• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)

DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

REPRODUCTIVE BIOLOGY OF SKIPJACK TUNA

(Katsuwonus pelamis) IN EASTERN INDIAN OCEAN

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi Bahtiar Loka Penelitian Perikanan Tuna, Denpasar

Teregistrasi I tanggal: 10 September 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 30 Juli 2015; Disetujui terbit tanggal: 05 Agustus 2015

e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu hasil tangkapan penting bagi nelayan di Samudera Hindia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gonad dan panjang pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia. Sampel cakalang dikumpulkan dari beberapa tempat di Pantai Selatan Jawa yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba dari bulan April 2012 sampai November 2013. Panjang cagak dari 136 sampel berkisar antara 35-68 cm. Tingkat kematangan gonad (TKG) diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index (GSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TKG cakalang didominasi oleh TKG IV sebesar 43%, diikuti dengan TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Panjang pertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 42,9 cm.

KATA KUNCI: Cakalang, tingkat kematangan gonad, GSI, Samudera Hindia Bagian Timur

ABSTRACT

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is the one of the important catch for fishermen in the Indian Ocean. The objectives of this research are to investigate gonad maturity and length at first maturity for female cakalang in Indian Ocean. Skipjack tuna were sampled from several places in South Coast of Java i.e.: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok and Oeba from April 2012 to November 2013. Fork length of the sampled 136 fish ranged from 35 to 68 cm. Maturity stage (TKG) investigate using histological analysis and Gonadosomatic index (GSI) calculation. The results showed that maturity stage of skipjacktuna dominated by TKG IV with 43%, followed by TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Length at first maturity occurred at 42.9 cm.

KEYWORDS: Skipjack tuna, maturity stage, GSI, Eastern Indian Ocean

PENDAHULUAN

Produksi cakalang di Indonesia merupakan yang terbesar diantara kelompok tuna yang lain. Hasil tangkapan tuna mencapai 933.815 ton dari tahun 2001 hingga 2010. Dari total tangkapan tuna tersebut, produksi cakalang merupakan yang tertinggi mencapai 52%, diikuti oleh madidihang (20%), tuna mata besar (15%), albakor (11%) dan southern bluefin tuna (1%) (FAO, 2012).

Cakalang merupakan highly migratory species yang distribusinya dari perairan tropis hingga perairan subtropis (Collette dan Nauen, 1983). Spesies ini melakukan beberapa kali pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari 24 ºC (Matsumoto et al., 1984). Penelitian tentang tingkat kematangan gonad menggunakan analisis histologi masih sangat kurang di Indonesia.

Salah satu aspek untuk mendukung upaya pengelolaan sumber daya ikan adalah pengetahuan dasar mengenai aspek biologi reproduksi. Penelitian tentang biologi reproduksi ikan dapat memberi data dan informasi penting mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan dan ukuran ikan ketika pertama kali mencapai kematangan gonad (Mardlijah & Patria, 2012). Penentuan tingkat kematangan gonad selain menggambarkan siklus reproduksi, juga berkaitan dengan pendugaan umur atau ukuran ikan mencapai matang gonad dan waktu pemijahan (Abidin, 1986). Pengamatan melalui analisis histologi banyak digunakan untuk mengetahui biologi reproduksi pada ikan tuna dan metode ini memberikan hasil yang akurat tentang status reproduksi ikan tuna (Schaefer, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi reproduksi cakalang yaitu: tingkat kematangan gonad, dugaan musim pemijahan dan panjang pertama kali matang

(2)

METODE

Sampel gonad cakalang diperoleh dari hasil tangkapan armada pancing ulur dan tonda yang beroperasi di Samudera Hindia Bagian Timur di selatan Jawa.Pengambilan sampel gonad dilakukan di beberapa pelabuhan ikan di Pantai Selatan Jawa, yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba (Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan selama 13 bulan yaitu mulai dari bulan April-Agustus 2012, bulan Maret 2013 dan bulan Mei-November 2013. Sampel

gonad diambil dan diawetkan ke dalam larutan alkohol 90% kemudian dianalisis di laboratorium histologi Loka Penelitian Perikanan Tuna Benoa. Pengumpulan data lainnya meliputi ukuran panjang cagak dan berat ikan dari keseluruhan sampel gonad yang diambil. Tingkat kematangan gonad diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index (GSI). Tingkat kematangan gonad cakalang dilakukan secara histologi mengikuti kriteria perkembangan oosit oleh Davis et al. (1996) yang membagi tingkat kematangan gonad betina menjadi 5 tingkat (Lampiran 1).

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel gonad ikan cakalang di Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) dan Oeba (8).

