BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. 1.1. PemicuPemicu
Seorang ibu, Ny.W (25 Tahun), datang ke klinik dengan membawa Seorang ibu, Ny.W (25 Tahun), datang ke klinik dengan membawa anak ketiganya, An.N yang berusia 9 bulan. Keluhannya adalah demam tinggi anak ketiganya, An.N yang berusia 9 bulan. Keluhannya adalah demam tinggi yang tidak turun dengan obat turun panas selama 3 hari. Ibu juga mengatakan yang tidak turun dengan obat turun panas selama 3 hari. Ibu juga mengatakan An.N telah dikerok dengan bawang merah. Selain An.N, Ny.W juga An.N telah dikerok dengan bawang merah. Selain An.N, Ny.W juga mengajak anak-anaknya yang lain yaitu An.K (6 tahun) dan An.T (5 tahun). mengajak anak-anaknya yang lain yaitu An.K (6 tahun) dan An.T (5 tahun). Ketiga anaknya tampak kurus dan kumal (termasuk tidak bersih). Ny.W juga Ketiga anaknya tampak kurus dan kumal (termasuk tidak bersih). Ny.W juga membawa KMS An.N yang memperlihatkan kunjungan terakhir ke Posyandu membawa KMS An.N yang memperlihatkan kunjungan terakhir ke Posyandu 6 bulan yang lalu. An.N belum pernah mendapat imunisasi sejak lahir karena 6 bulan yang lalu. An.N belum pernah mendapat imunisasi sejak lahir karena sering sakit-sakitan dan demam. Ibu pasien adalah mantan penderita TB dan sering sakit-sakitan dan demam. Ibu pasien adalah mantan penderita TB dan dinyatakan sembuh 1 tahun lalu.
dinyatakan sembuh 1 tahun lalu. Ny.W adalah
Ny.W adalah istri sistri seorang supir eorang supir bajaj bajaj berusia 35 berusia 35 tahun. Suaminya tetahun. Suaminya telahlah menjadi supir bajaj sejak 10 tahun yang lalu dan bekerja terus menerus sejak menjadi supir bajaj sejak 10 tahun yang lalu dan bekerja terus menerus sejak jam
jam 4 4 pagi pagi hingga 3 hingga 3 siang, siang, berpangkal berpangkal di di pasar pasar induk induk dekat dekat rumahnya. Padarumahnya. Pada saat ini suaminya mengeluh pergelangan tangannya sering nyeri, baal dan saat ini suaminya mengeluh pergelangan tangannya sering nyeri, baal dan kesemutan, serta sakit kepala timbul pada hampir setiap sore hari.
kesemutan, serta sakit kepala timbul pada hampir setiap sore hari. 1.2
1.2 Klarifikasi dan DefinisiKlarifikasi dan Definisi
--1.3
1.3 Kata KunciKata Kunci a.
a. An.N 9 bulan:An.N 9 bulan: 1)
1) Demam tinggi 3 hariDemam tinggi 3 hari 2)
2) Tidak sembuh dengan pengobatanTidak sembuh dengan pengobatan 3)
3) Tidak pernah imunisasiTidak pernah imunisasi 4)
4) KMS, kunjungan terakhir 6 bulan laluKMS, kunjungan terakhir 6 bulan lalu 5)
b.
b. Ny.W 25 tahun Ny.W 25 tahun 1)
1) Riwayat TBRiwayat TB 2)
2) Sembuh 1 tahun laluSembuh 1 tahun lalu c.
c. Tn.W 35 tahunTn.W 35 tahun 1)
1) Supir bajaj 10 tahunSupir bajaj 10 tahun 2)
2) Kerja 11 jam/hariKerja 11 jam/hari 3)
3) Nyeri pergelangan tangan, baal dan kesemutan serta sakit kepala Nyeri pergelangan tangan, baal dan kesemutan serta sakit kepala d.
d. Ketiga anak kurus dan kumalKetiga anak kurus dan kumal 1)
1) An.K 6 tahunAn.K 6 tahun 2)
2) An.T 5 tahunAn.T 5 tahun 1.4
1.4 Rumusan MasalahRumusan Masalah
Apa masalah kesehatan individu dan keluarga tersebut, faktor-faktor yang Apa masalah kesehatan individu dan keluarga tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penatalaksanaanya.
