• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAMALAN AWAL MUSIM HUJAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION LEVENBERG-MARQUARDT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAMALAN AWAL MUSIM HUJAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION LEVENBERG-MARQUARDT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

· .Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATl 2U12) Yogyalwrta. 15-J6Juni 2012 ISSN: 1907-5022

\

\

\

\

\

PERAMALAN

AWAL MUSIM HUJAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

TIRUAN

BACKPROPAGATION LEVENBERG

-

MARQUARDT

A

g

us

Buono

', A

l

ifK

urn

i

a

w

a

n\

d

a

n A

kh

m

a

d

Faqih'

'Departemen Ilmu Komputer. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Darmaga - Bogor Jawa Barat

Telp.!Fax (0251) 8625584

]Center For Climate Risk and Opportunity Management (CCROM) IPB Jl. Raya Pajajaran - Bogor Jawa Barat

Telp.!Fax (0251) 88313709 E-mail: [email protected]

L

AB

STRAK

Penelitian ini difokuskan pada pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan propagasi balik Levenberg-Marquardt untuk prediksi Awal Musim Hujan (AMH). dengan mengambil studi kasus Kabupaten Indramayu. Peubah yang dipergunakan sebagai prediktor adalah Southern Oscillation Index (SOl). Pemilihan bulan untuk data SOl berdasar nilai korelasi pada taraf nyata 5%. Sedangkan peubah respon adalah awal musim hujan satu periode ke depan yang diukur dalam dasarian (10 harian). Dari 30 tahun periode data (1978-2007). selanjutnya dilakukan pemodelan JST dengan 4 variasi jumlah hidden neuron (5. 10. 15 dan20) dan divalidasi dengan metode Leave One Out (LOO) cross validation untuk melihat skil dari model dalam melakukan prediksi. Hasil Percobaan menunjukkan bahwa SOl bulan Juni. Juli dan Agustus mempunyai korelasi yang kuat dengan awal 'musim hujan. dengan korelasi masing-masing sebesar -0.46, -0.368, dan -0.364. Berdasar SOl pada 3 bulan -tersebut dibangun model JST dengan output AMH. Skil model JST diukur menggunakan korelasi antara j!ruervasi dengan hasil prediksi. Korelasi tertinggi diperoleh dengan menggunakan hidden neuron 20, yaitu

s

ebesar

0.99. Sedangkan untuk hidden neuron 5. 10 dan 15 masing-masing menghasilkan prediksi dengan

Mrelasi sebesar 0.58. 0.7 dan 0.8.

L

'Kala kunci: Awal Musim Hujan (AMH), Souther Oscillation Index (SOl), Dasarian. Jaringan Syaraf Tiruan YJST). Leave One Out (LOO) cross validation.

1.

PEN

D

AHULUAN

~.1 L

a

t

a

r Bel

aka

ng

Keragaman hasil produksi padi di Indonesia

~t berkaitan erat dengan keragaman curah hujan.

Etajk·pada saat curah hujan di atas rata-rata ataupun

ctifah

hujan di bawah rata-rata. Berdasar data yang ~- 81 % kegagalan panen disebabkan oleh nIlabjlitas iklim, dan 19% dikarenakan serangan

~ (Boer et al. 2008), Dari kegagalan yang

lisebabkan v8liabilitas iklim tersebut, 90% berupa ~a kek~ringan yang terjadi pada masa ~aman kedua. Hal ini diperparah jika awal im hujan mengalami kemunduran. Dengan undurnya awal musim hujan. maka penanaman

ga

mengalami kemunduran, sehingga penanaman ~ masa tanam pertama berkurang. Hal ini !ikornpensasi oleh petani dengan meningkatkan Ieiliilaman padi pada musim tanam kedua. tl=rtanaman pada pada musim tanam kedua ini

lwan

terhadap kekeringan, khususnya jika panjang

i

I

sim

hujan adalah pendek dan sifat hujan di ~arau adalah di bawah normal. Untuk icminimalisasi risiko bencana kekeringan tersebut fP&tUkan informasi mengenai awal musim hujan ~anjang musim serta sifat hujan di musim ~u. Dengan informasi ini, maka bisa

