat dilihat bahwa semua tim lebih dominan pada tipe kepribadian Thinking. Kemudian pada dikotomi P vs J (gambar 4) dapat dilihat hasilnya seimbang sehingga kedua tipe kepribadian ini memiliki pengaruh yang sama saja terhadap kesuksesan. Hal ini dapat juga dilihat atau dibuktikan pada hasil analisa keseluruhan responden dengan jumlah 57 responden dimana tipe kepribadian yang dominan dari tipe kepribadian berlawanan adalah Extraversion, Intuiting, Thinking dan Judging. Namun hasil dari dikotomi Juding dan Perceiving tidak berbeda jauh sehingga yang digunakan sebagai tipe kepribadian per tim yang dominan adalah E, N, T.

2.2.3 Hasil Identifikasi Kinerja Tim

Pada bagian ini menjabarkan hasil identifikasi kinerja tim untuk setiap tim yang diukur berdasarkan interval dengan nilai minimum 0 dan maximum 5. Dimana hasil identifikasi kinerja tim untuk setiap tim dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Identifikasi Kinerja Tim Pada Setiap Tim

2.3 Analisa Tipe Kepribadian MBTI yang Mempengaruhi Kesuksesan Agile Software Development

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan tipe kepribadian yang seperti apa yang dapat mempengaruhi kesuksesan Agile Software

Development. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3

berikut dimana diurutkan berdasarkan tingkat kesuksesan Agile Software Development dengan nilai terkecil hingga terbesar.

Tabel 3. Identifikasi Tipe Kepribadian yang Mempengaruhi Kesuksesan Agile Software

Development

Tim Nilai Rata-Rata Kesuksesan

Agile Software Development Tipe Kepribadian

6 3.88 INTP 1 3.92 ESTJ 4 4.16 ENTJ 3 4.20 ENTJ 5 4.30 ENTP 2 4.40 ENTP

Dari hasil dapat diidentifikasi bahwa proyek tim responden pada penelitian ini semuanya sukses dan kesuksesannya itu sendiri dipengaruhi oleh tipe

(6)

134 kepribadian yang dimana dapat dilihat pada tabel diatas bahwa tipe kepribadian yang mempengaruhi kesuksesan Agile Software Development dengan tingkat kesuksesan tertinggi didominasi dengan tipe kepribadian ENTP. Dari hasil identifikasi tipe kepribadian didapatkan hasil tes tipe kepribadian per tim yang paling dominan adalah Extraversion,

Intuiting, Thinking dan Judging/Perceiving.

Sedangkan hasil tes tipe kepribadian keseluruhan responden yang paling dominan adalah

Extraversion, Intuiting, Thinking dan Judging. Dari

hasil pengelompokkan diatas, didapatkan hasil yang paling dominan dikotomi pertama, kedua dan ketiga sama yaitu E, N, T. Sedangkan untuk dikotomi keempat didapatkan hasil pada pengelompokan per tim, tipe kepribadiannya seimbang.

2.4 Analisis Korelasi dan Regresi Antara Kinerja Tim Terhadap Kesuksesan Agile software development

2.4.1 Analisis Korelasi

Pada pemaparan sebelumnya dapat dilihat jika kinerja tim baik maka tingkat kesuksesannya juga semakin tinggi. Untuk perbandingan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Perbandingan Nilai Kinerja Tim terhadap Tingkat Kesuksesan

Tim Nilai Rata-Rata Kinerja Tim

Nilai Rata-Rata Tingkat kesuksesan 6 3.99 3.88 1 4.09 3.92 4 4.26 4.16 3 4.29 4.20 5 4.31 4.30 2 4.50 4.40

Dari tabel 4 diatas nilai kinerja tim diurutkan dari nilai terkecil hingga terbesar. Dapat dilihat hasil tingkat kesuksesannya juga berurutan dari terkecil hingga terbesar. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara kinerja tim dengan kesuksesan Agile Software Development dimana semakin besar nilai kinerja tim maka semakin besar pula tingkat kesuksesannya. Hasil penghitungan korelasi Pearson yang didapatkan adalah sebesar 0,978. Artinya korelasi yang terjadi merupakan korelasi positif dan hubungannya bersifat sangat kuat. Sehingga H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh antara kinerja tim terhadap kesuksesan Agile

Software Development. Besarnya pengaruh faktor

kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software

Development dapat dihitung dengan rumus Koefisien Determinasi. Dimana hasil yang didapatkan adalah 95,7%. Dari hasil korelasi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tim dan kesuksesan Agile Software Development, dimana faktor kinerja tim memiliki pengaruh yang tinggi sebesar 95,7%.

