• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 6 Kasus Hambalang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelompok 6 Kasus Hambalang"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTANSI FORENSIK

LAPORAN AKUNTANSI FORENSIK

ANALISIS KASUS FRAUD

ANALISIS KASUS FRAUD

(PROYEK HAMBALANG)

(PROYEK HAMBALANG)

Disusun oleh :

Disusun oleh :

KELOMPOK 6

KELOMPOK 6

Nama

Nama : : 1. 1. Zainal Zainal Abidin Abidin (12030117420103)(12030117420103) 2.

2. Sitti Sitti Hadijah Hadijah (12030117420086)(12030117420086) 3.

3. Tri Tri Wahyu Wahyu H. H. (12030117420075)(12030117420075) Magister

Magister : : Akuntansi Akuntansi BB Fakultas

Fakultas : : Ekonomika Ekonomika dan dan BisnisBisnis

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Jl. Hayam Wuruk No. 5 Telp. ( 024 ) 8452274, 8452273 Semarang 50241 Jl. Hayam Wuruk No. 5 Telp. ( 024 ) 8452274, 8452273 Semarang 50241

Website :

Website : http://www.maksi.feb.undip.ac.idhttp://www.maksi.feb.undip.ac.id Email :

Email : maksi@undip.ac.idmaksi@undip.ac.id Tahun Akademik 2018 Tahun Akademik 2018

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Daftar

Daftar Isi Isi ... ... 11 Kata

Kata Pengantar Pengantar . ... ... ... 22 BAB

BAB I Pendahuluan I Pendahuluan ... ... 33 1.1.

1.1. Latar BelakangLatar Belakang ...33 1.2.

1.2. Rumusan MasalahRumusan Masalah ...33 BAB

BAB II II Analisa Analisa dan dan Pembahasan Pembahasan ... ... 44 2.1

2.1 Analisa Analisa Kasus Kasus Hambalang...Hambalang... ... 44 2.2

2.2 Pembahasan Pembahasan ... 4... 4 2.2.1

2.2.1  Fraud Principles Fraud Principles... ... 88 2.2.1.1

2.2.1.1 SegitigaSegitiga Fraud ... Fraud ...88 2.2.1.2

2.2.1.2 Profil PelakuProfil Pelaku Fraud  Fraud ...1010 2.2.2

2.2.2 SkemaSkema Fraud  Fraud ...1111 2.2.1.1

2.2.1.1 Karakteristik Karakteristik Kategori Kategori Skema ...Skema ... ... 1111 2.2.1.2

2.2.1.2 Skema Skema Korupsi Korupsi ... .. 1212 2.2.3

2.2.3  Red Flags  Red Flags ... 1414 2.2.3.1

2.2.3.1  Red Flags Red Flags Umum Umum ... 14... 14 2.2.3.2

2.2.3.2  Red Flags Red Flags Khusus Khusus ... 16... 16 2.2.4

2.2.4 Penilaian RisikoPenilaian Risiko Fraud  Fraud ...1616 2.2.4.1

2.2.4.1 Faktor Lingkungan PerusahaanFaktor Lingkungan Perusahaan...1616 2.2.4.2

2.2.4.2 Faktor InternalFaktor Internal...1717 2.2.4.3

2.2.4.3 Faktor KecuranganFaktor Kecurangan...1717 2.2.4.4

2.2.4.4  Fraud Schemes Checklist ... Fraud Schemes Checklist ...1717 2.2.5

2.2.5 PencegahanPencegahan Fraud  Fraud ...1818 2.2.5.1

2.2.5.1 Lingkungan Lingkungan Pencegahan ...Pencegahan ... ... 1919 2.2.5.2

2.2.5.2 Persepsi Persepsi Deteksi Deteksi ... ... 2121 2.2.5.3

2.2.5.3 Pendekatan Pendekatan Klasik Klasik ... ... 2222 2.2.5.4

2.2.5.4 Ukuran Ukuran Pencegahan Pencegahan Lainnya ...Lainnya ... ... 2323 BAB

BAB III III Kesimpulan Kesimpulan dan dan Saran ...Saran ... ... 2727 BAB

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan anugerah-Nya kepada kita semua. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Akuntansi Forensik ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam juga tidak lupa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Laporan ini akan membahas salah satu pokok bahasan dalam akuntansi forensik yaitu kasus proyek Hambalang. Tujuan laporan ini disusun adalah mahasiswa mampu mendeskripsikan kasus fraud , mampu menjelaskan motif terjadinya kejahatan, mampu mengidentifikasi pelaku kejahatan, mampu mengidentifikasi kerugian yang muncul, dan mampu mendesain metode pencegahan fraud .

Kami sebagai penyusun memohan maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kesalahan. Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami membuka saran dan kritiknya dari berbagai pihak demi sempurnanya laporan ini. Kami sangat menghargai saran dan kritik yang dapat membangun dalam penyusunan buku laporan untuk selanjutnya yang lebih baik. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna di kemudian hari. Atas  perhatian dan masukannya kami ucapkan terima kasih.

Semarang,06 Mei 2018

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menganalisa kasus Hambalang, perlu mengidentifikasi terlebih dahulu jenis

 fraud   tersebut. Kemudian menentukan red flags  yang ada untukdapat diketahui secara efektif, sehingga terjadinya fraud dapat diminimalisir. Dalam kasus Hambalang, skema yang terjadi adalah skema korupsi. Korupsi terus bergulir dan berkembang yang menjadi  permasalahan kompleks di Indonesia. Karena dampak yang ditimbulkan dapat memperburuk kondisi perekonomian negara yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat. Image mengenai pelaku korupsi atau disebut koruptor justru sangat melekat di tubuh pejabat pemerintahan. Karena beberapa kasus korupsi kerap terjadi di Indonesia terbukti dilakukan oleh para wakil rakyat.

Proyek wisma atlet Sea Games 2011 kini menjadi sorotan publik, karena wisma tersebut dibangun dengan tujuan sebagai sekolah olahraga nasional para atlet dalam menyambut ajang Sea Games di Indonesia. Namun pembangunan tersendat karena adanya penyelewengan dana pembangunan proyek oleh beberapa pihak. Dalam hal ini KPK telah menetapkan empat orang tersangka yang menjadi dalang tindak pidana korupsi dari proyek senilai Rp 191,6 Miliar.

1.2. Rumusan Masalah

 Bagaimana motif terjadinya kasus Hambalang ?

 Bagaimana mengidentifikasi pelaku korupsi kasus Hambalang ?  Bagaimana mengidentifikasi kerugian pada kasus Hambalang ?  Bagaimana red flags dari kasus Hambalang ?

(5)

BAB II

ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1. Analisa Kasus Hambalang

Proyek Hambalang awalnya bernama Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang yang dicetuskan oleh Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2004. Namun namanya berubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional di tahun 2007 setelah ditangani Kemenpora.

Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng dalam Republika (2012) menjelaskan tujuan dilaksanakannya proyek hambalang adalah atas dasar keinginan untuk meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia terus dilakukan  berbagai sarana dan prasarana pun dibangun untuk membina atlet-atlet elit maupun

komunitas sekolah olahraga di tingkat nasional.

Proyek Hambalang diawali pembangunan fisik berupa masjid, asrama, infrastruktur, turap lapangan sepak bola dan pagar dimulai pada 2006. Lanjutan  pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) mulai dilaksanakan tahun 2010. Adanya perubahan masterplan  yang telah disempurnakan ini pun membuat anggaran proyek Hambalang membengkak dari Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun. Berdasarkan penyelidikan KPK tahun 2012 anggaran  proyek Hambalang sudah membengkak menjadi Rp 2,5 triliun.