dirumuskan langakah-Iangkah antisipasi untuk menekan risiko gagal panen,

Lo et al., 2007 dan Robertson et al., 2009 menunjukkan secara empiris adanya pengaruh dari feneomena global seperti ENSO (El Nino Southern Oscillation), 100 (Indian Ocean Dipoie), SOl (South er Oscillation Index) dan lainnya terhadap peubah-peubah iklim lokal tersebut di atas. Haylock 2001 menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara SOl dengan karakteristik hujan di lndonesia. Said 20 II memodelkan jaringan syaraf tiruan untuk prediksi panjang musim hujan berdasar SOl dengan korelasi antara observasi dengan hasil prediksi sebsar 0.84. Hung 2009 menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk prediksi awal musim hujan di Thailand berdasar fenomena global tersebut di Samudera Pasifik. Akurasi dari model yang dibangun adalah adanya korelasi 0.94 antara obseravsi dengan prediksi. "Buono et al 2010 memodelkan jaringan syaraf tiruan untuk downscaling data General Circular Model untuk.

prediksi curah hujan di Indramayu dan mernberikan akurasi berupa korelasi antara observasi dengan hasil prediksi sekitar 0.70. Dengan demikian, informasi mengenai fenomerna global dapat dimanfaatkan untuk melakukan prediksi iklim lokal yang selanjutnya menjadi masukan dalam

'I

(2)

Surinar NaslollQl AplIkDsf Teknologi Informasi laI 1(SNATI laI 1) YogytWzrla. Jj·16.hmll01Z

memutuskan langkah adaptasi sehingga kerugian

yang terjadi dapat diminimalkan.

Penelitian yang dilakukan uu bertujuan

membuat model jaringan syaraf tiruan untuk

prediksi awal musim hujan dengan mengambil studi

kasus di Indramayu. Pemilihan lokasi ini didasarkan

bahwa Indramayu merupakan wilayah lumbung padi nasional dan bersifat rawan terhadap bencana karena

iklim, baik yang berupa banjir maupun kekeringan

seperti diperlihatkan pada Gambar I ~>Suono et al

mlo~

-L•.•• ae..c-~"Kdl~ ~ ~tIC\cI~ 1500

o

!ndt~yu

~

..

900 1200 1500 JOO 600

Gambar 1.Posisi Indramayu terhadap Kabupaten

lain di jawa berdasar Luas Bencana Banjir dan Kekeringan

Selanjutnya paper ini disajikan dengan susunan

sebagai berikut : Bagian

2

mengenai data dan

metodologi. Hasil dan Pembahasannya disajikan

pada bagian 3. Sebagai penutup adalah kesimpulan

dan saran untuk penelitian selanjutnya yang

disajikan pada bagian 4.

2.

DATA DAN METODOLOGI

2.1

Data

Ada dua jenis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini, yaitu data observasi iklim di

stasiun-stasiun curah hujan di Indramayu dan data SOl yang

keduanya tersedia dari tahun 1978 hingga 2008.

Data awal musim hujan diperoleh dari BMKG

(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika),

dan data SOl dari Badan Meteorologi Australia

melalui website.

Awal musim hujan dihitung dengan satuan

dasarian (yaitu 10-harian). Dalam I tahun ada 36

dasarian. dimulai dasarian pertama di 10 hari

pertama pada Bulan Januari dan dasarian ke 36 pada

10 hari terakhir di Bulan Januari. SOl merupakan

perbandingan antara tekanan udara di Pulau Tahiti

dengan tekanan udara dt Darwin Australia dan

dirumuskan sebagai:

[Pdiff·Pditfav]

501=10

SD(pdift)

Dengan :

ISSN: 1907·5011

• (ratarata MSLP Tahiti per bulan) -(rata-rata MSLP Darwin per bulan)

=: rata-rata Pdiffpada bulan yang dicari.

=: standar defiasi dari Pdiff dari bulan

yang dicari

P~r~lian dengan 10adalah suatu konvensi sehingga

nilai

rentang dari SOl pada interval [-35,35].