1.5
1.5 Analisis MasalahAnalisis Masalah
Ny.W
Ny.W 25 25 tahun tahun Tn.W Tn.W 35 35 tahuntahun
An. N 9 bulan An. N 9 bulan
-Riwayat TB -Riwayat TB
-Sembuh 1 tahun lalu -Sembuh 1 tahun lalu -3 anak: -3 anak: An.K 6 tahun An.K 6 tahun An.T 5 tahun An.T 5 tahun An.N 9 bulan An.N 9 bulan
-Demam tinggi (3 hari) -Demam tinggi (3 hari) -Diberikan antipiretik -Diberikan antipiretik (tidak sembuh) (tidak sembuh) -Imunisasi (-) -Imunisasi (-)
-Penampilan kurus dan -Penampilan kurus dan kumal (termasuk 2 kumal (termasuk 2 anak lainnya) anak lainnya)
-Supir bajaj 10 tahun -Supir bajaj 10 tahun -kerja 11jam/hari -kerja 11jam/hari -RPS: Nyeri -RPS: Nyeri pergelangan tangan, pergelangan tangan, baal, kesemutan dan baal, kesemutan dan sakit kepala (sore sakit kepala (sore hari) hari) Px Px Px Px PP PP Dx Tx Dx Tx Dx Dx PP PP Tx Tx
Konsep Blum dan Konsep Blum dan
Mandala of Mandala of Health Health Kedokteran Kedokteran dengan dengan pendekatan pendekatan keluarga keluarga
1.6 Hipotesis
Masalah kesehatan di keluarga ini dipengaruhi oleh faktor biopsikososial dan sosial ekonomi, serta ditangani dengan kedokteran dan pendekatan keluarga. 1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Apa yang dimaksud dengan IKAKOM?
2. Apa perbedaan IKAKOM dengan Kedokteran Klinis? 3. Apa yang dimaksud dengan diagnostik holistik?
4. Apa yang dimaksud dengan diagnostik okupasi? 5. Indikator Keluarga Sehat
6. Apa saja fungsi keluarga?
7. Kriteria rumah dan lingkungan sehat
8. Apa faktor yang mempengaruhi diagnosis masalah kesehatan keluarga? 9. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kesehatan keluarga?
10. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap kesehatan keluarga? 11. Bagaimana pengaruh sosioekonomi terhadap kesehatan keluarga?
12. Bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah kesehatan keluarga? 13. Masalah kesehatan setiap individu dalam keluarga tersebut
14. Apa itu KMS?
15. Peran pemerintah dan pelayanan kesehatan di masyarakat 16. Konsep Blum dan Mandala of Health
1.8 Data Tambahan
Mereka tinggal di rumah kontrakan 4x3m. Rumah kontrakan merupakan bagian dari deretan 5 rumah petak dengan ukuran yang sama, yang sengaja dibangun untuk dikontrakan. Lima rumah tersebut menggunakan 1 kamar mandi dan 1 WC yang sama di halaman belakang. Halaman belakang merupakan sebidang tanah (10x5m) tak terawat yang becek bila hujan. Terdapat 1 sumur air yang merupakan sumber air minum seluruh keluarga yang kontrak di tempat tersebut, dengan jarak dari septik tank 9m. Beberapa keluarga memelihara ayam dan burung yang diletakkan di
kandang sekitar kontrakan. Beberapa hari sebelum An.N panas, hampir semua unggas tiba-tiba mati dengan sebab yang tidak jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa yang dimaksud dengan IKAKOM
Ilmu kedokteran komunitas merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang memperhatikan interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berkaitan dengan sehat dan sakit, dengan perhatian khusus pada kesehatan penduduk dalam lingkungan komunitas dimana penduduk itu tinggal.1
Kedoktertan komunitas (community medicine) berfokus pada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada komunitas. Hal tersebut tidak hanya diberlakukan pada anggota yang sakit namun juga pada anggota yang sehat. Tujuan utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Kedokteran komunitas memberikan pelayanan komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal, bekerja, atau bersekolah. Implikasinya, kedokteran komunitas memberikan prioritas perhatian kepada penyakit-penyakit yang menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada populasi, yang disebut “ public health importance”. Dokter dengan orientasi kedokteran komunitas diharapkan memiliki kemampuan untuk menghitung frekuensi penyakit dan angka kejadian penyakit pada populasi, mendiagnosis masalah penyakit pada populasi (community diagnosis), membandingkan distribusi penyakit pada populasi-populasi, lalu menarik kesimpulan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit pada populasi, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah penyakit, melindungi, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi.2
2.2 Perbedaan IKAKOM dengan Kedokteran Klinis
Kedokteran klinis memusatkan perhatian kepada pelayanan kesehatan individu sakit, yaitu pasien. Kedokteran klinis mempelajari kesehatan dan penyakit pada individu. Kedokteran klinis menggunakan perspektif biomedis dalam memandang kausa penyakit. Kausa penyakit biasanya dilihat dengan model kausasi tunggal dengan menggunakan Teori Kuman (Germ Theory), bahwa kausa penyakit adalah kuman (misalnya, kausa tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis; kausa sifilis adalah Treponema pallidum, dan sebagainya). Di pihak lain, kedokteran komunitas menggunakan perspektif biomedis dan populasi dalam memandang kausa penyakit dan masalah kesehatan. Kedokteran komunitas menggunakan model kausasi majemuk (multikausal) dalam menjelaskan terjadinya penyakit, baik pada individu maupun komunitas. Kejadian penyakit pada individu merupakan akibat tidak hanya dari kausa proksimal atau kausa langsung (seperti agen infeksi, toksin, gen, dan perilaku) tetapi juga kausa distal (faktor lingkungan, sosial, ekonomi, kultural, dan politik). Sebagai contoh, terjadinya kasus tuberkulosis klinis tidak hanya ditentukan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis tetapi juga sejumlah faktor lain di tingkat individu maupun populasi.1
Tabel 1. Perbedaan IKAKOM dan Kedokteran Klinis3
2.3 Diagnosis Holistik 1
Diagnosis Holistik : kegiatan untuk mengidentifikasikan dan menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan penilaian internal dan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya. Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi dimensi personal, fisik, psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit. Dalam pendekatan holistik, dipercayai bahwa kesehatan seseorang tidak hanya bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang, tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan.
