26
MERANGSANG POTENSI PENGUMPULAN DONASI DI LAZISWAF UNIDA
GONTOR MELALUI MODEL PEMBERIAN POIN AKPAM1 SEBAGAI
JALAN MENUJU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN YANG BERKEADILAN DI UNIVERSITAS DARUSSALAM
GONTOR Oleh:
Muhammad Aziz As’ad Zaimuddin Al-mahdi Irwansyah Universitas
ABSTRAK
Dari tahun ke tahun Lembaga Amil Zakat, Infak, Shadaqah, dan Wakaf (LAZISWAF) Unida Gontor rutin menyalurkan donasi yang telah terkumpulkan untuk membiayai biaya pendidikan beberapa mahasiswa serta santri yang berada di Universitas serta Pondok Modern Darussalam Gontor. Hal ini dilaksanakan sebagai representasi dari cita-cita Gontor yang terinspirasi dari Al-Azhar, Kairo2 untuk memberikan biaya pendidikan yang berkeadilan bagi santrinya. Dalam mekanismenya, para mahasiswa dan santri yang kurang mampu mengajukan proposal bantuan kepada LAZISWAF Unida Gontor untuk lantas ditindaklanjuti melalui tahap interview. Namun sangat disayangkan, minimnya kesadaran mahasiswa dalam mengumpulkan donasi mereka di Unida Gontor menyebabkan LAZISWAF belum mampu memberikan bantuan kepada lebih banyak mahasiswa yang kurang mampu. Karena itulah sosialisasi “investasi akhirat” ini di kalangan mahasiswa dirasa perlu untuk menciptakan pembiayaan pendidikan yang berkeadilan (funding
education justicely). Dalam mini research ini, pengumpulan donasi dilaksanakan melalui
model pemberian poin AKPAM3 sebagai reward terhadap donatur. Dari hasil penelitian melalui metode observasi diketahui terdapat peningkatan yang cukup signifikan terhadap donasi yang terkumpulkan di LAZISWAF Unida Gontor. Dari hasil donasi yang sebelumnya hanya sekitar 40 juta per bulan mulai mengalami peningkatan. Bahkan sempat menyentuh angka 102 juta pada bulan Dzulqa’dah. Sosialisasi secara intensif tentang pemberian poin AKPAM bagi mahasiswa yang memberikan donasi perlu terus dilakukan. .Dengan demikian, cita-cita Unida Gontor memberikan biaya pendidikan yang seringan-ringannya kepada mahasiswa kurang mampu khususnya dan seluruh mahasiswa pada umumnya secara berkeadilan dapat terwujud.
Kata kunci: Donasi, Pemberian Poin AKPAM, Pembiayaan Pendidikan Berkeadilan
1 Angka Kredit Penunjang Akademik (AKPAM) merupakan poin keaktifan mahasiswa dalam mengikuti berbagai aktivitas kampus. Setiap mahasiswa wajib mengumpulkan 200 poin sebagai syarat untuk bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS).
2 Merupakan salah satu universitas tertua di dunia yang berada di Mesir. Biaya pendidikan di universitas ini sangatlah ringan. Beberapa asrama mahasiswa juga dibangun dan disewakan secara cuma-cuma oleh pihak kampus.
27
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ada usaha panjang yang melatarbelakangi terbentuknya Lembaga Amil Zakat, Shadaqah, Infak, dan Wakaf (LAZISWAF) Universitas Darussalam Gontor. Lembaga charity yang baru dibentuk tahun 2009 ini merupakan kepanjangan cita- cita jangka panjang Trimurti Gontor (Gontor founding fathers) yang tertuang dalam empat sintesa acuan Gontor; Al-Azhar (Mesir), Santiniketan (India), Aligharh (India), Syanggit (Maroko). Setiap tempat ini merepresentasikan masing-masing cita-cita tersebut.
Santiniketan dijadikan sebagai sintesa karena kesederhanaannya. Aligharh di India yang terkenal dengan sistem pendidikan dan pengajarannya yang modern, meski dianggap melawan arus oleh penduduk setempat, juga dijadikan patokan kemodernan Gontor. Kedermawanan pengasuh Syanggit, Maroko terhadap murid- muridnya juga menginspirasi Trimurti Gontor untuk bertindak serupa. Dan yang terakhir, Universitas Al-Azhar, Kairo dijadikan sintesa mengingat wakafnya yang sangat luas dan produktif (productive waqf). Trimurti Gontor bercita-cita agar suatu saat Gontor yang telah diwakafkan sejak 12 Oktober 1958 saat ini bisa memiliki wakaf yang luas dan mampu memberikan biaya pendidikan berkeadilan kepada santri-santrinya.
LAZISWAF Unida Gontor yang sudah dibentuk sekarang, perlahan tapi pasti mulai mewujudkan cita-cita tersebut. Setiap tahunnya, LAZISWAF Unida Gontor menyalurkan donasi yang terkumpulkan untuk membiayai biaya pendidikan beberapa santri dan mahasiswa Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai perwujudan dari cita-cita tersebut. Pembiayan ini sudah terbentuk dalam suatu program bernama beasiswa minhati, yang sudah berjalan sejak berdirinya.