Gambar

2

menyajikan contoh perhitungan SOl tahun

1990 sampai dengan tahun 1991 oleh Badan

Metereologi Australia.

P

difT .!!

Z

·10 t- ..•---. ·IS ·20 ·25 TahuD

- Feb - Mar - Apr - Mei - Jun

- Agu - Sep - Okr • Nov - Des

Gambar 2. Data SOl 1990-1991

Kalau pada Said 20 II, pe ubah prediktor adalah suhu

permukaan laut pada Bulan Juni, Juli dan Agustus,

maka pada penelitian ini adalah SOl dengan bulan

yang didasarkan pada analisis korelasi antara awal

musim hujan dengan SOl dengan taraf nyata 95%.

2.2

Metodologi

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah

mengikuti diagram alur seperti disajikan pada

Gambar 3. Setelah diperoleh data awal musim

hujan (dari BMKG Jakarta) dan SOl (dari website

Badan Meteorologi Australia), selanjutnya dilakukan

~alisis korelasi untuk memilih bulan dari SOl yang

dipergunakan sebagai prediktor. Setelah terpilih

bulan untuk data SOl yang dipergunakan sebagai

prediktor, maka selanjutnya membagi data menjadi 2

bagian, yaitu data latih dan data uji. Dari data latih

dibuat model JST propagasi balik

Levenberg-Marquardt untuk setiap jumlah neuron hidden (5, 10,

15 dan 20). Persamaan matematika untuk

menentukan bobot baru pada algortima

Levenberg-Marquardt adalah (Bishop 1995):

w_ =Wold-(zTZ)'lZT~(Wold)

dengan

w_ . =:ooootoaru

Wold

=

bobot lama

=

vektor galat

=: rnatrix yang anggotanya adalah hasil

diferensial galat terhadap bobolnya.

z

(3)

minar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNA TI 2012) . gyakarta. 15-16 Juni 2012

Setelah itu dilakukan pengujian menggunakan

ta uji. Dalam penelitian ini, proses percobaan

lakukan dengan menggunakan metode LOO

eave One Out) Cross Validation. Dari 30 data hun 1978-2007), satu periode sebagai data uji dan periode lainnya sebagai data latih. Proses ini akukan 30 kali. Berdasar hasil validasi silang ini akukan analisis untuk mengetahui kinerja model

r

dalam memprediksi AMH.

Oleh karena awal musim hujan biasanya sekitar

lan Oktober dan dengan pertimbangan bahwa

{KG menyediakan prediksi pada 3 bulan

lelumnya, maka bulan SOl yang dihitungkan

uk dicek pengaruhnya adalah Bulan Januari

.gga Agustus.

Pengambilan Data

Observasi dan data SOl

Preprosessing :

Pemilihan Bulan untuk SOl: Analisis

Korelasi SOl dan AMH

Pemodelan JST

propagasi balik Levenberg-\1arquardt dengan 4 hidden

neuron yang dicoba (5, 10, 15 dan 20).

Model JST

Analisis dan Pembahasan Gambar 3. Diagram Alur Percobaan

HASIL DAN PMBAHASAN

Analisis Korelasi Pemilihan Bulan

.nalisis korelasi antara SOl mulai Bulan Januari

~a Agustus disajikan pada Gambar 4.

asar uji statistik untuk nilai korelasi pada taraf

i%, diperoleh hasil bahwa SOl yang secara

Imempengaruhi AMH adalah SOl Bulan Juni,

ISSN: 1907-5022

Juli dan Agustus. Oleh karena itu selanjutnya

berdasar SOl ini dibangun model JST.

