• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN

AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS

GIANYAR I TAHUN 2012

I Ketut Purnajaya¹, Ni Ketut Rusminingsih², I Nyoman Sujaya³

Abstract: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a contagious disease that is becoming

a health problem in the world especially in developing countries, including Indonesia. In the region of UPT Kesmas Gianyar I from January until October 2012 there have been 35 cases. The purpose of this research is to know the influence of shelter clean water characteristic which include the amount of water countainers, the volume of water countainers, closed water countainers availability as well as the frequency of the drain to the water countainers in the event DHF in UPT kesmas Gianyar I. This research is observational method and case control analytic approach. The numbers of samples in this research are the 70 samples. The process of data collection was done with interviews and observations directly to the home of the respondent. Results of the study were tested statistically using chi-square test and followed by logistic regression test with confidence level is 95%. The results of analysis data indicates that the variables that affect DHF in the region of UPT Kesmas Gianyar I: the number of water countainers (p value = 0,017, OR = 3,244), the volume of water countainers (p value = 2,864 0,031, OR =) and the frequency of the drain clean watercountainers (p value = 0,009, OR = 3,674). Logistic regression test results showed that the frequency of the drain water countainers is the most influential variables on the happenings DBD in the region of UPT Kesmas Gianyar I with significant value = 0,027. Advised to the society in order to accustom yourself to do the 3M plus and the second to the UPT Kesmas Gianyar I and Gianyar Regency Health Office to intensify the actualization of PSN and PJB, adding jumantik and mediate of community leaders in creating rules in order to prevent and eradicate dengue hemorrhagic fever cases.

Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever Cases, Water Countainers Characteristic

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Penyakit ini adalah salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Di Kabupaten Gianyar, penyakit DBD merupakan penyakit endemis, terutama di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I. Jumlah kasus tahun 2009 mencapai 98 kasus (IR= 1,76/ 1000 penduduk ), tahun 2010 meningkat menjadi 232 kasus (IR= 4,15/ 1000 penduduk) , dan tahun 2011 menurun drastis menjadi 40 kasus (IR= 0,71/1000 penduduk ). Data sampai dengan Bulan

Oktober 2012 telah terjadi 35 kasus. (Puskesmas Gianyar I, 2012 )

Dalam penelitian ini diteliti tentang pengaruh karakteristik tempat penampungan air bersih (TPA) terhadap kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I, mengingat tempat penampungan air merupakan tempat hidup dan berkembang biaknya vektor penyakit DBD. Dilihat dari jenisnya, container/tempat penampungan air dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, TPA bukan untuk keperluan sehari –hari dan TPA alamiah (Depkes RI, 2011 ).

(2)

g

Hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan selama ini oleh petugas surveilans DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I menunjukkan bahwa di rumah kasus sering ditemukan keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti, pada tempat penampungan air yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Angka Container indek (CI) di Puskesmas Gianyar I tahun 2011 mencapai 14 % dengan angka bebas jentik (ABJ) sebesar 91 % (Puskesmas Gianyar I, 2012). Belum memenuhi syarat yang ditetapkan sebesar > 95 %.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik tempat penampungan air bersih yang dimiliki oleh setiap keluarga terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I. Sedangkan tujuan khusunya adalah mengetahui kejadian DBD, jumlah TPA yang dimiliki oleh setiap keluarga, besarnya volume TPA yang dimiliki setiap keluarga, ketersediaan tutup TPA yang dimiliki oleh setiap keluarga, frekuensi pengurasan TPA yang dilakukan oleh setiap keluarga di wilyah kerja UPT Kesmas Gianyar I, serta menganalisis pengaruh antara jumlah TPA, volume TPA, ketersediaan tutup TPA dan frekuensi pengurasan TPA terhadap kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain Case Control Study (Murti, 2003). Waktu penelitian dilakukan pada Bulan November sampai dengan Bulan Desember 2012.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 sampel yang terdiri atas 35 sampel dari kelompok kasus (penderita/keluarga penderita DBD) diambil secara total sampling, dan 35 sampel dari kelompok kontrol (tetangga penderita DBD) yang diambil secara simple random sampling. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

terhadap TPA masyarakat dan data sekunder yang didapat dari laporan di Puskesmas serta Dinas Kesehatan. Pengujian data dilakukan dengan uji Chi Square (X2) dengan tingkat kemaknaan α = 0.05, dengan daerah kritis penolakan p (probabilitas) <α. Yang dilanjutkan dengan uji regresi logistik pada tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Kejadian DBD

Dengan melihat laporan program DBD di UPT Kesmas Gianyar I, diketahui bahwa jumlah penderita DBD dari Bulan Januari sampai dengan Oktober 2012 sebanyak 35 kasus. Jumlah penderita laki-laki 68,57% dan perempuan 31,43%, dan berdasarkan kelompok umur, paling banyak terjadi pada usia produktif 21-30 tahun sebesar 34,29%. Hal ini dimungkinkan karena kaum laki-laki serta usia produktif 21-30 memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gama A.T. dan Betty F.R.. (2008), mobilitas penduduk merupakan salah satu faktor risiko penularan penyakit DBD. Berdasarkan tempat, kasus paling banyak terjadi di kelurahan Gianyar sebesar 25,71%, hal ini dimungkinkan karena di kelurahan Gianyar mobilitas penduduk terjadi sangat tinggi dan merupakan wilayah yang paling padat penduduknya dibandingkan dengan daerah lainnya. Fathi, dkk (2005), menyebutkan bahwa kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor risiko penularan penyakit DBD. Berdasarkan waktu, kasus terbanyak terjadi pada Bulan Juni sebesar 25,71%. Dengan melihat data tahun-tahun sebelumnya, Bulan Maret-Juni merupakan siklus tahunan meningkatnya kasus DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I.

b. Jumlah TPA

Prosentase keluarga yang memiliki TPA dengan jumlah sedikit 51,43 % dan 48,57% keluarga memiliki TPA dengan jumlah

(3)

yang dimilki oleh sebuah keluarga sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang dimiliki. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka kebutuhan air serta sarana penampungannya juga akan semakin meningkat.

Tabel 1.

Distribusi Jumlah Tempat Penampungan Air Bersih Keluarga di Wilayah Kerja UPT

Kesmas Ginyar I Tahun 2012

No

Jumlah Tempat Penampungan

Air

Kasus Kontrol Total

N % N % N %

1 Banyak 22 31,43 12 17,14 34 48,57

2 Sedikit 13 18,57 23 32,86 36 51,43

Jumlah 35 50,00 35 50,00 70 100,00

c. Volume TPA

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 50% keluarga memiliki volume TPA dalam katagori besar dan 50 % lainnya dalam katagori kecil. Besarnya volume TPA sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah TPA yang ada. Semakin banyak jumlah TPA maka kemungkinan volume TPA akan semakin besar. Disamping itu pula, besarnya volume TPA juga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga serta kelancaran sarana air bersih masyarakat terutama sambungan PDAM. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar volume air yang diperlukan, semakin sering sambungan PDAM mengalami kemacetan maka kecenderungan masyarakat untuk menampung air dalam volume besar juga semakin tinggi.

Tabel 2.

Distribusi Volume Tempat Penampungan Air Bersih Keluarga di Wilayah Kerja UPT

Kesmas Ginyar I Tahun 2012.

No

Volume Tempat Penampungan

Air

Kasus Kontrol Total

N % N % N %

1 Besar 22 31,43 13 18,57 35 50,00

2 Kecil 13 18,57 22 31,43 35 50,00

Jumlah 35 50,00 35 50,00 70 100,00

d. Ketersediaan tutup TPA

Menutup rapat tempat penampungan air merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD, karena degan menutup rapat tempat penampungan air akan dapat menghindari TPA sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. jumlah kelurga yang memiliki tutup tempat TPA pada seluruh TPA yang dimiliki atau hanya pada TPA di luar TPA kamar mandi/WC yaitu sebesar 45,71%, sisanya 54,29% adalah keluarga yang memiliki TPA tanpa tutup pada seluruh tempat penampungan airnya. Ketersediaan tutup TPA sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan dari air yang disimpan dalam TPA. Untuk TPA di kamar mandi /WC, sebagian besar keluarga tidak ditemui adanya tutup. Sedangkan untuk TPA yang dimanfaatkan untuk memasak, sebagian besar sudah dilengkapi tutup.

Tabel 3

Distribusi Ketersediaan Tutup Tempat Penampungan Air Bersih Keluarga di Wilayah Kerja UPT Kesmas Ginyar I

Tahun 2012. No Ketersediaan Tutup Tempat Penampungan Air

Kasus Kontrol Total

N % N % N %

1 Tidak Tersedia 23 32,86 15 21,43 38 54,29

2 Tersedia 12 17,14 20 28,57 32 45,71

Jumlah 35 50,00 35 50,00 70 100,00

(4)

g

e. Frekuensi pengurasan TPA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang melakukan pengurasan TPA ≤ 1 minggu sekali sebesar 50%, dan yang melakukan pengurasan > 1 minggu sekali sebesar 50%. Frekuensi pengurasan yang jarang banyak ditemukan pada keluarga yang memiliki TPA dalam jumlah yang banyak, ataupun pada keluarga yang memiliki satu tempat penampungan air dengan volume besar seperti bak dari beton. Sering atau jarangnya suatu keluarga melakukan pengurasan terhadap TPA yang dimiliki dipengaruhi oleh kelancaran pasokan air bersihnya. Makin lancar pasokan air, makin sering pula frekuensi pengurasan TPA yang dilakukan.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air Bersih Keluarga

di Wilayah Kerja UPT Kesmas Ginyar I Tahun 2012. No Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air

Kasus Kontrol Total

N % N % N %

1 Sering 12 17,14 23 32,86 35 50,00

2 Jarang 23 32,86 12 17,14 35 50,00

Jumlah 35 50,00 35 50,00 70 100,00

f. Pengaruh Jumlah TPA terhadap kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebagaimana diuraikan dalam tabel 1, setelah dilakukan uji statistik, diperoleh nilai p value = 0,017 dan OR = 3,244 (95% CI=1,219-8,629).

Hal tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara statistik antara jumlah TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I. Nilai OR= 3,244 menyatakan bahwa keluarga yang memiliki jumlah TPA dalam katagori banyak memiliki risiko 3,244 kali lebih besar untuk menderita DBD dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah TPA dalam katagori sedikit.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gama A.T. dan Betty F.R. (2008) yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai kontainer > 3 buah memiliki risiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang mempunyai kontainer ≤ 3 buah.

g. Pengaruh volume TPA dengan kejadian DBD

Hasil penelitian seperti diuraikan dalam tabel 8, setelah dilakukan uji didapatkan nilai p value = 0,031 dan nilai OR=2,864 (95%, CI=1,086-7,552). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan secara statistik antara volume TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT kesmas Gianyar I. Keluarga yang memiliki volume TPA dalam katagori besar memiliki risiko 2,864 kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD dibandingkan dengan keluarga yang memiliki volume TPA dalam katagori kecil.

Hal ini sesuai dengan hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh petugas surveilans UPT Kesmas Gianyar I yang sering menemukan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di rumah penderita DBD terutama pada TPA dengan volume besar.

h. Pengaruh ketersediaan tutup TPA dengan kejadian DBD

Hasil penelitian seperti tabel 9, hasil uji bivariat menghasilkan nilai p value = 0,055 > 0,05 maka Ho diterima, yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan secara statistik antara ketersediaan tutup TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I, dengan nilai OR=2,556 (95%, CI=0,972-6,722). Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati W.E (2009), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan tutup TPA dengan kejadian DBD dengan nilai p value = 0,001.

(5)

i. Pengaruh frekuensi pengurasan TPA dengan kejadian DBD

Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa ada pengaruh antara frekuensi pengurasan TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I. Sesuai dengan data tabel 4 , setelah dilakukan uji bivariat didapat nilai p value = 0,009 dan OR=3,674 (95%, CI=1,369-9,858), yang artinya keluarga yang melakukan pengurasan TPA dalam katagori jarang memiliki risiko 3,674 kali lebih besar untuk menderita DBD dibandingkan dengan keluarga yang melakukan pengurasan TPA dalam katagori sering.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati W.E.(2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan dengan nilai p = 0,027. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi (Depkes RI, 2005).

j. Pengaruh karakteristik TPA dengan kejadian DBD

Dari hasil uji multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik, diketahui bahwa variabel frekuensi pengurasan TPA adalah variabel yang paling signifikan mempengaruhi kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I, dengan nilai signifikan = 0,027 kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan 95% bahwa karakteristik TPA secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I.

Sesuai dengan Depkes RI (2011), bahwa cara yang paling ampuh yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit DBD

adalah dengan melakukan gerakan 3M plus, yaitu menguras, menutup dan mengubur tempat – tempat penampungan air serta menghindari gigitan nyamuk. Hal ini yang belum maksimal dapat dilakukan oleh masyarakat di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I, sehingga kasus DBD di wilayah ini dari tahun ke tahun selalu lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. SIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1). Jumlah kasus DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I Bulan Januari sampai dengan Bulan Oktober 2012 sebanyak 35 kasus. 2). Keluarga di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I yang memiliki TPA dalam jumlah katagori banyak adalah sebesar 48,57 %, dan 51,43 % adalah keluarga yang memiliki TPA dalam jumlah katagori sedikit. 3). Jumlah keluarga di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I yang memilki volume TPA dalam katagori besar adalah 50 %, dan yang memiliki volume TPA dalam katagori kecil adalah 50 %. 4). Ketersediaan tutup pada TPA di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I dimiliki oleh 45,71 % keluarga, sisanya sebesar 54,29 % adalah keluarga yang tidak tersedia tutup pada tempat penampungn airnya. 5). Sebesar 50 % keluarga di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I melakukan pengurasan terhadap TPA yang dimiliki dalam katagori sering ( ≤ 1 minggu sekali), dan sebesar 50 % lainnya melakukan pengurasan terhadap TPA yang dimiliki dalam katagori jarang (> 1 minggu sekali). 6). Ada pengaruh jumlah TPA, volume TPA dan frekuensi pengurasan TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I, dengan nilai p value masing-masing secara berurutan: 0,017 , 0,031 dan 0,009 serta nilai OR masing-masing: 3,244, 2,864, dan 3,674. 7). Antara ketersediaan tutup TPA dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I tidak ada pengaruh yang bermakna secara statistik ( p value = 0,055 dan OR=2,556). 8). Karakteristik TPA mempunyai pengaruh terhadap kejadian Pengaruh Karakteristik Tempat Penampungan Air Bersih... ( Purnajaya, Rusminingsih, Sujaya)

(6)

g

DBD di wilayah kerja UPT Kesmas Gianyar I. Berdasarkan uji regresi logistik diketahui bahwa frekuensi pengurasan TPA merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD, dengan nilai signifikan =0,027

Kepada masyarakat agar membiasakan diri untuk melakukan gerakan 3M plus, Kepada UPT Kesmas Gianyar I dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar agar mengintensifkan gerakan PSN dan PJB, menambah kader jumantik serta memediasi tokoh masyarakat dalam menciptakan aturan terkait perlakuan TPA guna mencegah dan membrantas DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di ...Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2011. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di ...Indonesia. Jakarta : Dirjen PP & PL.

Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku ...terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal ...Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Juli 2005: 1-10.

Gama A.T. dan Betty F.R. 2008. Analisis Fakktor Risiko Demam Berdarah

Dengue di Desa Mojongsongo Kabupaten Boyolali, availabel:

www.kopertis6.or.id/journal/index.php /eks/.../10, ( 4 Desember 2012)

Murti.B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi . Yogyakarta : Gajahmada...Unipersity Press. UPT Kesmas Gianyar I. 2012. Laporan

P2DBD Tahun 2012. Gianyar. Wati W.E. 2009. Faktor Risiko Kejadian

Demam Berdarah Dengue di Desa Mojong Songo Kabupaten Boyolali. availabel : http://id.pdfsb.com,

Referensi

Dokumen terkait

Pelelangan Sederhana di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dinyatakan GAGAL , dengan alasan peserta yang memasukan Dokumen Penawaran tidak ada yang lulus

Sebelum kita melihat beberapa struktur kode 19 dan surah yang berinisial dalam al-Quran, berikut kita kenali terlebih dahulu 29 surah berinisial beserta namanya, jumlah ayatnya,

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan berupa benda- benda

Kurikulum Standard Sekolah Rendah (KSSR) Pendidikan Khas (Masalah Pembelajaran) Pengurusan Kehidupan bermatlamat untuk membimbing dan melatih murid agar

Besar kecilnya persoalan yang dihadapi tergantung dari pandangan dan cara mereka menyelesaikan persoalan tersebut, tidak sedikit dari pasangan suami istri merasa bahwa

Berdasarkan analisis data dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Silabus dan SAP pada mata kuliah praktik pencabutan gigi tetap pada mahasiswa Poltekkes

Alasan pemilihan judul “ Pengaruh Perilaku Pengijon Terhadap Ruang Ekonomi Di Kawasan TPI Tawang Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal ” yaitu untuk