Pendekatan holistik tidak hanya mengobati gejala tetapi juga mencari penyebab dari gejala. Pendekatan holistik untuk pengobatan pasien telah dikemukakan oleh Percival di dalam bukunya pada tahun 1803. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai objek kasus, juga terkait dengan aspek fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah kesehatan individu merupakan suatu komponen dari sistem
pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan
lingkungan.
Lima aspek dalam diagnostik holistik :
1. Aspek personal: alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran dan persepsi pasien.
2. Aspek klinis: masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan tanda.
3. Aspek risiko internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian, usia, gender.
4. Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan (keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya).
5. Derajat Fungsional: Kualitas Hidup Pasien. Penilaian dengan skor 1 – 5, berdasarkan disabiltas dari pasien, yaitu :
2.4 Diagnostik Okupasi4,5
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada komunitas pekerja adalah kedokteran okupasi (occupational medicine) atau kedokteran kerja. Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada para pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health promotion, specific protection), sekunder
(early detection and prompt treatment ), dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of premature death).
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made
disease.
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumokoniosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma bronkogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronik.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.
Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
a. Golongan fisik
Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
b. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas,
larutan, awan atau kabut. Ada kurang lebih 100.000 bahan kimia yang sudah digunakan dalam proses industri, namun dalam daftar penyakit ILO, baru diidentifikasi 31 bahan kimia sebagai penyebab.
c. Golongan biologis
Bakteri, virus, jamur, parasit, dll. d. Golongan fisiologis
Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja yang kurang egonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia. e. Golongan psikososial
Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress seperti beban kerja terlalu berat, pekerjaan yang monoton, dll.
2.5 Indikator Keluarga Sehat6
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat 2.6 Fungsi Keluarga7
Menurut PP No.21 tahun 1994, fungsi keluarga di Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan macam:
1. Fungsi keagamaan
Keluarga menjadi wahana untuk menumbuhkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan harapan insan-insan menjadi lebih agamis, penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi Budaya
Memberikan kepada seluruh anggota keluarga kebebasan untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi Cinta Kasih
Keluarga memberikan landasan pokok terhadap hubungan anak dengan anak, suami dan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana utama untuk tumbuhnya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Melindungi
Keluarga harus bisa menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi seluruh anggotanya.
5. Fungsi Reproduksi
Keluarga merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Peran keluarga dalam mendidik keturunannya agar dapat menyesuaikan diri dengan alam kehidupannya di masa depan.
7. Fungsi Ekonomi
Peran keluarga sebagai pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Peran keluarga dalam memberikan kemampuan kepada setiap keluarga agar dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.
2.7 Kriteria Rumah dan Lingkungan Sehat8
Rumah sehat adalah rumah yang bisa memberikan rasa nyaman kepada seluruh penghuni rumah tersebut lewat suasana rumah yang sehat dan bersih tentunya. Beberapa kriteria rumah sehat adalah sebagai berikut:
1. Kering
Rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksi dengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan menjaga agar sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan baik. Begitu pun masalah perembesan dan
kebocoran rumah, hendaknya diatur agar tidak terjadi. 2. Bersih
Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran, debu, asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di
dekat jalan raya jelas berbeda penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan.
3. Aman
Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari terjadinya kecelakaan di dalam maupun di
sekitar rumah. 4. Bebas Kontaminasi
Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan tidak mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir kontaminasi anggota keluarga.
