PENENTUAN KLASIFIKASI SUMBER DAYA DAN
PENENTUAN KLASIFIKASI SUMBER DAYA DAN
PERHITUNGAN CADANGAN
PERHITUNGAN CADANGAN
A.
A.
Klasifikasi
Klasifikasi Sumber
Sumber Daya
Daya Berdasarkan
Berdasarkan SNI
SNI
Dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) Klasifikasi Sumberdaya dan Dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Amandemen 1-SNI 13-5014-1998), dijelaskan tentang Cadangan Batubara (Amandemen 1-SNI 13-5014-1998), dijelaskan tentang beberapa pengertian yaitu sebagai berikut :
beberapa pengertian yaitu sebagai berikut : 1.
1. Endapan Endapan Batubara Batubara (Coal (Coal Deposit) Deposit) : : endapan endapan batubarbatubara a adalah adalah endapanendapan yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses litifikasi untuk membentuk sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses litifikasi untuk membentuk lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami kompaksi, ubahan lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami kompaksi, ubahan kimia, dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan kimia, dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan selama periode geologis. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam selama periode geologis. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent organik tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent moisture), lebih dari 70%.
moisture), lebih dari 70%. 2.
2. Sumber Sumber daya daya batubara batubara (Coal (Coal resources) resources) : : sumber sumber daya daya batubara batubara adalahadalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditemukan secara kualitatif berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditemukan secara kualitatif oleh kondisi geologi / tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh oleh kondisi geologi / tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak
jarak titik titik informasi. Sumberdaya informasi. Sumberdaya ini ini dapat dapat meningkat menjadi meningkat menjadi cadangancadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak.
apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak. 3.
3. Keyakinan Keyakinan geologi geologi (Geological (Geological Assurance) Assurance) : : keyakinan keyakinan geologi geologi adalahadalah tingkat kepercayaan tentang keberadaan batubara yang ditentukan oleh tingkat kepercayaan tentang keberadaan batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi geologi yang meliputi ketebalan, tingkat kerapatan titik informasi geologi yang meliputi ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batubara, sebarannya, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batubara, sebarannya, strukturnya, ketebalan tanah penutuh, kuantitas dan kualitasnya sesuai strukturnya, ketebalan tanah penutuh, kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tingkat
dengan tingkat penyelidpenyelidikan.ikan. 4.
4. Kajian Kajian kelayakan kelayakan (feasibili(feasibility ty study) study) : : kajian kajian kelayakan kelayakan adalah adalah suatu suatu kajiankajian yang rinci terhadap semua aspek yang bersifat teknis dan ekonomis dari yang rinci terhadap semua aspek yang bersifat teknis dan ekonomis dari suatu rencana proyek penambangan. Hasil dari kajian ini dapat suatu rencana proyek penambangan. Hasil dari kajian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan keputusan investasi dan sebagai dokumen yang mempunyai nilai komersial (bankable document) untuk pendanaan terhadap proyek penambangan tersebut. Kajian ini meliputi seluruh aspek ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran, kebijakan pemerintah, peraturan / perundang-undangan, lingkungan, serta sosial. Proyeksi anggaran biaya tentunya harus akurat dan berdasar serta tidak diperlukan lagi penyelidikan lanjutan untuk membuat keputusan investasi. Informasi pada kajian ini meliputi angka cadangan yang didasarkan pada hasil eksplorasi rinci, pengujian model teknis, dan perhitungan biaya operasional.
5. Tahap eksplorasi : tahap eksplorasi batubara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu survey tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan dari penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas dari suatu endapan batubara sebagai dasar analisis / kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut juga menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumberdaya batubara yang dihasilkan. Penghitungan sumberdaya batubara dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya poligon, penampangan, isopach, inverse distance, geostatistik, dan sebagainya. 6. Survey tinjau (reconnaissance) : survey tinjau merupakan tahap
eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya antara lain studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya sebesar 1:100.000.
7. Prospeksi (prospecting) : tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan
sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila jika dianggap perlu dilakukan.
8. Eksplorasi pendahuluan (preliminary exploration) : tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga dimensi dari endapan batubara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas, dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampang (logging) geofisika, pembuatan sumuran / paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi dimulai dapat dilakukan.
9. Eksplorasi rincian (detailed exploration) : tahapan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model dalam bentuk tiga dimensi dari endapan batubara secara lebih rinci. Kegiatan yang diharuskan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geolognya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang dipandang cukup perlu sebagai bahan pengkajian terhadap lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang akan diajukan nantinya.