0.300 0.211 0.200 0.100 0.165 0.000 i :; -o.ioo 111 -1l.106 -1l.200 -1l.300 -1l.400 -1l.368 '(}.364 .(}.500 .(}.• 26

Gambar 4. Nilai Korelasi antara SOl Bulan Januari hingga Agustus dengan AMH

Dalam hal ini ada 5 peubah input, yaitu : SOl Bulan Juni, Bulan Juli, Bulan Agustus dan selisih SOl antara Bulan Juli dengan SOl Bulan Juni dan selisih SOl Bulan Agustus dengan SOl Bulan Juli. Neuron hidden yang dicoba adalah 5, 10, 15 dan 20, sehingga arsitektur jaringan adalah seperti disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5.Arsitektur 1ST untuk Model Prediksi AMH dengan 6 Neuron Input

Perbandingan hasil prediksi dari ke empat

arsitektur tersebut disajikan pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa JST dengan hidden

neuron sebanyak 20 memberikan akurasi terbaik,

yaitu hampir semuanya tepat, Kesalahan yang

terjadi tidak lebih dari satu .dasarian. Sedangkan

untuk JST dengan 5 hidden neuron mempunyai

rentang kesalahan cukup besar dari -5 hingga 6

dasrian, dengan mayoritas kesalahannya pada

rentang I dasarian (baik maju maupun mundur).

Untuk JST dengan 10 neuron hidden, kesalahan

sebagian terjadi pada rentang dasarian maju dan 2

(4)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20! 2 (SNA TI 2012) Yogyakarta, /5-/6 Juni 2012

hingga 3 dasarian mundur. Untuk JST dengan 15

hidden neuron memberikan akurasi cukup baik,

yaitu hampir semuanya tepat, namun ada beberapa

tahun yang diprediksi jauh dari nilai sebenarnya. Boxpiot of Enw (Dasarian) vsknIaIIHIdea Neuroa

~r---'

·S.O

10 IS

---

20

Gambar 6. Boxplot Perbandingan Tingkat Kesalahan (dalam Dasarian) dari 4 Arsitektur JST Kalau dilihat lebih lanjut mengenai tahun-tahun yang sulit diprediksi, terlihat bahwa masing-masing

model memberikan informasi yang berbeda seperti

ditunjukkan pada Gambar 7. Dari gambar tersebut

terlihat tidak ada kemiripan mengenai pola

kesalahan. Sementara itu, arsitektur JST dengan 20

neuron hidden memberikan akurasi yang sangat

baik. Kesalahan signifikan sebesar I dasarian terjadi pada tahun 2006, yaitu maju I dasarian.

__ 5 Nooson ~ 10 Nooson __ 15 Nooson -- 20 Nooson

Tahun

Gambar 7.Pola Kesalahan Prediksi (Dalam Dasarian) dari Setiap Arsitektur JST

Gambar 8 memberikan perbandingan antara pola

data observasi dengan pola hasil prediksi dari tahun 1978 hingga 2007. Dengan 5 neuron hidden terlihat

bahwa kesalahan prediksiawal musim hujan

mencapai 7 dasarian maju yang terjadi pada tahun

1993. Pada tahun 1980 terjadi salah prediksi 5

dasarian mundur. Hal yang hampir sama juga terjadi

pada JST dengan 10 neuron hidden, dengan

kesalahan prediksi yang lebih kecil, yaitu 5 dasarian maju~-fl.994~ -dan 3 dasarian mundur

-

(

L9

.

80)

.

Dengan 15 hidden neuron, tingkat kesalahan makin kecil, dan terjadi pada sebelum tahun 1990, dengan

kesalahan tertingginya adalah 5 dasarian mundur

(1983). JST dengan 15 dasarian memberikan

akurasi yang sangat baik, hampir semuanya tepat,

JSSN:/907-5022

kecuali pada tahun 2006. Pada tahun ini AMH

prediksi mundur I dasarian

(a) Arsitektur 1:5 Hidden Neuron

-e- Observasi_ Prediksi

Tahun

(b) Arsitektur 2:10 Hidden Neuron

-e- Observas_i Prediksi

_ 45 j

i

40

e

.

t

35 :z: E 30 0\ ::J

!

25

J ct 20 +--.--.--.-.--.--,-,--,--,.--,,..-,---.---.----. -78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 OO 02 04 06 Tahun

(c) Arsitektur 3: 15 Hidden Neuron --Observasl _Prediksi

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 OO 02 04 06

T.,u"

(d) Arsitektur 4:20 Hidden Neuron

_ 45 j

!

40

1

35 ::J :z: E 30

~

!