Namun sangat disayangkan belum maksimalnya donasi yang terkumpul membuat LAZISWAF Unida Gontor belum benar-benar bisa untuk menyalurkan donasinya bagi seluruh santri dan mahasiswa kurang mampu. Hanya santri dan mahasiswa yang memang sangat kekurangan sajalah yang benar-benar dibantu oleh lembaga charity ini. Padahal masih banyak santri dan mahasiswa yang membutuhkan bantuan untuk membiayai biaya pendidikan mereka. Kurang maksimalnya pengumpulan berbagai donasi di LAZISWAF Unida Gontor ini agaknya merupakan imbas dari kurangnya kesadaran mahasiswa dalam berderma, baik melalui zakat, infak, shadaqah, maupun wakaf. Padahal mahasiswa Universitas Darussalam Gontor memiliki potensi donasi yang besar jika dimaksimalkan. Oleh karena itulah sosialisasi pengumpulan donasi melalui model pemberian AKPAM dirasa sangat membantu untuk
28
memaksimalkan potensi pengumpulan zakat di LAZISWAF Unida Gontor.
Poin AKPAM yang dijadikan model ini sendiri merupakan angka kredit yang diberikan pihak kampus Universitas Darussalam Gontor kepada setiap mahasiswanya. Poin ini merupakan tanda bukti keaktifan mahasiswa dalam berkegiatan di kampus. Setiap kegiatan yang digelar maupun diikuti oleh pihak mahasiswa akan diberi bukti berupa surat keterangan maupun sertifikat. Surat dan sertifikat inilah yang nantinya akan didokumentasikan dan menjadi hitungan dalam poin AKPAM. Peserta seminar nasional contohnya, akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan. Dari sertifikat inilah mahasiswa akan mendapatkan poin 10 sebagai contoh. Poin AKPAM ini sudah berjalan sejak tahun 2016 di Universitas Darussalam Gontor.
Pemberian poin AKPAM dalam setiap donasi membuat mahasiswa Unida Gontor semakin tertarik untuk berderma dan berpotensi besar untuk memaksimalkan potensi pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor. Apalagi model pemberian poin AKPAM ini akan sangat membantu mahasiswa agar bisa mengikuti ujian akhir semester (UAS). Dengan ini cita-cita Gontor untuk memberikan biaya pendidikan yang berkeadilan akan semakin dekat untuk dicapai.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi kesadaran mahasiswa Universitas Darussalam Gontor untuk berderma?
2. Bagaimana proses pemaksimalan potensi pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor melalui model pemberian poin AKPAM?
3. Apa efek yang dihasilkan dari model pemberian poin AKPAM terhadap pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kondisi kesadaran mahasiswa Universitas Darussalam Gontor dalam berderma.
2. Mengetahui proses pemaksimalan potensi pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor melalui model pemberian poin AKPAM.
3. Mengetahui efek yang dihasilkan dari sosialisasi pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM di LAZISWAF Unida Gontor.
29
1.4. Manfaat
1. Memberikan informasi mengenai kondisi kesadaran mahasiswa Universitas Darussalam Gontor dalam berderma.
2. Memberikan informasi mengenai proses pemaksimalan pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor melalui model pemberian poin AKPAM.
3. Memberikan informasi mengenai efek yang dihasilkan dari sosialisasi pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM di LAZISWAF Unida Gontor.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LAZISWAF Unida Gontor dan Cita-cita Panjang Trimurti Gontor
Pondok Modern Darussalam Gontor diwakafkan sejak tahun 1958. Pondok ini sejak beridirinya telah memposisikan diri sebagai lembaga pendidikan. Ini dapat jelas terlihat dalam sistem pendidikan dan pengajaran yang ada dalam program Kulliyyatu-l-Mu’allimin
Al-Islamiyah (persemaian guru-guru). Lembaga pendidikan ini menghasilkan ribuan alumni yang
mayoritas langsung terjun untuk mendidik santri-santri baik di Gontor maupun pondok-pondok milik alumninya saat pengabdian. Di lembaga pendidikan inilah LAZISWAF Unida Gontor sebagai kepanjangan cita-cita Trimurti Gontor didirikan.
LAZISWAF Unida Gontor berdiri secara resmi sejak tahun 2009. Lembaga amal ini bertugas untuk menyentralisasi semua donasi yang masuk baik melalui Pondok maupun Universitas Darussalam Gontor. Donasi yang terkumpul di lambaga ini bersumber dari beragam kalangan. Baik dari mahasiswa, dosen, mupun masyarakat sekitar. Visi lembaga ini sangat mulia, di mana lembaga ini dibentuk untuk menciptakan lingkungan saling berbagi di kalangan mahasiswa. Ide pembentukan lembaga amal ini pertama kali diajukan oleh mantan wakil rektor Universitas Darusalam Gontor, Al-Ustadz Shoiman Luqmanul Hakim.
Lembaga ini dibentuk sebagai kepanjangan cita-cita dari Trimurti pendiri Gontor karena terinspirasi dari Universitas Al-Azhar di Kairo yang mampu memberikan banyak beasiswa untuk santrinya. Bahkan Al-Azhar mampu memberikan ribuan beasiswa terhadap mahasiswa setiap tahunnya (Mu’allim: 2015). Gontor saja mendapatkan 50 beasiswa ke Al-Azhar per tahun, terbanyak dari semua institusi yang ada di Indonesia. Karena besar wakaf inilah pada akhirnya Trimurti Gontor menjadikan Al-Azhar sebagai salah satu role model
30 dalam empat sintesa Gontor.
Per semesternya lembaga ini mengalokasikan lebih dari 400 juta donasi yang terkumpul untuk membiayai pendidikan bagi mahasiswa yang kurang mampu melalui program beasiswa
minhati. Dalam satu semester LAZISWAF Unida Gontor sekarang bisa membiayai lebih dari
45 mahasiswa dan 20 santri. Pada mekanismenya, santri dan mahasiswa yang berasal dari kalangan dhuafa’ akan mengajukan proposal sebagai tanda kurang mampu. Proposal ini akan ditindaklanjuti dalam tahap interview yang diadakan oleh pembimbing LAZISWAF Unida Gontor. Setelah lolos tahap interview ini barulah santri dan mahasiswa yang kurang mampu tersebut berhak mendapatkan bantuan dari LAZISWAF Unida Gontor.
Bentuk beasiswa yang diberikan oleh lembaga amal ini beragam. Untuk kalangan mahasiswa sendiri, beasiswa biasanya berbentuk uang SPP bulanan untuk satu semester, uang daftar ulang, dan uang untuk pembelian buku. Sedangkan untuk santri berupa uang makan dan SPP bulanan, serta uang untuk membeli buku. Beasiswa ini biasanya diberikan dalam jangka waktu satu semester.
2.2. Poin AKPAM sebagai Bukti Keaktifan Mahasiswa
Poin AKPAM mulai resmi diaktivasi pada tahun 2016. Poin ini wajib didokumentasikan oleh setiap mahasiswa, mengingat kegiatan di dalam kelas mayoritas mahasiswa tidak lebih dari 6-7 jam. Sedangkan 17-18 jam sisanya merupakan aktivitas yang diadakan di luar kelas. Jangka waktu yang cukup panjang melakukan berbagai aktivitas. Tidak hanya itu, mengingat posisinya sebagai penunjang keakademikan mahasiswa, poin AKPAM ini menjadi salah satu syarat dalam mengikuti UAS. Setiap mahasiswa wajib mengumpulkan 200 poin demi memenuhi syarat ini.
Sebagai bagian dari bentuk pengontrolan yang diselenggarakan di Universitas Darussalam Gontor dan untuk memastikan bahwa semua mahasiswa aktif serta melaksanakan kegiatan positif, maka poin AKPAM diaktifkan. Poin ini terdiri dari 4O dan 1D yang menjadi nilai tersendiri bagi kampus. 4O itu adalah kegiatan olah dzikir, olah fikir, olah raga, dan olah rasa. Sedangkan 1D sisanya merupakan disiplin. Kelima hal ini dikolaborasikan dalam sistem kehidupan kampus yang bersistem total educating and controlling kepada mahasiswanya (Faj, 2008).
Dengan diaktifkannya sistem poin AKPAM ini setiap mahasiswa dituntut untuk aktif dalam setiap kegiatan di dalam maupun di luar kampus. Kegiatan ini harus bersifat positif
31
seperti menjadi peserta dalam sebuah seminar, menjadi delegasi kampus, dan menjadi ketua dalam sebuah kepanitiaan. Universitas Darussalam Gontor membentuk karakter dan skill mahasiswanya dengan berbagai aktivitas yang mendidik ini. Yang pada akhirnya wajib didokumentasikan oleh setiap mahasiswa saat pengumpulan poin AKPAM.
2.3. Konsep Pemberian Reward untuk Merangsang Potensi Donasi
Konsep reward sejatinya tidak bisa dilepaskan dari punishment. Konsep ini juga kental dengan dunia pendidikan. Namun pada dasarnya konsep ini sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam pelbagai aspek kehidupan. Menurut M. Ngalim Purwanto (2006: 182) reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaan-pekerjaannya mendapat penghargaan. Dari pemberian hadiah atau apresiasi ini seorang anak dalam konteks pendidikan menjadi termotivasi untuk terus berbuat.
Di dalam Islam konsep ini telah jauh lebih dulu ada pada firman Allah pada Surat Az-Zalzalah ayat 7-8:
“Barang siapa yang melakukan kebaikan sekecil biji dzarrah-pun akan mendapatkan balasannya. Dan barang siapa yang melakukan keburukan sebiji dzarrah-pun juga akan mendapatkan balasannya.” (Q.S. Az-Zalzalah 7-8).
Dalam konteks kegunaannya pada aspek pengumpulan donasi, konsep pemberian
reward ini berperan penting dalam meningkatkan hasil pengumpulan. Mahasiswa yang
sebelumnya tidak mempunyai motivasi apapun untuk berderma menjadi termotivasi. Selain itu konsep ini juga sangat berguna untuk menambah kesadaran mahasiswa untuk berderma.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pemberian reward untuk memotivasi seseorang dalam melakukan sesuatu lebih efektif dibandingkan dengan memberikan hukuman, teguran, dan tindakan sejenis. Ini mengingat fitrah manusia yang senang jika mendapatkan apresiasi dari golongannya. Apresiasi ini akan melecutnya untuk berbuat lebih. Begitu pula jika konsep reward diterapkan pada sistem pengumpulan donasi. Mahasiswa dapat menjadi lebih terlecut untuk menjalankan kewajibannya sebagai muslim untuk bersedekah.