Figure 1. Gonad of skipjack sampling sites in Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) and Oeba (8).

Tingkat kematangan gonad dianalisis dengan rumus GSI dari Afonso-Dias et al. (2005):

Keterangan:

GSI = Gonadosomatic index Gw = berat gonad (gram) W = berat total (gram)

Panjang pertama kali matang gonad (Lm/Length at first maturity) dianalisis dengan metode Spearman – Karber (Udupa,1986):

Keterangan:

m = logaritma ukuran pertama kali matang gonad xk = logaritma nilai tengah kelas terakhir dimana terjadi

matang gonad 100%

X = selisih logaritma nilai tengah

Pi = perbandingan matang gonad tiap kelas panjang

Keterangan:

CL = Convidence limit (batas atas dan bawah) m = panjang ikan pertama kali matang gonad ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i qi = 1 – pi

HASIL

Penamatan terhadap 136 ekor cakalang ditemukan bahwa sebaran panjang cagak berkisar antara 35 – 68 cm dan didominasi dengan nilai tengah panjang 50 cm (Gambar 2). 100% Gw GSI X Bw  / 2 ( ) mxkXXpi x qi 2 log 1.96 1 pi CL anti m x ni    



(3)

Gambar 2. Frekuensi panjang cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia.Panjang cagak merupakan nilai tengah dengan interval 3 cm.

Figure 2. Length frequency of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Indian Ocean. Fork length is mid-length with 3 cm intervals.

Pengamatan histologi menunjukkan bahwa gonad cakalang yang tertangkap terjadi pada semua tingkat kematangan gonad (TKG) dari TKG I hingga TKG V.Pada TKG I, perkembangan gonad masih dalam tahap oogenesisyaitu proses pembentukan sel telur (oosit). Sel telur masih berukuran kecil dan inti sel (nucleus) berbentuk bulat atau oval dengan sitoplasma yang lebih tebal. TKG II, oosit mulai berkembang dan memasuki tahap awal vitellogenesisyaitu proses pengendapan kuning telur pada tiap-tiap sel telur. Ukuran diameter oosit meningkat, inti sel kelihatan bertambah besar dan kuning telur tersebar di sekitar oosit dan inti sel.

TKG III, disebut juga advanced yolked stage atau tahap permulaan matang gonad. Pada tahap ini jumlah dan ukuran butiran kuning telur semakin bertambah dan nampak jelas di seluruh area oosit.Butiran minyak (oil droplet) mulai terlihat di dalam sitoplasma, inti sel terkonsentrasi di sentral oosit dan zona radiata melebar. TKG IV, memasuki tahap awal matang gonad ataumaturation. Butiran kuning telur sudah banyak

mencapai fully yolked oocytes, butiran minyak semakin banyak menyebar dari sekitar inti sel sampai ke pinggiran oosit.Inti sel bermigrasi menuju sekeliling oosit dan biasanya tergantikan dengan beberapa butiran minyak. TKG V, merupakan tahap matang akhir atau hydrated stage. Kuning telur tergabung menjadi satu dan tampak seperti noda (Gambar 3).

Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa cakalang mengalami matang gonad hampir sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Persentase TKG pada masing-masing kelas panjang juga menunjukkan bahwa TKG IV juga mendominasi jika dihubungkan dengan panjang cagak. TKG IV terdapat padanilai tengah kelas panjang lebih dari 41 cm kecuali pada nilai tengah kelas panjang 62 cm. Selanjutnya, TKG IV juga terdapat secara penuh (100%) pada nilai tengah kelas panjang 65 cm dan 68 cm. Selain itu, TKG I dan TKG II terdapat secara penuh pada nilai tengah kelas panjang 35 cm dan 38 cm (Gambar 5).

Gambar3. Irisan histologi gonad ikan cakalang dari TKG I hingga TKG V dengan perbesaran 100x.uy = unyolked; py = partially yolked; fy= fully yolked.

(4)

Gambar 4. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang. Figure 4. Percentage of maturity stage for skipjack tuna .

Gambar 5. Tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang berdasarkan kelas panjang.Panjang cagak merupakan nilai tengah dengan interval 3 cm.

Figure 5. Maturity stage for skipjack tuna based on length class. Fork length is mid-length with 3 cm intervals. Observasi makroskopis terhadap rerata nilai

Gonadosomatic index (GSI) cakalang adalah 1,44 (0,71 – 2,56). Sebaran GSI tiap bulan menunjukkan bahwa GSI tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013, sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus 2012. Dari bulan September 2012 hingga Februari 2013 dan bulan April 2013 tidak ada data karena keterbatasan anggaran penelitian

(Gambar 6). Perhitungan panjang pertama kali matang gonad dimulai pada TKG IV dimana ikan dikategorikan sudah matang gonad (Farley & Davis, 1999), dalam Mardijah dan Patria (2012). Berdasarkan perhitungan dengan metode Spearman – Karber (Udupa, 1986), panjang pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia adalah 42,9 cm dengan kisaran antara 41,6 – 44,3 cm (Lampiran 2).

