• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Laksana Gizi Buruk 2_2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tata Laksana Gizi Buruk 2_2013"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

CETAKAN KETUJUH 2013 (EDISI REVISI)

(5)

Sumber Foto :

Training course on the Management of Severe Malnutrition WHO Foto no : 26, 27, 28, 29

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Setiap kenaikan atau penurunan secara

tiba-tiba.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

karena akan memperberat kelainan pada mata serta  jangan

Segera rujuk ke dokter mata (jangan ditambahkan preparat yang mengandung “kortikosteroid”

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

Teruskan terapi TB rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut

Berat Badan

(kg)

2 bulan

RHZ (75/50/150)

4 bulan

RH (75/50)

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 32

1 tablet

2 tablet

3 tablet

4 tablet

1 tablet

2 tablet

3 tablet

4 tablet

(26)

Pada anak penderita gizi buruk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria atau ada riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi malaria

agar diperiksa tanda/gejala klinis malaria, sebagai berikut :

Apabila ditemukan hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan pemeriksaan darah malaria (dengan mikroskop atau dengan uji reaksi cepat/Rapid Diagostic Test/RDT) Anak Gizi Buruk yang menderita malaria berat (malaria serebral), segera ditransfusi dengan packed red cell 10 ml/kgBB/3-4 jam, tidak diberikan furosemid sebelum transfusi, karena penderita malaria umumnya terjadi hipovolemia. Obat anti malaria diberikan secara intravena.

Pemberian Fe atau sirup besi tetap setelah 2 minggu (Fase Rehabilitasi), namun harus diperhatikan bahwa anemia pada penderita bukan karena kurang Fe tetapi karena pecahnya sel darah merah (hemolisis).

Obat antimalaria Primakuin tidak boleh diberikan pada anak umur kurang dari 1 tahun. Untuk pemberian Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) perlu dijelaskan pada ibu agar mengamati anak selama 30 menit sesudah pemberian ACT. Jika dalam waktu 30 menit anak muntah, ulangi pemberian ACT dan ibu diminta kembali ke Puskesmas/ Rumah Sakit untuk mendaptkan tablet tambahan/pengganti. Selain itu dijelaskan kemungkinan timbul gatal-gatal setelah pemberian obat.

ACT yang dipakai adalah kombinasi Artesunat - Amodiakuin diberikan sekaligus. Bila tidak diberikan sekaligus maka jarak pemberiannya tidak boleh lebih dari 30 menit, karena akan mempengaruhi kerja obat. Amodiakuin lebih dahulu diberikan, baru kemudian Artesunat.

Untuk dosis Artesunat dan Amodiakuin dianjurkan dihitung berdasarkan berat badan. Untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh, dapat diberikan parasetamol terutama pada anak yang demam tinggi (suhu 38,5 C) atau nyeri telinga.

demam (teraba panas, suhu 37,5 C atau lebih) menggigil dan berkeringat

renjatan (syok) kaku kuduk atau kejang kesulitan nafas ikterik  perdarahan

(27)
(28)
(29)

Pengobatan malaria vivaks lini kedua

1 2 3 4 - 14 Klorokuin Primakuin Klorokuin Primakuin Klorokuin Primakuin Primakuin 1/4 -1/4 -1/8 -1/2 -1/2 -1/4 -1 1/2 1 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1/2 3 1 1/2 1 1/2 1 1/2 1 1/2 3-4 2 3-4 2 2 2 2

Plasmodium falciparum tanpa komplikasi

dengan Artesunat - Amodiaquin

H 1 *Artesunate **Amodiaquine Primaquin *Artesunate **Amodiaquine *Artesunate **Amodiaquine 1 1 3/4 H 2 H 3 1 1 1 1 2 2 11/2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 - 3 4 4 4 4 *) Artesunate adalah 4 mg/KgBB per hari

**) Amodiaquine : dosis 10 mg/KgBB per hari

Pengobatan malaria vivaks/ malaria ovale resisten klorokuin

H I - 7 H I - 14 Kina Primakuin *) -*) -3 x1/2 1/4 3 x 1 1/2 3 x 11/2 3/4 3 x 3 1

Dosis berdasarkan berat badan:

- Kina 30 mg/ kgBB/ hari (dibagi 3 dosis) - Primakuin 0,25 mg/kgBB

Pengobatan Malaria Falciparum tanpa komplikasi dengan

Dihydroartemisinin Piperaquin (DHP)

1

DHP

1/4

Hari Jenis obat  Jumlah tabl et per har i menurut kelompok umu r 

0 - 1 bulan 2 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun Primakuin DHP -1/4 1/2 1 1,5 2 3-4 3/4 - 11/2 2 2-3 2 3-4 1/2 1 1,5 2-3 Dihydroartemisinin: 2 - 4 mg/kgBB Piperaquin : 16 - 32 mg/kgBB Primakuin : 0,75 mg/kgBB

Pengobatan Lini 2:

Plasmodium falciparum tanpa komplikasi

Alternatif 

Obat

Hari

I

II

III

IV

V

VI

VII

2

Kina

Tetracycline 250 mg

Primakuin

Kina

Doxycycline

Primakuin

2

3 x 2

4 x 1

3

3 x 2

2 x 1

3

3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-3 x 2

4 x 1

-3 x 2

2 x 1

-*) Bumil dan anak < 8 tahun tidak diberikan tetrasiklin/doxyklin.

Hari Jenis obat  Jumlah tabl et per ha ri menurut kelompok umu r 

1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th

(30)
(31)

Pengobatan malaria vivax dengan (ACT Artesunat + AMODIAKUIN atau DHA+PIPERAKUIN

Hari 1-3

AMO/ DHP

Har i Je nis o bat  Jumlah tab let per ha ri menurut kelompok umur 

0 - 1 bulan 2 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun 1/4 1/2 1 1,5 2 3-4 Hari 1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1 Dihydroartemisinin: 2 - 4 mg/kgBB Piperaquin : 16 - 32 mg/kgBB Primakuin : 0,25 mg/kgBB

Pengobatan lini kedua plasmodium vivaks atau ovale

Hari-7

Hari Jenis obat  Jumlah tab let per ha ri menurut kelompok umur 

0 - 1 bl 2 - 11 bl 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th

*) Dosis berdasarkan berat badan : - Kina 30 mg/kgBB/hari (dibagi 3 dosis) - Primakuin 0,25 mg/kgBB, dosis tunggal Hari-14 Kina Primakuin *) -*) -3 x1/2 1/4 3 x 1 1/2 3 x 11/2 3/4 3 x 2 1 Pengobatan lini 1 : MALARIA BERAT Di RS atau rawat inap:

- Artesunate injeksi intra vena: H ar i 1 : 2, 4 mg /K gB B/h ar i Hari II-VII : 2,4 mg/KgBB/hari

- Bila sudah bisa minum dilanjutkan dengan obat ACT selama 3 hari. Dilapangan:

- Artemer injeksi intra muscular: H ar i 1 : 3, 2 m g/K gBB /h ari Hari II-V : 1,6 mg/KgBB/hari

- Bila sudah bisa minum dilanjutkan dengan obat ACT selama 3 hari. Pengobatan lini 2 : MALARIA BERAT Di RS atau rawat inap:

- Kina HC1 25 % yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 % atau Dextrosa 5 % diberikan per infus dengan dosis :

10 mg/KgBB/4 jam setiap 8 jam Total dosis kina 30 mg/KgBB/24 jam Di lapangan:

- Kina HC1 25 % yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 % atau Dextrosa 5 % diberikan intra muscular:

10 mg/KgBB/4 jam setiap 8 jam Total dosis kina 30 mg/KgBB/24 jam

Bila bisa minum obat dilanjutkan dengan Kina tab. + Doxy/tetra kapsul selama 7 hari

1. Pemeriksaan follow up/pemantauan untuk setiap penderita dengan konfirmasi laboratorium positif: penderita difollow up untuk diperiksa ulang sediaan darahnya. Untuk plasmodium faksiparum dan vivaks pada hari ke 3, 7, 14, 28 dan plasmodium vivaks sampai akhir bulan ketiga.

2. Apabila penderita hari ke 4 setelah pengobatan lini pertama penderita tetap demam, ataupun gejala klinis berkembang menjadi lebih berat lakukan pemeriksaan sediaan darah secara laboratorium (tidak dianjurkan pemeriksaan dengan RDT), apabila masih ditemukan parasit maka pengobatan diganti ke lini kedua sesuai dengan jenis plasmodiumnya

3. Bila ada 1 atau lebih tanda-tanda bahaya selama pengobatan, penderita segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis dan penanganan selanjutnya (bila tempat rujukan sulit dicapai, penderita diberikan 1 dosis kina parenteral 10 mg/ kg BB IM.

4. Tanda-tanda bahaya tersebut adalah: a. tidak dapat makan/ minum b. tidak sadar

c. kejang d. muntah berulang

e. sangat lemah (tidak dapat duduk/ berdiri)

PENCEGAHAN

Salah satu tindakan pencegahan gigitan nyamuk penular malaria untuk anak dan ibu hamil adalah dengan tidur menggunakan kelambu. Dianjurkan adalah kelambu berinsektisida tahan lama (Long Lasting Insectisida Nets/LLIN). Disamping itu tindakan pencegahan lain adalah dengan pemasangan kassa nyamuk, pemakaian lotion anti nyamuk, memakai pakaian tertutup, penyemprotan dan lain-lain.

Sumber :

Buku Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, 2008 Untuk Pengobatan Malaria Berat dilihat pada buku “ Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia “ (Ditjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 2008 )

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria dan apabila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Obat anti malaria yang dipakai untuk Profilaksis adalah Doxycycline.

Doksisiklin diminum 1-2 hari sebelum ke daerah endemis malaria sampai dengan 1-2 minggu setelah kembali (maksimal 12 minggu) dan tidak boleh diberikan kepada anak usia < 8 tahun dan ibu hamil.

(32)
(33)

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV

Anak dengan pajanan HIV

Penilaian kemungkinan infeksi HIV

Dengan memeriksa:

-

Lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisik serta evaluasi bila anak mempunyai

tanda dan gejala infeksi HIV atau infeksi

oportunistik 

-

Lakukan pemeriksaan dan pengobatan

yang sesuai

Status penyakit HIV pada ibu

Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV

Cara kelahiran dan laktasi

Identifikasi kebutuhan untuk 

ART dan kotrimoksazol untuk 

mencegah PCP (prosedur IX).

Identifikasi kebutuhan anak 

usia > 1 tahun untuk meneruskan

kotrimoksazol.

Lakukan uji diagnostik HIV

Metode yang digunakan tergantung

usia anak (prosedur II)

Anak sakit berat, pajanan HIV tidak 

diketahui, dicurigai terinfeksi HIV

Identifikasi faktor risiko HIV:

- status penyakit HIV pada ibu

- transfusi darah

- penularan seksual

- pemakaian narkoba suntik 

- cara kelahiran dan laktasi

- Lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisik serta evaluasi bila anak mempunyai

tanda dan gejala infeksi HIV atau infeksi

  oportunistik 

- Lakukan pemeriksaan dan pengobatan

yang sesuai

- Identifikasi faktor risiko dan

atau tanda/gejala yang sesuai

dengan infeksi HIV atau infeksi

oportunistik yang mungkin disebabkan

HIV

-

Pertimbangan uji diagnostik HIV dan

konseling.

-

Metode yang digunakan tergantung

usia anak (prosedur II)

-

Pada kasus status HIV ibu tidak dapat

ditentukan dan uji virologik tidak dapat

dikerjakan untuk diagnosis infeksi HIV

pada anak usia < 18 bulan, uji antibodi

HIV harus dikerjakan.

PCP = Pneumocystic Jiroveci pneumonia

Catatan:

Semua anak yang terpajan HIV sebaiknya dievaluasi oleh dokter,

bila mungkin dokter anak.

Manifestasi klinis HIV stadium lanjut atau hitung CD4+ yang rendah

pada ibu merupakan faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi

selama kehamilan, persalinan dan laktasi.

Pemberian ART pada ibu dalam jangka waktu lama mengurangi risiko

transmisi HIV.

Penggunaan obat antiretroviral yang digunakan untuk pencegahan penularan

dari ibu ke anak (prevention mother to child transmission, PMTCT) dengan

monoterapi AZT, monoterapi AZT+ dosis tunggal NVP, dosis tunggal NVP saja,

berhubungan dengan insidens transmisi berturut-turut sekitar 5-10%,

3-5%, 10-20%, pada ibu yang tidak menyusui. Insidens transmisi sekitar 2 % pada

ibu yang menerima kombinasi ART*).

Transmisi HIV dapat terjadi melalui laktasi. Anak tetap mempunyai risiko mendapat

HIV selama mendapat ASI.

*) Antiretroviral drugs for treating pregnant women and preventing

HIV infection in infants in resource-limited setting: towards

universal access. Recommendations for a public health approach.

WHO 2006

Sumber :

Buku Pedoman Tatalaksana infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral

pada Anak di Indonesia, Depkes, Dirjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, 2008

(34)
(35)
(36)
(37)

STABILISASI

(hari ke 1-2)

 TRANSISI

(hari ke 3-7)

REHABILITASI

(minggu ke 2-6)

*) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberianya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100 (dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19)

(38)

(Buku 1 - hal. 23-24) Buku II - hal. 20) LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku 1 - hal. 23-24) Buku II - hal. 20) LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku 1 - hal. 23-24) Buku II - hal. 20) LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku 1 - hal. 25) Buku II - hal. 20) LIHAT TABEL PEDOMAN F-100 Hari 1 _ 2 Hari 3 _ 7 Stabilisasi  Transisi F-75/ modifikasi ASI F-75/ modifikasi ASI F-75/ modifikasi ASI F-100/ modifikasi ASI 12X Bebas 8X Bebas 6X Bebas 6X Bebas Rehabili-tasi BB < 7 kg BB > 7 kg Minggu 2 _ 6 F-100/modifikasi ASI Makanan bayi/ makanan lumat Sari buah Ditambah F-100/modifikasi ASI Makanan anak / makanan lunak  Buah D i t a m b a h 3X Bebas 3 x 1 porsi 1X 3X Bebas 3 x 1 porsi 1 - 2 x 1 buah 90 -100 -100 -100 -150 -175

-4 kg 6 kg 8 kg 10 kg

Contoh :

Kebutuhan energi seorang anak dengan berat badan 6 kg pada fase rehabilitasi adalah : 6 kg x 200 Kkal/kgBB/hr = 1200 Kkal/hr

Kebutuhan energi tersebut dapat dipenuhi dengan :

F-100 : 4 x 100 cc

Makanan bayi/ lumat 3 x

Sari buah 1 x 100 cc

4 x 100 Kkal

3 x 250 Kkal

1 x 45 Kkal

 Total

400 Kkal

750 Kkal

  45 Kkal +

1195 Kkal

=

=

=

=

FREKUENSI LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku I - hal. 23-14) Buku II - hal. 20 LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku I - hal. 23-24) Buku II - hal. 20 LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku I - hal. 23-24) Buku II - hal. 20 LIHAT TABEL PEDOMAN F-75 (Buku I - hal. 25) Buku II - hal. 20 Ditambah

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

1 Sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml

1 Sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml

air matang untuk bahan pembuatan 1

(44)
(45)

Susu Skim

bubuk (g)

Susu full

cream (g)

Susu sapi

segar (ml)

Gula pasir (g)

 Tepung

beras (g)

 Tempe (g)

Minyak 

sayur (g)

Margarin (g)

Larutan

Elektrolit (ml)

 Tambahan air

s/d (ml)

-35

-70

35

-17

-20

1000

F75 I

-110

-50

-30

-20

1000

F100  TRANSISI & REHABILITASI

Catatan : Formula 75 dengan tepung mempunyai osmolaritas lebih rendah sehingga lebih tepat untuk anak yang menderita diare.

Susu skim bubuk 

Gula pasir

Minyak sayur

Larutan

Elek-trolit

 Tambahan air s/d

g

g

g

ml

ml

25

100

30

20

1000

80

50

60

20

1000

Bahan Makanan Per 1000 ml F 75 F 100

25

70

27

20

1000

F 75 DENGAN  TEPUNG

Kkal

g

g

mmol

mmol

mmol

mg

mg

-mosm/I

750

9

13

36

6

4,3

20

2,5

5

36

413

1000

29

42

59

19

7,3

23

2,5

12

53

419

Energi

Protein

Laktosa

Kalium

Natrium

Magnesium

Seng

 Tembaga (Cu)

% Energi Protein

% Energi Lemak 

Osmolaritas

 Tepung Beras

g

35

F75 II

-300

70

35

-17

-20

1000

(46)
(47)

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix. Kemudian masukkan susu full cream sedikit demi

sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Tambahkan air hangat sedikit

demi sedikit sambil diaduk sampai homogen sehingga mencapai 1000 ml.

Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak dulu selama 4 menit.

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix, kemudian masukkan susu skim sedikit demi

sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan dengan air hangat

sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi

1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum. Masak selama 4 menit, bagi

anak yang disentri atau diare persisten.

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix, kemudian masukkan susu skim sedikit demi

sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan dengan air

hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen volume

menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak dulu

selama 4 menit.

1. Agar formula WHO lebih homogen dapat digunakan blender.

2. Pada pemberian melalui NGT, tidak dianjurkan untuk diblende r, karena

dapat menimbulkan gelembung udara.

Catatan :

Formula WHO 100 Modifikasi :

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix, kemudian masukkan susu skim dan tepung sedikit

demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Tambahkan air sedikit

demi sedikit sambil diaduk sampai homogen sehingga mencapai 1000 ml

dan didihkan sambil diaduk-aduk hingga larut selama 5-7 menit.

Formula WHO 75 Modifikasi (1, II,) :

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix. Kemudian masukkan full cream/ susu segar dan

tepung sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel.

 Tambahk an air sedi kit dem i sed iki t samb il dia duk samp ai hom ogen

sehingga mencapai 1000 ml dan didihkan sambil diaduk-aduk hingga larut

selama 5 - 7 menit.

(48)

1½ resep 1 resep 2 resep 2 resep 2 resep 2 resep 2 resep 2 resep 2 resep 3 resep 3 resep 3 resep 3 resep 3 resep 2 resep 2 resep 3 resep 4 resep 4 resep 4 resep 5 resep 6 resep 5 resep 1½ resep 1½ resep 2½ resep 2½ resep 2½ resep 2½ resep 2½ resep 2½ resep 2½ resep 4½ resep 2½ resep 1½ resep 1½ resep 1½ resep 1½ resep 1½ resep 1½ resep 1½ resep 3½ resep 4½ sdm. 7½ sdm. 1½ sdm. 1¼ sdm ¼ sdm

(49)

1½ 10½ 10½ 1½ 1½ 1½ ¼ 1½ 2¼ 3 ¾ 4½ 2 ½ 1 ½

(50)

½

(51)
(52)

1 ½ 1 ½ 2 ¼ 6 ¼ 1½ 1½ 1½ 2½ 7 ½ 2 ½ 1 ½ 2¼ 3¾ 3 ¾ 2 ½ 2 ½ 2 ½ 1 ½ 2 ½

(53)
(54)

2 ½ 2 ½ 1 ½ ½ 17 ½ 1 ¼ 6 ¼ 6 ¼ 1 ½ ¾ 3 ¾ 2 ½ 1 ¼ 2 ½ 1 ½ 3 ½ 3 ½ 2 ½ 1 ¾ 1 ½ jam. ½ 2 ½

(55)
(56)

½ 2 ½ 1½ 2½ 4 ½ 4 ½ 13 ½ 1 ½ 1 ¼

(57)
(58)

1 ½

3 ½

1 ½

7 ½

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

PEMBERIAN MAKANAN : Berikan F-75 sesegera mungkin (apabila anak sudah rehidrasi, ukur BB anak sekali lagi sebelum menentukan jumlah makanan).

BB baru : kg

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

T o t a l

Nama :

Nama Orang tua :

 Jenis Kelamin : L / P Alamat :

Umur : Tgl. Masuk Rumah Sakit : Pukul : Nomer Register RS :

Tanggal :

Jenis Makanan :

Frekuensi Pemberian :

Jumlah Pemberian :

ml/pemberian

 Jam a. Jumlah yang diberikan (ml)

b. Jumlah pemberian lewat mulut (ml) (a. - jumlah sisa di tempat pemberian)

c. Jumlah pemberian lewat NGT,  jika diperlukan (ml)

d. Perkiraan Jumlah yang dimuntahkan (ml)

e. Berak Cair (jika ada, volume dan

frekuensi/hari)

b.

c.

d.

Total

ya

: _

Total Volume selama 24 jam=

 jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NGT (c) - total jumlah yang dimuntahkan (d) = ml

Total volume selama 24 jam yang dirujuk maksimal : 1540 ml dan minimal : 1050 ml (lihat petun juk pemberian F-100 pada Buku 1 hal. 25) 

(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

   0    8 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5    0    8 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5    0    8 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5   X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    X    0    8 .    3    0    2    5   8   8    T    i    d  a    k    1 0    T    d    k  a    d  a    3    5    0    9 .    0    0    2    8   9   0    T    i    d  a    k    d    i  a  r  e   0

   T    d    k  a    d  a    3    5    0    9 .    3    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5    1    0 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5    1    1 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    1 0    T    d    k  a    d  a    3    5    1    2 .    0    0    2    8   8   8    T    i    d  a    k    0 0   A   d  a    7   5    7    5    7    5    7    5    7    5    1    3 .    0    0    2

   5   9   0   Y  a    0 0   A   d  a   7   0    1    4 .    0    0    2    5   8   9    T    i    d  a    k    0 0    A    d  a    1    5 .    0    0    2    5   9   0   Y  a    0 0    A    d  a   0    0    7    0    1    6 .    0    0    2    5   9   0   Y  a    0 0    A    d  a    1    7 .    0    0    2    5   8   9    T    i    d  a    k    d    i  a  r  e   0   A   d  a    1

   8 .    0    0

   2

   8   8   8   Y  a    0 0   A   d  a    1    9 .    0    0    2    8   8   8   Y  a    0 0    A    d  a    2    0 .    0    0    2

   8   8   8   Y  a    0 0   A   d  a

   0    8 .    3    0    2    5   8   8    T    i    d  a    k    1 0    T    d    k  a    d  a    3    5    0    9 .    0    0    2    8   9   0    T    i    d  a    k    d    i  a  r  e   0

   T    d    k  a    d  a    3    5    0    9 .    3    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5    1    0 .    0    0    2    5   9   0    T    i    d  a    k    0 0    T    d    k  a    d  a    3    5      A   w     a      l      3      0      6      0      9      0      1      2      0      1      2      3      4      5      6      7      8      9      1      0      A   w     a      l      3      0      6      0      9      0      1      2      0      1      2      3      4      5      6      7      8      9      1      0      A   w     a      l      3      0      6      0      9      0      1      2      0      1      2      3      4      5      6      7      8      9      1      0

(83)

     X      X      X      X      X      X      X      X      X      X

(84)
(85)

   0    8 .    0    0    2    5    8    5    1    1    0    0    8 .    0    0    2    5    8    5    1    1    0    1    2 .    0    0    2    5    8    5    1    1    0    1    6 .    0    0    2    7    8    4    1    1    0    2    0 .    0    0    2    5    8    5    1    1    0    2    0 .    0    0    2    5    8    5    1    1    0    0    4 .    0    0    2    4    8    3    1    1    0    C    A    T    A    T    A    N   :    T  a    b  e    l    7    i  n    i    h  a   r   u   s    d    i  p  a    d  u    k  a   n    d  e   n   g   a   n    k  a   r   t   u   c   a   t   a   t   a   n   p   e   r   n   a    f  a  s   a   n ,    d  e   n   y   u   t   n   a    d    i    d  a   n   s   u    h  u   t   u    b  u    h  p   a    d  a   h a   l a m  a  n   3   1  -  3   2    d  a   n    F  o   r   m    C  a   t   a   t   a   n    A  s   u   p   a   n    M   a    k  a   n   a   n    S  e    l  a  m   a    2    4    J  a  m   p   a    d  a   h a   l a  m  a  n   3   7  -  4   0   1   4   ) .

(86)
(87)
(88)

   1 2 3 4 5 6 7 8 9   1   0   1   1   1   2   1   3   1   4   1   5   1   6   7   1   1   8   1   9   2   0   2   1   2   2   2   3   2   4   5   2   2   6   2   7   2   8   2   9   3   0   3   1   3   2   3   3   3   4   3   5   3   6   3   7   3   8   3   9   4   0    N  a   s    i    J  a  g   u   n   g    M    i  e    R  o    t    i    B    i  s    k  u    i    t    /  r  o    t    i    k  e  r    i  n  g    K  e   n    t  a  n   g    S    i  n  g    k  o   n   g    /  u    b    i    T  e  m   p   e    /    t  a    h  u    O  n   c   o   m    K  a   c   a   n   g    k  e  r    i  n  g    A  y   a   m    D  a   g    i  n  g   s   a   p    i    D  a   g    i  n  g    d    i  a  w   e    t    B  a    k  s  o    I    k  a  n    b  a  s   a    h    I    k  a  n   a   s    i  n    U    d  a  n   g   s   e   g   a   r    T  e    l  u  r   a   y   a   m    /    b  e    b  e    k    S  a  y   u   r   a   n    h    i    j  u  a    S  a  y   u   r    k  a  c   a   n   g   a   n    S  a  y   u   r    t  o  m   a    t    /  w  o   r    t  e    l    S  a  y   u   r    l  a    i  n    P    i  s  a   n   g    P  e  p   a   y   a    J  e  r   u    k    B  u   a    h  s   e   g   a   r    l  a    i  n    B  u   a    h  a   w   e    t    S  u  s   u   s   e   g   a   r    S  u  s   u    k  e  n    t  a    l  m   a   n    i  s    T  e  p   u   n   g   s   u   s   u   w    h  o    l  e    T  e  p   u   n   g   s   u   s   u   s    k    i  m    E  s    k  r    i  m    K  e    j  u    M    i  n  y   a    k  g   o   r   e   n   g    K  e    l  a  p   a    /  s  a   n    t  a  n    M  a   r   g   a   r    i  n    /  m   e   n    t  e  g   a    T  e    h  m   a   n    i  s    /  g  u    l  a    K  u   e    b  a  s   a    h    S    i  r  o   p    M    i  n  u   m   a   n    b  o    t  o    l  r    i  n  g   a   n

(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)

Cucilah tan gan sebelum menyiapkan mak anan anak. Gunakan bahan makanan yang baik dan aman, peralatan  masak yang bersih dan cara m emasak yang benar.

 Jika masih mendapatkan ASI, berikan lebih seringdan lebih lama, siangdan malam,  Jika anak mendapatkan susu selain ASI :

- gantikan dengan meningkatkan pemberian ASI atau

- gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah tempe

- Jangan diberi susu kent al man is.

(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)

  p   a    d  a   m   a   t   a    k    i  r    i .

(103)
(104)
(105)
(106)

Referensi

Dokumen terkait

jumlah balita gizi buruk yang mengalami peningkatan berat badan setiap bulan pemberian PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan tahun

Republik Indonesia pada tahun 2007.. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005, sebanyak 25.735 balita berstatus gizi buruk. Kabupaten

8 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk sehingga pada saat pelaksanaan memiliki tujuan dan hasil pasti, untuk mewujudkannya melalui

Skripsi dengan judul Hubungan Asupan Makan Dengan Kadar Gula Darah Dan Perubahan Berat Badan Pasien Anak Gizi Buruk (Kajian Pustaka) adalah benar karya saya sendiri atau bukan

kesehatan pemerintah, jumlah dan nilai ekonomi air susu ibu, produktivitas kerja, masalah ekonomi bangsa. Gizi buruk merupakan suatu penyakit yang multikausal atau tidak

Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian kasus gizi buruk ini, kondisi lokasi yang satu tidak selalu.. sama dengan kondisi yang lain, mungkin karena faktor geografis

Tabel 4 dan Gambar 1 menunjukkan risiko relatif pada kelompok anak gizi buruk dengan penyakit infeksi dan kelompok gizi buruk dengan penyakit non infeksi didapatkan

Hasil Predictor Importance Data diatas menghasilkan faktor penentu prediksi terjadinya kasus balita gizi buruk di provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain Obesitas sangat