25

i

--Observasi _Prediksi 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 OO 02 04 06 Tahun

Gambar 8. Perbandingan Pola Observasi dengan Pola Prediksi Hasil JST pada 4 Jenis Neuron Hidden

Jaringan syaraf tiruan dengan 20 hidden neuron

juga memberikan prediksi dengan ketelitian yang

(5)

minor Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNA TI 20 I 2) gyakorta. 15-16 Juni 2012

\ggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai root mean uare error (RMSE) yang kecil dibandingkan ngan 3 model lainya seperti terlihat pada Gambar

Dari gambar ini terlihat bahwa nilai RMSE dari

r

dengan 20 neuron hidden adalah sekitar 0.25.

J

ini berarti hampir semua nilai prediksi

:mpunyai kesalahan di bawah 0.25 dasarian. Oleh ena itu, jika dilakukan pembulatan terhadap nilai diksi, maka hasil prediksi AMH akan persis sama igan nilai observasi.

• RMSE 2.5 2 ~1.5

:Q

1 0.5

o

1 2 3 4 Kelompok arsitektur

nbar 9.Grafik Perbandingan Nilai RMSE dari 4 Arsitektur JST

ika dilakukan fitting antara nilai observasi

:an nilai prediksi terlihat bahwa koefisien minasinya meningkat dari 34% menjadi 99% JST dengan 5 hidden neuron ke JST dengan 20

en

neuron seperti diperlihatkan pada Gambar Fakta ini mengatakan bahwa model JST nberg-Marquardt dengan 20 neuron hidden dan SOl bulan Juni, Juli, Agustus, selisih SOl

I Juli dengan Juni dan selisih SOl bulan

tus dengan Juli mampu memberikan hasil ksi sangat baik. 100 99 80 60 40 20

o

5hidden 10hidden 15hidden 20hidden

neuron neuron neuron neuron

lambar 10. Koefisien Determinasi hubungan I Observasi vs Prediksinya untuk 4 Jenis JST

ili

li

i

r II

menyajikan scatter piot antara

ii

dengan observasi. Dari gambar tersebut

:bahwa semua model memberikan prediksi tidak underestimate dan juga tidak

imate. semuanya berkisar di sekitar garis

8-31

\

ISSN: 1907-5022

\

(b) Arsitektur 1:5 Hidden Neuron

\

50

\

45

••

40

\

.

-:

'6

\

eD oo 35 Q.. 30

\

25 25 30 35 40 45 50 Observasi

(c) Arsitektur 2: 10 Hidden Neuron

50 45

••

.

-:

40 '6 CD

~

35 Q.. 30 25 25 30 35 40 45 50 Observasl

(d) Arsitektur 3: 15 Hidden Neuron

50 45

••

"ii 40

.

-

:

'6 CD oo 35 Q.. 30

25 25 30 35 40 45 50 Observasl

(e) Arsitektur 4: 20 Hidden Neuron

50 45

~

40 '6 f 35 A -30 25 25 30 35 40 45 50 Observasl

Gambar II. Piot antara Observasr AMH dengan Nilai Prediksinya untuk 4 Jenis JST

(6)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

4.

KESIMPULAN

Berdasar percobaan yang sudah dilakukan ada

beberapa kesimpulan yang bisa disajikan disini,

yaitu bahwa SOl Bulan Juni, Juli dan Agustus dapat

dipergunakan sebagai prediktor dalam memprediksi

AMH satu periode ke depan dengan korelasi

berkisar dari -0.36 hingga -0.42. Dalam hal ini jika

SOl bernilai negatif, maka ada kecenderungan

bahwa AMH makin besar, yang berarti musim hujan

mundur.

Dugaan AMH dari Model JST

Levenberg-Marquardt

mempunyai rataan yang sesuai dengan

observasi (tidak overestimate dan tidak

underestimate) dengan nilai korelasi berkisar dari

0.6 hingga 0.99. Model terbaik adalah JST dengan

jumlah neuron hidden sebanyak 20 yang

menghasilkan RMSE 0.25. Sementara itu model

terjelek adalah dengan 5 neuron hidden yang

rnengahasilkan prediksi dengan RMSE 2.5. Hal ini

berarti nilai prediksinya sebagian besar mundur atau

maju 2.5 dasarian.