B.
Persyaratan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubar
Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdaya dibagi berdasarkan atas kriteria jarak titik informasi.
Tabel 1 Klasifikasi SDA
KONDISI
GEOLOGI KRITERIA
SUMBERDAYA
Terukur Terunjuk Tereka Hipotetik
Sederhana Jarak titik Informasi
(m) X<300 300<X<500 500<X<100
Tidak Terbatas
Moderat Jarak titik Informasi
(m) X<200 200<X<300 300<X<800
Tidak Terbatas
Kompleks Jarak titik Informasi
(m) X<100 100<X<200 200<X<400
Tidak Terbatas
C.
Metode Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Metode-metode dalam perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara dapat dikelompokkan menjadi metode geostatistik, metode pemodelan dan metode klasik, (Reserve Modeling for Mining Geology,2001)
1. Metode Geostatistik
Teknik perhitungan yang digunakan dalam metode ini tidak semata-mata berdasarkan jarak tetapi juga memperhitungkan korelasi ruang (Spatial) antara contoh yang merupakan fungsi dari jarak juga. Korelasi ruang antara contoh ini dikualifikasikan oleh variogram.jadi variogram didefinisikan sebagai alat untuk mengkualifikasi tingkat kemiringan antar dua contoh yang terpisah oleh jarak. Metode Geostatistik memakai teknik kriging untuk menghitung kadar blok yang ditaksir, dengan konsep kombinasi linear dari komposit lubang bor disekitar blok tersebut teknik kriging dibedakan menjadi dua yaitu kriging linear dan kriging non-linear.
2. Metode Pemodelan
Teknik pemodelan sumberdaya dan cadangan batubara pada umumnya menggunakan sistem blok seperti :
Pada saat sekarang model blok teratur adalah model komputer yang paling umum dipakai untuk tambang-tambang bijih yang memiliki batuan yang keras. Cebakan bijih dan daerah disekitarnya dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil atau blok-blok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi tertentu. Tinggi blok biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang penambangan.
Griddel Seam Model
Model umunya digunakan untuk pemodelan batubara dan cebakan mineral lainnya. Cebakan batubara dan daerah sekitar dibagi menjadi sel-sel yang teratur dengan lebar dan panjang tertentu. Dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan jenjang tertentu, tetapi dengan unit stratigrafi dari cebakan tersebut.
3. Metode Klasik
Metode klasik mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan, mudah dikomunasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Adapun kelemahannya adalah bila diinginkan kualitas dan volume yang besar, maka sering menghasilkan kesalahan perhitungan, sehingga perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi. Dalam penentuan bobot berdasarkan luas area atau volume secara matematis tidak optimal. Kelemahan lainya adalah kandungan dan ketebalan batubara diasumsikan konstan, Metode klasik ini meliputi :
4. Metode Circular (USGS) (Wood et al., 1983)
Metode perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan sumberdaya batubara. Aturan dalam perhitungan dengan metode Circular USGS 1983 disesuaikan dari jenis sumberdaya yang digunakan
Daerah dalm radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk. Teknik perhitungan tersebut hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau sama dengan 300 (<300).sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 300 (>300) caranya dengan proyeksi radius lingkaran ke permukaan terlebih dahulu.
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton. C = area batubara dalam acre atau hektar.
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda (Gambar 4.2), maka perhitungan dilakukan secara terpisah. 1. Kemiringan 00 – 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara
2 Kemiringan 100 – 300
Untuk kemiringan 100 – 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinuskemiringan lapisan batubara.
3. Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dapat dalam resume penentuan klasifikasi sumberdaya dan perhitungan cadangan merupakan bahwa dalam menentukan klasifikasi sumberdaya dapat dilakukan beberapa metode untuk menghitung berapa besar cadangan pada suatu daerah. Klasifikasi sumberdaya ini sudah memiliki SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Amandemen 1-SNI 13-5014-1998).
Adapun metode yang digunakan dalam menghitung cadangan sumber daya adalah : metode geostatistik, metode pemodelan, metode klasik, metode circular.
DAFTAR PUSTAKA
Heril, 2011,” klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara ”,
blogspotherilG290.
Diakses pada tanggal 3 mei 2014, pukul 03.00 WIB.
Ulfini, Niswi, 2013,” metode perhitungan klasifikasi sum berdaya ”,