BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja Perusahaan
Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau
kegagalan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misinya. Dengan kata lain,
kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode
tertentu. Menurut Mulyadi (2001:337) “Kinerja adalah keberhasilan personil,
tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.”
Kinerja perusahaan adalah fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang
ada dalam perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern organisasi
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu
(Pabundu Tika, 2006:122). Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat
diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai
perusahaan maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan
mengalokasikan sumber dayanya dan menjelaskan operasionalnya.
Pengukuran kinerja sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Untuk menghasilkan
kinerja perusahaan yang baik perlu dilakukan usaha-usaha yang positif untuk
mencapainya. Apabila suatu perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya
dengan baik, maka akan memperoleh kinerja perusahaan yang baik.
Pada umumnya kinerja perusahaan diukur melalui ukuran kinerja
keuangan dan non keuangan. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja
keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada satu periode
tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas. Kinerja keuangan dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka
dalam satuan nilai uang. Sedangkan kinerja non keuangan dinilai tidak
berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang.
Menurut Moorman dan Rust (1999), kinerja perusahaan dapat diukur
dari efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan (cost), penjualan
(sales), laba (profit), pangsa pasar (market share), kepuasan pelanggan,
loyalitas pelanggan, pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru.
Dalam hal ini, efisiensi biaya yang dimaksud adalah dengan meningkatkan
produktivitas dan menurunkan biaya. Pada penjualan (sales) kinerja penjualan
dievaluasi dengan mengukur pencapaian kuota setiap produk. Sedangkan laba
pendapatan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa) pada tingkat
yang lebih besar daripada menggunakan sumber daya tersebut. Dan
pertumbuhan pangsa pasar (market share) yang berguna untuk mengetahui
kinerja perusahaan.
Indikator kinerja perusahaan berikutnya adalah kepuasan pelanggan
yaitu tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang ditawarkan oleh
perusahaan. Selanjutnya loyalitas pelanggan yaitu pelanggan yang akan
mengulang kembali pembelian atau dapat dikatakan sebagai pelanggan setia
sementara beberapa pelanggan lain hanya membeli dalam jumlah besar atau
hanya pada promosi. Pengembangan produk baru dan kreativitas produk baru
merupakan kemampuan perusahaan untuk cepat dalam mengembangkan
produk baru yang memberikan keuntungan bagiperusahaan dan kreativitas
serta inovasi perusahaan dalam membuat produk yang akan menciptakan
keuntungan berkelanjutan bagi perusahaan.
2.1.2 Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen adalah alat bagi para manajer, yang
menggunakannya dalam interaksi diantara mereka dengan bawahan.
Pengendalian ini bertujuan mendorong, membantu dan memotivasi manajer
dan karyawan untuk melaksanakan strategi organisasi dan untuk mematuhi
kebijakan organisasi dalam pelaksanaan tersebut. Peran manajemen dalam
pengendalian dinamakan pengendalian manajemen dan sistem yang
mengevaluasinya dan memanfaatkannya bersama saran-sarana lain untuk
mengendalikan kegiatan dinamakan sistem pengendalian manajemen.
Menurut Supriyono (2000:27) sistem pengendalian manajemen adalah
sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota
organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara
efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, dimana sistem
pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Mulyadi dan
Setiawan (2001:3) mendefinisikan sistem pengendalian manajemen sebagai
suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan
perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.
Jadi, sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya
secara efektif dan efisien melalui para manajernya. Dua unsur yang penting
dalam sistem pengendalian manajemen adalah struktur dan proses sitem
pengendalian manajemen.
Struktur merupakan hubungan antara komponen yang dinyatakan
dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang mengalir diantara unit-unit
tersebut. Komponen-komponen ini saling berkaitan dengan lainnya yang
secara bersama-sama membentuk sistem. Setiap komponen dalam struktur
memiliki fungsi tertentu untuk mencapai tujuan sistem. Struktur pengendalian
jabatannya disebut dengan responsibility centers (pusat-pusat
pertanggungjawaban) (Mulyadi, 2001:3).
