• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Magang Kerja Imam Chanif 105040201111127 HPT 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Magang Kerja Imam Chanif 105040201111127 HPT 2010"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ii

L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN

(BBKP) SURABAYA (BBKP) SURABAYA

LAPORAN MAGANG KERJA LAPORAN MAGANG KERJA

Untuk Memenuhi Persyaratan Magang Kerja Untuk Memenuhi Persyaratan Magang Kerja di

di Balai Besar Karantina Pertanian SurabayaBalai Besar Karantina Pertanian Surabaya

Oleh : Oleh : IMAM CHANIF IMAM CHANIF 105040201111127 105040201111127

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI AGROEKO

AGROEKOTEKNOLOGI

TEKNOLOGI

MALANG

MALANG

2013

2013

(2)

ii ii

LAPORAN MAGANG KERJA LAPORAN MAGANG KERJA IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (

IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (AlAl lili um sum sativumativum L.)L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN

(BBKP) SURABAYA (BBKP) SURABAYA Disetujui oleh Disetujui oleh:: Mengetahui Mengetahui

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan

Ketua Ketua

Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU.

 NIP. 19550403 1983

 NIP. 19550403 198303 1 00303 1 003

Pembimbing Utama Pembimbing Utama

Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS. Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS.

 NIP. 19550522 198

 NIP. 19550522 198103 1 006103 1 006 Pembimbing Lapang,

Pembimbing Lapang,

Sri Handayani, S.Si. Sri Handayani, S.Si.  NIP. 19760108 2009

(3)

ii ii

LAPORAN MAGANG KERJA LAPORAN MAGANG KERJA IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (

IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (AlAl lili um sum sativumativum L.)L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN

(BBKP) SURABAYA (BBKP) SURABAYA Disetujui oleh Disetujui oleh:: Mengetahui Mengetahui

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan

Ketua Ketua

Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU.

 NIP. 19550403 1983

 NIP. 19550403 198303 1 00303 1 003

Pembimbing Utama Pembimbing Utama

Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS. Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS.

 NIP. 19550522 198

 NIP. 19550522 198103 1 006103 1 006 Pembimbing Lapang,

Pembimbing Lapang,

Sri Handayani, S.Si. Sri Handayani, S.Si.  NIP. 19760108 2009

(4)

iii iii

IMAM CHANIF. 105040201111127. IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI IMAM CHANIF. 105040201111127. IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (

BAWANG PUTIH (AllAll ium ium ssatativumivum L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAIL.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP) SURABAYA. Di bawah BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP) SURABAYA. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari, MS, sebagai pembimbing utama bimbingan Dr. Ir. Syamsuddin Djauhari, MS, sebagai pembimbing utama dan Sri Handayani, S.Si. , sebagai pembimbing lapang magang di BBKP dan Sri Handayani, S.Si. , sebagai pembimbing lapang magang di BBKP Surabaya.

Surabaya.

Bawang putih

Bawang putih  Alium  Alium sativum sativum L.L.  merupakan tanaman yang memiliki nilai  merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan  bawang

 bawang putih putih di di dalam dalam negeri negeri dengan dengan mengimpor mengimpor dari dari negara-negarnegara-negara a lainlain  penghasil

 penghasil tanaman tanaman bawang bawang putih putih ini, ini, memiliki memiliki kendala kendala yang yang harus harus ditanggungditanggung oleh masyarakat dalam negeri sendiri yaitu harga bawang putih yang dapat oleh masyarakat dalam negeri sendiri yaitu harga bawang putih yang dapat sewaktu-waktu naik. Pada dasarnya hama maupun patogen penyebab penyakit sewaktu-waktu naik. Pada dasarnya hama maupun patogen penyebab penyakit tanaman bawang putih dapat saja terbawa oleh umbi dari bawang putih tersebut. tanaman bawang putih dapat saja terbawa oleh umbi dari bawang putih tersebut. Untuk itu sebelum masuk ke dalam negeri umbi bawang putih yang di impor Untuk itu sebelum masuk ke dalam negeri umbi bawang putih yang di impor haruslah ada pemeriksaan guna untuk dilakukan perkarantinaan.

haruslah ada pemeriksaan guna untuk dilakukan perkarantinaan.

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya  pencegahan

 pencegahan masuk masuk dan dan tersebarnya tersebarnya hama hama dan dan penyakit penyakit atau atau organismeorganisme  pengganggu

 pengganggu dari dari luar negluar negeri daeri dan darn dari suatu i suatu area ke area ke area laarea lain di in di dalam ndalam negeri, ategeri, atauau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Republik Indonesia. keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Republik Indonesia. 2002). Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana 2002). Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian - Kementerian Pertanian Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian - Kementerian Pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak

Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak

Kegiatan magang kerja dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian Kegiatan magang kerja dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya yang terletak di UP (Unit Pelayanan) 1 yang berada pada (BBKP) Surabaya yang terletak di UP (Unit Pelayanan) 1 yang berada pada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Laboratorium BBKP Surabaya. Magang Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Laboratorium BBKP Surabaya. Magang kerja dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013. Pelaksanaan magang kerja kerja dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013. Pelaksanaan magang kerja yang dilakukan di BBKP Surabaya meliputi beberapa kegiatan yang diantaranya yang dilakukan di BBKP Surabaya meliputi beberapa kegiatan yang diantaranya yaitu kegiatan pembekalan materi mengenai karantina dan BBKP Surabaya, yaitu kegiatan pembekalan materi mengenai karantina dan BBKP Surabaya, kemudian terdapat kegiatan pemeriksaan lapang yang dilakuka pada kemudian terdapat kegiatan pemeriksaan lapang yang dilakuka pada Intalasi-instalasi karantina pertanian. Selain itu juga pemngujian yang dalam hal ini instalasi karantina pertanian. Selain itu juga pemngujian yang dalam hal ini  pengujian ko

 pengujian komoditas yang akan di impor, ekspor maupumoditas yang akan di impor, ekspor maupun dikirim antar area.n dikirim antar area.

Hasil pemeriksaan dan pengamatan yang dilakukan pada komoditas umbi Hasil pemeriksaan dan pengamatan yang dilakukan pada komoditas umbi  bawang

 bawang putih putih pada pada bulan bulan September September tidak tidak ditemukan ditemukan OPT OPT yang yang merupakanmerupakan OPTK yang dicegah masuk dan tersebarnya di wilayah RI sesuai dengan OPTK yang dicegah masuk dan tersebarnya di wilayah RI sesuai dengan  permentan

 permentan 18 18 tahun tahun 2011 2011 tentang tentang Jenis Jenis OPT. OPT. Cendawan Cendawan yang yang ditemukan ditemukan padapada komoditas umbi bawang putih yaitu

komoditas umbi bawang putih yaitu  Alternaria Alternaria sp.,sp.,  Alternaria  Alternaria alternata,alternata,  Alternaria

 Alternaria brassicicola, brassicicola, Alternaria Alternaria brassicae, brassicae, A. A. japonica, japonica, A. A. porri, porri, AspergillusAspergillus  flavus,

 flavus, BotryodiplodiaBotryodiplodia sp.,sp., CladosporiumCladosporium sp.,sp., CurvulariaCurvularia sp.,sp., C.eragrostidis,C.eragrostidis, C. lunata, Drechslera

C. lunata, Drechslera sp.,sp.,  D.  D. tetramera, tetramera, EpicocumEpicocum sp.,sp.,  Exerohilum Exerohilum sp.,sp.,  Nigrospora

(5)

iv

IMAM CHANIF. 105040201111127. IDENTIFICATION of BOLETUS BULBS of garlic (Al li um sativum   L.) IMPORTS FROM CHINA IN THE GREAT HALL OF AGRICULTURAL QUARANTINE (BBKP) SURABAYA. Under the guidance of Dr. IR. Syamsuddin Djauhari, MS, as the primary supervisor and Sri Handayani, S.Si., as an apprentice in the airy supervisor BBKP Surabaya.

Garlic Alium sativum l. is a plant that has a very high economic value. The Government's attempt to meet the needs of the domestic garlic by importing from other countries producing plants, garlic has a constraint that must be borne by the community in the country, namely the price of garlic which can at any time go up. Basically pathogens cause disease or pest plants garlic can just get carried away  by the bulbs of garlic. For it before entering into the land of garlic bulbs that are

imported shall be an examination in order to be perkarantinaan.

Quarantine is a place of exile and/or actions as prevention efforts came in and spread of pests and diseases or pest organisms from overseas and from one area to another area in the country, or discharge from the territory of the Republic of Indonesia (Republik Indonesia. 2002). Large Agricultural Quarantine Center Surabaya is one of Managing Technical Unit (UPT) scope of agricultural Quarantine Agency-Ministry of agriculture as a result of a merger between a large Hall UPT the Animal Quarantine and Tanjung Perak UPT Balai Besar Tanjung Perak Plant Quarantine

Apprentices work done on the porch of the Quarantine of farms (BBKP) Surabaya in UP (Service Unit) 1 is at the port of Tanjung Perak Surabaya Surabaya BBKP and laboratories. Internship work done in August-October 2013. Apprentice implementation work done in Surabaya BBKP includes several activities including the activities regarding quarantine and material supply BBKP Surabaya, then there is a roomy dilakuka examination activities at Intalasi-installation of agricultural quarantine. It also pemngujian that in this case the commodity will be testing on the import, export or shipped between areas.

Inspection results and observations made on commodity garlic bulbs in September not found the OPT constitutes OPTK prevented entry and spread on the territory of Republic of Indonesia in accordance with permentan 18 in 2011 about the type of OPT. Boletus found on garlic bulbs commodities i.e. Alternaria sp.,  Alternaria alternata, Alternaria brassicicola, Alternaria brassicae,  A. japonica, A. porri, Aspergillus flavus, Botryodiplodia sp., Cladosporium sp., Curvularia sp., C. eragrostidis, C. lunata, Drechslera sp.,  D. tetramera,  Epicocum sp.,  Exerohilum sp.,  Nigrospora sp., Stemphylium sp., dan

(6)

v

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan  pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul

“IDENTIFIKASI CENDAWAN UMBI BAWANG PUTIH (Al li um sativum L.) IMPOR DARI CHINA DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP) SURABAYA”. Laporan magang ini dibuat untuk memenuhi syarat magang kerja.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

2. Dr. Ir. Syamsudin Djauhari, MS. selaku dosen pembimbing utama.

3. Sri Handayani, S.Si. selaku dosen pembimbing lapang di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya

4. Dosen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan.

5. Ayah dan Ibu tersayang, yang senantiasa memberikan doa, motivasi,  bimbingan, dan kesabaran.

6. Ika Agustin Rusdiana yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi.

7. Teman-teman Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2010 dan semua pihak yang membantu serta dukungan yang diberikan dalam pembentukan laporan ini.

Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca, serta pihak-pihak yang terkait pada umumnya.

Malang, Oktober 2013

(7)

vi JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii SUMMARY ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Bawang Putih ... 4

2.1.1 Klasifikasi ... 4

2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang Putih ... 4

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Putih ... 5

2.1.4 Penyakit Pada Umbi Bawang Putih yang di Sebabkan oleh Cendawan . 5 2.1.5 OPTK pada Umbi Bawang Putih Impor China ... 7

2.2 Balai Besar Karantina Pertanian ... 8

2.2.1 Profil Karantina Pertanian ... 8

2.2.2 Persyaratan Ekspor dan Impor ... 12

2.2.3 Ketentuan dan Tindakan Karantina Impor Umbi Bawang Putih ... 13

2.2.5 Mekanisme Pelayanan Dokumen Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya ... 16

BAB III METODOLOGI ... 20

3.1 Waktu danTempat ... 20

3.2 Metode Pelaksanaan ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil ... 25

4.2 Pembahasan ... 38

4.2.1 Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih ... 38

4.2.2 Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor ... 41

BAB V PENUTUP ... 58

(8)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... 63

(9)

viii

Tabel 1 Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Umbi Bawang Putih Impor dari China ... 8 Tabel 2. Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor China Bulan September 2013 ... 25

(10)

ix

Gambar 1. Umbi Bawang Putih Alium sativum... 4

Gambar 2. Struktur Organisasi BBKP Surabaya ... 11

Gambar 3. Mekanisme Alur Pelayanan dan Pengawasan Karantina Tumbuhan .. 16

Gambar 4. Alur Pengujian Bawang Putih dengan Cara Direct inspection ... 23

Gambar 5. Foto Alur Pengujian Bawang Putih Impor China ... 24

Gambar 6 Alur Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih ... 38

Gambar 7. Alternaria sp. ... 42

Gambar 8. A. alternata... 43

Gambar 9. A. brassicicola... 44

Gambar 10. A. brassicae... 45

Gambar 12. A. japonica ... 46

Gambar 13. A. porri... 46

Gambar 14. A. flavus... 47

Gambar 15. Botryodiplodia sp. ... 48 Gambar 16. Cladosporiumsp. ... 48 Gambar 17. Curvulariasp. ... 49 Gambar 18. C. eragrostidis... 50 Gambar 19. C. lunata... 50 Gambar 20. Drechslerasp. ... 51 Gambar 21. D. tetramera... 52 Gambar 22. Epicocum sp. ... 53 Gambar 23. Exerohilum sp. ... 54 Gambar 24. Nigrospora sp. ... 54 Gambar 25. Stemphylium sp ... 55 Gambar 26. T. roseum... 56

(11)

x

Lampiran 1. Surat Permohonan Pemeriksaan Krantina (SP-1) ... 63

Lampiran 2. Surat Tugas (DP-1) ... 63

Lampiran 3. Surat Persetujuan Tindakan Karantina Tumbuhan ( KT-2) ... 64

Lampiran 4. Laporan Hasil Pelaksanaan atau Pengawasan Pelaksanaan, Pemeriksaan Fisik atau Kesehatan Media Pembawa atau Pemeriksaan Identitas atau Pengujian PSAT (DP-7) ... 64

Lampiran 5. Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (KT-10) ... 65

Lampiran 6. Surat Keterangan PSAT (Prior Notice) ... 65

Lampiran 7. Packing List ... 66

Lampiran 8. Invoice... 66

Lampiran 9. Bill of Landing ... 67

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang putih  Alium sativum L.  merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sentra bawang putih di Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Berdasarkan survey eksplorasi, sekitar 72 persen daerah penanaman bawang putih terdapat di Jawa (Buurma 1991).

Kebutuhan (konsumsi) bawang putih dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi kebutuhan akan bawang putih tersebut tidak di imbangi dengan adanya persediaan  bawang putih di dalam negeri. Perkembangan terakhir (2006), impor bawang  putih indonesia berjumlah 295 ribu ton dengan nilai tidak kurang dari US$ 103 juta atau sebesar Rp 927 milyar, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. (Pasandaran dan Hadi, 1994)

Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bawang putih di dalam negeri dengan mengimpor dari negara-negara lain penghasil tanaman bawang  putih ini, memiliki kendala yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam negeri sendiri yaitu harga bawang putih yang dapat sewaktu-waktu naik. Hal ini menyebabkan keresahan masyarakat mengingat kebutuhan (konsumsi) akan bawang putih ini untuk bahan masak sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan banyaknya kebutuhan akan bawang putih yang harus di impor dari negara-negara lain pengahasil bawang putih ini, maka akan banyak pula material-material yang terbawa dari negera pengekspor salah satunya yaitu hama maupun penyakit yang menyerang tanaman bawang putih. Pada dasarnya hama maupun patogen penyebab penyakit tanaman bawang putih dapat saja terbawa oleh umbi dari bawang putih tersebut. Untuk itu sebelum masuk ke dalam negeri umbi bawang putih yang di impor haruslah ada  pemeriksaan guna untuk dilakukan perkarantinaan.

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya  pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme

(13)

 pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Republik Indonesia. 2002), sedangkan Karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (Republik Indonesia. 2002). Tindakan karantina terhadap media pembawa OPT/OPTK yang diimpor, diekspor dan / atau dikirim antar area, meliputi pemeriksaan,  pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan  pembebasan. Media pembawa yang dikenakan tindakan karantina berupa  benih tumbuhan dan hasil tumbuhan baik yang belum diolah maupun telah diolah yang dapat menjadi media pembawa OPT/OPTK. (Balai Besar Karantina Surabaya. 2012)

Dengan adanya badan karantina yang memiliki peranan dalam usahanya untuk memeriksa bentuk apapun dari tumbuhan untuk di identifikasi apakah ada patogen yang yang menyebabkan penyakit yang dapat membahayakan sumberdaya alam yang ada di dalam negeri atau tidak. Ataupun ada hama atau sumber hama yang dapat menyebabkan kerugian oleh negara Indonesia.

Dalam hal ini salah satu unit dari balai besar yang berada di Indonesia yaitu Balai Besar Pertanian yang terletak dikota Surabaya yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian. Kementerian pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian  Nomor: 22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. Tugas  pokok dan fungsi yang dijalankan meliputi: pelaksanaan kegiatan operasional  perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati. (Peraturan Menteri Pertanian No. 22/Permentan/Ot.140/4/2008)

Salah satu pengawasan yang dilakukan oleh balai karantina yaitu pada OPTK cendawan yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Salah

(14)

satunya yaitu cendawan pada umbi bawang putih. Cendawan dari umbi  bawang putih ini sedang banyak diperiksa oleh badan karantina karena pada saat ini impor atau pemasukan bawang putih dan bawang merah banyak didatangkan dari negara-negara lain penghasil bawang putih lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga pemeriksaan, pengasingan,  pengamatan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan bawang  putih yang terindikasi oleh cendawan harus dilakukan untuk mencegahnya

cendawan dari luar masuk dalam negara Indonesia. 1.2 Tujuan

Magang kerja yang dilakukan bertujuan untuk identifikasi cendawan umbi bawang putih impor China dengan prosedur pelayanan dan pemeriksaan yang dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya, sehingga nantinya akan menentukan tindakan karantina selanjutnya.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Putih 2.1.1 Klasifikasi

Bawang putih termasuk dalam kingdom Plantae dengan Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh). Masuk dalam divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) dengan kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil), serta Sub Kelas: Liliidae. Ordo dari bawang putih yaitu Liliales dan Famili: Liliaceae (suku bawang-bawangan). Dan masuk genus Allium dengan Spesies Allium sativum L. (Plantamor. 2013).

Gambar 1. Umbi Bawang Putih Alium sativum (Plantamor. 2013) 2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang Putih

Bawang putih ( Allium sativum) termasuk genus allium atau di Indonesia lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun.

Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut (Tora. 2013)

(16)

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Putih

Bawang putih dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat  bergantung kepada varietas yang digunakan. Daerah penyebaran bawang  putih di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok dan Nusa Tenggara Timur. Luas pananaman yang  paling besar ada pada ketinggian di atas 700 meter. Produksi per satuan luas

di dataran tinggi lebih besar dari pada di dataran rendah. Di dataran medium, daerah penanaman bawang putih terbaik berada pada ketinggian 600 m dpl. (di atas pemukaan laut). Tanaman bawang putih kurang baik ditanam pada musim penghujan karena kondisi tanah terlalu basah, temperatur tinggi sehingga mempersulit pembentukan siung.

Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Pada tanah yang ringan, gembur (bertekstur pasir atau lempung) dan mudah meneteskan air (porous) dapat menghasilkan umbi bawang putih yang lebih  baik dari pada tanah yang berat seperti liat atau lempung. Kondisi tanah yang porous menstimulir perkembangan akar dan bulu-bulu akar sehingga serapan unsur hara akan berjalan dengan baik (Hilman, Achmad, dan Suswandi. 1999).

2.1.4 Penyakit Pada Umbi Bawang Putih yang di Sebabkan oleh Cendawan 1. Bercak Ungu

Penyakti bercak ungu disebabkan oleh jamur  Alternaria porii. Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui luka-luka atau mulut kulit, menyerang tanaman pada segala umur, tetapi lebih banyak menyerang tanaman yang telah memasuki fase pembentukan umbi. Keadaan yang lembab dapat menyebabkan penyebaran jamur ini dapat menyebar dengan cepat.

Tanaman yang telah terinfeksi akan menunjukkan gejala bercak- bercak kecil berwarna putih keabu-abuan. Bercak-bercak tersebut

lama-kelamaan akan melebar dan berubah menjadi ungu yang bagian tengahnya terdapat bercak warna hitam yang dilingkari warna kuning.

(17)

Bercak yang berwarna hitam tersebut merupakan spora dari jamur. Kemudian, bercak-bercak akan berubah warna lagi menjadi coklat tua yang merupakan badan buah dari jamur tersebut. Serangan yang parah dapat menyebabkan daun dan batang semu bawang putih akan mengering, kemudian tanaman rebah dan mati. Penyebaran cendawan ini dapat melalui peralatan pertanian yang tercemar spora jamur, tanah, air,  pekerja, atau terbawa oleh angin. (Samadi. 1999).

2. Busuk Umbi

Penyakit bercak umbi ini disebabkan oleh cendawan Sclerotium cepivorum. Gejala serangan oleh cendawan ini pada mulanya daun hijau  berubah menjadi kuning. Serangan ini semakin lama makin menjalar sehingga dapat menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut, pada  pangkal dan umbi tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulatan-bulatan dan akhirnya berwarna coklat tua sampai hitam. Serangan ini dapat terjadi pada semua jenis bawang (Rahayu dan Nur Berlian. 1994).

3. Layu Fusarium

Penyakit layu fusarium ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum  f.sp. cepae (Hanz) Snyd et Hans. Cendawan ini merupakan cendawan tular tanah, sehingga sukar dikendalikan (Wiyatiningsih, Ari, dan Endang. 2009).

Serangan yang disebabkan oleh penyakit ini yaitu adanya daun yang mati dari ujung dan berwarna kuning, menjala ke bagian bawah dengna cepat, pada permukaannya tumbuh miselium cendawan berwarna  putih. Jika umbi di potong membujur tampak alur busuk berair ke arah samping dan pangkal umbi. Pengairan yang kurang baik dan kelembapan tanah yang tinggi mendorong perkembangan penyakit ini. (Karolina. 2006)

4. Busuk Leher Batang

Penyakit busuk leher batang ini disebabkan oleh  Botrytis alli Munn. Cendawan ini mempunyai warna spora abu-abu. Kondisi lahan

(18)

yang lembab serta tempat penyimpanan yang terlalu lembab, maka akan menjadi sumber penyakit tersebut.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu bagian leher batang umbi, merembet ke jaringan lapisan umbi. Dalam keadaan lembab, terbentuklah spora berwarna abu-abu dan bertimbun diatas kulit. Lapisan yang dirusak menering, mengeriput. Penyakit ini merupakan  penyakit dalam gudang dan tampak beberapa hari setelah hasil panenan

masuk ke dalamnya (Rismunandar. 1989). 2.1.5 OPTK pada Umbi Bawang Putih Impor China

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan, Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagian- bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Untuk itu setiap impor umbi lapis  bawang putih yang berasal dari China dilakukan pemeriksaan dan dilaporkan kepada pihak karantina dan melalui pintu-pintu pelabuhan yang sudah ditetapkan.

Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Selanjutnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah semua Organisme Penganggu Tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dan OPTK Golongan I adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang tidak dapat dibebaskan dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan. Sedangkan OPTK Golongan II adalah semua Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dapat dibebaskan dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan. (Republik Indonesia. 2002)

Untuk itu setiap impor umbi bawang putih dilakukan pemeriksaan terhadap komoditas tersebut yang dalam hal ini mencegah masuk dan tersebarnya OPTK Golongan I dan Golongan II, maupun OPTK A1 dan A2.

(19)

OPTK yang dicegah untuk masuk dan tersebarnya setiap negara memiliki target yang tidak sama. Target tersebut sesuai dengan Permentan  Nomor 93/Permentan/OT.I140/12/2011 Tentang Jenis OPT.

Tabel 1 Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Umbi Bawang Putih Impor dari China

Jenis No Nama Ilmiah Status OPTK

 Nematoda 1  Aphelenchoides fragariae OPTK A1; Gol II 2  Ditylenchus destructor OPTK A1; Gol II 3  Ditylenchus dipsaci OPTK A1; Gol II Fungi 1  Botryotinia squamosa OPTK A1; Gol I

2  Botrytis aclada OPTK A1; Gol I 3 Sclerotium cepivorum OPTK A1; Gol I 4 Stemphylium vesicarium OPTK A1; Gol I 5 Urocystis cepulae OPTK A1; Gol I Virus 1 Onions Yellow Dwarf

Potyvirus

OPTK A2; Gol I

Sumber : Permentan Nomor 93/Permentan/OT.I140/12/2011 2.2 Balai Besar Karantina Pertanian

2.2.1 Profil Karantina Pertanian Sejarah Singkat.

Kata karantina berasal dari bahasa italia “quarantina”, yang berakar dari bahasa laitn kuno “quadraginta”, bermakna ‘empat puluh’. Periode empat puluh hari masa penahanan terhadap sebuah kapal yag diduga membawa penyakit menular (pes, kolera atau demam kuning) dan terkena  pelarangan mendekati pantai. Istilah ini kemudian diperluas penggunaannya

untuk masa isolasi bagi seseorang yang terinfeksi penyakit menular, juga  jangka waktu penahanan terhadap kiriman hewan, tumbuhan, atau benda

(20)

Penyelenggaraan pengkarantinaan di sektor pertanian Indonesia telah diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1877. Praktek- praktek perkarantinaan pertanian pada masa itu diperuntukkan menjaga koloni Hindia Belanda dari serangan penyakit hewan dan tumbuhan yang  berasal dari luar Hindia Belanda.

Ordonansi 19 Desember 1877 (staatsblad No. 267) merupakan  peraturan perundangan Karantina Tumbuhan pertama tendang “Pelarangan

Pemasukan Tanman Kopi dan Biji Kopi dari Srilangka”. Sedangkan Ordonansi 13 Agustus 1912 (staatblad No. 432) merupakan peraturan  perundangan Karantina Hewan pertama tentang “Peraturan Campur Tangan

Pemrintahdalam Lapangan Kehewanan dan Polisi Kehewanan”.

Sebelum tahun 1985 secara keorganisasian karantina hewan dan karantina tumbuhan berjalan terpisah. Melalui perjalanan panjang praktek- praktek perkarantinaan, dengan kesadaran bahwa sumber daya alam hayati merupakan salah satu modal dasar dan sekaligus sebagai faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional, akhirnya terintegrasi ke dalam suatu wadah institusi “Pusat Karantina Pert anian”.

Disadari bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut  perkarantinaan hewan, ikan dan tumbuhan warisan pemerintah kolonial Hindia Belanda suda tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kempentingan nasional, maka diterbitkanlah UU no 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Tahun 1992 tersebut sekaligus merupakan tonggak sejarah perkembangan Karantina Pertanian di Indonesia. Sesuai dengan dinamika perkembangan kepemerintahan, Pusat Karantina Pertanian berkembang menjadi Badan Karantina Pertanian sebagai unit Eselon 1 di lingkungan Kementrian Pertanian berdasarkan Keppres No. 58 Tahun 2000.

Tugas BARANTAN

Tugas yang diamanatkan pada Badan Karantina adalah melaksanakan  perkarantinaan pertanian dalam rangka mencegah pemasukan dan

(21)

 penyebaran dan/atau pengeluaran Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta  pengawasan keamanan hayati.

Tujuan Karantina

Tujuan penyeelenggaraan Karantina Hewan dan Tumbuhan telah ditetapkan dalam undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, adalah sebagai berikut:

a. Mencegah masuknya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.

 b. Mencegah tersebarnya HPHK dan OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

c. Mencegah keluarnya HPHK dari wilayah negara Republik Indonesia. d. Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan tertentu dari

wilayah negara Republik Indonesia apabila negara tujuan menghendakinya. (Badan Karantina Pertanian. 2013)

Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya

Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian - Kementerian Pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. Tugas pokok dan fungsi yang dijalankan meliputi: pelaksanaan kegiatan operasional  perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati

(22)

Gambar 2. Struktur Organisasi BBKP Surabaya (Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya 2012)

Visi dan Misi BBKP Surabaya Visi

Terwujudnya Pelayanan Karantina Pertanian Surabaya yang Tangguh, Profesional, Modern dan Terpercaya pada 2014

Misi

 Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari

ancaman serangan Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta

(23)

 pengawasan lalu lintas komoditi pertanian segar yang memenuhi standard keamanan pangan

 Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan

tumbuhan

 Mewujudkan Sistem manajemen Mutu Pelayanan dengan

mengimplementasikan secara konsisten SNI ISO 9001:2008

 Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing

Laboratory) dengan mengimplementasikan secara konsisten SNI ISO/IEC 17025:2008 serta Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) yang terakreditasi

 Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan nasional dalam

akselerasi ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu  bersaing di pasar internasional

 Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan

nasional

 Membangun masyarakat cinta karantina pertanian Indonesia (Balai

Besar Karantina Pertanian Surabaya. 2012) 2.2.2 Persyaratan Ekspor dan Impor

Ekspor

Setiap Media Pembawa yang akan dikeluarkan dari dalam wilayah  Negara Republik Indonesia, apabila disyaratkan oleh negara tujuan wajib:

a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari tempat pengeluaran  bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa yang

tergolong benda lain;

 b. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pengeluaran untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan.

Impor

Setiap Media Pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, wajib :

(24)

a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa yang tergolong benda lain;

 b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan. (Republik Indonesia. 1992).

2.2.3 Ketentuan dan Tindakan Karantina Impor Umbi Bawang Putih

Hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar adalah bagian dari tumbuhan yang berupa umbi lapis (bulb) yang termasuk dalam famili  Allium, baik utuh atau bagiannya yang belum diproses menjadi bahan olahan. Menurut Permentan No. 18 Tahun 2008 setiap umbi lapis yang masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia wajib memenuhi syarat diantarnya:

a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit.

Sertifikat Kesehatan Tumbuhan ( Phytosanitary Certificate) adalah surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang di negara atau area asal/ pengirim/ transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan atau yang tercantum di dalamnya bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan, Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I, Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina Golongan II, dan atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting serta telah memenuhi persyaratan karantina tumbuhan yang ditetapkan dan atau yang menyatakan keterangan lain yang diperlukan.

 b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan.

Tempat Pemasukan adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,  pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan.

(25)

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan.

Petugas Karantina Tumbuhan adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina tumbuhan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu terdapat beberapa persyaratan dan ketentuan lain dalam impor hasil tumbuhan segar berupa umbi lapis, diantaranya:

a. Lampiran jenis OPTK yang terdapat pada negara asal.

 b. Jika umbi lapis tersebut berasal dari area yang benar-benar bebas dari  jenis OPTK yang ada pada negara tersebut maka harus dinyatakan dalam kolom keterangan tambahan ( Additional Declaration) pada Sertifikat Kesehatan Tumbuhan yang menyertai kiriman, dan telah didevitalisasi serta bebas dari partikel tanah dan /atau kompos.

c. Dan jika tidak berasal dari area yang tidak bebas dari OPTK, maka harus di beri perlakuan sesuai dengan jenis hasil tumbuhan hidup  berupa sayuran umbi lapis segar maupun jenis organisme pengganggu tumbuhan yang dicegah pemasukannya dan dinyatakan dalam kolom  perlakuan pada Sertifikat Kesehatan Tumbuhan.

d. Umbi lapis yang dimasukkan harus dalam kondisi tidak busuk dan/atau tidak rusak.

e. Untuk mengetahui bebas tidaknya suatu area produksi dari infestasi organisme pengganggu tumbuhan karantina di negara asal dapat dilakukan survei di area produksi di negara asal oleh Petugas Karantina Tumbuhan dan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Badan Karantina Pertanian.

f. Survey dilakukan atas pertimbangan analisis risiko organisme  pengganggu tumbuhan khususnya organisme pengganggu tumbuhan

karantina dan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Sekretariat Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional ( IPPC Secretariate Food and Agriculture Organization) dan standar lainnya yang telah dipublikasikan.

(26)

Dari persyaratan dan ketentuan yang telah tertera dalam Permentan  No. 18 Tahun 2008 dari beberapa ketentuan tersebut nantinya akan dilakukan tindakan karantina. Tidakan karantina yang dilakukan yaitu  berupa 8P yang terdiri dari Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan,

Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan, Pembebasan.

a. Hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan pemasukan umbi lapis maka dilakukan penahanan.

 b. Apabila dalam waktu 14 hari persyaratan yang kurang belum terpenuhi maka akan dilakukan penolakan. Penolakan yang dilakukan dapat berupa tidakan pengiriman kembali ke negara asal atau negara lain.

c. Apabila setelah 14 hari kerja sejak surat penolakan diterima pemilik, hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tersebut belum dikeluarkan dari dalam wilayah negara Republik Indonesia, maka akan dilakukan tindakan pemusnahan.

d. Pemeriksaan kesehatan hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan setelah  persyaratan karantina tumbuhan dan persyaratan teknis dipenuhi.

e. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak bebas dari OPTK Golongan II maka dilakukan tindakan perlakuan.

f. Apabila setelah dilakukan tindakan perlakukan ternyata tidak dapat dibebaskan dari OPTK Golongan II, maka hasil tumbuhan hidup  berupa sayuran umbi lapis segar tersebut dilakukan tindakan  pemusnahan yang disaksikan oleh pejabat berwenang dan dibuatkan  berita acara pemusnahan. Tetapi jika setelah dilakukan tindakan  perlakukan ternyata dapat dibebaskan dari OPTK Golongan II maka terhadap hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar

(27)

tersebut dilakukan tindakan pembebasan dengan menerbitkan sertifikat pelepasan.

g. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak atau belum didevitalisasi dan/atau tidak bebas dari partikel tanah dan/atau kompos dan/atau busuk dan/ atau rusak, maka terhadap hasil tumbuhan hidup  berupa sayuran umbi lapis segar tersebut dilakukan tindakan  pemusnahan yang disaksikan oleh pejabat berwenang dan dibuatkan  berita acara pemusnahan.

h. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata hasil tumbuhan hidup berupa sayuran umbi lapis segar tidak bebas dari OPTK Golongan I dilakukan tindakan pemusnahan yang disaksikan oleh pejabat berwenang dan dibuatkan berita acara pemusnahan. (Permentan Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008)

2.2.5 Mekanisme Pelayanan Dokumen Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

(28)

Menurut Keputusan kepala balai besar karantina pertanian surabaya nomor :101.a/OT.210/L.6.A/1/ 2013) mengenai standart pelayanan publik Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.

Prosedur tindakan dokumen masuk ( Impor dan Masuk Domestik)

a. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (SP-1) atau lembar aju secara online atau manual beserta dokumen kelengkapannya ditujukan kepada Kepala Balai melalui petugas  penerimaan dokumen (pendok)

 b. Petugas pendok menyerahkan SP-1 beserta dokumen kelengkapannya kepada kepala Bidang Karantina Tumbuhan

c. Kepala Bidang karantina Tumbuhan atas nama Kepala Balai menerbitkan Surat Tugas (DP-1)

d. Kepala Bidang Tumbuhan menyerahkan surat tugas (DP-1) kepada Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Penggangu Tumbuhan (POPT) untuk melakukan pemeriksaan administratif (Kelengkapan, Kebenaran isi dan keabsahan dokumen Persyaratan)

e. Pejabat fungsional POPT melaksanakan Pemeriksaan Administratif dan menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Administratif (DP-5) dan menyampaikan kepada Kepala Bidang

f. Berdasarkan Rekomendasi DP-5, Pejabat Fungsional menerbitkan Surat Persetujuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan (KT-2)

g. Pejabat fungsional POPT melaksanakan tindakan karantina berdasarkan surat tugas (DP-1)

h. Pejabat fungsional POPT melakukan Pemeriksaan Kesehatan terhadap MP-OPT/OPTK/OPTP tingkat Lapang dan Laboratorium serta menerbitkan Laporan Hasil pelaksanaan /Pengawasan Pemeriksaan Fisik /Kesehatan (DP-7)

i. Pejabat fungsional menyampaikan hasil tindakan karantina kepada Kepala Bidang;

 j. Kepala Bidang menerima laporan hasil tindakan karantina dan disposisi untuk dilakukan tindakan karantina selanjutnya;

(29)

k. Berdasarkan rekomendasi pada DP-7 Pejabat Fungsioal Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) menerbitkan Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan (KT-9) dan menyerahkan kepada seksi  pelayanan operasional;

l. Berdasarkan sertifikat KT-9 bendahara penerima menerbitakan kuitansi sebagai bukti pengguna jasa membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam proses pengambilan sertifikat Pelepasan karantina (KT-9); m. Kepala seksi pelayanan operasional menyerahkan sertifikat Pelepasan karantina (KT-9) kepada pengguna jasa setelah pengguna jasa menunjukan bukti pembayaran PNBP.

Prosedur tindakan dokumen keluar ( Ekspor dan Keluar Domestik)

a. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (SP-1) atau lembar aju secara online atau manual beserta dokumen kelengkapannya ditujukan kepada Kepala Balai melalui petugas  penerimaan dokumen (pendok);

 b. Petugas pendok menyerahkan SP-1 beserta dokumen kelengkapannya kepada kepala Bidang Karantina Tumbuhan;

c. Kepala Bidang karantina Tumbuhan atas nama Kepala Balai menerbitakan Surat Tugas (DP-1);

d. Kepala Bidang menyerahkan surat tugas (DP-1) kepada Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Penggangu Tumbuhan (POPT) untuk melakukan pemeriksaan administratif (Kelengkapan, Kebenaran isi dan keabsahan dokumen Persyaratan);

e. Pejabat fungsional POPT melaksanakan tindakan karantina berdasarkan surat tugas (DP-1);

f. Pejabat fungsional POPT melakukan Pemeriksaan Kesehatan terhadap MP-OPT/OPTK/OPTP tingkat Lapang dan Laboratorium serta menerbitkan Laporan Hasil pelaksanaan /Pengawasan Pemeriksaan Fisik /Kesehatan (DP-7);

g. Pejabat fungsional menyampaikan hasil tindakan karantina kepada Kepala Bidang;

(30)

h. Kepala Bidang menerima laporan hasil tindakan karantina dan disposisi untuk dilakukan tindakan karantina selanjutnya;

i. Pejabat fungsional POPT menerbitkan Phytosanitary certificate (KT.10) dan Sertifikat Karantina Tumbuhan Antar Area (KT.12) dan menyerahkan kepada seksi pelayanan operasional;

 j. Berdasarkan sertifikat KT-10/KT-12, bendahara penerima menerbitakan kuitansi sebagai bukti pengguna jasa dalam proses pengambilan sertifikat karantina (KT-10, KT-12);

k. Kepala seksi pelayanan operasional menyerahkan sertifikat  Phytosanitary certificate (KT.10) dan Sertifikat Karantina Tumbuhan Antar Area (KT.12) kepada pengguna jasa setelah pengguna jasa menunjukan bukti pembayaran PNBP. (Keputusan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Nomor : 101.a/ot.210/l.6.a/1. 2013)

(31)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu danTempat

Kegiatan magang kerja dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya yang terletak di UP (Unit Pelayanan) 1 yang berada pada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Laboratorium BBKP Surabaya. Magang kerja dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2013.

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang kerja dilakukan mengikoti kegiatan yang ada di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya. Kegiatan yang dilakukan, diantaranya:

A. Kegiatan Penelitian 1. Pembekalan Materi

Pembekalan materi disini diisi dengan pengetahuan mengenai karatina secara umum. Karantina merupakan tindakan upaya  pencegahan masuk Hama dan Penyakit atau Organisme Pengganggu dari Luar Negeri dan Antar area atau keluarnya dari dalam negeri. Dari kegiatan pengenalan mengenai karantina dan tugas-tugas dari karantina. Selain diperkenalkan mengenai karantina tetapi juga dikenalkan mengenai bagian-bagian serta staf-staf yang ada di BBKP Surabaya. Selanjutnya pembekalan mengenai prosedur pelayanan impor, ekspor dan domestik. Serta bagaimana pemeriksaan media  pembawa di Instalasi Karantian Tumbuhan (IKT) dan Laboratorium

Karantina Pertanian Surabaya. 2. Pemeriksaan di Lapang

Pememriksaan dilapang dalam magang kerja yang dilakukan  pada laboratorium BBKP Surabaya dilakukan di IKT/ Depo Jangkar. IKT sendiri merupakan tempat atau instalasi karantina yang berada dalam pelabuhan yang memiliki tugas menerima dan memeriksa

(32)

komoditas atau barang yang akan datang ke wilayah Republik Indonesia. di wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya tersendiri terdiri dari beberapa IKT yaitu IKT Surabaya Sejahtera, IKT Jangkar dan IKT Nilam. Pada dasarnya pemeiksaan pertama di IKT ini akan dilakukan pengujian selanjutnya di laboratorium untuk mengetahui OPT yang ada pada komoditas tersebut.

3. Penanganan Sampel dan Pemeriksaan di Laboratorium

Setiap komoditas yang merupakan berasal dari tumbuhan dan hasil olahan dari tumbuhan ataupun bagian tumbuhan yang dapat sebagai media pembawa maka perlu dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan sendiri dilakukan di IKT-IKT yang di tunjuk sebagai tempat pemeriksaan komoditas. Kemudian dari IKT tersebut dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian di laboratorium. Setiap sampel yang datang pada laboratorium BBKP Surabaya kemudian dilakukan pemeriksaan administratif pada sampel yang datang dengan mengecek nomor entri dari komoditas yang akan dilakukan pengujian di laboratorium. Kemudian dari sampel yang datang dilakukan penomoran sampel sesuai dengan nomor urut yang sudah datang pada laboratorium BBKP Surabaya untuk dilakukan  pengujian. Setelah sampel di nomori kemudian dilakukan pencatatan terhadap surat permohonan pengujian tersebut pada buku induk dengan format nomor, tanggal penerimaan sample, POPT, perusahaan, media pembawa, asal atau tujuan, target uji, kode sample, metode uji, tanggal dan hasil pengujian serta nomor dan tanggal LHU (Hasil Laporan Uji). Untuk jenis benih yang diuji adalah jenis benih untuk  bahan tanam. Selanjutnya bahan uji tersebut dimasukkan keruang arsip sample. Kemudian pihak administrasi akan mengeluarkan surat  pengantar pengujian yang ditandatangani oleh manajer ataupun deput i

teknis. Selanjutnya dibuatkan surat distribusi sample untuk pengujian dan di lakukan uji di laboratorium. Untuk batas pengujiannya, bila termasuk dalam resiko rendah yakni ≤ 3 hari untuk benih tanam seperti gandum, jahe, dan bawang. Untuk resiko sedang ≤ 7 hari untuk

(33)

 benih tanam ekspor atau antar area. Untuk resiko tinggi dilakukan selama ≤ 14 hari yang komoditas ujinya seperti benih impor.

4. Pengujian di Laboratorium

Pengujian sampel yang datang di laboratorium BBKP Surabaya dilakukan dengan deteksi secara Direct inspection. Direct inspection adalah suatu metode untuk mendeteksi ada tidaknya bagian dari cendawan atau propagula yang terdapat pada bagian tersebut.  propagula cendawan yang biasa ditemukan adalah konidium, ascospora, basidiospora, aservulus, klestotesium, piknidium,  peritesium, sklerotium, konidiofor atau tangkai konidium, basidium, askus. Dan dilakukan identifikasi dengan metode morfometri. Morfometri ialah pengujian yang identifikasinya dilihat dari bentuk dan ukuran dari cendawan tersebut.

 Alat

1. Pinset 2. Jarum

3. Mikroskop stereo 4. Cawan petri

5. Kaca obyek dan kaca penutup

 Bahan

1.  Methylen blue

2. Biji atau bagian tanaman yang bergejala

(34)

Gambar 4. Alur Pengujian Bawang Putih dengan Cara Direct inspection

Biji atau bagian tanaman yang bergejala diletakkan didalam cawan petri

Amati biji atau bagian tanaman yang

menunjukkan adanya propagula

cendawan denagn menggunakan mikroskop stereo.

Bila ditemukan propagula, maka amati dengan menggunakan mikroskop majemuk/ kompon

Ambil propagula yang ditemukan dengan jarum

 Methylen

 Blue Letakkan pada kaca obyek

Tutup dengan kaca penutup . ` , : . . ` , : . ` ‘ `

(35)
(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 2. Temuan Cendawan pada Umbi Bawang Putih Impor China Bulan September 2013

 No Tanggal Kode Sampel Cendawan yang di Temukan 1. 2 –  9 – 2013 1/ C/ 9.13 Cladosporiumsp., Nigrospora sp.,

 Drechslerasp., Stemphylium sp. 2. 3 –  9 – 2013 5/ C/ 9.13  Drechslerasp., Stemphylium sp.,

 Alternaria brassicicola

6/ C/ 9.13 Stemphylium sp., Drechslerasp.,  Nigrospora sp., Alternaria japonica, 7 C/ 9.13 Cladosporium sp., Drechslerasp.,

 Nigrospora sp., Alternaria sp. 8 C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

Curvularia eragrostidis, Stemphylium sp. 9 C/ 9.13 Stemphylium sp., Drechslerasp.,

 Alternaria sp.

10 C/ 9.13  Drechslerasp., Stemphylium sp.,  A. brassicicola

11 C/ 9.13  A. japonica, Drechslerasp, Drechslera tetramera, Cladosporium sp.,

Stemphylium sp.

12 C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica,  Nigrospora sp.

13 C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

Curvularia lunata, Alternaria altenata 14 C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

(37)

15 C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata,  Epicoccumsp.

16 C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp., Curvulariasp., Cladosporiumsp.,  A. japonica, Stemphylium sp. 17 C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

Cladosporiumsp., Curvulariasp. 3. 4 – 9- 2013 23/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

 A. altenata, Trichothecium roseum, Stemphylium sp., A. brassicicola 24 / C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

 A. brassicicola

25/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica, Curvulariasp.

26 / C/ 9.13  Drechslerasp., Stemphylium sp.,  A. altenata,Epicocum nigrum 27/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. altenata,

 Nigrospora sp., Trichothecium roseum 28/ C/ 9.13  Drechslerasp, Nigrospora sp.,

 Alternaria sp.

29/ C/ 9.13  Drechslerasp, D. Tetramera, Curvulariasp., Alternaria sp. 30/ C/ 9.13  A. altenata, Drechslerasp.,

Curvulariasp.

31/ C/ 9.13 C. eragrostidis, Drechslera sp. 32/ C/ 9.13  A. altenata, Stemphylium sp.,

 Drechslerasp., Nigrospora sp. 33/ C/ 9.13  Nigrospora sp., Drechslerasp. 34/ C/ 9.13  Nigrospora sp., Drechslerasp.,

Curvulariasp.

4 5 –  9 – 2013 56/ C/ 9.13  Nigrospora sp., Drechslerasp.,  A. altenata, Stemphylium sp.

(38)

57/ C/ 9.13  Nigrospora sp., Drechslerasp.,  A. brassicicola, C. lunata. 58/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

 Alternaria sp., Stemphyliumsp. 59/ C/ 9.13  Alternaria sp., A. alternata,

Stemphylium sp.

60/ C/ 9.13  Drechslerasp., Exerohilum sp.,  A. japonica, C. lunata

61/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, Alternaria sp. 5. 6 –  9 – 2013 84/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, Alternaria sp.,

Cladosporiumsp. A. japonica,  A. alternata

85/ C/ 9.13  A. japonica, A. alternata, C. lunata

86/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Alternaria. brassicae, Cladosporium sp.,

 A. alternata, Aspergillus flavus,  A. japonica

87/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, C. lunata, Stemphylium sp.

88/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, C. lunata 89/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata,

Cladosporiumsp., Alternaria sp. 90/ C/ 9.13  A. alternata, Nigrospora sp.,

 Drechslerasp.

91/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, Alternaria sp.,  Nigrospora sp.

92/ C/ 9.13  A. alternata, Drechslerasp., A. japonica 93/ C/ 9.13  Alternaria sp., Stemphylium sp.,

 Nigrospora sp.

94/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, C. eragrostidis

(39)

95/ C/ 9.13 96/ C/ 9.13

 A. brassicicola, Curvularia sp.,  Drechslerasp., C. lunata

 A. alternata, Drechslerasp., Stemphylium sp.

6. 7 –  9 – 2013 115/ C/ 9.13  Drechslerasp., Stemphylium sp.,  Alternaria sp.

7 9 –  9 – 2013 120/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  A. alternata

8 10 –  9 – 2013 157/ C/ 9.13 C. lunata, Drechslera sp., A. alternata 158/ C/ 9.13  Drechslerasp.,Curvulariasp.,

 A. alternata, C. lunata 159/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata

160/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, A. alternata 161/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, A. japonica 162/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, A. japonica,

 A. brassicicola, Curvularia sp. 163/ C/ 9.13  Alternaria sp., Curvulariasp.,

Stemphylium sp.

164/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, Alternaria sp. 165/ C/ 9.13  Alternaria sp. , Curvularia sp.

166/ C/ 9.13  Drechslerasp., Curvulariasp., C. lunata  A. japonica, A. alternata

167/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica, A. alternata,  Nigrospora sp.

168/ C/ 9.13  A. japonica, A. alternata, C. lunata 169/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp. , Stemphylium sp., Alternaria sp. 170/ C/ 9.13  Drechslerasp., Botryodiplodia sp., C.lunata 171/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp., C. eragrostidis

(40)

172/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A. alternata

173/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Cladosporium sp., A. brassicicola 174/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Stemphylium sp., C. eragrostidis,  Nigrospora sp. 9. 11 –  9 – 2013 194/ C/ 9.13  D. tetramera, A. alternata, C. eragrostidis, Botryodiplodia sp. 195 / C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata,

 A. brassicicola, A. japonica, Stemphylium sp., Nigrospora sp. 196/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

C. eragrostidis, A. brassicicola,  A. japonica, Alternaria porri

197/ C/ 9.13 C. lunata, A. alternata, A. brassicae,  Drechslerasp., Stemphylium sp.,

Cladosporium sp.

198/ C/ 9.13 Stemphylium sp., A. brassicae,  A. japonica, Drechslerasp.,

Curvulariasp.

10. 12 –  9 – 2013 212/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, C. eragrostidis, A. japonica, 213/ C/ 9.13  Drechslerasp.

214/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica 215/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp.,

 A. alternata, A. japonica

216/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, A. japonica, Stemphylium sp.

217/ C/ 9.13  A. brassicicola, A. alternata,  Drechslerasp., Curvulariasp.

(41)

218/ C/ 9.13  Drechslerasp., D tetramera,  A. brassicicola, C. eragrostidis 11 13 – 9 -2013 226/ C/ 9.13  Drechslerasp., D tetramera,

 A. brassicicola, Nigrospora sp. 227/ C/ 9.13  Drechslerasp., D tetramera,

 A. alternata, Cladosporium sp. 12. 14 –  9 – 2013 250/C / 9.13  Drehcslerasp., Nigrospora sp.,

 A. japonica

251/ C/ 9.13  Nigrospora sp., Drechslerasp.,

 D. tetramera, C. lunata, Alternaria sp. 252/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp., Stemphylium sp. 253/ C/ 9.13  Drechslerasp., Stemphylium sp.,  A. brassicicola 13. 16 –  9 – 2013 268/ C/ 9.13  Alternaria sp., Drechslerasp., Curvulariasp., C. lunata

269/C/9.13  Alternaria sp., A. brassicicola,  A. brassicae, Drechslera sp. 270/ C/ 9.13  Alternaria sp., Drechslera sp., Stemphylium sp., C. lunata 271/ C/ 9.13  Alternaria sp., A. alternata,  Drechslerasp., D. tetramera 272/ C/ 9.13  Alternaria sp., A. alternata,  Drechslerasp.

273/ C/ 9.13  Alternaria sp., A. alternata, A. brassicae 14. 17 –  9 – 2013 288/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata

289/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Cladosporiumsp.

290/ C/ 9.13  Drechslerasp., Curvulariasp.,  A. brassicicola, Alternaria sp.,  Nigrospora sp.

(42)

291/ C/ 9.13

291/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., A. brasssicola, A. brasssicola, Stemphylium

Stemphylium sp.sp. 292/ C/ 9.13

292/ C/ 9.13  Nigrospora Nigrospora sp.sp. 293/ C/ 9.13

293/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. Alternaria Alternaria sp.sp. 294/ C/ 9.13

294/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp., Stemphylium

Stemphylium sp.sp. Alternaria Alternariasp.sp. 295/ C/ 9.13

295/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., C. lunata,C. lunata,  A. brassicicola

 A. brassicicola 296/ C/ 9.13

296/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., C. lunata, A. alternataC. lunata, A. alternata 297/ C/ 9.13

297/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.sp. 298/ C/ 9.13

298/ C/ 9.13  A. alternata A. alternata 15. 18

15. 18 –  –  9 9 –  – 2013 2013 313/ 313/ C/ C/ 9.139.13  A. alternata, Drechslera A. alternata, Drechslerasp.,sp.,  A. brassicae

 A. brassicae 314/ C/ 9.13

314/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp.,  A. japonica

 A. japonica 315/ C/ 9.13

315/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, C. lunata D. tetramera, C. lunata,, Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. A. alternata, A. alternata, 316/ C/ 9.13

316/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. Alternaria Alternaria sp.,sp.,  Botryodiplodia

 Botryodiplodia sp.sp. 317/ C/ 9.13

317/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp.,  Alternaria

 Alternaria sp.,sp., A. alternata, A. alternata,  Botryodiplodia

 Botryodiplodia sp.sp. 318/ C/ 9.13

318/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp., Stemphylium

Stemphylium sp.,sp., Nigrospora Nigrosporasp.sp. 319/ C/ 9.13

319/ C/ 9.13  Nigrospora Nigrospora sp.,sp., A. alternata, A. japo A. alternata, A. japonica,nica,  Botryodiplodia

 Botryodiplodia sp.sp. Drechslera Drechslerasp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. 320/ C/ 9.13

320/ C/ 9.13  A. japonica, A. brass A. japonica, A. brassicicola,icicola,  Drechslera

(43)

321/ C/ 9.13

321/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., A.brassicicola, A.brassicicola,  A. japonica, Stemphylium  A. japonica, Stemphylium sp.sp. 322/ C/ 9.13

322/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera,  A. alternata, Stemphylium  A. alternata, Stemphylium sp.sp. 16 19

16 19 –  – 9 9 -2013 -2013 323/ 323/ C/ C/ 9.139.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.,sp., Nigrospora Nigrosporasp.,sp.,

324/ C/ 9.13

324/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp.,  Alternaria

 Alternaria sp.,sp., A. brassicicola A. brassicicola 325/ C/ 9.13

325/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera,  A. alternata, A. brassicicola,  A. alternata, A. brassicicola, Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. 326/ C/ 9.13

326/ C/ 9.13  Nigrospora Nigrospora sp.,sp., A. brassicicola, A. brassicicola,  Botryodiplodia

 Botryodiplodia sp.sp. Drechslera Drechslerasp.,sp., Stemphylium

Stemphylium sp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.sp. 327/ C/ 9.13

327/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera, Stemphylium

Stemphylium sp.,sp., Nigrospora Nigrospora sp.sp. 328/ C/ 9.13

328/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp.,  Alternaria

 Alternaria sp.,sp., CladosporiumCladosporium sp.sp. 329/ C/ 9.13

329/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. 330/ C/ 9.13

330/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Cladosporium Cladosporium sp.,sp.,  A. alternata

 A. alternata 331/ C/ 9.13

331/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp.,  A. alternata

 A. alternata 17. 20

17. 20 –  –  9 9 –  – 2013 2013 347/ 347/ C/ C/ 9.139.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, Curvularia D. tetramera, Curvularia sp.,

sp., Alternaria Alternariasp.,sp., StemphyliumStemphyliumsp.,sp., C. lunata

C. lunata 348/ C/ 9.13

348/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., A. alternata A. alternata,, Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. 349/ C/ 9.13

(44)

350/ C/ 9.13

350/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., A. alternata A. alternata,,  Nigrospora

 Nigrospora sp.sp. 351/ C/ 9.13

351/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera, Stemphylium

Stemphylium sp.,sp., Nigrospora Nigrospora sp.sp. 352/ C/ 9.13

352/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera D. tetramera 353/ C/ 9.13

353/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria spsp 354/ C/ 9.13

354/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera,  A. alternata

 A. alternata,, Cladosporium Cladosporium sp.sp. Curvularia

Curvulariasp.sp. 18. 21

18. 21 –  –  9 9 –  – 2013 2013 379/ C/ 379/ C/ 9.139.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp.,  A. brassicicola, Cladospor

 A. brassicicola, Cladosporiumium sp.,sp., Stemphylium

Stemphylium sp.sp. 380/ C/ 9.13

380/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp.,  A. brassicicola, A. brassicae,  A. brassicicola, A. brassicae,

Cladosporium

Cladosporiumsp.,sp., StemphyliumStemphylium sp.,sp., Curvularia

Curvulariasp.,sp., Nigrospora Nigrospora sp.sp. 381/ C/ 9.13

381/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., Alternaria Alternaria sp.,sp.,  A. alternata, A. japonica,

 A. alternata, A. japonica, Cladosporium

Cladosporiumsp.,sp.,CurvulariaCurvularia sp.sp. 382/ C/ 9.13

382/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., A. japonica, A. japonica,  A. brassicae, Stemphylium  A. brassicae, Stemphylium sp.sp. 19. 23

19. 23 –  –  9 9 –  – 2013 2013 397/ C/ 397/ C/ 9.139.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., CurvulariaCurvulariasp.,sp.,  A. alternata

 A. alternata 398/ C/ 9.13

398/ C/ 9.13  D. tetramera, Alternaria D. tetramera, Alternaria sp.,sp., Cladosporium

Cladosporiumsp.sp. 399/ C/ 9.13

399/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera,  Alternaria

 Alternaria sp.sp. 400/ C/ 9.13

400/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera,  A. japonica, C. lunata

 A. japonica, C. lunata 401/ C/ 9.13

401/ C/ 9.13  Drechslera Drechslerasp.,sp., D. tetramera, D. tetramera, Curvularia

(45)

402/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A. brassicicola, A. brassicae,

Cladosporiumsp.

403/ C/ 9.13 Curvulariasp., Cladosporiumsp.,  A. brassicae

20. 24 –  9 – 2013 413/ C/ 9.13  Alternaria sp.,  A. brassicae 414/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp.

415/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A. japonica, Curvularia sp. 416/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A. japonica 417/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A.alternata, Cladosporium sp. 418/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp., Stemphylium sp., Cladosporiumsp. 419/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica, A.brassicae,

Curvulariasp.

420/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  Alternaria sp., A. brassicae,

Cladosporiumsp., Stemphylium sp. 421/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  A. alternata 422/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Curvulariasp., Cladosporiumsp. 423/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Cladosporiumsp., Alternaria sp. 424/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Cladosporiumsp., Alternaria sp. 425/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

Cladosporiumsp., A. alternata,  Nigrospora sp.

(46)

426/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  Alternaria sp.

427/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp., A. japonica, A. brassicae, Stemphylium sp.

428/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Cladosporiumsp., A. brassicicola, Curvulariasp.

429/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp.,  A. japonica, Stemphylium sp.,

Curvulariasp.

430/ C/ 9.13  Drechslerasp., A.brassicicola,  Nigrospora sp.

21. 25 –  9 – 2013 441/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  A. japonica, Curvularia sp. 442/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

Cladosporiumsp., Alternaria sp.

 A. japonica, A. brassicae, Curvularia sp. 443/ C/ 9.13  Drechslerasp., Cladosporiumsp.,

 A. alternata, A. brassicae 444/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 A. alternata, Curvularia sp. 445/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata,

 A. brassicae, A. brassicicola

446/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera, Alternaria sp., A. alternata, Stemphylium sp.

447/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata,

 A. brassicicola, Cladosporium sp., Stemphylium sp., Nigrosporasp. 448/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 A. alternata, Cladosporium sp.,  Nigrospora sp.

(47)

449/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  Alternaria sp., Curvulariasp. 450/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp., A. japonica, Curvulariasp.

451/ C/ 9.13  Drechslerasp., Curvulariasp.,  Alternaria sp., A. brassicae 22. 26 –  9 – 2013 461/ C/ 9.13  A. brassicae,A. japonica,

Cladosporiumsp., Curvulariasp. 462/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp., A. alternata, A. brassicae, Stemphylium sp.

463/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,  Alternaria sp., A. alternata,

Curvulariasp., Cladosporiumsp., Stemphylium sp.

464 / C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp., A. alternata, A. brassicae, C. lunata

465/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

 Alternaria sp., A. alternata, A. japonica, Cladosporiumsp., Curvularia sp.,

C. lunata

23. 27 –  9 – 2013 476/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata, A. japonica, Cladosporiumsp.

477/ C/ 9.13  Drechslerasp., Curvulariasp., C. lunata,  A. brassicae, Cladosporium sp.

478/ C/ 9.13  D. tetramera, Cladosporium sp. 479/ C/ 9.13  A. alternata, Nigrospora sp. 24. 28 –  9 – 2013 487/ C/ 9.13  Drechslerasp., D. tetramera,

(48)

488/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. japonica 489/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. brassicicola,

Stemphylium sp.

490/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata 491/ C/ 9.13  Drechslerasp., Alternaria sp., Cladosporiumsp., Nigrospora sp. 25. 30 –  9 – 2013 496/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp. 497/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp., Stemphylium sp., 498/ C/ 9.13  Drechslerasp., Nigrospora sp., Stemphylium sp., A. japonica 499/ C/ 9.13  Drechslerasp., C. lunata, 500/ C/ 9.13  Drechslerasp., A. alternata Sumber: Buku Induk Cendawan BBKP Surabaya

(49)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih

Gambar 6 Alur Pelayanan Impor Umbi Bawang Putih

Alur impor sendiri dari gambar bagan diatas diantaranya ialah berawal dari pengajuan permohonan PPK online yang dilakukan oleh pihak  pengguna jasa. Dari pengisian PPK online ini kemudian pihak pengguna  jasa melengkapi dokumen yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan Permohonan PPK Online Pemeriksaan di Pendok Penerbitan Surat Tugas DP-1 Pemeriksaan administratif oleh POPT POPT menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Administratif (DP-5) Pengeluaran surat  persetujuan tindakan karantina (KT-2) POPT melakukan  pemeriksaan di lapang dan di laboratorium Penerbitan laporan hasil pelaksanaan/  pengawasan  pemeriksaan fisik/ kesehatan (DP-7) Penyerahan DP-7 kepada kepala bidang

Berdasarkan DP-7 POPT membuat sertifikat pelepasan karantina (KT-9) Berdasarkan KT-9 dibuatkan kuitansi Pengguna jasa membayar Penerimaan

 Negara Bukan Pajak (PNBP)

Kepala pelayanan menyerahkan KT-9 kepada pengguna jasa

Gambar

Gambar 1. Umbi Bawang Putih  Alium sativum  (Plantamor. 2013) 2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang Putih
Tabel 1 Jenis OPTK A1 dan A2 serta Golongan I dan Golongan II pada Umbi Bawang Putih Impor dari China
Gambar 2. Struktur Organisasi BBKP Surabaya (Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya 2012)
Gambar 3. Mekanisme Alur Pelayanan dan Pengawasan Karantina Tumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

> 0.05 artinya bahwa tidak ada pengaruh terhadap perubahan karakter berpikir divergen pada kelas eksperimen akibat perlakuan STAD- Divergen , sedangkan pada

atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada. sudut pandang obyektif

Dengan menggunakan dasar teori agensi, stakeholder, sinyal, dan legitimasi yakni mengenai ukuran perusahaan yang besar, adanya cross listing , tingkat risiko yang tinggi,

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan anugerah-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan darft dengan judul “Uji berbagai level kecepatan RPM pada

Berasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan penggunaan kontrasepsi non IUD responden terbanyak pada penelitian ini adalah menyatakan nyaman yaitu

Alternatif pilihan jawaban pada skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat pilihan jawaban yaitu Alternatif pilihan jawaban