Gambar 6. Sebaran GSI bulanan cakalang di Samudera Hindia dari bulan April 2012 hingga November 2013. Figure 6. Monthly GSI distributions of skipjack tuna in Indian Ocean from April 2012 to November 2013.

(5)

BAHASAN

Cakalang mempunyai sifat pemijahan asynchronous, dimana dalam satu irisan gonad terdapat beberapa ukuran oosit. Keadaan ini seperti yang terjadi pada ikan tuna sirip kuning yang tertangkap di Pelabuhan Benoa – Bali (Andamari et al., 2012; Faizah & Prisantoso, 2010). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matsumoto et al. (1984) yang menyatakan bahwa cakalang melakukan pemijahan sepanjang tahun dan telur dikeluarkan secara bertahap dalam waktu yang panjang (partial spawner) (Effendie, 2002).

Secara umum, tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia sudah dalam kondisi matang gonad (TKG III – V) sebesar66,91%. Persentase terbesar adalah TKG IV sebesar 43,38% diikuti TKG III (21,32%) dan TKG V (2,21%). Sedangkan cakalang yang belum matang gonad sebesar 33,09%, yang terdiri dari TKG I (16,91%) dan TKG II (16,18%). Tingkat kematangan gonad ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain spesies, umur dan ketersediaan hormon, sedangkan faktor eksternal antara lain suhu perairan dan jenis makanan (Effendie, 2002).

Dari analisis GSI dapat diketahui bahwa persentase GSI tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan setelahnya (November) terjadi pemijahan karena menurut Widodo (1986), dalam Mardijah dan Patria (2012), bahwa musim pemijahan terjadi kira-kira satu bulan setelah persentase tertinggi ikan yang matang gonad.Meskipun demikian, hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan penelitian selama satu tahun secara penuh tanpa terputus untuk mengetahui musim pemijahan cakalang di Samudera Hindia. Selain itu, waktu pemijahan ikan cakalang berlangsung dari bulan November hingga Desember yang dipengaruhi adanya perairan hangat (Froese & Pauly, 2011).

Perhitungan ikan pertama kali matang gonad dengan metode Spearman – Karber (Udupa, 1986) diketahui bahwa ukuran pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia adalah 42,9 cm dengan kisaran antara 41,6 – 44,3 cm. Hasil ini hampir sama dengan ukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap di

Samudera Hindia Bagian Barat, tepatnya di perairan Mauritius yaitu 43 cm untuk betina dan 44 cm untuk jantan (Norungee & Kawol, 2011). Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) melaporkan bahwa ukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang adalah 38 cm,

sedangkan dalam kondisi matang gonad secara penuh pada ukuran panjang 44 cm (Indian Ocean Tuna Commission, 2013).

Hasil dari penelitian ini lebih kecil dariukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap

di Teluk Bone, Sulawesi Selatan yaitu 46,5 cm yang dicapai pada umur 6 bulan (Jamal, 2011). Meskipun demikian, hasil dari penelitian ini lebih besar daripadaukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap

di Samudera Hindia Bagian Barat yaitu 37,8 cm (Grande et al., 2010). Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi karena dalam spesies yang sama juga terdapat kemungkinan mengalami ukuran panjang pertama kali matang gonad yang berbeda (Udupa, 1986) yang sangat terkait dengan kesesuaian kondisi lingkungannya untuk pemijahannya (Lambert et al., 2003).

KESIMPULAN

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang yang tertangkap didominasi oleh TKG IV sebesar 43% temuan ini menumjukan bahwa peluang pemijahan terjadi sepanjang tahun. Musim pemijahan cakalang di Samudera Hindia diperkirakan berlangsung mulai bulan November. Panjang pertama kali matang gonad (Lm) cakalang adalah 42,9 cm dengan kisaran panjang cagak antara 41,6 – 44,3 cm.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dibiayai dari DIPA Loka Penelitian Perikanan Tuna T.A 2012/2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Retno Andamari, M.Sc. yang telah memberikan bimbingan selama proses analisis histologi. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. Z. 1986. The reproductive biology of tropical cyprinid from zoo lake. Kuala Lumpur, Malaysia. J. Fish. Biol. 29:381-392.