Pusat-pusat pertanggungjawaban merupakan bagian-bagian dalam
suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab
atas aktivitas dalam bagian tersebut. Menurut Supriyono (2000:36) terdapat
unsur-unsur yang terbagi dalam kelompok struktur yaitu: struktur organisasi,
aliran informasi dan pendelegasian wewenang.
Proses pengendalian manajemen merupakan seperangkat tindakan
yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja sesuai dengan
tujuan yang melibatkan interaksi dalam sebuah organisasi. Proses
pengendalian manajemen yang diukur (Anthony dan Govindarajan, 2005:19)
meliputi penyusunan program (pemograman), penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan pengukuran dan pelaporan dan analisis.
Penyusunan program (pemograman) adalah proses pembuatan
keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh suatu
organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk
setiap program tersebut (Supriyono 2001:2). Dengan demikian pemograman
yang tepat akan berdampak pada pengelolaan sumber daya perusahaan secara
efektif dan efisien.
Tahap kedua dalam proses pengendalian manajemen yaitu penyusunan
anggaran. Menurut Supriyono (2001:82) anggaran adalah suatu rencana
dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan
sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manajer dalam
melaksanakan program atau bagian program.
Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat
pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggran serta
mengadakan negosiasi dengan manajer diatasnya yang memberikan peran
kepadanya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan merupakan
kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk
melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut..
Setelah penyusunan program dan anggaran, tahapan selanjutnya
adalah pelaksanaan dan pengukuran.Pelaksanaan merupakan implementasi
antara rencana dalam bentuk kegiatan maupun biaya. Bila manajemen
menginginkan ada kesesuaian antara rencana dengan realisasi, salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah konsistensi pelaksanaan dengan rencana
baik program maupun penganggaran. Artinya kedua hal tersebut dapat
dipedomani dalam melaksanakan kegiatan, bila tidak maka akan terjadi
penyimpangan.
Sementara itu pengukuran berhubungan dengan penilaian dan
pengendalian kegiatan berdasarkan program dan anggaran yang ditetapkan.
Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari
dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu
informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi
internal maupun eksternal.
Tahap akhir dalam proses pengendalian manajemen adalah pelaporan
dan analisis. Dalam tahap ini data akuntansi disajikan dalam bentuk laporan
keuangan. Laaporan kinerja pusat pertanggungjawaban digunakan sebagai
dasar untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa analisis terhadap
penyimpangan dari pelaksanaan anggaran. Atas dasar hasil analisis, manajer
pusat pertanggungjawaban dapat segera merumuskan tindakan perbaikan.
Menurut Mulyadi (2001:6) struktur dan proses merupakan dua hal
yang membangun sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian
manajemen menyediakan struktur yang memungkinkan proses perencanaan
dan implementasi rencana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai
sistem, struktur dan proses sistem pengendalian manajemen keduanya saling
berinteraksi, dimana ketercapaian tujuan organisasi dapat tercapai. Salah satu
tujuan organisasi yaitui peningkatan kinerja.
2.1.3 Budaya Organisasi
Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai
acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Pada tingkat organisasional,
budaya merupakan seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan,
nilai-nilai dan persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam suatu
yang bersangkutan (Indriantoro, 2000). Silk (1995) mendefinisikan budaya
sebagai cara bagaimana kita akan melakukan sesuatu pada saat ini, yang
penekanannya menjelaskan tentang sikap yang terwujud melalui sebuah sikap
yang teladan dari atas, seperti dari pemimpin organisasi yang direfleksikan ke
dalam peraturan atau prosedur di dalam suatu organisasi. Budaya menuntun
orang untuk mengetahui tindakan yang benar dan salah, mengganggu atau
tidak, menyenangkan orang atau tidak ketika melakukan segala sesuatu saat
ini.