UCAPAN TERIMAKAsIH

Penelitian ini adalah bagian dari Proyek

IM-HERE B2c lPB yang dibiayai oleh Pemerintah

Indonesia melalui kontrak No. 7/13.24.4/SPP/

I-MHEREl20 II. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada BMKG yang menyediakan data Awal

Musim Hujan

PUSTAKA

Bishop Christopher M. 1995. Neural Network for

Pattern Recognition. Oxford University

Press Inc, New York.

"Buono, et. al. 20 IO. A Principle Component

Analysis Cascade with Multivariate Regression

for Statistical Downscaling Technique :A Case

Study in Indramayu District. Proceedings

dalam Intemational Conference in Computer

Science and Information System (lCACSIS),

November 20 I0, Bali Indonesia, ISSN

2086-1796, Hal. 321-327

b)Buono, et al. 20 I

O

.

A Neural Network Architecture

for Statistical Downscalling Technique : A

Case Study in Indramayu District. Proceedings

AFIT A 20 I 0 Intemational Conference The

Quality Information For Competitive

Agricultural Based Production System and

Commerce, ISSN 978-979-493-277-3

Haylock Malcolm, McBridge John. 2001. Spatial

Cohercnce and Predictability of Indonesian

Wet Season Rainfall. Journal of Climate

14:3882-3887.

Hung NQ, MS Babel, S Weesakul, NK Tripathi.

2009. An Artificial neural network model

for rainfall forecasting in Bangkok,

Thailand. Hydrology and Earth System

Sciences 13:1413-1425

ISSN: 1907-5022

Lo, F., Wheeler, M.C., Meinke, H. and Donald, A.,

2007. Probabilistic forecasts of the onset of the

North Australian wet season. Monthly Weather

Review, 135,3506-3520.

Rizaldi Boer, 2008. Climate Change impact and

adaptation in Indonesia. Discussion on

Climate Change Impact, Friend of Earth,

Tokyo, Japan.

Robertson, A. W. ,

V.

Moron, and Y. Swarinoto,

2009. Seasonal predictability of daily rainfall

statistics over Indramayu district, Indonesia.

Int. J. Climatology, 29, 1449-1462.

Said MM. 20 II.Peramaian Panjang Musim Tiruan

Resilient Backpropagation [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Posisi Indramayu terhadap Kabupaten lain di jawa berdasar Luas Bencana Banjir dan
Gambar 5. Arsitektur 1ST untuk Model Prediksi AMH dengan 6 Neuron Input
Gambar 6. Boxplot Perbandingan Tingkat Kesalahan (dalam Dasarian) dari 4 Arsitektur JST Kalau dilihat lebih lanjut mengenai tahun-tahun yang sulit diprediksi, terlihat bahwa masing-masing model memberikan informasi yang berbeda seperti ditunjukkan pada Gam
Gambar II. Piot antara Observasr AMH dengan Nilai Prediksinya untuk 4 Jenis JST

Referensi

Dokumen terkait

a. Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai

Supply chain perusahaan mengalami permasalahan yang berkaitan dengan keterlambatan supplier dalam memasok bahan baku dan pada Tabel 1.2.. Menunjukkan adanya permasalahan

Dengan demikian, konsentrasi khitosan yang efektif untuk mengkhelat Pb adalah 85 mg/liter hingga 81,12% dengan waktu efektivitas selama 3 hari, serta dapat

Penelitian yang menguji pengaruh peluang pertumbuhan terhadap tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer dimulai oleh Gul, dkk (2000) yang menjelaskan bahwa

Mengingat dasar hukum kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 itu berdasarkan Dekrit Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tanggal 5 Juli

Sedangkan post-test diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dari kedua kelas dalam kemampuan metakognisi.. Bentuk

Meskipun FedEx telah menetapkan standar biaya dan kinerja perusahaan, tetapi FedEx harus melakukan penyesuaian budaya agar layanan yang diberikan menjadi pilihan tepat

Tendangan merupakan salah satu jenis serangan dengan menggunakan tungkai atau kaki didalam olahraga beladiri pencak silat, yang bertujuan untuk meraih point dan