Alfonso-Dias, I., C. Reis & P. Andrade. 2005. Reproductive aspects of Microchirus azevia (Risso, 1810) (Pisces: Soleidae) from the south coast of Portugal. Scientia Marina. 69(2): 275-283.

Andamari, R., J.H. Hutapea & B.I. Prisantoso. 2012. Aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares). J.Ilmu.Tek.Kel.Tropis. 4 (1).89-96.

Collette, B.B. & Nauen, C.E. 1983. FAO species catalogue.Vol. 2. Scombrids of the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos and related species known to date. Food and Agriculture organization of the United Nations (FAO) Fisheries Synopsis number 125, volume 2.

(6)

egg production of southern bluefin tuna. CSIRO Marine Research. 82 pp . (Unpublished).

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.163 pp.

Faizah, R. & B. I. Prisantoso. 2010. Biologi reproduksi tuna mata besar (Thunnus obesus) yang tertangkap di Samudera Hindia. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan..3(2): 129-137.

Froese, R. and Pauly D. (2011).FishBase: Katsuwonus pelamis.World Wide Web electronic publication. www.fishbase.org, version (12/2011).

FAO. 2012. Capture Production 1950-2010. Viewed 21 March 2012, [www.fao.org].

Grande, M., H. Murua, I. Zudaire & M. Korta. 2010. Spawning activity and batch fecundity of skipjack, Katsuwonus pelamis, in the Western Indian Ocean. IOTC-2010-WPTT-47: 28 pp. (Unpublished).

Indian Ocean Tuna Commission. 2013. Report of the Fifteenth Session of the IOTC Working Party on Tropical Tunas. San Sebastian, Spain, 23-28 Oktober 2013. 93 pp.

Jamal, M. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengelolaan

Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia. 14(1): 107-113.

Mardlijah, S. & M.P. Patria. 2012. Biologi reproduksi ikan madidihang (Thunnus albacares Bonnatere 1788) di Teluk Tomini.J.Lit.Perikanan.Ind. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan: 4 (1).27-34.

Matsumoto, W.M., R.A. Skillman & A.E. Dizon. 1984. Synopsis of biological data on skipjack tuna, Katsuwonus pelamis. NOAA Tech.Rep.NMFS.Circ. 451:1–92.

Norungee, D. & D. Kawol. 2011. Macroscopic study on some aspects of the reproductive biology of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in the Western Indian Ocean.In: Proceeding Working Party on Tropical Tunas of the IOTC 2011.

Schaefer, K.M. 2001. Assessment of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) spawning activity in the eastern Pacific Ocean. Fish.Bull. 99.343-350.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. ICLARM, Metro Manila, Fishbyte. 4 (2).8-10.

Widodo, J.W. 1986. Dynamics pool models and management of fisheries. Oseana XI.2: 36-47.

(7)

Lampiran 1. Kriteria tingkat kematangan gonad Appendix 1. The criteria of gonad maturity stage

(8)

Lampiran 2. Perhitungan ukuran panjang pertama kali matang gonad (Lm) cakalang di Samudera Hindia Appendix 2. Calculations of length at first maturity (Lm) of skipjack tuna in Indian Ocean

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel gonad ikan cakalang di Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) dan Oeba (8).
Figure 2. Length frequency of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Indian Ocean. Fork length is mid-length with 3 cm intervals.
Gambar 4. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang.

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan saluran distribusi yang digunakan oleh perusahaan dimana aktifitas utamanya adalah menyalurkan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen, yaitu

Dari pembahasan di atas teorema Pythagoras yang diperoleh pada bidang Taxicab bergantung kepada posisi segitiga siku-siku pada bidang koordinat serta menggunakan kemiringan dan

Pemilihan pelarut menjadi sangat penting, pelarut yang dipilih memiliki sifat antara lain: solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven

Dengan selesainya skripsi yang berjudul “ Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ( Hibiscus sabdariffa L ) Dengan Basis Manitol (Pengaruh Kadar Pengikat PVP

(2014) mengidentifikasi sejumlah Trichoderma asperellum endofit dari buah di pertanaman kakao di Sulawesi dan dua isolat di antaranya telah diujicobakan pada penyakit hawar

Jenis soal essay untuk ulangan harian (formatif) dan soal pilihan ganda+soal essay yang dibuat oleh guru merupakan konsep pelaksanaan yang sebelumnya sudah

Rencana ini menjabarkan skenario pengembangan koKabupaten Belu dan pengembangan sektor bidang Cipta karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand

Hasil penelitian menunjukkan bahwa flakes tepung talas (Colocasia esculenta) dengan tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) berpengaruh nyata terhadap L*, a*,