Budaya organisasi merupakan salah satu sistem pengendalian informal
dalam perusahaan. Sistem pengendalian informal tercermin dalam
kebijakan-kebijakan tidak tertulis seperti budaya organisasi. Budaya ini mencakup
proses-proses yang tidak dapat diucapkan untuk memotivasi para manajer
guna mengambil tindakan-tindakan yang dikehendaki, dan mencegah serta
memperbaiki karyawan dan unit-unit organisasi dari tindakan-tindakan yang
tidak layak. Budaya organisasi dapat dikatakan sebagai sebuah perekat sosial
yang mengikat para anggota suatu organisasi melalui nilai-nilai yang
dijunjung tinggi bersama. Dikatakan sebagai perekat sosial, karena setiap
orang memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda, maka diperlukan
adanya perekat sosial untuk mengatasi perbedaan tersebut.
Menurut Pabundu (2006:4), budaya organisasi merupakan seperangkat
asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi,
eksternal dan masalah internal. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi jika
para anggota organisasi memiliki kesamaan pengertian dengan menganut nilai
dan keyakinan yang sama. Nilai atau keyakinan yang dianut bersama tersebut
juga dapat menciptakan kondisi dimana anggota organisasi tersebut merasa
berbeda dengan organisasi lain. Hal ini didukung oleh pendapat Robbins
(dalam Jaghargh, 2012:31) yang menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi
yang membedakan organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain.
Tujuan memahami budaya organisasi adalah agar para manajer,
praktisi bisnis atau siapapun yang terlibat di dalam organisasi bisa mengatur,
merencanakan, mengendalikan dan jika perlu merubah budaya tersebut
dengan harapan organisasi dapat mencapai tujuan lebih baik. Kartono (1994),
menyatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada
kelompok-kelompok kerja di perusahaan dapat berasal dari berbagai macam sumber
seperti dari stratifikasi kelas sosial buruh atau pegawai, sumber teknis dan
jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan yang diciptakan oleh pemilik
perusahaan dan para direktur atau manajer yang melatarbelakangi kelompok
kecil informal seperti buruh.
Menurut Robbins Robbins (dalam Jaghargh, 2012:31), budaya
1) Inovasi dan pengambilan resiko
Sejauh mana karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif
dan mengambil resiko dalam pekerjaan.
2) Arah
Sejauh mana organisasi dengan jelas menciptakan sasaran dan harapan
mengenai prestasi.
3) Integritas
Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk
bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
4) Dukungan dari manajemen
Tingkat sejauh mana para pimpinan member komunikasi yang jelas,
bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
5) Kontrol
Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.
6) Identitas
Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya.
7) Sistem Imbalan
Tingkat sejauh mana alokasi imbalan, seperti kenaikan gaji/ promosi
8) Toleransi terhadap konflik
Tingkat sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka.
9) Pola-pola komunikasi
Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal.
2.1.4 Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan hubungan dari kajian empiris antar
variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian tersebut dijadikan pedoman untuk melihat hubungan variabel dalam
penelitian ini.
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan kinerja perusahaan,
Tabel 2.1
1. Management control system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2. Management control system berpengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi karyawan. 3. Motivasi karyawan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan. 4. Hubungan langsung antara
4 Nugrahani
1. Sistem pengendalian manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2. Pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3. Sistem pengendalian manajemen dan pengendalian internal secara
1. Budaya organisasi yang inovatif berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. 2. Sistem pengendalian manajemen
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
memiliki hubungan yang signifikan
dengan conformance quality dan
tingkat yang lebih tinggi conformance
quality ditemukan terkait dengan
kepuasan pelanggan. Juga,
conformance quality memediasi
hubungan antara sistem pengendalian
7 Ahnisa (2012) Independen :
1. Perusahaan yang menerapkan sistem pengendalian manajemen lebih berhasil daripada mereka yang
tidak memiliki sistem pengendalian. 2. Dalam situasi ketidakpastian
lingkungan, perusahaan yang menerapkan kontrol interaktif lebih berhasil daripada mereka yang
menerapkan kontrol diagnostic. 3. Modernisasi sistem pengendalian
akan memberikan kinerja yang lebih tinggi daripada perusahaan yang masih menggunakan sistem pengendalian tradisional.