Menurut Sekretaris Kemenpora, Yuli Mumpuni dalam Republika(2012) menjelaskan bahwa membengkaknya anggaran proyek Hambalang dikarenakan adanya  perubahan fungsi yang tadinya hanya untuk sekolah olahraga menjadi sarana untuk  pembinaan dan latihan atlet Indonesia ke depan. Adapun tambahan venue  yang akan  berdiri di kompleks Hambalang antara lain GOR Serbaguna, tennis indoor, basket indoor,

kolam renang, hall angkat besi dan angkat beban, hall senam dan gulat, lapangan latihan atletik hingga taman parkir.

Sementara itu Koordinator Advokasi dan Investigas Sekretariat Forum Indonesia Untuk Transparancy (FITRA) Ucok Sky Khadafi dalam Republika (2012), mengatakan  bahwa pihaknya telah memiliki data kerugian bangunan proyek yang rubuh. Nilai kerugian mencapai Rp 753 miliar dari total nilai proyek senilai Rp 1,2 triliun. Rp 253 miliar untuk pembangunan lanjutan fisik Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada 2010 dan Rp 500 miliar pada

(6)

2011 untuk pengadaan sarana olahraga pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional Hambalang.Menurut Ucok, kerugian itu merupakan uang negara yang sudah dikeluarkan sejauh ini dalam membangun Hambalang.

 Nazaruddin dalam kompas.com mengatakan bahwa ada aliran dana dari proyek Hambalang ke Anas. Menurut Nazaruddin dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung, Anas membagi-bagikan hampir 7 juta dollar AS kepada sejumlah dewan pimpinan cabang. Uang 7 juta dollar AS tersebut berasal dari Adhi Karya selaku pelaksana proyek Hambalang. Selain itu, Nazaruddin juga mengungkapkan bahwa Anas membantu  penyelesaian sertifikat lahan Hambalang yang sejak lama bermasalah. Berkat jasa Anas

melobi Badan Pertanahan Nasional, Joyo Winoto, sertifikat lahan itu selesai diurus.

Berdasarkan penyelidikan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Jakarta Rimanews (2012), ditemukan beberapa kejanggalan pada kasus proyek hambalang. Kejanggalan tersebut antara lain:

1) Peningkatan skala proyek Hambalang dibuat tergesa-gesa melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010. Pada mulanya, rencana awal proyek Hambalang hanya bersifat sekolah olahraga nasional yang anggarannya telah disetujui DPR sebesar Rp 125 miliar di masa Adhyaksa Dault yang kala itu menjabat sebagai Menpora. Namun proyek tersebut tidak bisa dilaksanakan karena terkendala oleh masalah kepemilikan lahan, dan oleh karenanya, anggaran Rp 125 miliar itu pun kala itu tidak bisa dicairkan.

2) Di era Menpora Andi Alfian Malarangeng Proyek Hambalang akhirnya dapat dilaksanakan, namun dengan memperluas atau merubah rencana proyek yakni dari rencana semula sebagai sekolah olahraga Nasional diubah menjadi pusat olahraga Nasional dengan penambahan anggaran dari Rp 125 miliar menjadi Rp 1,2 triliun. Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto mengungkapkan bahwa  proyek Hambalang ini ternyata sudah membengkak menjadi Rp 2,5 triliun. Bukan lagi Rp 1,2 triliun seperti semula sebagaimana yang selama ini diberitakan. Bambang menjelaskan, dalam proyek Hambalang, KPK juga menelusuri dua poin  penting. Pertama soal pengadaan barang, dan kedua soal konstruksi. Dari angka sebesar Rp 2,5 triliun itu, yang paling banyak tersedot untuk pengadaan barang,  besarannya mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan pengadaan konstruksinya hanya

mencapai Rp 1,1 triliun.

3) Sebagian anggota Komisi Olahraga DPR mengaku tak mengetahui peningkatan skala proyek Hambalang dari sekolah atlet senilai Rp 125 miliar menjadi pusat

(7)

olahraga bernilai Rp 1,2 triliun dengan anggaran multi-tahun. Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Mallarangeng membengkaknya dana sudah disetujui oleh DPR.

4) Ada pembicaraan soal Hambalang antara Menteri Andi Alfian Mallarangeng dan terpidana Wisma Atlet M. Nazaruddin, Koordinator Anggaran Komisi Olahraga Angelina Sondakh, serta Ketua Komisi Olahraga Mahyudin pada 10 Januari 2010. Namun pengakuan Nazarudin ini telah dibantah oleh semua yang hadir  pada pertemuan tersebut.

5) Lahan Hambalang yang labil dipaksakan menopang proyek besar. Menurut Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra, Uchok Sky Khadafi dalam Republika (2012) mengatakan bahwa berdasarkan hasil audit BPK 2009 seharusnya  pembangunan dilakukan di Sentul, tetapi entah mengapa pembangunan tersebut  justru dipindahkan ke Hambalang.

6) Pengurusan sertifikat melibatkan Anas Urbaningrum yang kala itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Demokrat meminta anggota Komisi Pemerintahan Ignatius Mulyono, yang dekat dengan Kepala BPN Joyo Winoto. Hasilnya, dalam waktu kurang dari sebulan, sertifikat selesai padahal surat tanah ini tidak selesai diurus sejak 2004.

7) Diduga ada kolusi dalam subkontrak pemegang proyek PT Adhi Karya dengan PT Dutasari Citralaras karena PT Dutasari Citralaras dimiliki kader Demokrat Munadi Herlambang, Atthiyah Laila (istri Anas), dan orang dekat Anas, Machfud Suroso. KPK meragukan PT Dutasari Ciptalaras memiliki kemampuan menjadi subkontraktor PT Adhi Karya dalam menggarap proyek pembangunan komplek olahraga terpadu di Hambalang Bogor, Jawa Barat. Nilai proyek yang mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun seharusnya disubkontrakkan kepada perusahaan yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus.

8) Adhi Karya mensubkontrakkan sebagian pekerjaan ke Dutasari untuk pekerjaan yang bukan keahlian Dutasari, sehingga Dutasari mensubkannya lagi ke PT Bestindo Aquatek Sejahtera yang mendapatkan proyek pengolahan air limbah domestik di lahan Hambalang dari tender yang digelar oleh PT Dutasari Citralaras. Dan PT. Kurnia Mutu, yang menyuplai pipa tembaga untuk pendingin ruangan di kompleks Hambalang.

(8)

9)  Nazar beberapa kali menyatakan ada fee Rp 100 miliar dari Adhi Karya yang mengalir ke DPR dan untuk membiayai pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Demokrat di Kongres Bandung.

10) Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) telah menyerahkan 10 Laporan Hasil Analisis (LHA) proyek Hambalang kepada KPK. Dari 10 LHA tersebut, PPATK banyak mencatat transaksi mencurigakan yang terjadi dalam  proyek tersebut. Bahkan dari data terakhir PPATK menemukan 23 transaksi

mencurigakan dalam 10 LHA tersebut.

Menurut peneliti ICW, Febri Diansyah, kejanggalan lainnya apabila ditinjau dari aspek profesionalitas dunia konstruksi adalah diduga adanya kualitas spesifikasi konstruksi bangunan di bawah standar. Hal ini terjadi karena pengerjaan proyek Hambalang yang dikerjakan oleh KSO PT. Adhi Karya dan PT. Wijaya Karya, disubkontrakkan hingga beberapa lapis. Subkontraktor diketahui mencapai 17  perusahaan, termasuk PT Dutasari Citralaras yang mensubkan lagi ke PT Bestido dan PT Kurnia Mutu. Pensubkontrakan berlapis ini akan mengakibatkan inefisiensi dan menyulitkan dalam koordinasi pekerjaan. Serta diragukan bahwa standar prosedur dan hasil kerja yang ditetapkan oleh kontraktor utama akan sampai pada subkontraktor pada lapis paling bawah.