32
Permasalahan putus sekolah di Indonesia terbilang cukup parah dan tidak ada habis-habisnya. Padahal pendidikan merupakan jalan utama untuk menyejahterakan negeri ini. Data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2016 menunjukkan bahwa pada jenjang sekolah dasar saja, ada 946.013 siswa yang mengalami putus sekolah. Tanggungan ekonomi menjadi mayoritas penyebabnya. Ini menjadi indikator bahwa perekonomian masih belum merata di berbagai aspek di Indonesia. Padahal pemerintah sudah mengalokasikan 20 % dari Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN) untuk bidang pendidikan.
Ibnu Khaldun dalam konsep ‘daur keadilannya’ (circle of equity) mengungkapkan bahwa keadilan dan pembangunan selalu berkesinambungan (Jumaliani: 2005, 28-29). Pembangunan yang Ibnu Khaldun maksud di sini bukan hanya dalam sisi infrastruktur tapi menyangkut pada seluruh aspek kehidupan termasuk pendidikan. Menurut beliau pembangunan tidak dapat dilakukan tanpa keadilan dalam semua sektor kehidupan manusia termasuk pendidikan.
Sistem ekonomi Islam juga mendukung penegakkan suatu sistem kehidupan yang adil dan merata (Rahman: 1995, 93). Sistem ekonomi Islam tidak memberikan kebebasan dan hak atas milik pribadi secara individual dalam bidang produksi. Prinsip utama dari sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan yang merata di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya berfokus pada beberapa golongan tertentu. Biaya dalam dunia pendidikan meliputi dua biaya besar yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan kegiatan belajar mengajar (Fattah: 2000, 25). Belajar mengajar menyangkut banyak aspek biaya seperti biaya transprotasi, alat dan buku, dsb. Biaya tersebut bisa berasal dari APBN pemerintah, dana sekolah, dan umumnya berasal dari orang tua murid.
Sedangkan biaya tidak langsung berkaitan dengan keuntungan yang hilang (earning
forgone) dalam bentuk hilangnya kesempatan (opportunity) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar. Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMU, jika ia bekerja tentu memperoleh penghasilan dan jika dia melanjutkan besarnya pendapatan selama belajar 3 tahun di SMU harus diperhitungkan (Fattah: 2000, 27).
Pengumpulan donasi melalu berbagai lembaga amal untuk lantas didistribusikan sangat dibutuhkan untuk memberikan biaya pendidikan berkeadilan bagi seluruh rakyat
33
Indonesia pada umumnya. Distribusi donasi dalam bidang pendidikan lebih memiliki keuntungan jangka panjang ketimbang distribusi pada bidang lainnya.
Keuntungan pendidikan tidak dapat diukur secara kasat mata melalui perhitungan-perhitungan sederhana. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan tidak hanya memiliki nilai dari segi ekonomi tapi juga dari segi sosial (Fattah: 2000, 28). Inilah mengapa distribusi donasi dalam bidang pendidikan sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi pembangunan bangsa Indonesia.
3. METODE PENULISAN
3.1. Setting Penelitian
Mini research ini dilaksanakan dalam rentang waktu dari bulan Syawwal hingga
Dzulhijjah 1439 H. Penelitian ini dilaksanakan di LAZISWAF Unida Gontor. Tempat ini dipilih mengingat penulis merupakan mahasiswa di kampus tersebut dan mengetahui secara mendetail kondisi di lingkungan internal kampus serta LAZISWAF Unida Gontor.
3.2. Subjek Penelitian
Penelitian ini menjadikan LAZISWAF Unida Gontor sebagai subjek penelitian. Peneliti juga mengambil data dari beberapa pengurus harian di LAZISWAF Unida Gontor, serta beberapa data pengumpulan donasi yang erat kaitannya dengan penelitian.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang disajikan dalam hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilaksanakan secara teliti terhadap proses pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor. Dalam hal ini penulis ikut terjun langsung ke lapangan untuk mengobservasi secara langsung bagaimana donasi tersebut dikumpulkan dan dialokasikan. Penulis juga mengobservasi kondisi serta keseharian mahasiswa di lingkungan asrama untuk mendapatkan gambaran langsung mengenai kondisi perekonomian mahasiswa dengan kasat mata.
34 2. Wawancara
Data dalam metode ini dilaksanakan dalam bentuk deep interview terhadap pengurus harian LAZISWAF Unida Gontor. Dengan metode ini penulis mendapatkan gambaran rinci tentang kondisi keuangan yang terkumpul di LAZISWAF Unida Gontor. Selain itu wawancara di kalangan mahasiswa juga diadakan memalui metode random sampling. Ini dilakukan untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap berjalannya program ini.
3. Studi Literatur
Beberapa data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui metode dokumentasi. Data diambil dari dokumentasi yang telah diarsipkan oleh staff LAZISWAF Unida Gontor dan staff BAPAK. Dokumentasi ini menyangkut data rerata uang saku santri, juga data donatur di LAZISWAF Unida Gontor.
4. Angket
Angket yang disebarkan kepada beberapa mahasiswa melalui metode random
sampling juga dijadikan sumber data pada penelitian ini. Data yang bersumber dari
metode ini digunakan untuk memperkuat data-data yang telah ada.
3.4. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari hasil observasi terhadap kondisi perekonomian serta keseharian mahasiswa. Selain itu data mengenai kondisi keuangan LAZISWAF Unida Gontor diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang tersimpan di berkas milik pengurus harian LAZISWAF Unida Gontor.
4. PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Pengumpulan Donasi di LAZISWAF Unida Gontor Sebelum Berlakunya Pemberian Poin AKPAM
Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor rata-rata termasuk dalam golongan menengah ke atas (mampu). Hasil penelitian melalui metode observasi secara kasat mata menunjukkan bahwa kondisi keuangan mahasiswa relatif ada pada kondisi menengah ke atas. Mayoritas mahasiswa semester lima ke atas, memiliki kendaraan bermotor. Belum dengan mayoritas mahasiswa yang memiliki komputer jinjing untuk menunjang studi akademik masing-masing.
35
Hal ini juga diperkuat dengan data yang telah dikumpulkan oleh staff Biro Administrasi Penunjang Akedemik Kemahasiswaan (BAPAK) Unida Gontor. Dari data yang diperoleh dari biro tersebut, tercatat sebanyak 70 % mahasiswa dalam kondisi mampu, bahkan rerata uang saku mereka per bulannya bisa lebih dari Rp. 1000.000. Fakta ini juga diperkuat dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa 76,6 % mahasiswa memiliki rata-rata uang saku Rp. 1000.000 per bulannya.
Tabel 4.1. Data Uang Saku Bulanan Mahasiswa
No. Jumlah Uang Saku Dalam %
1. Rp800,000.00 6,6 %
2. Rp1,000,000.00 76,6 %
3. Rp1,200,000.00 6,6 %
4. Rp1,500,000.00 6,6 %
5. Rp2,000,000.00 3,3 %
Sumber: Hasil Angket yang Dibagikan Melalui Metode Random Sampling kepada Mahasiswa
Kondisi keuangan mayoritas mahasiswa yang di atas mampu ini seharusnya bisa dimaksimalkan oleh LAZISWAF Unida Gontor untuk mengumpulkan donasi. Mahasiswa yang mampu bisa dimotivasi untuk memberikan donasi ke LAZISWAF dengan model yang inisiatif. Namun, ternyata pengumpulan donasi dari mahasiswa belum ditata dengan baik.
Dari hasil observasi di lingkungan asrama, terlihat LAZISWAF Unida Gontor hanya menaruh satu kotak amal di setiap asrama, yang penghuninya bisa mencapai lebih dari tiga ratus orang. Kotak amal ini hanya dibiarkan teronggok begitu saja tanpa seruan maupun ajakan untuk berderma. Walhasil, inipun berimbas pada hasil pengumpulan donasi bulanan LAZISWAF Unida Gontor yang kurang maksimal.
Hal ini tampak sangat kentara di laporan pengumpulan donasi pada bulan Rajab s.d. Ramadhan 1439 H seperti tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.2. Perolehan Donasi Sebelum Pemberian Poin AKPAM
No. Bulan Hasil Pengumpulan Sebelum Penerapan Poin AKPAM
36
1. Rajab Rp24,708,000.00 Rp16,195,000.00
2. Sya'ban Rp26,220,600.00 Rp4,123,735.00
3. Ramadhan Rp47,869,000.00 Rp4,201,672.00
Total Rp98,797,600.00 Rp24,520,407.00
Sumber: Hasil Analisis Data Perolehan Donasi 3 Bulan Terakhir Sebelum Pemberlakuan Poin AKPAM
Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa ber’investasi akhirat’ di kalangan mahasiswa Universitas Darussalam Gontor masih tampak bukan sebagai sebuah kebutuhan ataupun kewajiban sebagai seorang muslim. Jumlah donasi dari kalangan mahasiswa hanya 19,8 % dari total donasi yang ada. Mayoritas mahasiswa masih acuh tak acuh terhadap kondisi keuangan teman mahasiwa lain yang kurang mampu. Padahal dalam keseharian mereka selalu bertemu dan beraktivitas bersama, baik dalam aktivitas akademik maupun di luar itu.
Kondisi ini juga diperkuat dengan data donatur yang diperoleh dari amil (pengurus harian) LAZISWAF Gontor. Data menunjukkan bahwa sebagian besar donator pada bulan Rajab s.d. Ramadhan 1439 H, berasal dari kalangan dosen dan masyarakat sekitar. Hasil wawancara dengan amil LAZISWAF Unida Gontor juga menunjukkan hal serupa, di mana diketahui bahwa jumlah donatur dari kalangan mahasiswa masih berada di bawah 20% dari jumlah keseluruhan donator.
Tabel 4.3. Jumlah Donatur Sebelum Pemberian Poin AKPAM
No. Bulan Jumlah Donatur
Dari Luar Dari Mahasiswa
1. Rajab 54 16
2. Sya'ban 46 10
3. Ramadhan 32 6
Total 132 32
Sumber: Hasil Analisis Data Jumlah Donatur 3 Bulan Terakhir sebelum Pemberlakuan Poin AKPAM
37
pengumpulan donasi yang dikumpulkan oleh LAZISWAF Unida Gontor. Dan secara langsung akan berimbas pula terhadap kurangnya beasiswa yang disalurkan oleh lembaga charity ini terhadap mahasiswa yang kurang mampu. Setiap tahunnya beasiswa minhati yang disalurkan hanya memadai untuk diberikan kepada 40 orang dalam kondisi maksimal. Itupun hanya diberikan dalam jangka waktu satu semester, atau setengah tahun. Masih sangat terasa kurang untuk meringankan beban biaya pendidikan mereka.
