ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume)
Oleh/by HENNI ARYATI
Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRACT
Analysis stem, branch and bark leda (E. deglupta Blume) indicate raw material pulp and paper kraft. The aim of research to find out optimalize wood chemical for stem, branch and bark leda (Eucalyptus deglupta Blume).Metode analysis Standart TAPPI. The result of research shown cellulose content of branch is higher then stem, in contrast, lignin, extractive and ash content were opposite. Delignification had occured at stem maximumly. Where as, bark content of low holocelullose, but extractive and lignin were high.
Keywords : stem, branch, bark
PENDAHULUAN
Program penanaman hutan yang dikenal dengan Hutan Tanaman Industri (HTI). Program penanaman ini diharapkan dalam waktu mendatang dapat mengganti sebagian hutan alam sebagai sumber penyedia bahan baku bagi industri pulp dan kertas berkelanjutan (Dep-Hut, 1987)
Dalam pemakaian bahan baku untuk memproduksi pulp dan kertas, perlu meningkatkan bahan baku berupa limbah yang sudah tidak terpakai lagi berupa cabang dan kulit kayu. Pemanfaatan abang dan kulit kayu
tidak perlu dibuang merupakan lang efisiensi sebagai bahan baku tambahan sehingga menghemat penggunaan kayu tropis.
Pengetahuan tentang
komponen kimia kayu merupakan faktor penting untuk mengetahui komponen kimia yang terkandung pada bagian kayu tersebut. Rosyid (1982) yang dikutip oleh Isnaini (1994) menegaskan bahwa pengenalan sifat dan komponen kimia kayu merupakan salah satu dasar penilaian tentang kegunaan bagian kayu tersebut.
METODE PENELITIAN
Penggunaan sampel dan prosedur analisis holoselulosa, selulosa, lignin dan pentosan berdasarkan analisis laboratorium Standart TAPPI. Untuk analisis zat ekstrantif berdasarkan
standart TAPPI yaitu : Air dingin dan air panas (TAPPI T 207 om-88, NaOH 1 % (TAPPI T 212 Om-88), Alkohol benzena (TAPPI T 294 Om-88)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Komponen Kimia Kayu
Komponen utama terdiri atas ho;oselulosa, lignin, pentosan, kadar abu dan zat ekstraktif . Analisis ekstraktif meliputi kelarutan dalam air dingin, air panas, alkohol benzena dan NaOH 1 % seperti tercantum pada Tabel 1.
Analis laboratorium terhadap kayu leda menunjukkan hasik bahwa, kadar Holoselulosa berkisar antara 66,99 % - 69,56 %, selulosa 40,04 % - 44%. Lignin 29,03 – 33,15 %. Kadar selulosa pada kayu cabang relatif lebih tinggi jika dibandingkan bagian kayu batang. Hal ini disebabkan kayu cabang merupakan bagian batang yang mendekatu titik pertumbuhan dan proses metabolismenya b=masih aktif sehingga kandungan holoselulosa dan selulosanya relatif masih tinggai jika
dibandingkan kayu batang. Namun sebaliknya kadar lignin pada kayu cabang lebih rendah jika dibandingkan kayu batang. Hal ini menunjukkan bahwa bagian kayu yang relatif paling kuat dan keras adsalah bagian batang dan mempunyai kandungan lignin tinggi, sedangkan bagian kayu cabang semakin sedikit kandung ligninnya, bagian kayu cabang akan semakin lemah dan lunak. Panshin dan de Zeeuw (1964) menjelaskan bahwa pertumbuhan dinding sel dengan penambahan bahan ke dalam dinding primer. Proses lignifikasi penebalan dinding dimulai dari sisi sel kemudian kearah lamela tengah dengan mengganti pektin dengan lignin sehingga bahan interseluler menjadi kaku.
Tabel 1 Komponen Kimia Kayu dari Jenis Kayu Leda (Eucalyptus deglupta Bl)
Komponen Kimia Kayu (%) Batang Cabang
X cv (%) x Cv (%) Komponen Pokok Holoselulosa 66.09 0.1428 69.38 0.2393 Selulosa 40.0 0.1872 44.04 0.5328 Lignin 33.15 0.1023 29.03 0.5797 Pentosan 15.12 1.1654 15.51 1.6147
Zat Ekstraktif larutan
Air dingin 2.36 1.6335 2.73 6.2469
Air Panas 2.23 1.4192 3.17 4.5249
Alkohol Benzena 2.63 1.8591 3.56 3.1201
NaOH 1 % 12.2 0.3447 12.99 0.8814
Kadar abu 0.47 5.5014 0.62 4.1217
Keterangan : Jumlah ulangan 5 kali
Haygreen et al (1989), mengemukakan bahwa dalam dinding sel, lignin berfungsi untuk memberi ketegaran pada sel dan ketegaran yang diberikan oleh lignin merupakan faktor penentu sifat-sifat kayu. Sedangkan kandungan pentosan dari bagian cabang dan pohon tidak dapat
dibedakan dengan jelas dengan kisaran 15,12 % - 15,51 %.