5. Memiliki Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar. Standardnya harus ada di setiap ruangan.
6. Memiliki penerangan yang cukup
Kurangnya cahaya yang masuk kedalam rumah akan mempermudah bibit penyakit untuk berkembang biak dalam rumah anda. Akan tetapi jangan sampai berlebihan juga karena dapat menyilaukan mata anda dan bisa mengakibatkan kerusakan pada mata anda. Cahaya ini dapat diperoleh dengan cara alami yaitu cahaya matahari dan cahaya buatan yaitu cahaya lampu. Untuk memperoleh cahaya alami yang cukup tentu saja terpengaruh oleh jendela yang ada. Dalam membuat jendela harus memperhitungkan sinar matahari, cahaya matahari dapat langsung masuk ke ruangan, jadi dapat dikatakan kalau jendela adalah jalan masuk cahaya.
7. Bebas dari hewan pengganggu
Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah bebas dari hewan pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll.
8. Terawat
Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling berbagi tugas melakukan tugas ini demi
kepentingan bersama.
Parameter Rumah Sehat Keadaan Rumah Keluarga W
Komponen rumah (Depkes RI, 2002)
Meliputi : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
Tidak dijelaskan secara spesifik mengenai komponen rumah
Sarana sanitasi, meliputi : (Depkes RI, 2002)
a. Sarana air bersih, yang perlu diperhatikan adalah :
jarak sumber air dengan sumber pengotoran minimal 10 meter, pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air, dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur.
b. Sarana pembuangan kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air permukaan dan air tanah, jarak jamban > 10 meter dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air. Jamban yang sehat dapat dibuat dengan menggunakan leher angsa atau dilengkapi dengan tutup.
a. Jarak sumber air (sumur yang tidak diketahui kedalamannya) dengan septic tank 9 m, padahal jarak seharusnya yaitu minimal
10 m
b. Terdapat kandang-kandang unggas di sekitar kontrakan, hal ini akan membuat kondisi tidak nyaman terutama dengan bau yang menyebar dan masuk ke dalam rumah
c. Halaman belakang berukuran 10 x 5 tidak terawat dan becek bila hujan
c. Sarana pembuangan air limbah tidak mencemari sumber air dengan jarak > 10 meter.
d. Sarana pembuangan sampah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah bocor dan kedap air, harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus,
ayam, kucing dan sebagainya.
Perilaku penghuni : (Depkes RI, 2002)
seperti membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke jamban, dan membuang sampah pada tempat sampah.
Tidak dijelaskan bagaimana perilaku penghuni rumah
Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Berdasarkan KepMenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun
Untuk jumlah orang untuk luas ruang tidur minimal tidak memenuhi syarat hunian ruang tidur, terdapat 5 orang, minimal 20m2 luas ruang tidur minimal untuk keluarga ini.
Persyaratan kualitas udara Tidak diketahui keadaan kualitas fisik udara
Persyaratan Kontaminasi Biologi
No Parameter Satuan Kadar maksimal
1 Jamur CFU/m3 0 CFU/m3
2 Bakteri patogen CFU/m3 0 CFU/m3 3 Angka kuman CFU/m3 <700 CFU/m3 Permenkes RI, 2011 Tidak diukur
2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga ini
Pasien Anak 9bl :
Demam tidak turun sudah 3 hari Ibu :
Mantan penderita TB Ayah :
Nyeri di tangan, baal, kesemutan, sait kepala hamipir setiap sore Perilaku :
- Pengobatan : obat antipiretik dan bawang merah
- Jarang ke Posyandu - Kebersihan rumah dan
anak tidak terjaga
Faktor Psikososial Ekonomi:
- Ekonomi kurang
- Ayah sebagai tulang punggung keluarga
- Anak kumal
- 3 anak (ibu tidak mengikuti program KB)
Faktor Biologi - Gizi yang tidak tercukupi - Imunisasi tidak dilakukan - Sanitasi tidak baik karena
jarak dengan septic tank 9m - Kasih sayang kepada anak
atau pun antar suami istri
Lingkungan Fisik :
- Tidak masuk kriteria rumah sehat : luas rumah tidak seusai dengan jumlah
penghuni (terlalu sempit), halam belakang tidak terawat,kotor, dan beccek jika hujan, serta jarak antara sumur dan septic tank 9m
- Adanya ternak unggas yang mati mendadak
- Penggunaan WC bersama
Gaya Hidup Tidak menjaga kebersihan Diet tidak seimbang
Minimnya pemanfaatan pelayanan kesehatan Pekerjaan : Supir bajaj 11 jam/ hari Pelayanan Kesehatan Available, Accesible, Affordable, Integrated, Quality
2.9 Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan keluarga9
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hapsari (2009), disebutkan bahwa penduduk yang tinggal di lingkungan sehat memiliki status kesehatan yang baik dibandingkan penduduk yang tinggal di lingkungan tidak sehat. Kategori lingkungan sehat berupa lingkungan yang memiliki penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pembuangan tinja, dan pengolahan air limbah. Penduduk yang tinggal di lingkungan yang tidak sehat berpeluang 1,1 kali memiliki status kesehatan buruk.
Lingkungan yang bersih dan sehat dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit berbasis lingkungan seperti diare, malaria, demam berdarah dan TBC. Secara keseluruhan, lingkungan yang sehat dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
2.10Pengaruh pekerjaan orangtua terhadap kesehatan keluarga5
Seseorang yang bekerja secara umum akan mendapatkan pendapatan, sehingga segala aspek yang dibutuhkan terutama dalam menunjang pencegahan maupun pengobatan keluarga akan terpenuhi. Pekerjaan merupakan hal untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk dapat mendukung untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan khususnya kesehatan. Pada dasarnya bekerja merupakan suatu kebutuhan. Dengan bekerja, keluarga dapat memenuhi kebutuhan keluarga baik kebutuhan fisiologi dasar seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan sejenisnya. Maupun kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang timbul dalam hubungan interaksi seseorang dengan lingkungan untuk hidup yang lebih layak dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu. Sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Status sosial ekonomi sebagai faktor resiko terhadap masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, hal ini disebabkan mahal biaya pengobatan.
2.11Pengaruh sosioekonomi terhadap kesehatan keluarga10
Status sosioekonomi, status sosial, atau kelas sosial berkenaan dengan sekelompok orang dengan penghasilan, jumlah kekayaan, kondisi kehidupan, perubahan gaya hidup yang relatif sama. Kelas sosial ekonomi suatu ukuran individu atau stratifikasi ekonomi keluarga, termasuk didalamnya tiga unsur yaitu kekayaan (unsur materi), status (unsur prestise) dan kekuatan politik (unsur pembuat keputusan). Status sosioekonomi mempunyai pengaruh yang menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang heterogen, dan kompleks, menyebabkan perbedaan dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Karakteristik gaya hidup struktur dan fungsi keluarga, serta hubungan dengan lingkungan eksternal rumah, tetangga dan komunitas yang sangat bervariasi dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain. Status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga, juga merupakan pembentuk kekuatan nilai keluarga
Kecenderungan dan perubahan ekonomi dipercaya memberikan pengaruh terbesar bagi keluarga, selain faktor itu, kemajuan teknologi dan kecenderungan demografi, sosiobudaya, dan politik juga merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi keluarga. Sehubungan dengan perbedaan dalam sumber penghasilan, terdapat juga hubungan yang positif antara status sosioekonomi dan kesehatan fisik dan jiwa yang berarti bahwa individu yang berasal dari keluarga miskin cenderung untuk mempunyai kesehatan yang lebih buruk dibandingkan mereka yang mempunyai sosioekonomi yang lebih baik. Kecenderungan ekonomi yang paling nyata saat ini adalah peningkatan biaya diseluruh area kehidupan keluarga. Hal yang sama juga terjadi pada biaya pelayanan kesehatan terutama memberatkan bagi keluarga miskin,
keluarga lansia dan keluarga yang baru terbentuk.
Kelas sosial atau status sosioekonomi tidak hanya berhubungan dengan tingkat pendidikan keluarga, status pekerjaan, dan penghasilan namun juga saling mempengaruhi. Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, keluarga dapat lebih mengantisipasi gaya karakteristik gaya hidup dan beberapa stressor keluarga. Selain itu struktur dan fungsi keluarga akan lebih
dipahami dalam konteks latar belakang kelas sosial keluarga. Faktor sosial ekonomi yaitu meliputi data sosial: keadaan penduduk, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan sumber air kakus.
Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan, pengeluaran dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. Kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak ukur. Keluarga adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah atau dipengaruhi lingkungan seperti, umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.
Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu sering kali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal-hal seperti inilah yang sering menimbulkan masalah-masalah ekonomi, karena kehilangan pijakan. Oleh karena itu adalah bijaksana kalau dilihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas.
Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian pada kelompok- kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomian masyarakat mulai berkembang. Namun begitu ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan saling
mempengaruhi atau menguasai bidang perekonomian.
2.12Langkah- langkah pemecahan masalah kesehatan keluarga11,12,13
Pemecahan masalah keluarga ini dapat diatasi dengan Kedokteran Keluarga. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982). Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ( promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus ( preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
Karakter:
a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
a. Keterampilan komunikasi efektif b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek
Prinsip pelayanan dokter keluarga:
a. Pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik b. Pelayanan yang kontinu
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan ( preventif ) d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya.
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum h. Pelayanan yang sadar biaya
i. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan
Penentuan Sehat /Tidaknya Keluarga
Dinilai dengan “APGAR Keluarga” (Tingkat Kepuasan Anggota Keluarga). Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat tidaknya suatu keluarga yaitu dengan menilai 5 fungsi pokok dalam keluarga tingkat kesehatan keluarga tersebut:
1. Adaptasi ( Adaptation)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan ( Partnership)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau edewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih Sayang ( Affection)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan ( Resolve)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga.
Skor untuk masing-masing kategori adalah:
0 : jarang/tidak sama sekali 1 :kadang-kadang
2 : selalu/sering
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu:
a. 7 – 10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain
b. 4 – 6 berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan c. 0 – 3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti
sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.
Bagaimana mengevaluasi dinamika keluarga?
1. Amati (observasi) baik-baik hubungan antar anggota keluarga
2. Undang seluruh keluarga dalam pertemuan konseling (bila memungkinkan).
3. Kunjungi rumah, buat kunjungan mendadak dengan beberapa alasan seperti: menanyakan tentang hasil pemeriksaan darah.
4. Siapkan genogram dinamika keluarga dan kebiasaan dengan gambaran keluarga tersebut.
Pemecahan masalah untuk individu perlu dilakukan dengan hygiene personal, dengan merawat diri, menjaga kesehatan, dan menjaga kebersihan diri sehingga tidak terlihat kumuh. Untuk ayah nya sendiri perlu mengurangi jam kerja sehingga punya cukup waktu untuk istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Pada anak yang sakit perlu segera di bawa ke RS supaya mendapatkan pemeriksaan lebih mendalam untuk mengetahui penyakit anak tsb, mengingat bahwa unggas tetangga mereka mati mendadak.
Rencana terapi untuk An. W dan ayahnya :
a. Anak (An. W)
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta dengan mengetahui status gizi sang anak maka langkah selanjutnya yaitu pemeriksaan laboratorium. Dengan adanya tanda dan gejala yang dikeluhkan serta tampak, maka segera dilakukan pemeriksaan laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan diagnosa yang akan diberikan kepada penderita.
Differensial dagnosis untuk anak ini yaitu ISPA,H5N1,Malaria
b. Ayah
Berdasarkan keluhan Tn. W mengenai nyeri tangan, baal, kesemutan bisa berhubungan dengan pekerjaannya saat ini. Differensial diagnosis nya yaitu Carpal tunnel Syndrom, de quervain syndrom, dan Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS). Sedangkan untuk keluhan sakit kepala hampir setiap sore bisa berhubungan dengan jam kerja 11 jam/hari, polusi seperti karbon monoksida yang menghambat penghantaran O2 ke jaringan terutama otak, dan bisa juga berhubungan
dengan tingkat kebisingan suara yang terpapar di indera pendengaran yang bisa mengakibatkan NIHL. Setelah melewati carpal tunnel nervus medianus akan mempersarafi beberapa otot-otot intrinsik tangan, salah satunya adalah m. abductor pollicis brevis. Pemeriksaan kekuatan otot m.abductor pollicis brevis dapat dilakukan untuk mendiagnosa carpal tunnel syndrome. Caranya adalah posisikan ibu jari pasien tegak lurus, kemudian pemeriksa berusaha mendorong ibu jari kesisi jari telunjuk pasien (pasien diminta untuk menahan dorongan dari pemeriksa). Hasilnya positif apabila terdapat kelemahan pada saat pemeriksa melakukan dorongan tadi. Disamping itu pemeriksa juga harus membandingkan dengan sisi tangan yang sehat. Selain itu gejala dari carpal tunnel syndrome dapat diprovokasi dengan Phalen’s Maneuver. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah meningkatkan tekanan pada daerah pergelangan tangan. Caranya adalah pergelangan tangan pasien ditempatkan pada posisi hiperekstensi atau hiperfleksi selama 60 detik. Pasien dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan kebas atau nyeri setalah pemeriksaan tadi dilakukan.
Terapi lini pertama pada carpal tunnel syndrome adalah dengan memposisikan tangan pada posis netral, hal ini bertujuan untuk meminimalisasi tekanan pada daerah carpal tunnel. Penggunaan splint biasakan dilakukan sepanjang hari atau malam hari. Penggunaan anti-inflammatory dan steroid injection kadang-kadang dapat mengurangi gejala pada beberapa pasien.
Diperlukan juga APD (Alat Perlindungan Diri) yaitu sarung tangan dan masker. Bagaimanapun sarung tangan dapat mencegah cedera akibat getaran dengan mempertahankan tangan tetap hangat dan kering dan yang lebih penting lagi adalah untuk meredam getaran. Selain itu pemberhentian merokok diperlukan karena efek dari nikotin dan karbon monoksida pada sistim arteri digital yang merugikan sehingga tidak memperparah gejala dari syndrome ini berkembang lebih lanjut.
Untuk mengetahui pemecahan masalah keluarga ini, pertama-tama harus mengerti fungsi keluarga. Menurut Friedman, fungsi keluarga meliputi :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota kelurga. 2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi
3) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan. 5) Fungsi perwatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Dilihat dari fungsi keluarga tersebut, bahwa keluarga ini gagal dalam memenuhi fungsi ekonomi dimana terlihat bahwa anak-anak mereka tampak kurus yang mungkin dikarenakan kekurangan gizi dan juga dapat dilihat dari kondisi rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat. Jadi perlu pemberian nutrisi yang baik untuk keluarga ini. Tampak juga kalau rumah
keluarga ini kecil dan tidak memadai untuk di huni oleh keluarga ini.
Ditinjau dari fungsi reproduksi, kedua orangtua ini tidak menjalankan program KB. Tampak bahwa mereka memiliki tiga anak. Kemudian jarak
Dari fungsi perawatan kesehatan, kedua orangtua ini lalai dalam memberikan imunisasi kepada anak-anaknya serta tidak diakukan pemantau tumbuh kembang pada anaknya di pelayanan kesehatan. Jadi,perlu dilakukan imunisasi rutin untuk anak-anak mereka serta di edukasi untuk ikut posyandu untuk melihat progesivitas tumbuh kembang anak. Tampak juga bahwa keluarga ini kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar. Dimana jarak antara septic tenk dengan sumber air hanya 9 meter. Perlu pemindahan tempat sumur agak jauh dari septic tenk sekitar 10-30 meter. Kemudian perlu perawatan halaman di belakang rumah supaya tidak tampak kumuh. Dan juga jika menemui kasus seperti unggas yang tiba-tiba mati seharusnya segera melaporkan pada pelayanan kesehatan supaya bisa segera dilakuka vaksinasi untuk mencegah terjadinya virus H5N1.
2.13Masalah kesehatan setiap individu dalam keluarga tersebut
An. W 9 bl:
1. Demam tinggi
2. Analisis demam dan keluhan lain: DD : Malaria, H5N1, TBC
3. Rumah tidak sehat, kotor, gizi tidak mencukupi, tidak diukur perkembangan dan pertumbuhan anak, tidak pernah imunisasi, diobati dengan obat dan pengobatan tradisional ( dikerok menggunakan bawang merah
4. Ekonomi kurang, pendidikan keluarga, lingkungan tidak sehat, bisa saja kurang mendapat kasih sayang dari kedua orangtua
5. Derajat fungsional : 5
Ibu / Istri/ Ny. W
1. Mantan penderita TB dan dinyatakan sembuh 1 tahun lalu 2. Curigai kekambuhan TB
3. Memiliki 3 orang anak, jarak antar anak ke 1 dan 2 terlalu dekat (1 tahun )
5. Derajat fungsional : 1
Ayah/Suami/Tn W:
Diagnosis okupasi: suspek Carpal Tunnel Syndrom. Diagnosis holistik:
1. Tangan nyeri, baal kesemutan, sakit kepala hampir setiap sore 2. DD: CTS, HAVS, kurang tidur, kereacuna CO, NIHL
3. Kerja sebagai supir bajaj 11 jam per hari ( dari jam 4 subuh – 3 sore) 4. Kepala keluarga (tulang punggung keluarga) ekonomi kurang, rumah
tidak sehat, lingkungan kerja yang tidak sehat. 5. Derajat fungsional 2
2.14Apa itu KMS?14
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan riwayat
kesehatan dan gizi ) balita.
Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut “Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya dilakukan di Posyandu. Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status
mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah umur tambah berat”. 2.15Peran pemerintah dan pelayanan kesehatan di masyarakat15,16
Masalah kesehatan merupakan salah satu bentuk pemasalahan yang harus ditangani baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Mengingat pentingnya kesehatan tersebut, UU 36 Tahun 2009 memberikan arah sebagai berikut :
1. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945
2. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang ada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah berperan aktif dalam pelaksanaan kesehatan masyarakat tertulis dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 ahun 1992 tentang Kesehatan yang berbunyi “Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”.
Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 beserta penjelasannya, bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat. Agar penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut berhasil guna dan berdaya guna,
1. Mengatur upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
2. Membina penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
3. Mengawasi penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
4. Menggunakan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
Dalam penyelenggaraan kesehatan di masyarakat, diperlukan upaya peningkatan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai fungsi dan tanggung jawab agar tujuan pemerintah di bidang kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal melalui penempatan tenaga, sarana, dan prasarana baik dalam hitungan jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas).