Padahal pada kenyataannya masih ada puluhan mahasiswa lain yang kesehariannya jauh dari kata ‘cukup’. Jumlah yang terbilang banyak serta kondisi yang terbilang masih cukup jauh untuk memenuhi cita-cita Trimurti Gontor, memiliki wakaf produktif yang dapat memberikan biaya pendidikan seadil-adilnya bagi para santrinya
4.2. Merangsang Potensi Pengumpulan Donasi di LAZISWAF Unida Gontor Melalui Model Pemberian Poin AKPAM
Potensi donasi yang terbilang cukup besar di kalangan mahasiswa pada penelitian kali ini dimaksimalkan melalui metode pemberian poin AKPAM. Melihat bahwa aktivitas mahasiswa untuk berderma merupakan bagian dari aktivitas kerohanian yang tidak kurang nilainya dari shalat dan membaca Al- Qur’an. Selain itu pemberian poin AKPAM juga akan sangat membantu mahasiswa yang harus mengumpulkan sebanyak 200 poin AKPAM sebagai syarat untuk mengikuti UAS.
Sosialisasi pemberlakuan poin AKPAM dilaksanakan dengan mengumpulkan seluruh mahasiswa oleh pihak LAZISWAF Unida Gontor dalam sebuah pertemuan khusus. Mahasiswa yang tadinya kurang paham terhadap peran dan kontribusi LAZISWAF Unida Gontor di lingkungan kampus perlahan mulai paham. Yang terpenting dalam pertemuan di kesempatan tersebut adalah, dideklarasikannya pemberian poin AKPAM terhadap setiap donasi yang mahasiswa salurkan melalui LAZISWAF Unida Gontor sebagai bagian dari upaya untuk merealisasikan program amal LAZISWAF Unida Gontor.
Pemberian poin AKPAM ini dibagi menjadi tiga paket. Paket yang pertama merupakan paket gold yang diperuntukan bagi donatur yang menyalurkan donasinya di atas Rp. 100.000. Donator yang memperoleh paket ini akan mendapatkan 15 poin AKPAM. Paket kedua
silver, diperuntukan bagi donatur yang menyalurkan donasinya di atas Rp. 50.000. Yang
terakhir paket bronze, diperuntukkan bagi mahasiswa yang menyalurkan donasinya di atas Rp. 10.000. Paket kedua dan ketiga masing masing akan memperoleh poin sebesar 10 dan 5 poin
38
AKPAM. Selain itu juga terdapat donatur tetap yang dalam jangka waktu berkala menyalurkan donasinya di LAZISWAF Unida Gontor. Donatur tetap ini mendapat 20 poin AKPAM.
Gambar 4.1. Pemasangan banner sebagai salah satu bentuk sosialisasi program pengumpulan donasi LAZISWAF Unida Gontor
Sebagai bukti bahwa mahasiswa telah mendonasikan sebagian hartanya di LAZISWAF Unida Gontor, lembaga charity ini akan membuatkan piagam khusus untuk memperlancar program tersebut. Selain itu akan dibuat pula e-charter yang akan dikirim ke email masing-masing donatur dari kalangan mahasiwa. Pada akhirnya ketika penghitungan poin AKPAM diproses menjelang berlangsungnya UAS, mahasiswa tidak perlu repot-repot mencari bukti di LAZISWAF Unida Gontor. Hal itu akan sangat memperlancar proses penghitungan poin AKPAM yang mekanismenya terbilang lumayan ketat.
LAZISWAF Unida Gontor juga mempublikasikan kegiatan amalnya dalam beberapa media. Di dunia maya, LAZISWAF Unida Gontor sudah mempunyai website sendiri yang menjelaskan profil serta laporan hasil pengumpulan donasi. Dari hasil wawancara dengan staff LAZISWAF Unida Gontor diketahui bahwa website dan sosialisasi program lembaga di dunia maya berfungsi untuk menambah kepercayaan donatur dalam menyalurkan donasinya di LAZISWAF Unida Gontor.
39
Gambar 4.2. Suasana di depan kantor LAZISWAF Unida Gontor
Sosialisasi pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM ini juga didukung dengan pemasangan spanduk di lingkungan internal kampus yang berisi ajakan untuk berdonasi. Hal ini dilakukan untuk memancing minat mahasiswa, sekaligus menciptakan suasana dakwah zakat, infak, shadaqah dan wakaf yang kondusif. Spanduk ini berisi ayat-ayat serta hadits yang mengajak umat muslim untuk berdonasi.
Tidak hanya itu, poster-poster dengan subtansi yang sama dengan desain yang berbeda juga mulai dipasang di asrama untuk menyemarakkan program amal LAZISWAF Unida Gontor. Di setiap etalase, maupun ruang publik di kampus, kini sudah terpasang berbagai poster tersebut untuk menyamarakkan program donasi ini. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memaksimalkan potensi donasi yang ada di kalangan mahasiswa.
4.3. Peningkatan Pengumpulan Donasi di LAZISWAF Unida Gontor Pasca Adanya Sosialisasi Melalui Model Pemberian Poin AKPAM
Dari hasil penelitian melalui metode observasi dan studi literatur diketahui bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan terhadap hasil pengumpulan donasi sebelum dan sesudah adanya sosialisasi melalui model pemberian poin AKPAM. Hal ini bisa dilihat dari data donatur pada tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa donatur dari kalangan mahasiswa
40
mengalami peningkatan di bulan Syawwal s.d. Dzulhijjah.
Tabel 4.4 Perolehan Donasi Sesudah Pemberian Donasi Diberi Poin AKPAM
No. Bulan Hasil Pengumpulan Sebelum Penerapan Poin AKPAM
Dari Kalangan Luar Dari Mahasiswa
1. Syawwal Rp28,448,900.00 Rp10,938,364.00
2. Dzulqa’dah Rp67,538,600.00 Rp23,004,700.00 3. Dzulhijjah Rp22,119,700.00 Rp13,165,641.00
Total Rp118,107,200.00 Rp47,108,705.00
Sumber: Hasil Analisis Data Perolehan Donasi 3 BulanTerakhir Sesudah Poin AKPAM Donasi
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan ada peningkatan yang signifikan pada pengumpulan donasi sebelum pemberlakuan poin AKPAM dengan sesudah pemberlakuan poin AKPAM. Grafik di bawah menunjukkan bahwa peningkatan paling signifikan terjadi antara bulan Syawwal dan Dzulqa’dah, di mana terdapat peningkatan sebesar 44,7 %. Meski kemudian menurun di bulan Dzulhijjah, jumlah kumulatif pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM masih lebih banyak dibandingkan sebelum pemberlakuan model tersebut.
Grafik 4.1. Pengumpulan Donasi Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Pemberian Poin AKPAM
41
Donatur dari kalangan mahasiswa juga meningkat pada bulan Syawwal s.d. Dzulhijjah. Jumlah donatur dari kalangan mahasiswa yang sebelumnya hanya berjumlah 32 orang di tiga bulan terakhir sebelum berlakunya pemberian poin AKPAM, meningkat menjadi 117 orang sesudah diberlakukannya pengumpulan donasi melalui model pemberian AKPAM. Hal tersebut dapat dijadikan indikator terhadap meningkatnya kesadaran mahasiswa Unida Gontor untuk berdonasi khususnya di LAZISWAF Unida Gontor.
Tabel 4.5. Jumlah Donatur Sesudah Pemberian Donasi Diberi Poin AKPAM
No. Bulan Jumlah Donatur
Dari Luar Dari Mahasiswa
1. Syawwal 26 73
2. Dzulqa’dah 51 27
3. Dzulhijjah 46 17
Total 123 117
Sumber: Hasil Analisis Jumlah Donatur 3 BulanTerakhir Sesudah Poin AKPAM Donasi
Meningkatnya kesadaran mahasiswa dalam berdonasi juga berimbas terhadap peningkatan pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor. Hal ini merepresentasikan bahwa program pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM berlangsung positif. Ada peningkatan jumlah donasi yang cukup signifikan setelah adanya program ini, dan juga meningkatnya kesadaran mahasiswa untuk berdonasi.
Dari hasil deep interview dengan amil (pengurus) LAZISWAF Unida Gontor, pihak lembaga menanggapi hal ini dengan sangat positif. Bahkan lembaga charity kampus ini juga berani menargetkan untuk memberikan 150 beasiswa minhati terhadap mahasiswa kurang mampu setiap semesternya jika peningkatan pengumpulan donasi terus meningkat. Jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari LAZISWAF Unida Gontor dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.6. Jumlah Mahasiswa Kurang Mampu yang Mendapatkan Beasiswa
No. Bulan Jumlah Santri/Mahasiswa Total Alokasi
Tahun 1437
42
2. Shafar 21 Orang Rp59,392,000.00
3. Rabi'ul Awwal 11 Orang Rp37,915,000.00
4. Jumadal Tsani dan Rajab 22 Orang Rp69,780,000.00
5. Sya'ban 8 Orang Rp51,805,000.00 6. Syawwal 4 Orang Rp20,960,000.00 7. Dzulhijjah 21 Orang Rp88,605,000.00 Total Rp369,876,000.00 Tahun 1438 1. Muharram 6 Orang Rp21,475,000.00 2. Shafar 10 Orang Rp39,655,000.00
3. Rabi'ul Awwal 41 Orang Rp15,516,500.00
4. Jumadal Ula 2 Orang Rp6,500,000.00
5. Jumadal Tsani 17 Orang Rp61,760,000.00
6. Rajab 14 Orang Rp35,885,000.00 7. Sya'ban 28 Orang Rp73,015,000.00 8. Dzulhijjah 15 Orang Rp239,838,000.00 Total Rp633,293,000.00 Tahun 1439 1. Muharram 20 Orang Rp75,781,000.00 Total Rp75,781,000.00
Sumber: Hasil Analisis Data Mahasiswa Penerima Beasiswa
Berdasarkan tabel tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah mahasiswa kurang mampu yang menerima donasi dari LAZISWAF Unida Gontor. Pada tahun 1437 H LAZISWAF Unida Gontor berhasil memberikan 86 beasiswa. Meningkat pada tahun 1438 H sebanyak 133 beasiswa. Pemberian 20 beasiswa di bulan Muharram 1439 H menjadi yang terbanyak dari bulan yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan pemberian poin AKPAM efektif merangsang mahasiswa untuk memberikan donasi. Jika kesadaran berdonasi mahasiswa terus meningkat, harapan untuk memberikan pembiayaan pendidikan berkeadilan pun semakin dekat untuk dicapai. Meningkatnya hasil pengumpulan donasi ini sangat berguna terhadap pembiayaan pendidikan berkeadilan bagi mahasiswa Universitas Darussalam Gontor pada umumnya, dan mahasiswa kurang mampu pada khususnya.
43
4.4. Upaya Pengoptimalan Perolehan Donasi
Pemberian poin AKPAM kepada mahasiswa yang memberikan donasi memberikan efek signifikan terhadap perolehan donasi di LAZISWAF Unida Gontor. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiwa diperoleh keterangan, masih perlu ditingkatkannya kesadaran mahasiswa untuk memberikan donasi. Terkait dengan hal tersebut LAZISWAF Unida Gontor bisa mewajibkan setiap mahasiswa yang mampu untuk memberikan donasi yang besarnya ditetapkan oleh pihak kampus.
200 poin AKPAM yang diwajibkan pihak kampus sebagai syarat wajib ntuk mengikuti UAS bisa ditambah persyaratannya menjadi 200 poin dengan minimal 5 poin AKPAM dari hasil pengumpulan donasi bagi mahasiswa yang mampu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 73,3 % mahasiswa merasa setuju jika program wajib donasi ini diterapkan kepada mahasiswa yang mampu.
Tabel 4.7. Jajak Pendapat Mahasiswa Terhadap Penerapan Wajib Berdonasi
No. Pendapat %
1. Setuju 73,33
2. Kurang setuju 20
3. Tidak setuju 6,6
Sumber: Hasil Angket yang Diberikan kepada Mahasiswa Melalui Metode Random Sampling
Kewajiban memberikan donasi ini secara tidak langsung merupakan syarat mahasiswa yang mampu mengikuti UAS. Tindakan ini perlu dilaksanakan dengan alasan sampai saat ini kegiatan berzakat, infak, shadaqah, dan wakaf masih menjadi hal berat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa khususnya. Kegiatan berdonasi ini perlu dilatih dan dipaksakan di kalangan mahasiswa sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Kegiatan pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM ini juga harus disosialisasikan secara terus menerus. Masih banyaknya mahasiswa yang belum mengetahui program ini merepresentasikan bahwa program ini masih kurang disosialisasikan. Dengan adanya penyosialisasian secara intensif maka mahasiswa akan semakin tergerak untuk memberikan donasi.
44
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil sosialisasi program amal LAZISWAF Unida Gontor melalui model pemberian poin AKPAM, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesadaran mahasiswa Universitas Darussalam Gontor untuk memberikan donasi masih cukup rendah. Indikatornya adalah data donatur yang menunjukkan sebagian besar penyalur donasi berasal dari kalangan dosen.
2. Pengumpulan donasi di LAZISWAF Unida Gontor melalui Model Pemberian poin AKPAM dilakukan dengan memberikan poin kepada mahasiswa yang memberikan donasi. Poin ini akan dihitung secara kumulatif sebagai syarat mengikuti UAS. 3. Terdapat peningkatan yang cukup nyata hasil pengumpulan donasi setelah
pemberlakuan poin AKPAM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pada interval tiga bulan awal berlakunya pengumpulan donasi melalui model pemberian poin AKPAM. 4. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perolehan donasi antara lain a) sosialisasi secara intensif, b) Donasi dijadikan poin wajib AKPAM sebagai prasyarat mahasiswa yang mampu mengikuti UAS.
5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Program pengumpulan donasi di LAZISWAF masih perlu dioptimalkan dengan cara-cara yang lebih inovatif seperti mewajibkan 5 poin minimal dari hasil donasi dalam 200 poin AKPAM sebagai syarat mengikuti UAS. Hal ini penting dilaksanakan untuk mengoptimalkan potensi pengumpulan donasi di Universitas Darussalam Gontor yang akan langsung berimpilikasi pada meratanya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan seperti yang dicita-citakan Trimurti Gontor.
2. Donasi yang telah terkumpulkan di LAZISWAF Unida Gontor diharapkan mampu dikelola dengan baik agar donasi yang terkumpul dapat membiayai pendidikan yang berkeadilan bagi mahasiswa yang kurang mampu melalui program beasiswa
45
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Fattah. Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.
Jusmaliani dkk. 2005. Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Ngalim Purwanto, MP. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. Bandung: Penerbit Dana Bhakti Wakaf.
Faj, Awwaludin. 2008. Manajemen Pendidikan Pesantren dalam Perspektif KH. Abdullah
Syukri Zarkasyi. Ponorogo: Jurnal At-ta’dib Vol. 6 No. 2 Desember 2016.
Mu’allim, Amir. 2015. Pengaruh Pengelolaan Wakaf Di Mesir Terhadap Pengelolaan Harta
Wakaf Pendidikan Di Indonesia(Studi terhadap Ijtihad dalam Pengelolaan Wakaf Pendidikan di UII dan Pondok Modern Gontor). Jurnal AKADEMIKA, Vol. 20, No. 01
Januari – Juni 2015: IAIN Metro.
Hasil wawancara dengan Imam Kamaluddin Lc, M. Hum. Sejarah Lahirnya Sistem AKPAM. Universitas Darussalam Gontor, Siman Ponorogo.
Solehudin, Imam. Angka Putus Sekolah di Indonesia Masih Tinggi . Diakses pada 14 Oktober 2017 dari https://www.jawapos.com/read/2016/10/17/58205/
angka-putus-sekolah-di-indonesia-masih-tinggi
Temui Grand Syaikh Al-Azhar, Kiai Hasan Pastikan 50 Beasiswa Tahunan untuk Gontor.
Diakses pada https://www.gontor.ac.id/berita/temui-grand-syaikh- al-azhar-kiai-hasan-pastikan-50-beasiswa-tahunan-untuk-gontor