Owner untuk pekerjaan proyek pemerintah hanya berhubungan dengan kontraktor utama. Yang ada, mungkin adalah “ subkontraktor titipan”  (yang tidak dikenal secara legal). Semua subkontraktor yang bekerja dibawah kendali kontraktor utama adalah spesialis di bidangnya. Jadi sebenarnya hanya sedikit yang dikerjakan langsung oleh kontraktor utama. Tetapi kontraktor utama tetap bertanggung jawab penuh kepada owner atas semua pekerjaan, termasuk yang dikerjakan oleh subkontraktor.

Sedangkan pada proyek Hambalang, seorang petugas keamanan proyek Adhi Karya, Apay, menyatakan PT Dutasari merupakan subkontraktor di Bukit Hambalang.“Dutasari

itu merupakan subkontraktorseluruh proyek Hambalang,“ kata Apay. Mensubkontrakkan

seluruh pekerjaan adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dalam dunia professional konstruksi. Hal ini berlaku, baik bagi kontraktor utama maupun subkontraktor. Baik itu di proyek pemerintah maupun di proyek swasta. Hal ini berkaitan dengan etika  profesionalisme dalam pekerjaan konstruksi. Pihak yang mensubkontrakkan pekerjaan secara keseluruhan tak ubahnya seperti broker, yang tidak mempunyai keahlian spesifik di bidangnya.

(9)

Data tentang PT Dutasari Ciptalaras sendiri susah ditemukan. PT Dutasari Ciptalaras  bergerak di bidang apa juga tidak diketahui. Beberapa rekanan subkontraktor tingkat

nasionalpun tidak memiliki database PT. Dutasari Ciptalaras. PT. Dutasari Ciptalaras pun tidak memiliki website perusahaan di internet.Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad membantah tudingan lembaganya kesulitan menangani kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga  Nasional di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, pihaknya sekadar menginginkan bukti-bukti yang dimiliki lengkap, sehingga status penanganan kasus Hambalang naik ke tingkat penyidikan. Anas Urbaningrum membantah tudingan bahwa dia terlibat dalam kasus Hambalang. Ia mengatakan hal itu setelah melantik pengurus Partai Demokrat Aceh. Anas meminta agar kader Demokrat tidak terpengaruh

(Sumber : Koran TEMPO, 2012).

2.1 Pembahasan 2.2.1 F raud Pr inciples

2.2.1.1 SegitigaF raud

Kecurangan, pencurian, penyalahgunaan kepercayaan, ketidakwajaran, kejahatan kerah putih, dan penggelapan adalah istilah yang sering digunakan untuk mendefinisikan fraud .Untuk mencegah, mendeteksi dan merespon adanya fraud , perlu memahami mengapa seseorang melakukan fraud .

Dalam fraud   dikenal fraud triangle (segitiga fraud ) yang merupakan tiga faktor yang kemungkinan dapat menjadi latar belakang terjadinya fraud. Faktor tersebut antara lain : 1) tekanan/motivasi ( pressure); 2) kesempatan (opportunity); dan 3) rasionalisasi (rationalization).

a. Tekanan atau Dorongan

Tekanan atau dorongan (motivasi) mengacu pada sesuatu yang telah terjadi dalam kehidupan pribadi seseorang sehingga mengakibatkan orang tersebut memiliki kebutuhan yang sangat mendesakyang akhirnya mendorong seseorang tersebut untuk melakukan fraud . Kelangsungan hidup sosial dan politik juga memberikan dorongan dalam bentuk motif egosentris dan ideologis. Terkadang seseorang melakukan kecurangan untuk bertahan hidup secara politis atau untuk kekuasaan.

Anas Urbaningrum yang mengikuti pemilihan ketua partai Demokrat membutuhkan dana yang cukup banyak untuk mengikuti pemilihan tersebut. Selain itu, Anas juga memiliki keinginan untuk mendapat posisi yang bergengsi sebagai anggota DPR. Kedua hal tersebut, diduga menjadi motivasi Anas untuk memperoleh uang

(10)

dengan jumlah yang cukup besar dengan waktu yang cepat. Anas Urbaningrum menggunakan uang tersebut untuk membayar hotel, sewa mobil para pendukungnya, membeli handphone BlackBerry, jamuan para tamu, dan untuk hiburan dalam kongres demokrat.

b. Kesempatan (Opportunity )

Menurut penelitian Cressey, pelaku  fraud   selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Pelaku biasanya memiliki pengetahuan mengenai kelemahan dari perusahaan dan kesempatan yang diperoleh karena pelaku  berada dalam posisi yang dipercaya. Sehingga ketika motivasi diiringi dengan peluang,

maka potensi terjadinya fraud akan semakin meningkat.

Ide pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) sudah direncanakan sejak zaman Menteri Pemuda dan Olahraga yang dijabat oleh Adhyaksa Daily, dimana pembangunan sulit terealisasi karena persoalan sertifikasi tanah. Namun pada saat Menpora dijabat Andi Alfian Malarangeng proyek hambalang terealisasi. Tender yang dimenangkan oleh PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya sudah diatur oleh Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin, dan Angelina Sondakh.

Andi Mallarangeng berada dalam posisi yang dipercaya sebagai Menpora, tetapi terbukti secara sah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dengan  beberapa oknum lain. Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai Menpora dalam pengurusan proyek Hambalang. Dimana sebagai Menpora, Andi adalah pengguna anggaran sekaligus pemegang otoritas kekuasaan pengelolaan keuangan negara serta memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran.

c. Rasionalisasi

Kebanyakan pelaku fraud  tidak memiliki catatan kriminal. Bahkan penjahat kerah  putih biasanya memiliki kode etik pribadi. Pelaku membenarkan tindakan yang secara

obyektif bersifat kriminal dengan membenarkan kejahatan mereka dipengaruhi keadaan mereka.

Anas urbaningrum berusaha membenarkan atas tindakan yang salahdengan memberikan alasan-alasan yang masuk akal untuk kepentingan partai. Menpora Andi Mallarangeng telah memberi keleluasaan terhadap adiknya Choel Mallarangeng untuk  berhubungan dengan pejabat Kemenpora. Sehingga Choel ikut terlibat dalam  pengurusan proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional

(11)

(P3SON). Kemudahan akses tersebut seperti adanya keleluasaan bagi Choel untuk menggunakan ruang kerja Andi di lantai 10 gedung Kemenpora untuk melakukan  pertemuan dengan pejabat Kemenpora dan calon pemenang. Akibatnya, anggaran  proyek Hambalang yang semula Rp 125 miliar terus bertambah. Hingga tahun 2010, anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275 miliar. Namun, pada akhirnya anggaran tersebut membengkak drastis menjadi total Rp 2,5 triliun, sehingga negara mendapat kerugian keuangan negara senilai Rp 464,391 miliar.

2.2.1.2 Profil Pelaku F raud

Kecurangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti faktor ekonomi,  persaingan, sosial, politik, dan pengendalian yang buruk. Seseorang yang melakukan kebohongan, kecurangan, dan pencurian di tempat kerja dalam berbagai situasi dipengaruhi oleh:

1) Variabel pribadi : keterampilan/kemampuan; sikap/pilihan; kebutuhan/ keinginan pribadi; dan nilai/keyakinan.

2) Variabel organisasional : ruang lingkup pekerjaan; alat/pelatihan disediakan; sistem penghargaan/pengakuan, dll.