Jumlah kandungan zat ekstraktif pada kayu batang kadarnya relatif lebih rendah jika dibandingkan kayu cabang, hal ini didug karena susunan pori tempat menyimpan zat ekstraktifnya lebih kecil, sehingga persentase zat
ekstraktifnya akan berkurang, sebaliknya bagian cabang mengandung zat ekstraktif lebih besar, hal ini disebabkan pembentukan zat ekstraktif yang berasal dari glukosa (hasil fotosintesa) masih diendapkan pada bagian cabang (Muladi dan Sukaton, 1996). Teori yang lain menjelaskan bahwa pada kayu cabang banyak dijumpai kayu tekan dan kayu tegang yang mana pada kayu tersebut mengandung zat ekstraktif dan lignin relatif lebih tinggi, jika dibandingkan kayu normal. Dari hasil analisis tersebut
terlihat bahwa kandungan zat ekstraktif lebih tinggi pada kayu cabang daripada kayu batang karenaa bagian cabang merupakan kayu muda yang lebih banyak mengandung bahan ekstraktif tertentu yang mudah untuk diekstraksi.
Kandungan abu pada bagian cabang lebih besar dibandingkan kayu batang 0,47% - 0,62% . Dengan persentase kandungan abu yang hanya 0,62 %, kayu leda dapat digolongkan jenis kayu Indonesia dengan kadar abu tingkat sedang (Anonim, 1976).
Bagian Kulit Kayu
Komponen kimia kulit kayu dari bagian kayu cabang dan batang seperti tercantum dalam Tabel 2. Komponen pokok yang terdiri atas holoselulosa, lignin dan pentosa. Kadar holoselulosa dari kulit kayu tidak dapat langsung diperoleh berdasarkan standatr TAPPI, yang mana standart analisis tersebut digunakan untuk analisis holoselulosa
kayu, sedangkan analisa holoselulosa kulit kayu belum ada atau diperoleh hasil analisa holoselulosa sangat tinggi. Holoselulosa diperoleh dari pengurangan 100 komponen kimia kayu dengan persentase lignin, zat ekstraktif larut dalam alkohol benzena dan kadar abu.
Tabel 1 Komponen Kimia Kulit Batang dari Cabang Kayu Leda (E. deglupta Bl)
Komponen Kimia Kayu (%) Batang Cabang
X cv (%) x Cv (%) Komponen Pokok Holoselulosa 72,73 0,7198 71,97 0,5204 Selulosa 38,45 0,5255 41,65 0,6455 Lignin 35,83 1,4685 35,27 2,8352 Pentosan 10,62 2,8389 14,34 1,8683
Zat Ekstraktif larutan
Air dingin 8,58 0,1392 6,37 0,8291
Air Panas 13,36 1,5932 8,65 0,2791
Alkohol Benzena 8,55 0,2569 7,24, 0,2014
NaOH 1 % 39,48 0,1435 46,18 0,2694
Kadar abu 5,66 0,6362 5,66 0,4398
Keterangan : Jumlah ulangan 5 kali Persentase holoselulosa bagian kulit cabang sebesar 51,83 % dan bagian batang 50,58%. Holoselulosa bagian kulit cabang relatif lebih besar, hal ini disebabkan persentase zat ekstraktif bagian kulit lebih kecil jika dibandingkan bagian kulit batang.
Kandungan lignin bagian kulit cabang sebesar 35,27% - 35,83 %, kadar pentosan kulit cabang sebesar 14,34 dan kulit batang 19,62 %.
Besarnya kadar lignin dari kulit, tidak dapat dijelaskan secara struktur mengingat struktur lignin sangat
komplek, namun diduga struktur lignin bagian kulit berikatan dengan struktur zat ekstraktif tanin. Seperti diketahui bahwa tanin banyak terdapat pada bagian kulit kayu relatif lebih banyak dibandingkan pada bagian batang dan cabang sehingga dikatakan penggunaan kulit pada batas tertentu tidak berpengaruh terhadap kualitas pulp, tetapi apabila banyak. Umumnya tidak baik terhadap kualitas kertas sehingga dikatakan apabila banyak
mengandung lignin dan zat ekstraktif umumnya merugikan apabila digunakan sebagai bahan baku pulp.
Kadar pentosan bagian kulit batang relatif lebih kecil dari kulit cabang. Hal ini diduga karena sebagain besar monomer glukosa dari hasil fotosentesa masih diendapkan dibagian kulit cabang, sehingga di dalam kulit cabang relatif lebih besar dibandingkan pentosan pada kulit batang.
KESIMPULAN Kandungan selulosa pada kayu
bagian cabang lebih bear bila dibandingkan kayu bagian batang, hal ini disebabkan pada bagian cabang masih mengalami pertumbhan yang cepat daripada kayu bagian batang, Kadar lignin dan pentosan pada bagian batang lebih tinggi daripada bagian cabang, hal ini pada kayu bagian
batang telah mengalami proses delignifikasi yag maksimum.
Kandungan ekstraktif dan kadar abu pada bagian cabang lebih tinggi daripada bagian batang karena pada bagian cabang senyawa-senyawa ekstraktif primer masih tinggi.
Kulit kayu mengandung zat ekstraktif dan lignin tinggi, sedangkan holoselulosa rendah
DAFTAR PUSTAKA
Dep-Hut, 1987. Informasi Hukum dan Perundang-undangan.
Departemen kehutanan. Edisi I 1987/1988. Biro Hukum dan Organisasi Sekretaiat Jenderal
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hidayat, 1992. Diktat Dasar Pembuatan Kertas. Yayasan Pendidikan Bhakti Industri Sekolah Teknologi Pulp dan Kertas. Bandung
Haygreen, J.G. & Bowyer, J.L., 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan S.A. Hadikusuma.
Margono, S, 1972. Mangrove Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas. Berita Selulosa No.1. Departemen Perindustrian Lembaga Penelitian Selulosa Bandung. Bandung
Muladi, S. 1994. Diktat Industri Kimia Hasil Hutan, Pulp dan Kertas. Fakultas Kehutanan Unmul. Samarinda.
Vademecum, 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia.
Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan.