• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang proyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang proyek"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang proyek

Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari sejarah, kita dapat mempelajari latar belakang suatu masyarakat atau sebuah kota. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah sehingga tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting.

Berbicara mengenai sejarah, ada banyak cara untuk mengenangnya dan mengingatnya. Museum merupakan salah satu upaya untuk mengingatkan masyarakat sebuah kota akan sejarahnya. Sejarah merupakan jati diri masyarakat, maka penting bagi masyarakat sebuah kota untuk mengetahui perjalanan sebuah kota hingga menjadi seperti sekarang. Museum merangkum apa yang tersisa dari zaman dahulu baik berupa benda-benda peninggalan maupun kisah-kisah penting akan sebuah kota. Museum juga terdiri dari beberapa jenis dan klasifikasi. Jadi ada banyak jenis cara dalam membungkus sebuah sejarah ke dalam wujud sebuah museum.

(2)

 

Pelajaran sejarah Kota Medan itu penting untuk mendidik agar warga kota Medan (dari segala usia, terutama kalangan muda) mengetahui karakter dan sejarah kotanya guna menimbulkan kecintaan terhadap daerahnya. Selama ini, banyak warga kota Medan yang tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya. Padahal itu penting agar kelak bisa lebih mencintai asal usul kota kelahirannya yang akan berguna untuk mengembangkan kota ini ke arah yang lebih baik ke depannya.

Penulis mengambil satu contoh kasus untuk memperkuat latar belakang pengerjaan proyek ini. Salah satunya yaitu, tidak banyak yang mengetahui kisah Guru Patimpus, pendiri kota Medan. Mantan Panglima Perang di Hatorusan itu tak lama memimpin. Usai memerintah di Bakkara selama 10 tahun (1540-1550), tanpa sebab-musabab yang pasti, dia secara diam-diam mengasingkan diri ke Karo di Aji Jahe (di sekitar Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo sekarang). Di desa inilah Guru Patimpus sebagai anak sulung lahir dan tumbuh dewasa (akhir abad ke-16). Ayah Guru Patimpus bernama Si Raja Hita. Dalam versi Toba sejarah Guru Patimpus dikenal bermarga Sinambela. Ada pula yang sepakat beliau bermarga Sembiring Pelawi, karena lama hidup di dataran Karo. Kisah sentral peran Guru Patimpus mendirikan Kota Medan tidak dapat dilepaskan dari usahanya mengalahkan kehebatan seorang Jawi di Kota Bangun. Demikian sedikit gambaran mengenai kisah Guru Patimpus namun tak banyak yang tahu mengenai kisah ini tentunya. Lalu apa pentingnya generasi muda mengingat dan membina hubungan waktu dengan masa lampau? Penulis berpendapat bahwa penting jika generasi muda memahaminya dari sudut pandang pengetahuan. Atau dengan kata lain ketertarikan generasi muda memahami masa lalu kota didorong oleh rasa ingin tahu tentang bagaimana dan mengapa ia bisa hadir dan terasa melekat. Mengetahui sejarah sejatinya sebagai perekat antar warga penghuni kota. Rasa kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota tersebut. Beberapa sosiolog terkemuka menyebut bahwa masyarakat kota sebagai satu sistem adalah cerminan dari masing-masing personalnya. Cara berpikir kota adalah cara berpikir warganya, termasuk elemen politik sebagai pembentuk kebijakannya.

Lalu apa hubungannya dengan proyek museum patung lilin yang bernama Medan

Wax Sculpture Museum ini jika warga kota Medan tahu kisah tokoh-tokoh dalam

perjalanan sejarah kota Medan seperti Guru Patimpus misalnya? Museum ini akan berisikan tokoh-tokoh dalam perjalanan sejarah kota Medan dari zaman dulu hingga tokoh penting kota Medan dari era modern dari berbagai bidang dan menceritakan perjuangan, karakter, sifat, dan prestasi yang telah dicapai mereka dalam hidup mereka agar

(3)

 

menimbulkan kecintaan warga kota Medan terhadap kota kelahirannya sendiri yang lebih lanjutnya akan bermanfaat unutk dijadikan pedoman dan menjadi panutan agar warga kota Medan terutama kalangan muda semakin berkembang dan termotivasi karakter serta cita-cita hidupnya.

Berbicara mengenai tema perancangan, penulis ingin mengangkat sebuah sejarah kota Medan yaitu sejarah Kerajaan Haru yang berdiri di Deli Tua ke dalam tema proyek

Medan Wax Sculpture Museum. Demikian fakta sejarah yang ada mengenai Kerajaan

Haru, namun penulis ingin merancang Medan Wax Sculpture Museum ini berdasarkan sejarah Kerajaan Haru namun dibalut alur cerita Legenda Putri Hijau, yang menurut penelitian merupakan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, namun adanya unsur-unsur pseudo-historis, yakni anggapan kejadian dan kekuatan yang digambarkan luar biasa dalam kisah Putri Hijau cenderung merupakan tambahan dari kisah yang sebenarnya tentang Kerajaan Haru dengan tujuan euhemerisme yakni menimbulkan kekaguman para pendengarnya. Jadi, legenda ini akan diterapkan dengan menggunakan tema arsitektur metafora untuk mentransformasikan kisah Putri Hijau ke dalam perancangan bangunan museum ini.

Legenda (Latin : legere) sendiri memiliki pengertian cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.

Meninjau penting tidaknya kedudukan Legenda Putri Hijau dalam sejarah kota Medan, legenda ini sendiri adalah ’kisah’ kepahlawanan (folkhero) yang dikenal dan berkembang luas dalam empat suku yaitu Melayu, Karo, Aceh, dan Simalungun. Jadi berbicara mengenai sejarah kota Medan, Legenda Putri Hijau memiliki peranan yang penting dalam asal mula sebuah kota Medan.

Sampai saat ini belum ada museum patung lilin seperti ini di Indonesia, sehingga keberadaan Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di Indonesia yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan wisata bagi masyarakat Medan maupun menarik minat turis mancanegara. Selain itu, museum ini juga diharapkan dapat menjadi cerminan jati diri kota Medan dan memperkenalkannya pada masyarakat kota Medan maupun luar kota Medan.

(4)

 

Tidak seperti halnya di museum patung lilin Madame Tussaud’s yang menampilkan berbagai orang-orang terkenal dan superstar yang telah mengubah sejarah dunia dan melegenda, dalam Medan Wax Sculpture Museum ini, sejarah akan ditampilkan dalam patung-patung lilin tokoh-tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan dan memberikan kontribusi yang berharga kepada kota Medan. Tidak hanya sebatas itu, Medan

Wax Sculpture Museum ini juga akan berisikan patung-patung lilin orang-orang kelahiran

kota Medan atau Sumatera Utara yang telah mengukir prestasi nasional. Masih banyak lagi yang lainnya seperti, tokoh-tokoh dalam Legenda Putri Hijau tentunya yang turut menjadi bagian sejarah kota Medan dalam perjalanan bangkit dan jatuhnya Kerajaan Haru yang kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Deli. Medan Wax Sculpture Museum ini akan lebih berfokus pada replika tokoh lokal Medan, yang meskipun di dalamnya nanti juga akan tetap menampilkan tokoh-tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia yang memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan. Dan pada akhirnya museum ini akan menjadi sesuatu yang benar-benar mencerminkan ciri khas dan jati diri kota Medan.

1.2. Tujuan Proyek

Tujuan perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :

• Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Medan maupun luar kota Medan tentang para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan di berbagai bidang.

• Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing.

• Sebagai media untuk mengingat, mengenang, maupun menghormati tokoh-tokoh terkenal maupun yang belum banyak dikenal yang telah berjasa dalam perjalanan sejarah kota Medan.

• Sebagai sarana kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif.

• Menjadi pendorong untuk lebih menggalakkan pembangunan nasional dan meningkatkan mutu kehidupan bangsa.

• Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin.

(5)

 

• Membantu pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata, karena museum ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat mengundang kedatangan wisatawan lokal di berbagai daerah maupun wisatawan mancanegara.

• Membantu pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga-tenaga terampil.

1.3. Fungsi Proyek

Fungsi perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :

• Sebagai sarana informasi untuk mengenal tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan

• Memberikan wadah bagi masyarakat yang ingin melihat dari dekat para tokoh secara 3 dimensi / nyata.

• Memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.

• Media untuk menikmati karya manusia, khusunya seni patung.

• Menumbuhkan sikap untuk lebih menghargai dan menghormati para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.

• Menjadi tempat wisata alternatif di kota Medan khususnya dan Indonesia pada umumnya.

1.4. Manfaat Proyek

Manfaat perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :

• Menjadi pusat informasi dan pengetahuan akan tokoh-tokoh penting di kota Medan. • Membantu pemerintah dalam sektor pariwisata, karena museum ini juga sebagai

objek wisata di kota Medan, baik bagi turis lokal maupun turis asing.

• Mempopulerkan pembuatan patung dari lilin sebagai salah satu alternatif bahan, untuk memperkaya seni patung yang sudah ada di Indonesia.

(6)

 

1.5. Sasaran Proyek

Sasaran dari proyek ini ditujukan bagi seluruh kalangan masyarakat dari semua golongan dan usia, khususnya masyarakat kota Medan, dan wisatawan domestik dan mancanegara pada umunya.

1.6. Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek

Permasalahan yang dihadapi pada perancangan Medan Wax Sculpture Museum adalah :

• Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.

• Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.

• Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.

Ruang lingkup perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah: • Merupakan museum sejarah dengan fungsi utama di bidang pendidikan dengan

menyediakan informasi tentang tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi penting bagi kota Medan dan sejarahnya. Selain itu juga dapat menjadi salah satu tempat rekreasi baik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan lokal dan asing.

• Objek koleksi yang dihadirkan yaitu tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan, tokoh kelahiran kota Medan yang telah mengukir prestasi nasional, tokoh dalam Legenda Putri Hijau dan legenda-legenda lain yang turut menjadi bagian sejarah kota Medan, serta tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia yang memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan.

Proyek ini bersifat non-profit oriented, dimana aspek besarnya modal dan masalah pengembalian biaya tidak disinggung.

(7)

 

• Untuk biaya operasional museum ini diperoleh dari penjualan tiket masuk pengunjung, cafeteria, toko-toko souvenir, serta hasil pembayaran apabila objek difoto/diliput untuk media cetak dan media elektronik.

• Perencanaan dan perancangan proyek ini serta pelaksanaannya dianggap menyeluruh secara total, bukan secara bertahap dan segala perencanaan dan perancangan proyek ini diproyeksikan pada perkembangan jauh ke depan.

• Yang ditekankan dalam proyek ini adalah dari segi lingkup bidang arsitektur dengan penekanan pada ide dan pengolahan perancangan dan syarat yang ditentukan dan peraturan yang berlaku saat ini dengan tidak meninggalkan nilai-nilai segi estetika dan budaya yang ada.

1.7. Metode Pengumpulan Data

Mengingat bahwa sampai pada saat ini proyek semacam ini belum pernah ada di Indonesia, maka pengumpulan data yang dilakukan untuk tugas akhir ini lebih banyak dilakukan melalui studi literatur dan survey lapangan, sedangkan studi banding tetap dilakukan, namun objek yang dijadikan pemanding berada di luar Indonesia.

• Studi Literatur

Studi pengenalan dan pengumpulan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan proyek baik dari majalah, buku, artikel yang relevan, kamus maupun melalui media internet untuk memperoleh informasi mengenai proyek-proyek serupa yang terdapat di luar negeri.

• Survey Lapangan

Pengamatan langsung ke lokasi atau site yang dipilih dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung keadaan lahan yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan dan permasalahan-permasalahan apa saja yang harus dipecahakan. Serta kendala-kendala yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan maupun yang harus dihindari.

• Studi Banding

Dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data serta langsung dari proyek sejenis yang pernah / telah ada / dibuat. Hal ini sebagai acuan maupun perbandingan dalam membuat desain yang nantinya merupakan perkembangan dari studi yang telah dilakukan.

(8)

 

1.8. Pendekatan Perancangan

Pendekatan perancangan adalah sudut pandang seseorang dalam rangka mencoba memecahkan suatu permasalahan perancangan. Atau dapat juga diartikan sebagai metode atau cara untuk merancang, atau sebagai prosedur di dalam merancang. Pada proyek

Medan Wax Sculpture Museum ini, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan

metafora Legenda Putri Hijau. Bangunan akan dirancang dengan metafora alur kisah Putri Hijau. Menurut penulis, Legenda Putri Hijau memiliki sebuah ciri khas tersendiri yang merupakan warisan milik masyarakat Sumatera Utara dan memiliki kaitan erat dengan sejarah Kerajaan Haru, Deli Tua, dimana salah satu episode kisah Putri hijau ini pernah terjadi di sekitar Jalan Putri Hijau yang sekarang. Oleh karena itu, metafora legenda ini akan menguatkan citra bangunan akan sesuatu yang memiliki korelasi kuat dengan asal mula sebuah kota Medan.

1.9. Asumsi-Asumsi

Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain:

• Kepemilikan bangunan disumsikan sebagai milik pemerintah daerah yang diperuntukan sebagai lembaga kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif yang berada dibawah naungan departemen kebudayaan dan pariwisata.

• Kegiatan seni mematung dengan lilin semakin meningkat dengan kerjasama antara pemerintah dan instansi pendidikan seperti universitas maupun sekolah .

• Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan.

• Kesadaran masyarakat terhadap sejarah kota Medan semakin meningkat.

• Masyarakat semakin menghargai tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.

• Pemerintah mendukung penelitian dan pemeliharaan seni mematung di Indonesia khususnya seni mematung dengan lilin.

(9)

 

1.10. Kerangka Berpikir Latar Belakang :

• Rasa kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota tersebut.

• Selama ini, banyak warga kota Medan yang tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya.

• Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di Indonesia

Tujuan dan Manfaat :

• Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin.

• Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing.

Judul :

Medan Wax Sculpture Museum Tema :

Arsitektur Metafora

Perumusan Masalah :

• Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.

• Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.

• Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.

Data Perancangan : • Data Tapak • Studi Literatur • Studi Banding • Survei Lapangan • Wawancara

Analisa Tapak (Analisa Fisik) : View, sirkulasi, orientasi, dll. Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) :

Pengguna, alur kegiatan, dll Programming :

Program ruang dalam dan ruang luar

Konsep Perancangan Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, dan interior

Desain Perancangan

(10)

 

1.11. Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang proyek, tujuan dan manfaat proyek, fungsi proyek, manfaat proyek, sasaran proyek, permasalahan dan ruang lingkup proyek, metode pengumpulan data, pendekatan perancangan, asumsi-asumsi, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.

Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan umum, tinjauan lokasi proyek, dan studi banding fungsi sejenis.

Bab 3 Elaborasi Tema, berisi tentang pengertian arsitektur, pengertian metafora, pengertian arsitektur metafora, interpretasi tema, sejarah Kerajaan (H)Aru dan kisah Putri Hijau, dan studi banding tema sejenis.

Bab 4 Analisa, berisi tentang analisa fisik, analisa non-fisik, dan program ruang.

Bab 5 Konsep, berisi tentang konsep ruang luar, konsep ruang dalam, konsep bentukan masa, dan interior.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi sosial (social situation) dengan subjek penelitian adalah pengurus, tenaga pendidik, dan siswa Sekolah

Kementerian Pertanian melalui BB Padi melepas varietas unggul baru padi gogo yang tahan naungan sekaligus kekeringan sehingga cocok untuk ditanam sebagai tanaman

Pemanfaatan surfaktan MES sebagai bahan aktif deterjen telah banyak dikembangkan karena prosedur produksinya mudah, memperlihatkan karakteristik disperse yang baik, sifat

Hasil penelitian, yaitu (1) Bekerja dengan pekerja perempuan adalah kebijakan yang diterapkan oleh investor kuliner dengan tujuan sebagai implementasi strategi manajemen

Penulis Buku Panduan Media Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, penerbit BTKP Yogyakarta Tahun 2017.. Penulis Buku Panduan Pembelajaran Menulis Teks Sederhana

Pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data bahwa: (1) Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dimengerti siswa,

Akuntansi sektor publik menurut Abdul Halim (2011) adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan sektor publik sehingga pihak-pihak yang