• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporanhugug Praktik Jalan Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporanhugug Praktik Jalan Raya"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Praktek Bangunan Jalan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Dalam proses pembuatan laporan ini tentu saja atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Marjono.ST.MT 2. Bapak Erno Fandianto.SST

Penyusunan Laporan ini bertujuan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Praktek Bangunan Jalan pada khususnya dan sebagai referensi bagi para pembaca pada umumnya.

Penulisan Laporan Praktek Bangunan Jalan ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini mulai awal sampai akhir. Penulis berharap semoga laporan ini dapat diterima benar adanya.

Malang, 9 Juni 2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan Praktek Bangunan Jalan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

Yang bertandatangan dibawah ini telah menyetujui laporan praktek kerja bengkel yang berjudul “LAPORAN PRAKTEK BANGUNAN JALAN” yang disusun oleh :

Nama : Elsa Khoirun Nisa NIM : 1431310006

Kelas : 2 KBS 2 Jurusan : Teknik Sipil

Prodi : D3-Konsentrasi Bangunan Sipil

Malang, 9 Juni 2016

Diperiksa,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Marjono,ST.,MT Erno Fandianto.SST NIP. 196109111990031002 NIP.

(3)

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air. Sedangkan jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.

Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi, politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sebuah pepatah mengatakan: “Bagaimana jalannya demikian pula bangsanya”, dan hanya bangsa yang ingin maju saja mengerti akan arti pentingnya jalan pada khususnya dan perhubungan pada umumnya.

Dengan demikian mahasiswa Politeknik Negeri Malang melaksanakan praktek bangunan jalan agar mengerti dan jelas bagaimana membangun jalan yang baik dan benar.

1.2 TUJUAN

Dengan adanya praktek bangunan jalan, diperoleh tujuan sebagai berikut : 1.2.1 Untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang dipakai

dalam praktek bangunan jalan

1.2.2 Untuk mengetahui pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku (roller compacted concrete/ RCC)

1.2.3 Untuk mengetahui pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur (lapis tipis aspal beton/ LATASTON)

BAB II TEORI

(4)

2.1 Bahan Pengisi (filler)

Bahan pengisi (filler) berfungsi sebagai pengisi rongga udara pada material sehingga memperkaku lapisan aspal. Apabila campuran agregat kasar dan agregat halus masih belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka pada campuran Lataston perlu ditambah dengan filler. Sebagai filler dapat digunakan serbuk kulit kerang, abu ampas tebu, serbuk batubara dan semen.

Filler yang baik adalah yang tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang

tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering.

Bina Marga (1987) menyatakan bahan pengisi (filler) adalah bahan berbutir halus yang lolos saringan no.30 di mana persentase berat butir yang lolos saringan no.200 minimum 65% yang berfungsi untuk mengisi rongga antar partikel agregat kasar dan agregat halus untuk mengurangi besarnya rongga dan meningkatkan kerapatan dan stabilitas dari massa campuran tersebut.

Walaupun demikian komposisi filler dalam campuran tetap harus dibatasi karena kadar filler yang terlalu tinggi akan mengakibatkan campuran menjadi getas (briittle) dan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas, dan kadar

filler yang terlalu rendah menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca

panas.

Fungsi filler dalam campuran adalah :

1. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. 2. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan

membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.

3. Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan dan kestabilan.

2.2 Agregat

Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat yang terdiri dari bahan-bahan berbutir yang mempunyai komposisi

(5)

mineral seperti pasir, kerikil, batu kapur, terak, (slag) atau batu pecah yang digunakan sebagai base jalan, bantalan kereta api, campuran beton dan lain-lain.

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan suatu agregat yang digunakan sebagai material perkerasan jalan. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya pelekat dengan aspal. Gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya terhadap kualitas perkerasan secara keseluruhan.

2.3 Aspal

Menurut Oemar Bakrie,(2001), aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada suhu ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suhu tertentu aspal akan mencair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau masuk dalam pori-pori yang ada pada waktu penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika suhu mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat thermoplastis).

2.4 Jenis dan fungsi lapisan perkerasan

Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar

(6)

1) Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :  Lapisan tanah dasar, tanah galian.

 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.  Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.  Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.  Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat

tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

(7)

2) Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.

 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan. 3) Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

 Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

(8)

4) Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

 Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

 Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).  Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

 Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.

Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

2.6 PERKERASAN RCC (ROLLED COMPACTED CONCRETE)

RCC adalah nama bahan bangunan yang diambil dari proses pemadatan pada pekerjaan jalan yang menggunakan alat berat jenis “Heavy Vibratory steel drum and rubber – tired rollers”. Perkerasan kaku adalah konstruksi perkerasan yang terdiri dari plat beton yang tersambung atau menerus, tanpa/dengan tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa/dengan penambahan campuran aspal pada lapis permukaannya. Pada pekerjaan – pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan bendungan, pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator. Untuk pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak teggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat (semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata.

(9)

Sejarah perkembangan beton pada masa lampau juga tak kalah pentingnya untuk dibahas, beton pada zaman dahulu sudah digunakan hanya saja material pembentuk serta kekuatannya belum seperti sekarang, pada 2500 SM bangsa Mesir sudah menggunakan mortar untuk membangun pyramid, lalu pada 300 SM bangsa Romawi telah menggunakan Beton yang berdasarkan mortar pada segala jenis bangunan, kata semen (cement) dan beton (concrete) berasal dari bahasa romawi, yaitu “caementum” yang berarti butiran batu dan “concretus” yang berarti tumbuh bersama-sama.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh bangunan masa lampau lainnya yang telah menggunakan teknologi beton diantaranya colloseum, tembok besar China, hingga saat ini beton masih terus dikembangkan dan digunakan pada bangunan-bangunan teknik sipil.

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut

(10)

yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.

Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :  Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.

 Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).

 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.  Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.  Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah

bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

Perkembangan perkerasan kaku

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.

Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir

(11)

perkerasan.

Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.

Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.

Keuntungan RCC :

1. Kuat lentur RCC dapat direncanakan mencapai 7 MPa 2. Kuat tekan RCC dapat direncanakan mencapai 69 MPa 3. Kuat geser tinggi

4. Penyerapan air rendah

5. Ratio air terhadap semen rendah

6. Untuk perkerasan jalan tidak memerlukan tulangan/dowel 7. Proses pengerjaannya mudah, dan dapat menghemat biaya 8. Tidak membutuhkan tambahan lapis permukaan

Alat dan Bahan

Alat : 1. Sekop 2. Sendok Spesi 3. Perata 4. Bak Penggangkut 5. Bak Spesi 6. Mixing Concrete 7. Timbangan 8. Baby Roller 9. Gembor 10. Kayu Patok 11. Kayu Perata 12. Paku Bahan : 1. Air 2. Pasir 3. Kerikil Ukuran 5 mm

(12)

4. Kerikil Ukuran 3 mm 5. Semen

Perhitungan

- Volume campuran RCC yang direncanakan: Volume = 1 x 4 x 0,05 = 0,2 m3 Pasir = 35 kg Kerikil = 40,5 kg - Kerikil Ø 3,5 = 2/3 x 40,5 = 27 kg - Kerikil Ø 2 = 1/3 x 40,5 = 13,5 kg PC = 10 kg Air = 13 kg

- Karena dibuat dalam lima campuran maka : Pasir = 175 kg Kerikil = 202,5 kg - Kerikil Ø 3,5 = 135 kg - Kerikil Ø 2 = 67,5 kg PC = 50 kg Air = 65 kg ( Secukupnya)

- Kesimpulan campuran : Campuran yang dibutuhkan untuk perkerasan jalan dengan RCC sepanjang 4 m sebanyak 5 kali campuran.

Pelaksanaan

1. Melakukan mobilisasi bahan-bahan (semen, pasir, kerikil) dari quary menuju lokasi penimbangan bahan menggunakan bak pengangkut 2. Melakukan leveling dengan benang pada lahan kerja, caranya seperti

laveling pada lapisan dasar.

3. Menimbang agregat kasar ukuran 3,5 mm sebanyak 27 kg, agregat kasar ukuran 2 mm sebanyak 13,5 kg, air sebanyak 13 kg, agregat halus 35 kg dan semen 10 kg.

(13)

5. Memasukkan material seberat 100 kg kedalam mixer concrete dengan menambahkan air secukupnya

6. Menuangkan hasil campuran pada bak material.

7. Menghamparkan hasil campuran ke lahan kerja, dan diratakan dengan perata.

(14)

2.7 LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton)

Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)/HRS merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas (tebal padat 2,5 cm atau 3 cm). Campuran ini menggunakan agregat bergradasi senjang dengan aspal dan ditambah filler. Suhu pencampuran tergantung pen. Suhu aspal pada saat pemadatan minimal 60oC.

Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi

(HRS-Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran

maksimum agregat masing – masing campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course). Adapun fungsi dari HRS adalah sebagai lapisan penutup untuk mencegah masuknya air dari permukaan jalan kedalam konstruksi perkerasan, sehingga dapat dipertahankan kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu.

Alat dan Bahan

Alat : 1. Cangkul 2. Sekop 3. Sendok Spesi 4. Kayu Perata 5. Baby Roller 6. Stamper Mesin 7. Bak Spesi 8. Perata 9. Bak Penganggkut 10. Palu 11. Tang 12. Timbangan 13. Timba 14. Apar 15. Sapu Lidi

16. Besi Pembuka Tong 17. Asphalt Sprayer

18. AMP ( Asphalt Mixing Plant ) 19. Elpiji

20. Besi Siku 21. Gembor

(15)

Bahan : 1. Aspal 2. Bensin 3. Solar 4. Semen 5. Pasir

6. Kerikil ukuran 19 dan 10 mm 7. Kayu

Perhitungan

Agregat Kasar = 30 % x 100 kg = 30 kg

- Agregat kasar lolos ayakan Ø 19 = 1,5 x 30 kg = 11,25 kg - Agregat kasar lolos ayakan Ø 10 = 2,5 x 30 = 18,75 kg Agregat halus = 53,2 % x 100 kg = 53,2 kg

Filler = 8,9 % x 100 kg =8,9 kg Asphalt = 7,9 % x 100 kg = 7,9 kg

Karena campuran yang direncanakan sebanyak dua campuran maka total kebutuhan bahan yang dibutuhkan :

Agregat kasar = 30 x 2 = 60 kg Agregat halus = 53.2 x 2 = 106,4 kg Filler = 8,9 x 3 = 17,8 kg Asphalt = 7,9 x 2 = 15,8 kg Total = 200 kg Pelaksanaan

1. Mengayak agregat halus dan kasar dengan ukuran ayakan 19 dan 10 mm yang akan digunakan dalam campuran lataston.

2. Menimbang agregat halus sebanyak 53,2 kg, agregat kasar 30 kg dan

filler (fly ash) sebanyak 8,9 kg.

3. Membuat campuran matrial tersebut sebanyak 2 bak spesi

(16)

5. Menyemprotkan tack coat di atas lahan kerja 0,5 ltr/m2.

6. Memasukkan agregat campuran lataston yang telah disiapkan ke dalam AMP.

7. Agregat diproses sambil dilakukan pemanasan di AMP sampai suhu 125°. 8. Asphalt yang sudah dipanaskan hingga mencapai suhu 110° C. Lalu

setelah itu di timbang hingga mencapai berat 7,9 kg.

9. Menambahkan cairan aspal yang telah ditimbang ke dalam AMP hingga tercapai suhu campuran 120oC.

10. Mengeluarkan campuran lataston ke dalam bak spesi.

11. Memindahkan campuran lataston dari bak spesi ke bak spesi besar. 12. Menutup bak spesi besar dan menunggu selama 5 menit.

13. Menghamparkan campuran lataston ke lahan kerja saat suhunya mencapai 100° C.

14. Meratakan hamparan lataston dengan kayu perata dan tongkat perata hingga ketebalan 5 cm.

15. Memadatkan hamparan aspal menggunakan baby roller electric hingga ketebalan 3 cm.

16. Setelah aspal padat dan mencapai 3 cm (suhu pemadatan akhir 55° C) mesin pemadat dimatikan. Selanjutnya pembersihan lahan kerja.

BAB III

PENGAMBILAN SAMPEL PERKERASAN MENGGUNAKAN CORE DRILL

3.1 Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan atau mengambil sample perkerasan di lapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan.

(17)

Lokasi pengujian di sebelah selatan bengkel perkerasan program studi diploma teknik sipil Politeknik Negeri Malang.

3.3 Peralatan

Mesin core drill electric. Peralatan untuk menutup lubang bekas pengeboran.

3.4 Pelaksanaan

a. Alat diletakkan pada lapisan perkerasan beton atau aspal yang akan diuji.

b. Setelah itu kita sediakan air dengan slang dan jerigen.

c. Kemudian air dimasukkan ke alat core drill electric dengan selang kecil pada tempat yang sudah disediakan pada alat tersebut, sehingga alat tidak mengalami kerusakan terutama mata bor yang berbentuk silinder selama proses pengujian.

d. Lalu, setelah semua siap maka alat dihidupkan.

e. Setelah alat hidup, mata bor diturunkan perlahan-lahan pada titik yang telah kita tentukan sampai pada kedalaman tertentu, kemudian setelah kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.

f. Kemudian hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan obeng. Setelah itu diukur tebal dan dimensinya. Serta diamati sample perkerasan tersebut apakah layak digunakan atau tidak. 3.5 Pembahasan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui secara tepat susunan struktur dari suatu konstruksi jalan, jenis perkerasan, presentase susunan dan untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan serta cara kerja dari alat core drill

electric. Berikut adalah data tebal serta dimensi yang diperoleh

(18)

Tabel hasil pengambilan sampel perkerasan menggunakan core drill Tinggi (mm) Rata – rata Sampel 1 29,2 30,0 28,4 29,1 29,17 Sampel 2 31,9 32,2 33,0 31,3 32,1 Sampel 3 26,3 26,9 26,3 25,6 26,28 Diameter (mm) Rata – rata Sampel 1 98,6 99,1 98,1 99,8 98,77 Sampel 2 98,3 97,4 99,2 97,0 97,90 Sampel 3 98,2 99,1 99,5 98,1 98,73

BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam praktek perkerasan jalan raya ini banyak manfaat yang dapat kita ambil. Praktek perkerasan jalan raya merupakan kegiatan yang sangat penting. Diharapkan dari praktek dan laporan perkerasan jalan raya ini, mahasiswa dapat memahami pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan jalan. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa semua yang telah tertera dalam laporan ini menjadi panduan dan dapat diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan kampus.

Data-data yang tertera di dalam laporan ini adalah data-data yang diperoleh murni dari hasil percobaan yang telah dilakukan.

(19)

Dan diharapkan dari praktek dan laporan ini bisa menjadi contoh bagi yang membacanya. Selain itu mahasiswa diharapkan paham, mengerti, dan tahu semua peralatan yang digunakan dan fungsinya.

4.2 Saran

1. Dalam bekerja harus mengutamakan keselamatan kerja.

2. Dalam bekerja hendaknya mengikuti petunjuk yang telah diberikan Instruktur.

3. Bekerjalah dengan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. 4. Mempergunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya.

5. Hasil pekerjaan harus rapi dan teliti

Gambar

Tabel hasil pengambilan sampel perkerasan menggunakan core drill             Tinggi (mm) Rata – rata Sampel 1  29,2 30,0 28,4 29,1 29,17 Sampel 2 31,9 32,2 33,0 31,3 32,1 Sampel 3 26,3 26,9 26,3 25,6 26,28 Diameter (mm) Rata – rata Sampel 1 98,6 99,1 98,1

Referensi

Dokumen terkait

Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus

 Korelasi antara suhu dan aliran fluida terhadap aktifitas daerah sistem panas bumi di daerah Paguyangan menunjukkan semakin besar nilai suhu makan semakin

Dari hasil pelaksanaan EBN berupa pengkajian mukositis dengan menggunakan instrumen Oral Assessment Guide (OAG), didapatkan bahwa dari 71 orang pasien pre

Penyedia harus mengganti kerugian kepada TÜV SÜD Grup dan kepada Direktur, petugas, pegawai, afiliasi, anak perusahaan, dan agen terhadap setiap kewajiban yang ditanggung oleh TÜV

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hubungannya

Dari hasil uji t untuk variabel pertumbuhan perusahaan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,463 oleh karena nilai koefisien negatif dan nilai signifikansi lebih besar dari

For teacher II during the observation the writer found that she often use the main textbook for her teaching, start from introducing the material, giving explanation and the