8 Papat et al
1. Belief system berpengaruh positif
terhadap organizational learning
2. Boundary system berhubungan
positif dengan organizational
learning.
3. Diagnostic control system
berpengaruh positif terhadap
organizational learning.
4. Interactive control system
berpengaruh positif terhadap
organizational learning.
5. Organizational learning berpegaruh
positif terhadap organizational
Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang
Performance
1. Budaya organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja organisasi.
2. Kinerja organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja karyawan. 3. Budaya organisasi berengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja karyawan. 4. Budaya organisasi melalui kinerja organisasi, tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
11 Rose et al
Amerika dan Malaysia memiliki
hubungan yang signifikan antara
semua empat dimensi budaya dan
kinerja organisasi.
Budaya organisasi sebagai nilai yang
diyakini oleh anggota organisasi harus
dibangun disesuaikan dengan strategi
yang akan diterapkan oleh perusahaan,
karena budaya organisasi yang baik
kompetitif bagi perusahaan yang akan
lebih sulit ditiru oleh pesaing
dibandingkan dengan keunggulan
kompetitif yang sifatnya fisik.
2.2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi dan tinjauan
pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka berikut ini dapat dikemukakan suatu
kerangka konseptual. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Sistem
Pengendalian Manajemen dan Budaya Organisasi .Sedangkan variabel dependennya
adalah Kinerja Perusahaan. Kerangka yang dimaksud dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sistem Pengendalian
Manajemen (X1)
Budaya Organisasi (X2)
Kinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi serta visinya (Zhang dan McCullough,
2001). Pengukuran kinerja adalah penilaian kinerja baik pengukuran kinerja finansial
maupun non finansial yang merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh manajemen suatu organisasi untuk menjamin sumber daya yang
diperoleh digunakan secara efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan
organisasi (Tatikonda dan Tatikonda, 1998).
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu mekanisme baik formal
maupun informal yang didesain untuk menciptakan kondisi yang mampu
meningkatkan peluang pencapaian harapan output yang diinginkan dengan
memfokuskan pada tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan perilaku yang
diinginkan. Pada penelitian Porporato (2006), menunjukkan bahwa sistem
pengendalian manajemen dapat menurunkan ketidakpastian dan berkontribusi pada
pengambilan keputusan dimana kemudian akan meningkatkan kinerja.
Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya
organsiasi sebagai suatu persepsi umum yang dimiliki oleh seluruh anggota
organisasi, sehingga setiap pegawai yang menjadi anggota organisasi akan
mempunyai nilai, keyakinan dan perilaku sesuai dengan organisasi. Pegawai atau
karyawan merupakan penggerak operasi organisasi, jika kinerja pegawai baik, maka
Robbins (dalam Jaghargh, 2012:30) mengungkapkan bahwa budaya
organisasi yang kuat diperlukan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja
karyawan yang pada akhirnya akan berpengaruh pula pada kinerja organisasi secara
keseluruhan.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjono (2005) menunjukkan
bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya organisasi terhadap kinerja organisasi.
Dan penelitian yang dilakukan Shahzad (2012) juga menunjukkan bahwa budaya
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang berdampak pada
kinerja perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:114), pengendalian formal dalam
suatu perusahaan terdiri dari sistem pengendalian manajemen dan aturan-aturan.
Sedangkan salah satu pengendalian informal perusahaan adalah budaya organisasi.
Keselarasan pengendalian formal dengan pengendalian informal dapat mempermudah
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Bila sistem pengendalian manajemen dan
budaya organisasi berjalan dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan secara bersama-sama.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka konseptual terhadap
perumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam
penelitian ini yang diajukan yaitu : Sistem Pengendalian Manajemen dan Budaya
Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan Perkebunan Kelapa