2.4.2 Analisis Regresi

Setelah diketahui tingkat korelasi antara kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software

Development maka tahap selanjutnya adalah melihat

besarnya pengaruh kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software Development dalam bentuk permodelan menggunakan metode regresi linier dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + bx

Hasil perhitungan regresi pada penelitian ini yaitu:

Y = -0,601 + 1,120X

Dari persamaan regresi linier diatas memiliki nilai konstanta negatif yaitu -0.601 yang artinya apabila kinerja tim bernilai nol, maka kesuksesan

Agile Software Developmentnya bernilai negatif.

Dari persamaan diatas dapat juga dilihat jika kinerja tim semakin meningkat, maka tingkat kesuksesannya juga semakin meningkat.

2.4.3 Uji T-Test

Setelah didapatkan nilai korelasi antara kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software

Development, maka uji t dapat dilakukan dengan

melakukan perhitungan dengan rumus t. Dari rumus diatas didapatkan hasil t hitung adalah 0,9376 dengan batas nilai t-tabel adalah 0,72669, dimana jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak.

2.5 Uji Hipotesa

Analisis yang dilakukan terhadap perhitungan, dapat disimpulkan berdasarkan analisis korelasi dan regresi yang dilakukan, maka terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software Development. Dari persamaan korelasi dan regresi linier yang dihasilkan, juga memenuhi semua kriteria pengujian seperti yang telah diuraikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan “Dengan meningkatkan kinerja tim maka kesuksesan Agile Software

Development akan meningkat”. Dimana

hipotesis H1 diterima, yaitu:

H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja tim proyek dengan kesuksesan Agile

Software Development

2.6 Pembahasan Keseluruhan Hasil

Berdasarkan hasil tes tipe kepribadian didapatkan bahwa tipe kepribadian dominan yang dapat mempengaruhi kesuksesan Agile Software

Development adalah tipe kepribadian Extraversion (E), intuiting (N) dan thinking (T). Tipe kpribadian

ini tidak hanya perlu diidentifikasi saja, namun perlu diketaui mengapa tipe kepribadian ini dapat mempengaruhi suksesnya proyek agile. Berikut

(7)

merupakan deskripsi dari setiap tipe kepribadian yang didapatkan sesuai pengamatan:

1. Ekstraversion (E)

Tipe kepribadian Ekstraversion merupakan tipe yang menyenangi interaksi sosial dengan orang lain. Dalam Agile Software Development, interaksi sosial dengan orang lain cukup penting seperti komunikasi antar sesama rekan kerja dalam tim. Banyaknya komunikasi antara tim pengembang dengan user dalam proses pengembangan dapat mengurangi kesalahan komunikasi mengenai product backlog dan requirement yang user inginkan. Tim pengembang juga akan lebih memahami fungsi seperti apa yang user butuhkan. Rutinitas seperti inilah berkaitan dengan prinsip agile ke-4 dan ke-6. Tipe Extraversion ini juga mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi dalam bekerja dan dapat membuat suasana lingkungan kerja menjadi tidak kaku dimana dalam suatu tim, level of fun, komunikasi dan umpan balik menjadi faktor baik atau tidaknya kinerja tim dimana hal ini berkaitan dengan prinsip agile ke-5 dan ke-12.

2. Intuiting (N)

Aspek Intuiting (N) merupakan aspek yang banyak dimiliki oleh tim pengembang terutama programmer, karena tipe ini melihat adanya kemungkinan yang terjadi, contohnya pada saat menulis baris coding, mereka mencari cara menuliskan code yang memungkinkan untuk menghasilkan suatu fungsi yang berfungsi sesuai dengan user inginkan. Tipe ini berkaitan dengan prinsip agile ke-7 yaitu membuat software yang berfungsi. Tipe kepribadian ini juga dapat mencari jalan keluar jika ada hambatan-hambatan pada saat proses pengembangan perangkat lunak. Tim pengembang dengan aspek tipe kepribadian ini mudah beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan requirement dari user sebagaimana dalam Agile Software Development, tim

pengembang dituntut dapat

beradaptasi/mengatasi segala perubahan-perubahan dari user/customer, sehingga hal ini sangat berkaitan dengan salah satu prinsip agile yang paling penting, yaitu prinsip ke-2.