3) Variabel eksternal : tingkat persaingan dalam industri; kondisi ekonomi umum; nilai-nilai kemasyarakatan (etika pesaing dan model peran sosial dan politik). Aspek kunci dari pencegahan dan pendektesian fraud adalah dengan memahami ciri pelaku kecurangan ( fraudsters) berdasarkan jenis fraud   yang dilakukan. Pelaku  biasanya adalah orang yang sama sekali tidak dicurigai, sehingga menyebabkan fraud

semakin sulit untuk dicegah ataupun dideteksi. Dalam kasus Hambalang, beberapa  pelaku kunci yang terlibat dalam korupsi ini, antara lain :

1) Muhammad Nazarrudin : bendahara umum Partai Demokrat 2) Anas Urbaningrum : Ketua Umum DPP Partai Demokrat

3) Andi Alfian Mallarangeng : Menteri Pemuda dan Olah Raga (MENPORA) 4) Wafid Muharram : Sekretaris MENPORA

5) Deddy Kusdinar : Kepala Biro Keuangan Rumah Tangga Menpora 6) Andi Zulkarnain Mallarangeng : pejabat PT. Adi Karya

Dapat dilihat bahwa beberapa pelaku fraud di atas merupakan individu yang secara umum, profilnya sesuai dengan hasil penelitian ACFE RTTN dimana para

 fraudster tersebut dapat dikategorikan sebagai penjahat kerah putih yang umumnya tidak memiliki catatan kriminal, berpendidikan tinggi, berpenghasilan tinggi, dan menduduki  jabatan-jabatan pada tingkat puncak. Selain itu, dalam melakukan fraud mereka tidak

(12)

melakukannya sendiri, tetapi melibatkan banyak pihak yang jika dihubungkan akan sangat kompleks.

2.2.2 Skema F raud

ACFE Report to the Nation (RTTN) menyediakan statistik tentang kecurangan secara berkala sejak tahun 1996. Laporan tersebut menyimpulkan tipe skema kecurangan. Statistik ini merupakan alat penting untuk memahami dan mempertimbangkan kecurangan.

2.2.2.1 Karakteristik Kategori Skema

Analisis karakteristik skema fraud dari kasus Hambalang adalah sebagai berikut :

1. Pelaku Fraud 

Dalam skema korupsi, pelaku fraud   bisa siapa saja tetapi setidaknya selalu ada dua pihak yang terlibat. Dalam kasus ini, skema korupsi dilakukan oleh banyak  pihak baik dari pihak eksekutif, legislatif, dan pihak-pihak lain dari perusahaan

yang bekerjasama dalam proyek. 2. Ukuran Kecurangan

Statistik RTTN pada tahun 2008 menunjukkan rata-rata kerugian akibat kecurangan korupsi adalah $250.000 dan termasuk kategori medium. Namun, dalam kasus ini kerugian yang terjadi cukup besar karena kerugian yang ditanggung mencapai Rp 463,67 miliar atau sekitar $35 juta.

3. Frekuensi Kecurangan

Beberapa fraudster  terkadang melakukan lebih dari satu jenis kecurangan. Skema

 fraud  korupsi termasuk kecurangan dengan frekuensi medium, yaitu sebesar 30%.  Namun, untuk kasus ini frekuensinya cukup besar.

4. Motivasi

Kecurangan korupsi sering didorong oleh motif bisnis (ekonomi), seperti skema suap untuk mendapatkan akses ke pasar yang sulit diakses. Motif politik juga bisa dikaitkan dengan kecurangan korupsi. Motivasi pihak eksekutif, legislatif, dan  pihak KSO-AW adalah  personal pressure dan bisnis.  Personal pressure

diantaranya tercermin pada tindakan Anas Urbaningrum yang menggunakan hasil korupsi untuk memuluskan jalan dalam pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat. Untuk bisnis terlihat pada tindakan pemberian tidak sah oleh pihak KSO-AW, yaitu Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi Jakarta

(13)

I) dan M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor).

5. Materialitas

Kategori kecurangan berbeda dalam hal materialitas. Korupsi bisa menjadi fraud 

dengan kategori material, terutama untuk kecurangan di atas biaya rata-rata kecurangan korupsi. Namun, bisa juga tidak material tergantung pada ukuran organisasi. Kecurangan korupsi pada kasus Hambalang termasuk material dikarenakan mencapai Rp 463,67 miliar atau sekitar $35 juta.

6.  Benefactor 

Kecurangan korupsi menguntungkan pelaku kecurangan dan diklasifikasikan sebagai kecurangan orang dalam terhadap organisasi.

7. Ukuran Perusahaan Korban

Ukuran korban pada kasus Hambalang termasuk besar karena kasus ini merugikan negara dalam jumlah yang besar, serta merugikan banyak pihak.

2.2.2.2 Skema Korupsi

ACFE Fraud Tree mengkategorikan tiga model utama dalam fraud   diantaranya 1) korupsi, 2) penyalahgunaan aset dan 3) kecurangan laporan keuangan. Dalam kasus Hambalang, fraud yang terjadi dikategorikan sebagai skema korupsi. Skema korupsi terbagi dalam 4 sub kategori yaitukonflik kepentingan, penyuapan, gratifikasi ilegal, dan  pemerasan ekonomi. Penyuapan terdiri tiga kategori mikro :suap (invoice kickbacks),

kecurangan lelang (bid rigging ), dan lainnya. Skema korupsi dicirikan oleh seseorang di dalam (yaitu, karyawan perusahaan korban) yang bekerja sama dengan seseorang dari luar perusahaan.Kasus Hambalang diidentifikasi sebagai fraud korupsi yang mencakup  beberapa skema, antara lain :

a. Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan terjadi ketika karyawan, manajer, atau eksekutif memiliki kepentingan ekonomi atau pribadi yang dirahasiakan dalam suatu transaksi sehingga  berdampak negatif terhadap perusahaan. Beberapa hal yang terkait dengan konflik

kepentingan dalam kasus ini diuraikan sebagai berikut.

 Mengarahkan secara terus-menerus terkait keputusan (kebijakan/aturan,

 pembelian barang/jasa).

- Anas membantu untuk mengurus permasalahan tanah Hambalang di Badan Pertanahan Nasional.

(14)

- Anas memerintahkan Ignatius Mulyono selaku anggota Komisi II DPR dari Partai Demokrat yang mempunyai mitra kerja BPN untuk mengurus  permasalahan Hak Pakai tanah untuk pembangunan proyek Hambalang. - Ignatius berhasil mengurus SK Hak Pakai atas tanah Kemenpora di

Hambalang, kemudian SK tersebut diserahkan ke Anas di ruangan Ketua Fraksi Partai Demokrat yang disaksikan Nazaruddin.

- Rahmat Yasin SelakuBupatiBogor yang menerbitkan Site Plan atas rencanapembangunanP3SON berlokasi di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.

 Membatasi persaingan dengan mengatur proses pra-kualifikasi dan memberikan

informasi penting dan rahasia sehingga walaupun dilakukan tender, akan dimenangkan oleh pihak yang diinginkan.

- Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.

- Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora tersebut dan tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan seperti diatur dalam PP 60 Tahun 2008.

- Proses evaluasi pra-kualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon rekanan tidak dilakukan oleh panitia pengadaan, tetapi diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang.

b. Penyuapan

Penyuapan didefinisikan sebagai menawarkan, memberi, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga untuk mempengaruhi keputusan bisnis/tindakan seseorang. Skema suap yang terdapat dalam kasus Hambalang tergolong dalam kecurangan lelang (bid rigging ).Kecurangan lelang (bid rigging ) adalah kecurangan yang dilakukan dengan berbagai cara untuk memenangkan penyedia barang/jasa tertentu yang dilatarbelakangi akan adanya pemberian sesuatu yang bernilai dari penyedia yang dimenangkan.

 Deddy Kusdinar bersama Wafid bertemu Choel Mallarangeng di Restoran

Jepang Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Pada pertemuan itu Choel menyampaikan  bahwa abangnya Andi Mallarangeng, sudah satu tahun menjabat Menpora tapi  belum dapat apa-apa.

(15)

 Maksud ucapan Choel diperjelas oleh Mohammad Fakhruddin staf khusus

Menpora yang menanyakan ke Wafid tentang kesiapan memberi fee  sebesar 18% kepada Choel untuk pekerjaan pembangunan proyek Hambalang.

 Selanjutnya, dilakukan pertemuan di ruangan Menpora yang dihadiri Wafid,

Deddy, Choel, Fakhruddin dan Arief dari PT Adhi Karya.

 Penyuapan proses perubahan anggaran sertifikat tanah.

c. Gratifikasi Ilegal

Gratifikasi ilegal serupa dengan penyuapan, tetapi pada gratifikasi ilegal tidak ada maksud untuk mempengaruhi keputusan bisnis, misalnya orang yang berpengaruh dapat diberi hadiah, liburan gratis, dan sebagainya atas pengaruhnya dalam negosiasi atau kesepakatan bisnis tetapi hadiah itu diberikan setelah kesepakatan selesai.

Dalam kasus ini, Anas menerima gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dari  Nazarrudin. Selain itu, ditetapkannya KSO Adhi-Wika sebagai pemenang proyek Hambalang, Andi Mallarangeng menerima gratifikasi berupa sejumlah uang sebesar Rp 4 miliar dan $550.000 melalui adiknya Zulkarnanin Mallarangeng.

2.2.3 Red F lags

 Red flags  merupakan suatu kondisi/lingkungan yang tidak lazim dari aktivitas normal biasanya. Red flags sering disebut sinyal untuk diidentiifkasi lebih lanjut. Red  flags bisa terjadi karena adanya motivasi fraud , perilaku dan skema fraud . Meskipun red  flags tidak menentukan adanya fraud , tetapi jangan pernah mengabaikan red flags. Red  flags memiliki sifat yang berbeda-beda dan mencakup hal-hal seperti anomali akuntansi,

transaksi atau peristiwa yang tidak dapat dijelaskan, elemen transaksi yang tidak biasa,  perubahan perilaku seseorang atau karakteristik, atau hanya karakter yang umumnya terkait dengan kecurangan yang diketahui, terutama skema individu tertentu atau sekelompok skema. Analisisred flags pada kasus hambalang dijelaskan di bawah ini.

2.2.3.1 Red F lags Umum

Kasus Hambalang tergolong dalam red flags karyawan, terhadap organisasi untuk kepentingan karyawan.  Red flags umum digunakan untuk mengidentifikasi hubungan seseorang di dalam dengan seseorang di luar. Red Flags umum dalam kasus ini yang, antara lain :

a) Anomali dalam menyetujui vendor

Pemilihan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya tidak sesuai prosedur yang ada yaitu meliputi:

(16)

- Penggunaan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi pra kualifikasi antara PT Adhi Karya/PT Wijaya Karya dengan rekanan lain dimana standar untuk PT Adhi Karya/PT Wijaya menggunakan nilai untuk  pekerjaan sebesar Rp 1,2 triliun sedangkan rekanan lain senilai Rp 262

miliar.

- Pengumuman lelang dengan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap. - Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi dimana SesKemenpora melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk pekerjaan bernilai diatas Rp 50 miliar tanpa mendapat  pelimpahan wewenang dari Menpora sebagai pejabat yang berwenang

menetapkan.

 b) Hubungan antara karyawan kunci dan vendor resmi

Adanya sejumlah pertemuan antara peserta lelang dengan panitia pengadaan untuk menentukan pemenang lelang.

c) Anomali dalam pencatatan transaksi

- Anggaran untuk proyek hambalang yang semula dianggarkan sebesar Rp 125 miliar kemudian dirubah menjadi Rp 2,5 trilliun.

- Ditetapkannya kontrak tahun jamak (multi-years) pada proyek Hambalang.

- Izin penetapan lokasi,  site plan  dan izin mendirikan bangunan oleh Pemkab Bogor belum disertai adanya studi Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

d) Kelemahan Pengecekan Ulang Persetujuan

- Pembiaran terhadap Sekretaris Menpora, yaitu Wafid Muharam melampaui wewenangnya dalam menandatangani surat permohonan kontrak tahun jamak (multi-years) terkait proyek Hambalang tanpa mendapat pendelegasian dari Menpora.

- Pencairan dana proyek Hambalang yang menjadi wewenang Agus selaku Menteri Keuangan dan Anny Ratnawaty selaku Dirjen Keuangan dianggap menyalahi aturan karena pengajuan anggaran hanya ditanda tangani Sekretaris Menpora yang mana seharusnya ditanda tangani oleh 2  pihak yaitu Menteri pengguna anggaran dalam hal ini Menpora dan

(17)

2.2.3.2 Red F lags Khusus

Kasus Hambalang tergolong dalam Red Flags dalam skema korupsi. Beberapa

 Red flags  diketahui untuk masing-masing skema kecurangan utama. Red flag ini berisi metode identifikasi yang mungkin menonjolkan pola pikir kecurangan fraudster . Red  flagskhusus dalam kasus ini, antara lain :

a. Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan menyetujui faktur. Tidak terlaksananya fungsi kontrol yang baik terhadap staf, bawahan dan fungsi  pengawasan. Andi terbukti menyalahgunakan kewenangannya karena lalai mengontrol dan mengawasi adiknya Zulkarnaen Mallarangeng dan stafnya yaitu mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga, Wafid Muharram dan mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah tangga Kemenpora, Deddy Kusdinar.

 b. Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor. Membayarkan dana kepada PT Yodya Karya selaku konsultan Perencana (Rp12,58 miliar), PT Ciriajasa Cipta Mandiri selaku konsultan manajemen konstruksi (Rp5,85 miliar), KSO Adhi Karya dan Wijaya Karta sebagai pelaksana jasa kontruksi (Rp453,27 miliar).

2.2.4 Penilaian RisikoFraud 

2.2.4.1 Faktor Lingkungan Perusahaan

Kecurangan, pencurian, dan penggelapan oleh karyawan banyak terjadi di  beberapa industri dan organisasi daripada di perusahaan lain. Hasil statistik The  Association of Certified Fraud Examiners  (ACFE) melalui laporan RTTN tahun 2008 menunjukkan jenis industri yang paling mungkin untuk menyewa Certified Fraud  Examiner   (CFE) untuk menyelidiki kecurangan, hasilnya juga menunjukkan industri

lebih rentan terhadap kecurangan. Untuk industri yang lebih rentan terhadap kecurangan, entitas dalam industri tersebut jelas memiliki risiko kecurangan yang lebih besar yang merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian risiko. Hasil laporan tahunan KPK tahun 2004 - 2011 : TPK berdasarkan Instansi :  DPR RI (11,4%)  Kementrian/Lembaga (38,7%)  BUMN/BUMD (9,3%)  Komisi (8,0%)  Pemerintah Provinsi (11,4%)  Pemkab/Pemkot (20,8%)

(18)

2.2.4.2 Faktor Internal

Faktor internal yang meningkatkan kemungkinan kecurangan, pencurian, dan  penggelapan termasuk kontrol manajemen yang tidak memadai atau kegiatan  pemantauan seperti berikut:

 Gagal menciptakan budaya kejujuran

 Gagal mengartikulasikan dan mengkomunikasikan standar minimum kinerja dan

 perilaku pribadi.

 gkat kinerja atau perilaku pribadi berada di bawah standar.

 Ambiguitas dalam pekerjaan, tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas.

 Kurangnya audit, inspeksi, dan tindak lanjut tepat waktu atau periodik untuk

memastikan kepatuhan terhadap tujuan, prioritas, kebijakan, prosedur entitas, serta peraturan pemerintah.

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal yang memicu terjadinya fraud

dalam kasus Hambalang.

2.2.4.3 Faktor Kecurangan

Setiap penilaian risiko harus mempertimbangkan skema kecurangan yang mungkin terjadi untuk memandu program anti kecurangan agar pencegahan dan deteksi lebih efektif.

Untuk kecurangan laporan keuangan, para eksekutif dari entitas adalah calon  pelaku yang paling mungkin melakukan kecurangan, karenanya penilaian risiko mencakup orang-orang tersebut. Untuk penyalahgunaan aset, seorang karyawan dalam  posisi yg dipercaya berpotensi pula menjadi pelaku. Begitupun dengan korupsi yang juga

mencakup seseorang di luar entitas yang bekerja dengan seseorang di dalam.

2.2.4.4 F raud Schemes Checkli st 

Pendekatan lain untuk penilaian risiko adalah dengan menggunakan taksonomi yang sesuai skema  fraud . Misalnya, ACFE  Fraud Tree  dapat digunakan untuk menentukan setidaknya daftar awal skema fraud . Pendekatan ini dapat bekerja dengan  baik.

Tabel 2.1

F raud Schemes Risk Checklist 

F raud  Scheme

I nherent Risk

Control

 Assesment Residual Risk

Business

Process Red F lags Konflik kepentingan Para pelaku rata-rata menduduki Pemisahan fungsi dan wewenang yang jelas Pihak yang mengotorisasi transaksi dan Pengesahan  proyek dan  pemilihan KSO  Berubahnya rencana, lokasi, dan anggaran

(19)

 jabatan yg tinggi.

dengan kontrol yang ketat.

 pelaksanaan

kegiatan juga ikut  bekerjasama dalam fraud. yang menangani  proyek. awal proyek Hambalang.  Pemilihan KSO milik kerabat dari para  petinggi yg terlibat dalam  fraud.

Penyuapan Nilai proyek yang sangat  besar. Otorisasi transaksi dan seleksi pemenang tender atas  proyek dilakukan dengan ketat. Beberapa  perusahaan yang mengikuti tender merupakan  perusahaan yang komisaris dan  pejabat tingginya memiliki hubungan dengan  pelaksana proyek. Pengurusan izin dan surat-surat yang terkait dengan proyek.

Izin tanah yang semula sulit diurus, dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat. Subkontraktor  berlapis yg terlibat dalam  proyek. Gratifikasi Ilegal Gaya hidup dan kebutuhan  para pelaku terbilang mewah. Inventarisasi dan audit terhadap aset dan harta yang dimiliki  pihak-pihak yg terlibat dalam  proyek. Tekanan ekonomi atas pemenuhan kebutuhan yang tinggi dan terus-menerus dan juga tekanan politik. Penyelesaian  permasalahan Hak Pakai tanah. Penambahan harta  pribadi milik  fraudster   berupa aset maupun uang dalam waktu yang singkat dan  berdekatan dengan  proses pengesahan  proyek.

2.2.5 PencegahanF raud

Kasus korupsi proyek Hambalang merupakan ujian terhadap akuntabilitas kekuasaan negara. Dari 233 kasus korupsi yang terjadi tahun 2011, 54% di antaranya terjadi pada pemerintah pusat. Kasus fraud   yang terjadi telah banyak melibatkan oknum  baik dijajaran lembaga legislatif, eksekutif bahkan yudikatif. Berdasarkan laporan

tahunan KPK, pada tahun 2011 terdapat 284 kasus yang melibatkan beberapa jabatan tertentu dimana 17,2% di antaranya adalah anggota DPR & DPRD. Berbagaiusahatelah dilakukan oleh pemerintah Indonesia baik dengan maksimalisasi pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum dan pembentukan KPKuntuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun, sayangnya hasil yang didapatkan masih belum sesuai dengan harapan karena Indonesia masih menduduki 10 negara terkorup di dunia.

Terjadinya kecurangan yang tidak dapat terdeteksi oleh pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Terlebih lagi kecurangan tersebut dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah yang sulit terdeteksi karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan suatu  proyek. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan preventif agar kecurangan serupa tidak

(20)

Tujuan program anti fraud   adalah untuk mencegah kecurangan, bukan hanya mendeteksinya. Meskipun mendeteksi kecurangan adalah hal yang penting, akan lebih  baik jika kecurangan dapat dikurangi atau diminimalisir semaksimal mungkin. Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang berlaku (COSO: 1992).Untuk itu, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara laindengan cara-cara berikut:

1) Membangun struktur pengendalian intern yang baik 2) Mengefektifkan aktivitas pengendalian

a) Pengolahan informasi  b) Pengendalian fisik

3) Meningkatkan budaya perusahaan 4) Mengefektifkan fungsi internal audit

 Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, auditor internal harus memahami  pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul. Masing-masingkecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan.

Setelah proses pencegahan dianggap tidak berhasil, disinilah auditor forensik  berperan dalam mengungkap kecurangan yang ada. Audit forensik banyak diterapkan ketika KPK mengumpulkan bukti-bukti hukum yang diperlukan untuk menagani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada instansi tersebut.

2.2.5.1 Lingkungan Pencegahan

Kunci keberhasilan pencegahan fraud  adalah dengan melihat budaya entitas dan mencoba mengubahnya jika diperlukan. Beberapa kegiatan dan sikap dapat membantu dalam mencapai tujuan ini.

a. Struktur Tata Kelola Perusahaan

Penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang lemah dikaitkan dengan semua kecurangan keuangan yang besar. COSO Landmark Study  (1998) mempelajari kasus kecurangan yang ditangani oleh SEC sejak 1987 hingga 1997.

(21)

Hasil penelitiannya menemukan bahwa pola khas dewan lemah untuk entitas yang diselidiki. 72% kasus mengidentifikasi CEO dan 43% CFO terlibat dengan kecurangan.

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan memperbaiki tata kelola  perusahaan mencakup pemilihan anggota dewan yang aktif, berkualitas, dan independen terutama komite audit. Dalam kasus Hambalang, hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan pemimpin menggunakansistem yang lebih ketat, seperti (kejujuran, tanggungjawab, dan sikap yang baik) agar setelah menjabat tidak melakukan praktik-praktik melanggar hukum seperti korupsi dan tindakan lainnya yang merugikan negara.

b. Berperilaku Secara Etis (Tone at The Top)

Tone at the top  masih menjadi kunci untuk mencegah kecurangan. Jika seseorang meninjau skandal besar beberapa tahun terakhir, hampir di setiap kasus seorang eksekutif terlibat. Jika manajer kunci dan dewan direksi terus berbicara tentang kecurangan, mengkomunikasikan kebijakan kecurangan, dan mendorong semua orang untuk terlibat dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan, maka entitas tersebut akhirnya akan mengembangkan budaya anti kecurangan. Tanpa  penekanan dan dukungan manajemen kunci, hampir tidak mungkin memiliki budaya

semacam itu.

Adanya upaya sinergi kelembagaan secara simultan merupakan hal yang  penting. Memperkuat KPK dalam memerangi korupsi tentu merupakan upaya yang  penting. Namun melakukan sinergi kelembagaan yang relevan dengan segala upaya  penanganan korupsi – termasuk di dalamnya penguatan BPK sebagai satu-satunya

institusi negara yang memiliki tanggung jawab melakukan pemeriksaan keuangan negara – akan menjadi lebih strategis.Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh menpora Andi Mallarangeng dapat dicegah dengan melakukan dilakukan pemisahan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas dan serta pengawasan atas hal tersebut.

c. Kebijakan dan Prosedur

Kebijakan menentukan tujuan dan prinsip entitas, sedangkan prosedur menentukan tindakan yang diambil entitas untuk memastikan tujuan tersebut tercapai. Oleh karena itu, fondasi untuk budaya antifraud dan lingkungan untuk setiap entitas yang serius mencegah kecurangan adalah kebijakan kecurangan dan  prosedur yang dibuat dengan hati-hati berdasarkan kebijakan. Kebijakan fraud

(22)

kecurangan, tindakan untuk mendeteksi kecurangan, dan tindakan dalam menanggapi kecurangan. Dengan demikian, mempengaruhi efektivitas budaya atau iklim anti-kecurangan.Sistem yang efektif termasuk sarana untuk mengkomunikasikan kebijakan tersebut secara memadai kepada semua yang terlibat. Hal yg penting untuk keberhasilan kebijakan adalah sistem pemantauan dan kepatuhan.

Entitas harus mempertimbangkan elemen manusia pada budaya organisasi. Manusia adalah komponen budaya yang besar. Membangun budaya anti kecurangan yang sesuai dengan manusia, operasi bisnis, dan organisasi secara keseluruhan akan memastikan bahwa kecurangan dapat dikurangi hingga tingkat yang dimungkinkan.Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

 Diminimalisir adanya sistem kerja yang melibatkan orang orang yang

memiliki hubungan terkait agar tindak kerjasama atau persekongkolan dalam melakukan tindak korupsi tidak terjadi.

 Sikap pemimpin harus mempunyai integritas yang tinggi untuk tidak

terlibat dan membudayakan tindakan anti fraud.

2.2.5.2 Persepsi Deteksi

Persepsi deteksi berada di bagian atas daftar langkah-langkah pencegahan kecurangan. Para ahli kejahatan mengatakan pencegahan terbaik terhadap kejahatan termasuk kecurangan adalah persepsi deteksi, karena penjahat kerah putih yang melakukan kecurangan cenderung memiliki kode etik pribadi. Teknik ini bahkan lebih efektif dalam mencegah kecurangan daripada kejahatan di jalanan.Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi : pengawasan, petunjuk anonim, audit kejutan,  penuntutan, penegakan kebijakan etika dan kecurangan, danCatch Me If You Can!

Dalam kasus ini, beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi:

a. Pengawasan ( Surveillance)

Idealnya, strategi atau sistem pencegahan melalui mekanisme pengawasan yang efektifmulai bisa diberlakukan sejak proses perencanaan proyek, kelayakan,  penghitungan anggaran proyek, tahap lelang, pelaksanaan atau realisasi proyek hingga tahap memonitor spesifikasi material proyek. Mekanisme pencegahan sekaligus  pengawasan ini sudah bisa diterapkan berkat dukungan teknologi informasi. Sejumlah  perusahaan besar swasta asing menggunakan teknologi dimaksud sejak perencanaan  proyek, kalkulasi anggaran hingga pengontrolan spesifikasi material proyek.

(23)

Kasus proyek Hambalang mencerminkan lemahnya pengawasan lintas instansi. Lemahnya koordinasi pengawasan lintas instansi mendorong perilaku tidak peduli  pada aspek prudent (kehati-hatian). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yakin proyek itu layak walau tidak didukung penelitian geologi yang kuat. Akibatnya, kendati proyek itu sarat risiko, anggaran proyeknya disetujui dan dicairkan. Pada tahap menyetujui dan mencairkan anggaran proyek ini, jelas bahwa aspek kehati-hatian diabaikan. Kalau saja pengawasan lintas instansi terkoordinasi dengan efektif, kasus  proyek Hambalang pasti tidak pernah ada.

b. Masukan atau Saran Tanpa Nama ( Anonymous Ti ps)

Petunjuk telah terbukti menjadi metode terbaik dalam mendeteksi kecurangan dan  juga langkah pencegahan. Praktik terbaik untuk program petunjuk anonim mencakup keterlibatan manajemen yang tepat, penanganan keluhan secara independen oleh pihak ketiga, dan menggunakan beberapa metode komunikasi dengan sistem yang mudah, ringan, dan nyaman bagi para karyawan untuk memberikan petunjuk.

Pada kasus proyek Hambalang yang bermasalah, KPKmenemukan beberapa modus.Bahkan KPK berinisitiatif untuk menyatakan pendapatbahwauntuk meneruskan  pembangunan proyek Hambalang, pemerintah diminta memperhatikan pendapat pakar. Selama peradilan kasus ini, dimunculkan beberapa catatan dari para ahli tentang kejanggalan proyek ini. Misalnya, lokasi proyek Hambalang berada dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi sebagaimana Peta Rawan. Pendapat lainnya menegaskan, terjadi kegagalan system management design dan konstruksi proyek yang telah menyebabkan kegagalan proyek. Selain itu, proses pembahasan di DPR pun mengandung sejumlah kejanggalan.

2.2.5.3 Pendekatan Klasik

Tinjauan atas pendekatan klasik terhadap pengurangan pencurian, kecurangan, dan penggelapan sangat membantu dalam mengembangkan program pencegahan dan  pengendalian kecurangan yang efektif. Berikut adalah beberapa pendekatan klasik:

 Pendekatan direktif bersifat konfrontatif dan otoriter.  Pendekatan pencegahan.

 Pendekatan detektif.

 Pendekatan observasi bergantung pada observasi fisik aset dan karyawan.  Pendekatan investigatif menindaklanjuti ketidaksesuaian.

(24)

Pencurian karyawan dapat tetap terjadi bahkan jika entitas mengadopsi semua  pendekatan klasik ini. Dua jenis kecurangan selalu dapat terjadi yaitu kolusi antara dua orang dan manajemen mengabaikan kontrol. Selain itu, sifat kecurangan ini dapat  berlanjut dalam skala besar tanpa terdeteksi. Dalam kasus ini, pendekatan klasik yang dilakukan adalah pendekatan detektif yaitu pelaksanaan audit. Tahapan pelaksanaan ini dilakukan oleh BPK saat melaksanakan audit investigasi terhadap proyek Hambalang. Tahapan tersebut terdiri dari:

a. Perencanaan

Tim Audit Investigasi kasus Hambalang haruslah terdiri dari auditor-auditor yang  berkompeten dan paham mengenai peraturan terkait pelaksanaan proyek seperti: keputusan hak pakai, lokasi dan site plan, izin mendirikan bangunan, teknis, kontrak tahun jamak, pelelangan, pencarian anggaran, dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.Tim Investigasi harus menentukan jenis-jenis penyimpangan yang terjadi, sebab-sebab penyimpangan, modus operandi, pihak-pihak yang terlibat, unsur-unsur kerjasama,dan estimasi besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus ini.

b. Pelaksanaan

Bukti audit ini dapat diperoleh Tim Audit Investigasi melalui observasi, inspeksi, konfirmasi, analisa, wawancara, pemeriksaan bukti tertulis, review analitis,  perhitungan kembali, penelusuran, dll.

c. Pelaporan

Dugaan pelanggaran terjadi karena adanya kesalahan dalam prosedur pelaksanan dan pemenuhan syarat protokoler dalam mengeluarkan surat keputusan padahal pihak yang berwenang menyetujui belum melakukan pengujian maupun persetujuan. Pihak yangberwenang pun dinilai melakukan pembiaran bawahannya melakukan  pelanggaran.

2.2.5.4 Ukuran Pencegahan Lainnya

Di luar langkah-langkah pencegahan umum, langkah-langkah pencegahan khusus dapat digunakan untuk meminimalkan kecurangan. Karyawan kunci perlu menjadi objek tindakan pencegahan dan pencegahan kecurangan. Suatu entitas harus mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan yang tepat yang akan membuat karyawan bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.

a. Audit Reguler

Jika auditor menggunakan beberapa alat audit yang efektif dan teknik untuk mencari kecurangan secara agresif, maka hal itu akan berfungsi sebagai langkah

(25)

 pencegahan. Kunci untuk efektivitas audit kecurangan reguler adalah mengidentifikasi, meninjau, dan menganalisis anomali. Hasil audit reguler kasus Hambalang adalah sebagai berikut.

 Laporan audit investigasi kasus Hambalang dilakukan dua tahap. Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) kasus Hambalang tahap I dilakukan pada 30 Oktober 2012.

 Dalam LHP tahap I, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan

terhadap peraturan perundang-undangan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan tahun jamak, proses pelelangan, proses pelaksanaan konstruksi, dan dalam proses pencarian uang muka yang dilakukan pihak terkait dalam pembangunan Hambalang yang mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara sekurang-kurangnya Rp 263,66 miliar.LHP tahap I dan II merupakan satu satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya secara komprehensifmenyajikanberbagaidugaanpenyimbangan dan/atau  penyalahgunaan wewenang dalam pembangunan Hambalang.

