Oleh :
Oleh :
FEBRIYANTI RIZQA SARI
FEBRIYANTI RIZQA SARI
NPM. 161440110015
NPM. 161440110015
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRA
PROGRAM STUDIM STUDI DIII KEPERADIII KEPERAWATAWATA
BANJARMASIN 2016
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atauPersepsi adalah suatu proses pengenalan atau
identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti, 2003).
indera (Dreverdalam Sasanti, 2003). KeKesan yangsan yang diterima individu sangat
diterima individu sangat tergantung pada seluruhtergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh
berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagaiSabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai
aktivitas yang memungkinkan manusia aktivitas yang memungkinkan manusia
mengendalikan rangsangan-rangsangan yang mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah
menjadikannya kemampuan itulah
dimungkinkan individu mengenali milleu dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
(lingkungan pergaulan) hidupnya.
Proses persepsi terdiri dari Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitutiga tahap yaitu
tahapan pertama terjadi pada pengideraan tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan
diorganisir berdasarkan prinsip-prinsipprinsip-prinsip
tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan
penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.
Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah
suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan
dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi
sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang
Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan
bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor
pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis.
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan
bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural.
Beberapa faktor fungsional atau faktor yang
bersifat personal antara kebutuhan
individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif.
Faktor struktural atau faktor dari luar
individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Faktor-faktor personal antara lain pengalaman,
proses belajar, kebutuhan, motif dan
pengetahuan terhadap obyek psikologis.
Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan
keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat.
Person, yaitu orang yang menilai orang lain Situasional, urutan kejadian yang terbentuk
berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu
Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh
Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis
tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas
Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang
kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan
Persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran
dengan segera terhadap suatu obyek yang
merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang
lain melalui pemberian nilai terhadap objek
tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang
sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol, 1994).
Dalam membangun citra, citra individu maupun
citra institusi, orang harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, karena orang bukan hanya bisa keliru sensasi tetapi juga bisa keliru persepsi. Ketika orang mempersepsi kita sekurang-kurangnya ada dua hal yang mempengaruhi persepsinya, yaitu
1. Cara menyebut sifat orang. Jika kita diperkenalkan sebagai orangyang sedikit ilmunya tetapi banyak amalnya, maka orang akan mempersepsi kita sebagai orang baik (positif), tetapi ketika orang memperkenalkan kita sebagai orang yang banyak amalnya tetapi sayang tidak berilmu, maka citra yang terbangun adalah negatif.
2. Jarak; jarak fisik, jarak keakraban, jarak sosial maupun jarak pemikiran. Orang yang bergaul akrab dengan ulama biasanya
dipersepsi sebagai ahli agama, yang bergaul akrab dengan koruptor terkenal biasanya dipandang ikut kecipratan, yang banyak
ber-hubungan dengan presiden biasanya diangap orang penting, orang yang sering berbicara Marxisme sering dipersepsi sebagai Komunis, dan sebagainya.
3. Gerakan tubuh. Berkacak pinggang atau membusungkan dada sering dipersepsi sebagai sombong, menundukkan kepala sering dipersepsi sebagai sopan atau rendah hati, mengangkat muka dipersepsi sebagai berani dan betopang dagu suka dipersepsi sebagai sedih.
4. Petunjuk Wajah. Wajah adalah cermin jiwa. Berseri-seri dipersepsi sebagai gembira atau ikhlas, kusut muka sebagai
stress. Wajah memang bisa dibaca meski orang bisa tertipu oleh wajah manis hati serigala dan wajah garang hati lembut.
5. Cara mengucapkan lambang verbal. Perkataan manis yang diucapkan oleh orang marah bermakna lebih tajam dibanding katakata kasar yang diucapkan dengan wajah ceria.
6. Penampilan. Penampilan fisik, pakaian, kendaraan, rumah, bisa menggambarkan citra seseorang, tetapi bagi orang yang
kredibilitas akhlaknya sudah teruji, penampilan fisik tidak akan mengubah citranya. Dalam hal orang yang sudah dikenal
keluhuran akhlaknya, orang akan melihat siapa yang memakai, bukan apa yang dipakai.
Adapun faktor personal yang mempengaruhi persepsi orang
terhadap kita atau sebaliknya adalah pengalaman dan konsep diri. Bagi orang yang telah lama hidup bersama kita, jika dalam hidup kita konsisten dalam kebaikan, maka orang tidak akan percaya terhadap gossip negatip tentang kita. Sebaliknya jika dalam hidup kita yang panjang banyak perilaku buruk yang kita lakukan dan diketahui oleh banyak orang, maka orang tidak akan percaya ketika suatu hari kita berpenampilan sebagai orang ‘alim.
Konsep diri juga sangat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan orang terhadap diri
sendiri. Konsep diri bisa bersifat psikis, fisik dan sosial. Orang yang konsep dirinya positif,1) ia tetap yakin dan percaya diri dalam
berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah
dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negatip terlalu memperhitungkan respon orang sehingga kredibilitas dirinya justru tidak nampak.
Termasuk fenomena dalam parapsikologi:
1. ESP
Telepati, pemindahan pikiran dan satu orang ke
orang lain
“Clairvoyance” (kemampuan melihat pikiran
seseorang dan apa yang akan terjadi dari jarak jauh)
“Precognition”, persepsi akan kejadian yang akan
datang
2. Psikokinesis, memanipulasi objek secara mental tanpa menyentuhnya, contoh: “kehendak”
Sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu (Purwanto, 2000)
Hubungan antara “ Kebutuhan, Dorongan,
Untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
kepuasan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
6. Masyarakat menilai kembali kebutuhan yang tidak terpenuhi 1.Kebutuhan yang tidak terpenuhi 4.Prestasi/eval uasi atas tujuan 2. Pencarian jalan untuk memenuhi kekebutuhan 5. Imbalan/hukuman 3. Perilaku yang diarahkan pada tujuan Masyaraka t/komunit as
Teori kebutuhan
Fokus
pada
kebutuhan
yang
berkecukupan.
Seseorang mempunyai motivasi bila belum mencapai
kepuasan dan bila telah terpuaskan bukan menjadi
motivator, yang termasuk dalam teori ini:
1.
Teori hierarki maslow
2.Teori ERG
Aktu
alisasi diri
Harga diriRasa memiliki, sosial, dan cinta
Keamanan dan keselamatan fisiologis
1.
Eksistensi (existence)
2.
Keterkaitan (relatedness)
3.Pertumbuhan (Growth)
1.
Motivasi instrinsik
2.
Motivasi ekstrinsik
Suatu
kondisi
yang
berpengaruh
untuk
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan
masyarakat
1.
Prinsip partisipasi
2.Prinsip komunikasi
3.Prinsip pengakuan
4.
Prinsip pendelegasian wewenang
5.Prinsip perhatian
1.
Keinginan/kebutuhan akan adanya peningkatan
kesehatan
2.
Adanya umpan balik dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat
3.
Adanya kesempatan untuk mencoba
pendekatan baru dalam melakukan tindakan
peningkatan kesehatan
Sebuah tindakan dapat dikatakan sebagai memiliki motivasi tinggi, jika perilaku itu menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Individu menunjukkan tanggapan yang menggejolak dengan bentuk-bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi.
2. Motivasi mengarah perilaku pada tujuan tertentu.
3. pengaruh positif menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulang-ulang.
4. Kekuatan perilaku akan melemah, bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak mengenakkan.
Wawancara
1. Keinginan/kebutuhan akan adanya
peningkatan kesehatan
2. Adanya umpan balik dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat
3. Adanya kesempatan untuk mencoba
pendekatan baru dalam melakukan tindakan peningkatan kesehatan
1. Keinginan/kebutuhan akan adanya
peningkatan kesehatan
2. Adanya umpan balik dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat
3. Adanya kesempatan untuk mencoba
pendekatan baru dalam melakukan tindakan peningkatan kesehatan
1. Model: seseorang yang perilakunya dapat menjadi contoh dan panutan 2. Energizer: perawat yang dapat menstimulasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program peningkatan kesehatan
3. Investor: manajer yang menginvestasikan waktu dan tenaganya dalam
pengembangan perilaku kesehatan
4. Teacher coach 5. Feedback giver 6. Problem solver 7. chalengger
1. Keinginan/kebutuhan akan adanya
peningkatan kesehatan
2. Adanya umpan balik dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat
3. Adanya kesempatan untuk mencoba
pendekatan baru dalam melakukan tindakan peningkatan kesehatan