Dalam melaksanakan undang-undang tersebut pemerintah membutuhkan satu kebebasan untuk melayani kepentingan masyarakat. Untuk dapat bekerja dengan baik maka pemerintah harus dapat bertindak dengan cepat dan dengan inisiatif sendiri, oleh karena itu pemerintah diberikan kewenangan dengan istilah freies ermessen. Dengan adanya freies ermessen negara memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan tindakan hukum untuk melayani kepentingan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.
Peran pemerintah daerah dalam program SJSN sangat diperlukan guna berjalannya program tersebut dengan baik, peran pemerintah tersebut antara
lain:
a. Pengawasan program SJSN, agar sesuai dengan ketentuan.
b. Menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk penerima bantuann iuran ataupun masyarakat yang lain.
c. Penentu peserta penerima bantuan iuran.
d. Penyediaan/pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang.
e. Mengusulkan pemanfaatan/investasi dana SJSN di daerah terkait. f. Sarana/usul kebijakan penyelenggara SJSN.
Selain 6 (enam) peran diatas, pemerintah daerah juga memiliki peran penting untuk mendukung program BPJS, yakni:
a. Mendukung proses kepersertaan dalam rangka menuju cakupan semesta 2019 melalui integrasi Jamkesda melalui (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) APBD dengan mengikuti skema JKN.
b. Mendorong kepesertaan pekerja penerima upah yang ada di wilayahnya (PNS, Pemda, Pekerja BUMD dan Swasta) dan mendorong kepersertaan pekerja bukan penerima upah (kelompok masyarakat/individu).
c. Mendorong penyiapan fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta serta mendukung ketersedianya tenaga kesehatan terutama dokter umum di puskesmas dan spesialis di rumah sakit.
d. Mengefektifkan pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemda.
2.16Konsep Blum dan Mandala health17,18
Blum, 1974 mengemukakan empat faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat adalah sebagai berikut:1
1. Perilaku, hal yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang dianut dan diperlihatkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Lingkungan, suatu keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Pelayanan kesehatan, meliputi akses, keterjangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat.
4. Keturunan, merupakn kualitas dan kuantitas genetik yang bersifat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Pengaruh masingmasing faktor terhadap kesehatan bersifat komplek baik secara langsung maupun secara tidak langsung atau melalui faktor lainnya.
Konsep Mandala of Health
The mandala of health menyempurnakan bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap individu-individu. Adapun penjelasan untuk pola konsep mandala of helath :
a. Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD, harapan, ketakutan)
b. Human biology: risiko genetik dan herediter pasien c. Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
d. Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
e. Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko kesehatan pasien
f. Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of human ecosystem) dapat disimpulkan bahwa :
1) Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
2) Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal, lingkungan fisik, unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-ekonomi. Di mana masing2 faktor terkait satu sama lain.
3) Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi lifestyle
4) Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care system
5) Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja seseorang
6) Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made environment.
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan di keluarga ini dipengaruhi oleh faktor biopsikososial dan sosial ekonomi, serta ditangani dengan kedokteran dan pendekatan keluarga.
An. W 9 bln:
1. Demam tinggi
2. Analisis demam dan keluhan lain: DD : Malaria, H5N1, TBC
3. Ekonomi kurang, pendidikan keluarga, lingkungan tidak sehat, bisa saja kurang mendapat kasih sayang dari kedua orangtua
4. Derajat fungsional : 5
Ayah/Suami/Tn W:
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. Jakarta. FKUI. 2014
2. National University of Singapore. Family Medicine Posting. Family Medicine Primer. Singapore: Department of Community, Occupation and Family Medicine. National University of Singapore; 2004
3. The Free Dictionary (2010). Community medicine. Medical-dictionary.thefreedictionary.com/community+medicine. Diakses 10 juli 2018
4. Sulistomo, Astrid.Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistem Rujukan, Di dalam : Riyanto, Budi, (ed), Cermin Dunia Kedokteran, 2002, 136 : 6-8
5. Suma’mur, P.K. Penyelenggaraan Kecacatan Kerja, Di dalam : Makalah pada Serasehan Penyelenggaraan Penilaian Kecacatan Kerja,
Jakarta; 2004
6. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : 2016
7. Anggraini, T.M., Novitasari,A., Setiawan, R. Buku ajar kedokteran keluarga. Universitas muhammadiyah semarang. Semarang. 2015. 8. Proverawati, A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta : Nuha
Medika; 2012
9. Hapsari D, Sari P, Pradono J. Pengaruh Lingkungan Sehat, dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan. Buletin Penelitian Kesehatan: Suplemen. 2009
10. M. N. Bustan. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007. 11. Danasari. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta; 2008 12. Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito.A Primer On Family
Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore; 2004