3. Thinking (T)

Semakin tinggi aspek Thinking (T) dalam tim pengembang dapat mempengaruhi kesempurnaan produk yang dikembangkan. Hal-hal ini dapat berpengaruh dalam pengembangan produk, terutama pada bagian proses pengembangan produk, dalam hal memecahkan masalah dan membuat keputusan seperti contohnya pada saat sprint planning/awal, tim pengembang dengan aspek Thinking dapat menyusun strategi dan menentukan panjangnya waktu proyek yang memungkinkan dapat selesai dalam waktu yang tepat tanpa melibatkan

perasaan/empati untuk hal-hal yang lainnya dan mereka membagi-bagi backlog di beberapa sprint dengan menggunakan kekuatan analisa mereka agar produk yang dikembangkan dibuat dengan alur yang tepat atau sesuai. Hal ini berkaitan dengan prinsip agile ke-3, yaitu penyerahan hasil dalam hitungan waktu tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian tedapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tim dengan faktor kesuksesan

Agile Software Development. Nilai hubungan yang

didapatkan adalah 0,978 dengan kategori sangat kuat dan Besarnya nilai hubungan ini dapat dihitung dalam sebuah presentase yaitu 95,7%. Dari hasil korelasi dan regresi dapat disimpulkan bahwa kinerja tim perlu ditingkatkan dari segala faktor guna mencapai kesuksesan Agile Software Development. Terutama terhadap variabel-variabel

dibawah ini, yaitu (1) Pada faktor team composition,

yaitu Peran, Identitas tim dan Individualitas. (2)

Pada faktor team support, yaitu Sumber daya, Moral, Kepercayaan, Level of fun, Komitmen. (3) Pada faktor team management and structure, yaitu Management konflik, Target kerja, Target performansi, Pendekatan kerja. (4) Pada faktor team

communication, yaitu Komunikasi dan umpan balik.

3. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Tipe kepribadian yang dapat mempengaruhi kesuksesan Agile Software

Development adalah ENTP, ENTJ, ESTJ

dan INTP. Tipe kepribadian yang dominan dalam tim proyek yang berpengaruh dalam kesuksesan proyek adalah Extraversion,

Intuiting dan Thinking.

2. Terdapat korelasi antara kinerja tim terhadap kesuksesan Agile Software Development yang hasilnya termasuk dalam kategori sangat kuat dengan presentase besar pengaruhnya 95,7%.

PUSTAKA

Ambler, S.W., 2006. Supersize me. Software Development 14 (3), 46–48.

Atkinson, R.W., 1997. Effective Organisations, Re-framing the Thinking for Information Systems Projects Success, 13±16. Cassell, London.

Ecless, M., Smith, J., Tanner, M., Van Belle, J.P., Van Der Watt, S., 2010. Collocation Impact on Team Effectiveness. Departement of Information System, University of Cape Town.

Highsmith, J., 2002. Agile Software Development Ecosystems. Addison-Wesley, Boston, Massachusetts.

(8)

136 Koch, A.S., 2005. Agile software development:

Evaluating the Methods for Your Organizations. Artech House, Northwood, Massachusetts.

Naisaban, Ladislaus. 2005. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Reifer, D.J., Maurer, F., Erdogmus, H., 2003. Scaling agile methods. IEEE Software 20 (4), 12–14.

Strohmeier, S., 1992. “Development of Interpersonal Skills for Senior Project Managers”. International Journal of Project Management, Vol.10 (1).

Tsun Chow, Dac-Buu Cao, 2007. A Survey Study of Critical Success Factors In Agile Software Project. School of Business and Technoloy, Capella University, Minneapolis.

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Identifikasi  Kesuksesan  Agile  Software Development Setiap Tim
Gambar 1. Extraversion vs. Introversion

Referensi

Dokumen terkait

[5] Sintani Sari, Mumu Sutisna dan Yulianti Pratama, “Biogas Yang Dihasilkan Dari Dekomposisi Eceng Gondok ( Eichhornia Crassipes ) Dengan Penambahan Kotoran Sapi

Sistem pengendalian manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kinerja

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai dengan akhir periode sebesar Rp1,47 triliun diberikan kepada 44.484 debitur yang tersebar di wilayah Kaltim kecuali

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Sistem koordinat Garis pantai diasosiasikan dengan sudut datang gelombang, dimana arah y (positif) dikonversikan sebagai arah utara dan arah datangnya gelombang menuju sumbu x

[r]

Wajah istidlal dari ayat ini adalah bahwa ayat tersebut memberi isyarat tentang kisah Ashabul kahfi ketika orang-orang menemukan gua pembaringan mereka sehingga orang-orang ada

Instrumen pada penelitian adalah rubrik gaya belajar berdasarkan teori Fleming kemudian untuk kemampuan pemecahan masalah matematis didapatkan dari instrumen soal