 Dalam LHP tahap II, BPK menyimpulkan terdapat indikasi penyimpangan

dan/atau penyalahgunaan wewenang yang mengandung penyimpangan yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam pembangunan proyek Hambalang. Penyimpangan wewenang itu terjadi pada proses pengurusan hak atas tanah,  proses izin pembangunan, proses pelelangan, proses persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pembayaran, dan aliran dana yang di ikuti dengan rekayasa akuntasi dalam proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3 SON), Hambalang. Dalam LHP tahap II ini BPK kembali menemukan adanya penyimpangan dalam proses pengajuan dan kerugian negara mencapai Rp471 miliar. Berikut kesimpulan LHP tahap II BPK soal Hambalang:

- Permohonan persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenpora kepada Menteri Keuangan atas proyek pembangunan P3 SON Hambalang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam  peraturan yang berlaku, sehingga selayaknya permohonan tersebut

tidak dapat disetujui Menteri Keuangan.

- Pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan rekayasa pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu dalam

(26)

 proses pemilihan rekanan pelaksana proyek pembangunan P3 SON Hambalang.

- Pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi AMDAL maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) terhadap proyek pembangunan P3 SON Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya studi AMDAL seharusnya terlebih dahulu sebelum mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor, namun tidak  pernah dipenuhi oleh Kemenpora.

- Terkait dengan persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, BPK juga menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan  No 56/2010 yang diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

 Permohonan persetujuan tahun jamak dari Kemenpora kepada Menteri

Keuangan atas proyek Pembangunan Hambalang tidak memenuhi  persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku,

sehingga sudah seharusnya permohonan tersebut ditolak.

b. Pengendalian Internal

Aspek tekanan dan rasionalisasi terjadi dalam pikiran seseorang dan sulit untuk diamati secara langsung. Kegiatan pengendalian khusus dapat membatasi kesempatan untuk melakukan kecurangan dan lebih mudah diamati. Dengan demikian, lingkungan  pengendalian khususnya aktivitas pengendalian anti kecurangan dapat berlaku sebagai

tindakan pencegahan preventif.Secara historis, kelemahan paling umum berkaitan dengan kecurangan dalam aktivitas kontrol adalah pemisahan tugas yang tidak memadai dan tidak terpantau. Kontrol internal lainnya termasuk:

 Prosedur otorisasi yang tepat;

 Dokumentasi yang memadai, catatan, dan jejak audit;  Kontrol fisik atas aset dan catatan;

 Pemeriksaan independen terhadap kinerja;  Pemantauan kontrol.

Berdasarkan hasil audit reguler tersebut, kontrol internal yang dapat dilakukan dalam kasus ini antara lain :

(27)

 Prosedur otorisasi yang tepat. Penyimpangan wewenang yang terjadi pada

 beberapa proses perizinan dan pencairan dana harusnya diotorisasi tidak saja oleh satu orang tetapi dilakukan otorisasi berlapis agar celah-celah  penyimpangan dapat diminimalisir.

 Kontrol fisik atas aset dan catatan. Pihak Kemenpora selaku pemilik

 proyek harusnya melakukan studi AMDAL maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup)terhadap proyek Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratanstudi AMDAL seharusnya dilakukan terlebih dahulu sebelum mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor.

(28)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Motif terjadinya kasus Hambalang karena adanya 1) tekanan atau dorongan (motivasi) Anas Urbaningrum untuk menjadi ketua partai Demokrat, 2) adanya kesempatan pada pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga  Nasional (P3SON), dimana terdapat kemudahan dalam otorisasi transaksinya, 3) rasionalisasi, Anas urbaningrum berusaha membenarkan atas tindakan yang salah dengan memberikan alasan-alasan yang masuk akal untuk kepentingan partai. Para pelaku kasus Hambalang diantaranya Muhammad Nazarrudin, Anas Urbaningrum, Andi Alfian Mallarangeng, Wafid Muharram, Deddy Kusdinar, Andi Zulkarnain Mallarangeng.

Dalam kasus Hambalang, fraud yang terjadi dikategorikan sebagai skema korupsi. Kerugian negara yang timbul karena kasus ini sangat nyata dan pasti jumlahnya akibat melanggar hukum yaitu kerugian sebesar Rp 463,67 miliar. Red flags  pada kasus Hambalang dimulai dari perubahan anggaran, kondisi tanah yang rawan longsor tetapi tetap dipilih sebagai lokasi, pengurusan sertifikasi tanah yang cepat. Pencegahan agar tidak terjadi kasus yang sama seperti Hambalang diantanya, menciptakan budaya anti fraud   dalam organisasi, melakukan pengendalian internal yang ketat, dengan mengaplikasikan persepsi detektif yang terdiri dari pengawasan, tips anonim, audit

 surprise, penegakan etika, dan tangka aku jika bisa.

3.2. Saran

Berdasarkan hasil kerja kelompok, penyusun mencoba menyampaikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat, diantara:

1) Hendaknya organisasi mengawasi unit organisasi yang dipimpin yang  bertanggung jawab karena dengan pengawasan yang efektif fraud dapat dicegah. 2) Mengetahui red flags  pada setiap aktivitas, agar kasus yang sama tidak terjadi

dalam waktu yang berbeda.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Singleton, TM and Singleton, AJ, 2010, Fraud Auditing and Forensic Accounting , 4th ed., New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. (SS)

Internet:

Laporan Tahunan KPK Tahun 2011, diunduh pada https://www.kpk.go.id/publikasi/laporan-tahunan, 5 Mei 2018 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/30/m4tr36-menpora-ungkap asal-muasal-proyek-hambalang, 4 Mei 2015 http://makalahpendidikan.blogdetik.com/berita-terbaru-kasus-hambalang-kpk-gali-informasi-soal-uang-ke-kongres-demokrat/, 4 Mei 2015 http://rimanews.com/read/20120531/64337/inilah-sejumlah-kejanggalan-dalam-proyek-hambalang, 4 Mei 2015 http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/05/30/m4tsxh-uang-negara-yang-ikut-amblas-di-proyek-hambalang-rp-753-m, 4 Mei 2015 http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/05/30/m4u7ta-dipertanyakan-penentuan-lokasi-proyek-hambalang-di-bogor , 4 Mei 2015 http://web.inilah.com/read/detail/1869211/kpk-hati-hati-sikapi-lha-ppatk-tentang-hambalang, 4 Mei 2015 http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/kpk-harus-ungkap-tuntas-kasus-mega-korupsi-hambalang/, 4 Mei 2015 http://www.antaranews.com/berita/314480/dana-proyek-hambalang-ternyata-rp25-triliun, 4 Mei 2015

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pidana tambahan pembayaran uang pengganti dalam perkara korupsi adalah untuk menekan kerugian negara akibat korupsi, banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk

van Dijk, membantu peneliti untuk memahami wacana yang terdapat, dalam naskah laporan investigasi majalah Tempo , tentang kasus korupsi megaproyek sarana

Tujuan umum penelitian ini ialah memaknai wacana pada pemberitaan kasus korupsi Hambalang, menyangkut representasi Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono yang

Pengurus, masing-masing atau bersama-sama, bertanggung jawab secara pribadi atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan Dana Pensiun akibat tindakan Pengurus yang melanggar

Perilaku fraud dalam kasus korupsi yang dilakukan oleh Kepala Daerah Kutai Kartanegara periode 2010-2021 dipengaruhi oleh ketiga elemen dari fraud triangle yang

Negara Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”, Skripsi ini hanya membahas pada tinjauan yuridis terhadap uang penggantian kerugian negara dalam tindak pidana korupsi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada media online VIVAnews dalam berita kasus dugaan korupsi Andi mallaranggeng dalam

Tujuan pidana tambahan pembayaran uang pengganti dalam perkara korupsi adalah untuk menekan kerugian negara akibat korupsi, banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk